Anda di halaman 1dari 23

Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 1

STANDAR PELAYANAN DOKTER KELUARGA


Pelayanan Dokter Keluarga (DK) merupakan salah satu bentuk pelayanan medik di Indonesia. Untuk mencapai
mutu pelayanan medik yang baik perlu disusun standar-standar agar DK dapat melaksanakan pelayanannya
dengan baik. Standar pelayanan DK ini disusun sekaligus untuk menjelaskan pelayanan dokter berkualitas di
strata pertama sesuai dengan harapan masyarakat.

A. Pelayanan Dokter Keluarga Dalam SKN


1. Kedudukan Pelayanan DK Menurut Keterkaitannya Dengan SKN, Sistem
Kesehatan Kabupaten/Kota dan Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
a. Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan praktik DK dalam SKN adalah sebagai institusi pelayanan kesehatan
yang berada di tingkat primer dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Institusi ini bersifat Upaya Kesehatan Perorangan
yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran keluarga paripurna kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
b. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Kedudukan praktik dokter keluarga dalam sistem kesehatan kabupaten/kota
adalah sebagai unit pelaksana teknis yang bertanggung-jawab menyelenggarakan
upaya kesehatan perorangan tingkat primer di bawah binaan organisasi profesi
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota. Praktik dokter keluarga ini dapat
diselenggarakan melalui praktik mandiri oleh masyarakat, swasta maupun oleh
pemerintah melalui puskesmas di daerah terpencil.
c. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Kedudukan praktik DK antar sarana pelayanan kesehatan strata pertama adalah
sebagai mitra dalam memelihara dan meningkatkan produktivitas dan kualitas
hidup masyarakat.
2. Gambaran DK Dalam Mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010.
a. DK berperan sebagai ujung tombak dalam sistem pelayanan kesehatan nasional
yang berhadapan langsung dengan masyarakat yang membutuhkan pelayanan
kesehatan tingkat pertama.
b. DK ikut dalam program pemerintah dan berperan pada pelayanan tingkat primer
dan rujukan terutama dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan anak serta
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 2

c. DK memiliki kemampuan dan karakter FIVE STAR DOCTOR , yaitu care


provider, decision maker, communicator, community leader dan manajer.
d. DK secara teratur mengikuti program CME/CPD melalui jurnal, website,
seminar dan pelatihan yang diselenggarakan oleh profesinya.
e. DK dapat menerima pembayaran secara kapitasi dari pasien yang sudah menjadi
peserta (kapitasi perbulan per peserta atau fee for service).
f. DK bekerja dalam tim dan dapat bergabung dengan beberapa dokter keluarga
untuk membangun klinik dokter keluarga yang memberikan pelayanan dengan
pendekatan kedokteran keluarga serta dikelola berdasarkan prinsip manajemen
yang mantap. Klinik ini harus memenuhi standar perizinan dan menjadi bagian
dari jejaring pelayanan rujukan.
g. DK dapat menjalankan profesinya di rumah sakit yang menerapkan prinsip
dokter keluarga dengan berperan sebagai TRIAGE.
h. DK diberi wewenang untuk merawat pasiennya di rumah sakit sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
i..DK mendapat penghargaan (recognition) dari profesinya atas jerih payahnya
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terbaik dengan biaya
terjangkau bagi pasiennya dan atas usahanya memajukan profesi dokter
keluarga.
j. Klinik DK mengikuti akreditasi yang menjadi syarat menentukan kualitas
pelayanan.

B. Latar Belakang Penyusunan Standar Pelayanan DK


- Tahun 1994 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) telah menyusun buku
Pedoman Praktik Dokter Umum sebagai pegangan bagi para dokter praktik.
- Bulan Maret 1994 IDI dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat
(BINKESMAS) Departemen Kesehatan melakukan upaya bersama menyusun sistem
pembinaan bagi praktik dokter dan menyusun Pedoman Praktik Dokter yang selesai
pada tahun 2001.
- Tahun 2004, sebagai bagian dan program kerjanya, Pengurus Pusat Perhimpunan DK
Indonesia (PDKI) bersepakat untuk menuntaskan Pedoman Praktik menjadi Standar
Praktik DK.
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 3

C. Landasan Hukum Pelayanan DK


Landasan peraturan perundang-undangan RI yang dipergunakan adalah :
1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
3. Keputusan Presiden tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
2005.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 131/II/2004 tentang Sistem Kesehatan
Nasional.
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Praktek Dokter dan Dokter Gigi.
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya
Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medis.
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 585/1989 tentang Persetujuan Tindakan
Medis.
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 789/1989 tentang Rekam Medik.
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 916/Menkes/Per/VIII/1997 tentang Ijin Praktik
Tenaga Medis.
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1170 A/Menkes/Per/SK/1999 tentang Masa
Bakti Tenaga Medis.
Sedangkan landasan ketentuan dan keputusan IDI yang dipergunakan adalah :
1. AD dan ART IDI. Kode Etik Kedokteran Indonesia.
2. Keputusan Muktamar XXII IDI tahun 1994 di Ujung Pandang.
3. Keputusan Muktamar XXIII IDI tahun 1997 di Padang.
4. Keputusan Muktamar XXIV IDI tahun 2000 di Malang.
5. Keputusan Muktamar XXV IDI tahun 2003 di Balikpapan.

