LI - Fidella
LI - Fidella
1961)
Pelayanan kedokteran menyeluruh adalah berorientasi kepada keluarga (Ferrara,
1968)
Pelayanan kedokteran menyeluruh adalah pelayanan yang tidak mengenal batas-
batas (Goldston, 1956 )
Pelayanan kedokteran menyeluruh adalah integrasi dari pelayanan peningkatan
derajat kesehatan (Bodenheimer, 1969)
Pelayanan kedokteran menyeluruh adalah totalitas dari semua pelayanan kesehatan
yang diinginkan (Somers dan Somers)
Pelayanan kedokteran menyeluruh adalah pendekatan total yang dilakukan oleh
seorang dokter terhadap pasiennya (Somers dan Somers )
KARAKTERISTIK PELAYANAN KEDOKTERAN MENYELURUH :
a. Jenis pelayanan yang diselenggarakan :
1 . Ditinjau dari kedudukannya dalam sistem kesehatan :
- Primary medical care
- Secondary medical care
- Tertiary medical care
2 . Ditinjau dari peranannya dalam mencegah penyakit (Leavel dan Clark, 1953)
- Health promotion
- Specific protection
- Early diagnosis and promt treatment
- Disability limitation
- Rehabilitation
b. Tata cara pelayanan : fragmented, integrated, continous
1 . Berksinambungan dalam arti pemenuhan kebutuhan pasien
2 . Berkesinambungan dalam arti waktu penyelenggaraan
3 . Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan
c. Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan
- Comprehensive approach
- Holistic approach
MANFAAT PELAYANAN KEDOKTERAN MENYELURUH :
a. Terpenuhinya berbagai kebutuhan dan tuntutan kesehatan
b. Memudahkan pemanfaatan pelayanan kesehatan (departement store)
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 6
dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan
kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan
kedokteran, baik dari formal maupun informal.
a. Koordinator penatalaksanaan pasien
b. Mitra dokter pasien
c. Mitra lintas sektoral medik
d. Mitra lintas sektoral alternatif dan komplementer
5. Standar Pelayanan Bersinambung (Standard of Continuum Care)
melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif, efisien, proaktif dan terus-
menerus demi kesehatan pasien.
a. Pelayanan proaktif
b. Rekam medik bersinambung
c. Pelayanan efektif dan efisien
d. Pendampingan
system) maka perlu pula disediakan alat komunikasi seperti telpon atau HP.
c. Standar proses-proses penunjang praktik (standard of clinical supports process)
Pelayanan DK memiliki panduan proses-proses yang menunjang kegiatan pelayanan DK.
1). Pengelolaan rekam medis
2). Pengelolaan rantai dingin
3). Pengelolaan pencegahan infeksi
4). Pengelolaan limbah
5). Pengelolaan air bersih
6). Pengelolaan obat
PRAKTEK DK :
- Di banyak negara, praktek DK (