D. Standar Pemeliharaan Kesehatan di Klinik ( Standards of Clinical Care )


1. Standar Pelayanan Paripurna
Pelayanan yang disediakan DK adalah pelayanan medis strata pertama untuk semua
orang yang bersifat paripurna (comprehensive) , yaitu termasuk pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (promotive) , pencegahan penyakit dan proteksi khusus
(preventive & spesific protection) , pemulihan kesehatan (curative) , pencegahan
kecacatan (disability limitation),dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 4

memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika


kedokteran.
a. Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
c. Pencegahan penyakit proteksi khusus
d. Deteksi dini
e. Kuratif medik
f. Rehabilitasi medik dan sosial
g. Kemampuan sosial keluarga
h. Etik medikolegal
2. Standar Pelayanan Medis (Standard of Medical Care)
Pelayanan yang disediakan DK merupakan pelayanan medis yang melaksanakan
pelayanan kedokteran secara lege artis.
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik dan penunjang
c. Penegakan diagnosa dan diagnosa banding
d. Prognosis
e. Konseling
f. Konsultasi
g. Rujukan
h. Tindak lanjut
i. Tindakan
j. Pengobatan rasional
k. Pembinaan keluarga
3. Standar Pelayanan Menyeluruh (Standard of Holistic of care)
Pelayanan yang disediakan DK menyeluruh, yaitu peduli bahwa pasien adalah
seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, social, dan spiritual, serta
berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
a. Pasien adalah manusia seutuhnya
b. Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya
c. Pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnya
BATASAN :
Pelayanan kedokteran menyeluruh adalah mobilisasi semua sumber daya (Lee,
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 5

1961)
Pelayanan kedokteran menyeluruh adalah berorientasi kepada keluarga (Ferrara,
1968)
Pelayanan kedokteran menyeluruh adalah pelayanan yang tidak mengenal batas-
batas (Goldston, 1956 )
Pelayanan kedokteran menyeluruh adalah integrasi dari pelayanan peningkatan
derajat kesehatan (Bodenheimer, 1969)
Pelayanan kedokteran menyeluruh adalah totalitas dari semua pelayanan kesehatan
yang diinginkan (Somers dan Somers)
Pelayanan kedokteran menyeluruh adalah pendekatan total yang dilakukan oleh
seorang dokter terhadap pasiennya (Somers dan Somers )
KARAKTERISTIK PELAYANAN KEDOKTERAN MENYELURUH :
a. Jenis pelayanan yang diselenggarakan :
1 . Ditinjau dari kedudukannya dalam sistem kesehatan :
- Primary medical care
- Secondary medical care
- Tertiary medical care
2 . Ditinjau dari peranannya dalam mencegah penyakit (Leavel dan Clark, 1953)
- Health promotion
- Specific protection
- Early diagnosis and promt treatment
- Disability limitation
- Rehabilitation
b. Tata cara pelayanan : fragmented, integrated, continous
1 . Berksinambungan dalam arti pemenuhan kebutuhan pasien
2 . Berkesinambungan dalam arti waktu penyelenggaraan
3 . Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan
c. Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan
- Comprehensive approach
- Holistic approach
MANFAAT PELAYANAN KEDOKTERAN MENYELURUH :
a. Terpenuhinya berbagai kebutuhan dan tuntutan kesehatan
b. Memudahkan pemanfaatan pelayanan kesehatan (departement store)
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 6

c. Biaya kesehatan akan lebih terkendali


d. Mutu pelayanan akan lebih meningkat (patient satisfaction)
FAKTOR PENGHAMBAT PELAYANAN KEDOKTERAN MENYELURUH :
a. Terkotak-kotaknya pelayanan kedokteran ( Somers dan Somers, 1970)
b. Mahalnya biaya pelayanan kesehatan (Cambridge Research Institute, 1976,
Sorkin, 1975 dan Feldstein, 1988)
c. Peraturan perundang-undangan
d. Sikap dan kemampuan dokter sebagai penyelenggara pelayanan
e. Sikap dan perilaku pasien sebagai pemakai jasa pelayanan
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KEDOKTERAN MENYELURUH :
a. Menerapkan pendekatan institusi
1 . Memerlukan biaya yang sangat mahal
2 . Keterbatasan kemampuan
b. Menerapkan pendekatan sistem
1 . Menetapkan stratifikasi pelayanan kesehatan
- Primary health institution
- Secondary health institution
- Tertiary health institution
2 . Menetapkan tanggung-jawab dan wewenang tiap strata
3 . Menetapkan mekanisme kerja sama antara strata pelayanan (consultation)
Pelayanan yang disediakan DK merupakan pelayanan bersinambung, y SYARAT
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KEDOKTERAN
MENYELURUH :
a. Membina hubungan dokter-pasienyang baik (doctor-patient relationship)
b. Memahami berbagai sumber kesehatan yang tersedia di masyarakat (health
Resources)
c. Minat terhadap perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran
- pre-payment system
- curative services
- health promotion
- preventive services
4. Standar Pelayanan Terpadu (Standard of Integrationof Care)
Pelayanan yang disediakan DK bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 7

dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan
kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan
kedokteran, baik dari formal maupun informal.
a. Koordinator penatalaksanaan pasien
b. Mitra dokter pasien
c. Mitra lintas sektoral medik
d. Mitra lintas sektoral alternatif dan komplementer
5. Standar Pelayanan Bersinambung (Standard of Continuum Care)
melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif, efisien, proaktif dan terus-
menerus demi kesehatan pasien.
a. Pelayanan proaktif
b. Rekam medik bersinambung
c. Pelayanan efektif dan efisien
d. Pendampingan

E. Standar Perilaku dalam Praktek (Standards of Behaviour in Practise


1. Standar perilaku terhadap pasien (patient physician relationship standard)
Pelayanan DK menyediakan kesempatan bagi pasien untuk menyampaikan
kekhawatiran dan masalah kesehatannya, serta memberikan kesempatan kepada
pasien untuk memperoleh penjelasan yang dibutuhkan guna dapat memutuskan
pemilihan penatalaksanaan yang akan dilaksanakannya.
a. Informasi memperoleh pelayanan
b. Masa konsultasi
c. Informasi medik menyeluruh
d. Komunikasi efektif
e. Menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter
2. Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik (standard of partners relationship in
Practice
Pelayanan DK mempunyai seorang DK sebagai pimpinan manajemen untuk
mengelola klinik secara profesional.
a. Hubungan profesional dalam klinik
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 8

b. Bekerja dalam tim


c. Pemimpin klinik
3. Standar perilaku dengan sejawat/kolega (standard of working with collagues)
Pelayanan DK menghormati dan menghargai pengetahuan, ketrampilan dan
kontribusi kolega lain dalam pelayanan kesehatan dan menjaga hubungan baik
secara professional.
a. Hubungan professional antar profesi
b. Hubungan baik sesama dokter
c. Perkumpulan profesi
4. Standar pengembangan ilmu dan ketrampilan praktik (standard of knowledge and
skill development)
Pelayanan DK selalu berusaha mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah guna
memelihara dan menambah ketrampilan praktik serta meluaskan wawasan
pengetahuan kedokteran sepanjang hayatnya.
a. Mengikuti kegiatan ilmiah (misalnya : seminar, pelatihan)
b. Program jaga mutu
c. Partisipasi dalam kegiatan pendidikan
d. Penelitian dalam praktek
e. Penulisan ilmiah
5. Standar partisipasi dalam kegiatan masyarakat di bidang kesehatan (standard of
community leader)
Pelayanan DK selalu berusaha berpartisipasi aktif dalam segala kegiatan
peningkatan kesehatan di sekitarnya dan siap memberikan pendapatnya pada setiap
kondisi kesehatan di daerahnya
a. Menjadi anggota perkumpulan sosial
b. Partisipasi dalam kegiatan kesehatan masyarakat
c. Partisipasi dalam penanggulangan wabah dan bencana di sekitarnya.

F. Standar Pengelolaan Praktek (standard of practice management)


1. Standar sumber daya manusia (standard of human resources).
Dalam pelayanan DK, selain DK juga terdapat petugas kesehatan dan pegawai
lainnya yang sesuai dengan latar belakang pendidikan atau pelatihannya.
a. Tenaga medis : family doctor physician (solo practice, group practice)
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 9

b. Tenaga paramedis : bidan, perawat


c. Tenaga non medis yang diperlukan : administrator klinik
2. Standar managemen keuangan (standard of finance management)
Pelayanan DK mengelola keuangannya dengan manajemen keuangan profesional
a. Pencatatan keuangan
b. Jenis sistem pembiayaan praktek
3. Standar manajemen klinik (standard management of clinic for practice)
Pelayanan DK dilaksanakan pada suatu tempat pelayanan yang disebut klinik
dengan manajemen yang profesional.
a. Pembagian kerja
b. Program pelatihan
c. Program kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
d. Pembahasan administrasi klinik
4. Standar sarana dan prasarana (standards of facilities)
a. Standar fasilitas praktik (standard of practice facilities)
Pelayanan DK memiliki fasilitas pelayanan kesehatan strata pertama yang
lengkap serta beberapa fasilitas pelayanan tambahan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat sekitarnya.
1). Fasilitas untuk praktik
2). Kerahasiaan dan privasi
3). Bangunan dan interior
4). Alat komunikasi
5). Papan nama
b. Standar pelayanan klinik (standard of practice equipments)
Pelayanan DK memiliki peralatan klinik yang sesuai dengan fasilitas
pelayanannya, yaitu pelayanan kedokteran di strata pertama ( tingkat primer ).
1). Peralatan medis : dikemukakan oleh Djati Pratignyo (1983), peralatan medis
yang tersedia di suatu klinik DK cukup lengkap. Peralatan tersebut meliputi
lab. Klinis, foto Ro, ECG, minor surgery set, sigmoiskop, audiometer,
otoskop, visual chart, tonometer, dan opthalmoskop.
2). Peralatan penunjang medis
3). Peralatan non medis. The American Academy of general Practice (1960) :
oleh Clark sangat dianjurkan pelayanan dengan perjanjian (appoinment
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 1
0

system) maka perlu pula disediakan alat komunikasi seperti telpon atau HP.
c. Standar proses-proses penunjang praktik (standard of clinical supports process)
Pelayanan DK memiliki panduan proses-proses yang menunjang kegiatan pelayanan DK.
1). Pengelolaan rekam medis
2). Pengelolaan rantai dingin
3). Pengelolaan pencegahan infeksi
4). Pengelolaan limbah
5). Pengelolaan air bersih
6). Pengelolaan obat

PRAKTEK DK :
- Di banyak negara, praktek DK (family practice) telah lama dikenal. Malah di AS, seperti yang
dikemukakan oleh Geyman (1971), telah dikenal sejak tahun 1969, yaitu bersamaan dengan
didirikannya American Board of Family Practice
- Pada tahun 1969 tersebut praktik DK telah diakui sebagai salah satu praktek spesialis yang
kedudukannya setara dengan berbagai praktik dokter spesialis lainnya. Di negara tersebut DK (family
physician) yang terdaftar sebagai spesialis yang ke-20, memang dibedakan dengan dokter umum
(general practitioners).
KEDUDUKAN DAN PERANAN PRAKTEK DK :
- Ada 4 macam (menurut Geyman, 1971) :
1. Praktik DK sama dengan praktik DU : oleh Royal College of general Practitioners (1972)
2. Praktik DK adalah praktik spesialistis (departement of family practice) : oleh Geyman (1971) sejak
tahun 1969, bersamaan dengan didirikannya The American Board of Family Practice.
3. Praktik DK menunjuk kepada tata cara pelayanan yang diselenggarakan (Williard, 1970)
4. Praktik DK tidak sama dengan praktik DU, tetapi antara keduanya terdapat banyak kesamaan.
BENTUK PRAKTIK DK :
- Ada 3 macam :
1. Pelayanan DK sebagai bagian dari pelayanan RS (hospital based)
2. Pelayanan DK dilaksanakan oleh klinik DK (family clinic) :
Beberapa keuntungannya sebagai berikut (Clark, 1971) :
a. Pelayanan DK yang diselenggarakan akan lebih bermutu
b. Pelayanan DK yang diselenggarakan akan lebih terjangkau
3. Pelayanan DK dilaksanakan melalui praktik DK :
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 1
1

a. Solo practice
b. Group practice
- Pelayanan pada praktik DK :
1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan
2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan penderita di rumah (home care)
3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan penderita di rumah, serta
pelayanan rawat inap di RS.
Kunjungan rumah adalah kedatangan petugas kesehatan ke rumah pasien untuk lebih mengenal
kehidupan pasien dan atau memberikan pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
pasien.
Perawatan pasien di rumah adalah apabila pertolongan kedokteran yang dilakukan di rumah tersebut
telah tidak termasuk lagi dalam kelompok pelayanan rawat jalan (ambulatory services), melainkan
dalam kelompok rawat inap (hospitalization).
Alasan kunjungan dan perawatan di rumah :
1. Untuk lebih mengenal kehidupan pasien
2. Untuk melakukan pertolongan kedokteran
Manfaat kunjungan dan perawatan pasien di rumah :
1. Meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien
2. Meningkatkan hubungan dokter-pasien
3. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien
4. Dapat lebih meningkatkan kepuasan pasien
Masalah kunjungan dan perawatan pasien di rumah :
1. Terbatasnya pertolongan kedokteran yang dapat dilakukan
2. Panggilan kunjungan rumah yang tidak diperlukan
3. Ketergantungan pasien atau keluarga yang berlebihan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan dan perawatan pasien di rumah :
1. Makin mudahnya sistem komunikasi
2. Makin majunya ilmu dan teknologi kedokteran
3. Penggunaan pelbagai alat kedokteran canggih
4. Sikap dan perilaku dokter
5. Makin meningkatnya usia hidup rata-rata anggota masyarakat
6. Makin meningkatnya biaya pelayanan rawat inap di rumah sakit
7. Karena desakan program asuransi kesehatan
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 1
2

Tata cara kunjungan dan perawatan pasien di rumah :


1. Untuk mengumpulkan data tentang pasien
Mempersiapkan daftar nama keluarga :
a. Yang akan dikunjungi
b. Mengatur jadwal kunjungan
c. Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan
d. Melakukan pengumpulan data
e. Melakukan pencatatan data
f. Menyampaikan nasehat dan atau penyuluhan kesehatan
2. Untuk memberikan pertolongan kedokteran atas inisiatif DK :
a. Mempersiapkan jadwal kunjungan
b. Menyampaikan jadwal kunjungan yang telah disusun kepada pasien
c. Mempersiapkan keperluan kunjungan
d. Melakukan kunjungan dan pertolongan kedokteran
e. Mengisi rekam medis keluarga
f. Menyusun rencana tindak lanjut
3. Untuk memberikan pertolongan kedokteran atas inisiatif pasien/pihak keluarga :
a. Menanyakan selengkapnya tentang keadaan pasien
b. Mempersiapkan keperluan kunjungan
c. Melakukan kunjungan serta pertolongan kedokteran
d. Mengisi rekam medis keluarga
e. Menyusun rencana tindak lanjut
- Pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktik DK pada umumnya :
1. Lebih aktif dan bertanggung-jawab
2. Lebih lengkap dan bervariasi
3. Menangani penyakit pada stadium awal
Oleh Malerich (1970), praktik DK memang sesuai untuk penyakit-penyakit yang
masih dalam stadium dini atau yang bersifat umum saja ( The family doctor cannot be expected to treat all
problems as best possible, but he can be expected to treat all common diseases as best possible ).
PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN YANG DIPERLUKAN DALAM PRAKTIK :
1. Pengetahuan :
DK bekerja di beberapa komunitas yang memerlukan 3 tipe pengetahuan :
a. Pengetahuan klinis dasar
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 1
3

Ini merupakan area yang sangat esensial dan mempunyai 3 elemen luas :
1). Riwayat alami penyakit:
Bagian dari ini dapat ditemui dalam konteks RS, bagian awal dari riwayat
alami penyakit mungkin sering kelihatan hanya dalam klinik DK.
2). Perkembangan manusia :
Suatu pengetahuan penting untuk membedakan antara perkembangan
normal dan abnormal.
3). Perilaku manusia :
Beberapa pengetahuan perilaku manusia tercakup/dilindungi dalam
sosiologi medis/medikal sosiologis dan ilmu kedokteran psikologik. Pada
praktek umum, dokter menemui contoh-contoh perilaku sakit manusia
yang spesifik pada praktek umum.
b. Pengetahuan komunitas pasien dan tren perubahan mengetahui komunitas/masyarakat adalah
perilaku masyarakat yang mempunyai budaya, etnik, dan ekonomi yang mungkin relevan dalam
praktek.
Perubahan demografi dihubungkan dengan kebutuhan pelayan kesehatan baru dan prioritas. Dengan
membuka wawasan dan kesehatan yang lebih baik, ada peningkatan permintaan untuk partisipasi
pasien dalam membuat keputusan medis (decision making).
c. Pengetahuan profesional Komunitas dan tren perubahannya
Praktik medis/pengobatan memerlukan dukungan dari bermacam-macam pelayanan dari tim
kesehatan. Dokter dalam prakteknya harus tahu pelayanan yang dapat diberikan untuk pasiennya.
Beberapa pelayanan mungkin berubah sesuai dengan perubahan teknologi medical. Contoh :
1). Pengetahuan yang ada dan pelayanan baru yang diberikan (misalnya di
RS) adalah laboratorium, bedah sentral, pusat onkologi, pusat dialisis.
2). Pengetahuan fasilitas komunitas darurat, seperti pusat pelayanan orang tua,
dan hospice.
3). Pengetahuan pelayanan fisioterapis, dietisien
2. Ketrampilan :
Dokter memerlukan 4 tipe ketrampilan untuk menjadi dokter keluarga yang efektif
a. Ketrampilan klinik umum, praktis dan prosedural.
Ketrampilan klinik umum (riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan laboratorium sederhana)
merupakan ketrampilan yang dipelajari setelah di RS. Ketrampilan praktis dan prosedural
(ketrampilan operasi, ortopaedi, dll) dipelajari selama latihan di S1 dan S2.
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 1
4

b. Ketrampilan klinik khusus


Ada sejumlah ketrampilan khusus yang penting pada praktek umum, yaitu :
1). Hubungan baik dokter-pasien
2). Komunikasi, pandangan dan perhatian
3). Konseling dan pendidikan kesehatan
4). Ketrampilan dalam mengelola gejala khusus pasien, pasien dengan problem
kronis, sakit terminal, pasien yang bed rest total, pasien dengan problem
mata pencaharian, dan anggota keluarga pasien yang beresiko.
5). Solusi problem yang tidak bisa dibedakan : perawatan yang berkelanjutan,
penggunaan waktu yang tepat dan rujukan.
6). Identifikasi gejala penyakit : berat badan menurun, pucat, warna kulit
Berubah
c. Ketrampilan dalam manajemen pengeluaran biaya.
DK harus mampu membatasi MRS, resep obat dan rujukan ke dokter spesialis agar pengeluaran
pasien bisa dibatasi.
d. Ketrampilan manajemen praktis
Dokter keluarga adalah manager di kliniknya, oleh karena itu perlu dilatih untuk menjadi manager
yang profesional.

MERANCANG KLINIK DK :
Praktek DK secara umum dapat dibedakan atas 4 macam, yakni (Geyman, 1971) :
1. Praktek DK sama dengan praktek DU
2. Praktek DK adalah praktek spesialistis
3. Praktek DK menunjuk kepada tata cara pelayanan yang diselenggarakan
4. Praktek DK tidak sam dengan praktek DU, tetapi antara keduanya terdapat banyak kesamaan.
Pelayanan DK oleh klinik DK (family clinic) :
Pelayanan DK dalam bentuk ini adalah suatu klinik yang didirikan secara khusus
yang disebut dengan nama klinik DK. Pada dasarnya klinik DK ini ada 2 macam :
1. Klinik keluarga mandiri (free-standing family clinic)
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 1
5

2. Merupakan bagian dari RS tetapi didirikan di luar kompleks RS (satelite family clinic). Di luar negeri
klinik DK bentuk satelit ini mulai banyak didirikan. Salah tujuannya adalah untuk menopang pelayanan
dan juga penghasilan RS.
Jika bentuk praktek berkelompok yang dipilih, maka akan diperoleh keuntungan sebagai berikut (Clark,
1971) :
1. Pelayanan DK yang diselenggarakan akan lebih bermutu
2. Pelayanan DK yang diselenggarakan akan lebih terjangkau
Tata cara mendirikan klinik DK :
Untuk mendirikan sebuah klinik DK diperlukan studi kelayakan :
1. Letak
2. Pasar
3. Sarana dan prasarana
4. Peralatan : medis dan non medis
5. Personalia : tenaga medis, paramedis dan non-medis.

Jaminan Kesehatan Nasional

A. Pengertia

Berdasarkan data yang dirilis oleh Dewan Sistem Jaminan Sosial Nasional dikutip Senin (16/12/2013)
menyebutkan, jumlah penduduk yang menerima asuransi baru sebesar 151 juta jiwa. Artinya masih ada 88 juta
penduduk yang belum terjamin.

Dengan adanya sistem pelayanan kesehatan terbaru atau JKN, nantinya semua masyarakat tidak perlu
khawatir lagi. Karena sesuai Undang-undang no. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN), seluruh masyarakat Indonesia akan dijamin kesehatannya melalui sebuah program perlindungan
kesehatan perorangan yang diberikan pemerintah kepada setiap warga negara Indonesia yang disebut JKN.

Jaminan tersebut dikeluarkan oleh pihak pemerintah dan swasta, dengan pesertanya adalah PNS
(Pegawai Negeri Sipil), TNI, Polri dan karyawan swasta serta non-karyawan. Dari data yang diterima DJSN
(Dewan Jaminan Sosial Nasional), peserta BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) kesehatan yang sudah
terdaftar adalah yang sudah tergabung di Askes PNS, pensiunan TNI, Polri sebanyak 17,3 juta, Jamsostek 5,6
juta, jamkesda 31,8 juta, Asuransi komersial 2,9 juta dan self insuranced 15,4 juta.
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 1
6

Selain itu, program ini juga sifatnya wajib (mandatory) sehingga masyarakat yang tidak mampu juga
akan mendapatkan layanan kesehatan. Untuk metode pembiayaan kesehatan individu yang ditanggung
pemerintah, terbagi dua yaitu

1. Bersumber dari hasil pajak


2. Menggunakan sistim kapitasi yang prinsipnya adalah sejumlah individu ditanggung dengan nilai
nominal tertentu

Perlu diketahui, saat ini tidak ada layanan kesehatan gratis melainkan pemerintah daerah telah
menerapkan model kapitasi ini melalui program Jamkesda, seperti Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang diterapkan
oleh Pemda DKI.

Satu hal yang perlu Anda ketahui, JKN nanti akan dikelola oleh BPJS yang terbentuk dari PT. Askes
dam PT. Jamsostek kesehatan yang saat ini sudah mengelola sistim jaminan bagi PNS, TNI-Polri dan pekerja.
Kedua perusahaan milik pemerintah ini mengklaim memiliki kepersertaan kurang lebih 120 juta penerima
anggota jaminan kesehatan.

B. Manfaat JKN
1. Peserta jaminan kesehatan mendapat jaminan kesehatan meliputi fasilitas primer, sekunder dan
tersier, baik milik pemerintah maupun swasta yang bekerja sama dengan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
2. Menjamin kesehatan medis dari administrasi pelayanan, pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
medis seseorang sampai non-medis seperti akomodasi dan ambulan.
3. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non-operatif, kemudian pelayanan transfusi
darah sesuai kebutuhan medis.
4. Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Di mana pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian
pelayanan, penyuluhan kesehatan perorangan, imunisasi dasar, keluarga berencana dan skrining
kesehatan. Kemudian, pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama dan
pelayanan rawat inap tingkat pertam sesuai dengan keluhan penyakit.
5. Menjamin pelayanan kesehatan sebanyak lima anggota keluarga, termasuk pembayar iuran.
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 1
7

C. Prosedur dan Tata Laksana Pelayanan Kesehatan bagi Peserta Jaminan Kesehatan
Nasional

A. Persyaratan Umum

1. Peserta wajib memiliki identitas sebagai Peserta BPJS Kesehatan.

2. Peserta wajib terdaftar di 1 (satu) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama.

3. Untuk pertama kali setiap Peserta didaftarkan oleh BPJS Kesehatan pada satu Fasilitas Kesehatan
tingkat pertama yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan setelah mendapat rekomendasi dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat. Apabila tidak terdapat rekomendasi dari dinas kesehatan kabupaten/kota
setempat, Fasilitas Kesehatan tingkat pertama akan ditetapkan oleh Menteri.

4. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat Peserta
terdaftar, kecuali dalam keadaan tertentu yaitu: a. berada di luar wilayah Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama tempat Peserta terdaftar; atau b. dalam keadaan kedaruratan medis.

5. Peserta harus memperlihatkan identitas Peserta yang berlaku untuk mendapatkan pelayanan.

6. Apabila sesuai dengan indikasi medis Peserta memerlukan pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan,
Peserta wajib membawa surat rujukan dari Puskesmas atau Fasilitas Kesehatan tingkat pertama lain
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan gawat darurat, bencana, kekhususan
permasalahan kesehatan pasien, dan pertimbangan geografis.

7. Seluruh Fasilitas Kesehatan baik tingkat pertama maupun tingkat lanjutan berkewajiban meneliti
kebenaran identitas Peserta dan penggunaannya.

8. Seluruh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama maupun tingkat lanjutan baik yang bekerja sama maupun
yang tidak bekerja sama yang telah memberikan pelayanan berkewajiban membuat surat bukti
pelayanan yang harus ditandatangani oleh pemberi pelayanan dan Peserta atau anggota keluarganya.

9. Peserta wajib menyetujui penggunaan informasi tentang kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
diterimanya oleh BPJS Kesehatan untuk kepentingan administrasi pembayaran pelayanan kesehatan.

B. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

1. Rawat Jalan Tingkat Pertama

a. Untuk mendapatkan pelayanan, Peserta menunjukkan kartu identitas yang berlaku (proses
administrasi).
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 1
8

b. Setelah mendapatkan pelayanan Peserta menandatangani bukti pelayanan pada lembar yang
disediakan.

c. Bila hasil pemeriksaan dokter ternyata Peserta memerlukan pemeriksaan ataupun tindakan
spesialis/sub-spesialis sesuai dengan indikasi medis, maka Fasilitas Kesehatan tingkat pertama akan
memberikan surat rujukan ke Fasilitas Kesehatan tingkat lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan sesuai dengan Sistem Rujukan yang berlaku.

2. Rawat Inap Tingkat Pertama

a. Persyaratan mendapatkan pelayanan :

Menyerahkan surat pengantar untuk dirawat dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

b. Kewajiban sesudah pelaksanaan pelayanan :

1.) Fasilitas Kesehatan membuat surat bukti rawat yang menyatakan bahwa Peserta telah mendapat
perawatan, dimana tercantum tanggal masuk, tanggal keluar dan diagnosa penyakit.

2.) Peserta menandatangani surat bukti perawatan.

C. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan

1. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan

a. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan merupakan kelanjutan dari pelayanan tingkat pertama
yang berdasarkan surat rujukan dari Fasilitas Kesehatan tingkat pertama kecuali dalam kondisi
tertentu sehingga Peserta tidak perlu membawa surat rujukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

b. Kewajiban sesudah mendapatkan pelayanan :

1.) Peserta diwajibkan menandatangani surat bukti pelayanan yang menerangkan bahwa Peserta
tersebut telah mendapat pelayanan dari Fasilitas Kesehatan yang bersangkutan.

2.) Dokter di Fasilitas Kesehatan penerima rujukan berkewajiban memberikan jawaban surat
rujukan kepada dokter yang merujuk disertai jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan
jika secara medis Peserta sudah dapat dilayani di Fasilitas Kesehatan yang merujuk.

2. Rawat Inap Tingkat Lanjutan

a. Persyaratan mendapatkan Pelayanan

1.) Menyerahkan surat rujukan dari Fasilitas Kesehatan tingkat pertama atau Fasilitas Kesehatan
lain kecuali dalam kondisi tertentu sehingga Peserta tidak perlu membawa surat rujukan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 1
9

2.) Menyerahkan surat jaminan perawatan selambat-lambatnya 3 x 24 jam hari kerja sejak yang
bersangkutan dirawat atau sebelum pasien pulang.

b. Penetapan ruang perawatan di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Kewajiban sesudah mendapatkan pelayanan

1.) Peserta diwajibkan menandatangani surat bukti perawatan dan surat bukti pelayanan lainnya.

2.) Fasilitas Kesehatan/dokter yang merawat berkewajiban memberi surat rujukan balik kepada
dokter di Fasilitas Kesehatan yang merujuk disertai jawaban dan tindak lanjut yang harus
dilakukan jika secara medis Peserta sudah dapat dilayani di Fasilitas Kesehatan yang
merujuk.

D. Pelayanan Rujukan Parsial

1. Setiap Fasilitas Kesehatan yang mengirim rujukan pelayanan yang merupakan bagian dari paket INA
CBGs seperti rujukan pemeriksaan penunjang/spesimen dan tindakan saja, maka beban biaya
menjadi tanggung jawab Fasilitas Kesehatan perujuk.

2. Fasilitas Kesehatan perujuk membayar biaya tersebut ke Fasilitas Kesehatan penerima rujukan atas
pelayanan yang diberikan.

3. BPJS Kesehatan membayar paket INA CBGs ke Fasilitas Kesehatan perujuk.

E. Pelayanan Obat dan Alat Kesehatan

1. Pelayanan Obat

a. Prosedur pelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

1.) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama.

2.) Dokter menuliskan resep obat sesuai dengan indikasi medis.

3.) Peserta membawa resep ke Ruang Farmasi/Instalasi Farmasi di puskesmas, klinik dan apotek
jejaring.

4.) Apoteker di puskesmas melakukan pengkajian resep, menyiapkan dan menyerahkan obat
kepada Peserta disertai dengan pemberian informasi obat. Jika di Puskesmas belum memiliki
Apoteker pelayanan obat dapat di lakukan oleh tenaga teknis kefarmasian dengan pembinaan
apoteker dari dinas kesehatan kabupaten/kota.
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 2
0

5.) Apoteker di Klinik dan Apotek melakukan pengkajian resep, menyiapkan dan menyerahkan
obat kepada Peserta disertai dengan pemberian informasi obat. Apabila di Klinik tidak
memiliki apoteker maka tidak dapat melakukan pelayanan obat.

6.) Peserta menandatangani bukti penerimaan obat.

b. Prosedur Pelayanan Obat paket INA-CBGs di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan

1.) Prosedur pelayanan obat rawat jalan

a.) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis di Fasilitas Kesehatan.

b.) Dokter menuliskan resep obat sesuai dengan indikasi medis.

c.) Peserta mengambil obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau apotek jejaring rumah
sakit dengan membawa identitas dan bukti pelayanan yang diperlukan.

d.) Apoteker melakukan verifikasi Resep dan bukti pendukung lain.

e.) Apoteker melakukan pengkajian resep, menyiapkam dan meyerahkan obat kepada
Peserta disertai dengan pemberian informasi obat.

f.) Peserta menandatangani bukti penerimaan obat.

2.) Prosedur Pelayanan Obat rawat inap:

a.) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis di Fasilitas Kesehatan.

b.) Dokter menuliskan resep obat sesuai dengan indikasi medis.

c.) Peserta mengambil obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau apotek jejaring rumah
sakit dengan membawa identitas dan bukti pelayanan yang diperlukan.

d.) Apoteker melakukan verifikasi resep dan bukti pendukung lain.

e.) Apoteker melakukan pengkajian resep, menyiapkam dan meyerahkan obat kepada
Peserta disertai dengan pemberian informasi obat.

f.) Peserta menandatangani bukti penerimaan obat.

2. Prosedur Pelayanan Alat Kesehatan Paket INA-CBGs di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan

a. Prosedur Pelayanan Alat Kesehatan Rawat Jalan

1.) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis di Fasilitas Kesehatan.

2.) Dokter menuliskan resep Alat Kesehatan sesuai dengan indikasi medis.
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 2
1

3.) Peserta mengambil Alat Kesehatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau jejaring rumah
sakit sebagai penyedia alat kesehatan dengan membawa identitas dan bukti pelayanan yang
diperlukan.

4.) Apoteker/tenaga teknis kefarmasian melakukan verifikasi resep dan bukti pendukung lain.

5.) Apoteker /tenaga teknis kefarmasian menyerahkan Alat Kesehatan kepada Peserta.

6.) Peserta menandatangani bukti penerimaan Alat Kesehatan.

b. Prosedur pelayanan Alat Kesehatan rawat inap:

1.) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis di Fasilitas Kesehatan.

2.) Dokter menuliskan resep Alat Kesehatan sesuai dengan indikasi medis.

3.) Peserta mengambil Alat Kesehatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau jejaring rumah
sakit sebagai penyedia alat kesehatan dengan membawa identitas dan bukti pelayanan yang
diperlukan.

4.) Apoteker/tenaga teknis kefarmasian melakukan verifikasi Resep dan bukti pendukung lain.

5.) Apoteker/tenaga teknis kefarmasian menyerahkan Alat Kesehatan kepada Peserta.

6.) Peserta menandatangani bukti penerimaan Alat Kesehatan.

D. Beberapa masalah Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit

1. Ketidakcocokan dengan jenis penyakit pasien.

Mundurnya rumah sakit swasta satu persatu dari kerja sama dengan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) disebabkan ketidakcocokan sistem pembayaran Indonesia Case Based Groups
(INA CBGs).

Sistem INA CBG's disebutkan sangat tidak sesuai dengan pembiayaan yang ada di rumah sakit.
Pembiayaan dengan paket yang paten, kebanyakan tidak pas dengan biaya tindakan yang dilakukan oleh
pihak rumah sakit pada pasien, sementara seharusnya mendapat tindakan lebih, sehingga yang terjadi
adalah memperburuk layanan kesehatan untuk masyarakat.
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 2
2

INA CBGs merupakan sistem pengelompokan penyakit berdasarkan ciri klinis yang sama dan
sumber daya yang digunakan dalam pengobatan. Pengelompokan ini ditujukan untuk pembiayaan
kesehatan pada penyenggaraan jaminan kesehatan sebagai pola pembayaran yang bersifat prospektif
dalam rangka kendali biaya dan kendali mutu.

INA CBG's (Indonesian Case Based Groups) dibuat dengan tujuan untuk mempercepat pasien
dalam membayar, kadang menjadi modus moral hazard ataupun fraud rumah sakit.

Menurut Sekretaris Jenderal Ikatan DokterIndonesia Daeng M Faqih, Tim pembuat Nasion Case-
mix center (NCC) yang tidak melibatkan profesi, tidak menjelaskan dasar perumusan/ penghitungan
paket pembiayaan tersebut, sedangkan kejelasan sangat dibutuhkan untuk mengetahui jenis penanganan
yang harus dilakukan pada setiap masalah kesehatan.

Menurut Direktur Komunikasi Hukum dan Antar-Lembaga BPJS Kesehatan, Purnawarman


Basundoro menyebutkan bahwa mundurnya Rumah Sakit swasta dari kerja sama dengan pemerintah
adalah kewenangan pihak rumah sakit untuk mengambil keputusan tersebut. pihaknya hanya berwenang
untuk memaparkan apa saja yang menjadi aturan dalam BPJS kesehatan.

2. Asimetri informasi mengenai RJTL terbatas dengan perhitungan biaya INA CBGs

Keluhan yang lain adalah adanya pembatasan pemberian obat, pada rawat jalan obat yang
mestinya diberikan selama satu minggu hanya diberikan selama 3 hari, atau yang mestinya diberikan
satu bulan hanya diberikan selama satu minggu, karena biaya terhitung paket sudah include dokter, obat
dan penunjang lain maka dilakukan pembatasan obat. Sebenarnya pasien diberi rujukan balik ke
Puskesmas tetapi hal ini sering tidak dilakukan karena alasan obat tidak ada di Puskesmas atau alasan
lainnya.

Berdasarkan SE Menkes no 32 tahun 2014 disebutkan bahwa RJTL dapat dilakukan tanpa
pembatasan control sampai dengan pasien sembuh. Rumah sakit dengan perhitungan RJTL (Rawat Jalan
Tingkat Pertama) menggunakan biaya paket terbatas sebenarnya akan mendapat disubsidi silangkan
antara RITL (Rawat Inap Tingkat Lanjut) dan RJTL (Rawat Jalan Tingkat Lanjut). Sehingga sering RS
mengeluh rugi sementara belum ditotal dengan keseluruhan pendapatan. Untuk beberapa penyakit yang
diperkenankan mekanisme ORB (Obat Rujukan Balik) disebutkan di dalam SE (Surat Edaran) Menkes
no32 tahun 2014 (ada di Blog ini). Rumah Sakit sebaiknya melakukan effisiensi dan efektifitas
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 2
3

operasional menejemen maupun operasional untuk sustainabilitas dan profit oriented disamping tetap
menomersatukan patient savety dan quality assurance.

Anda mungkin juga menyukai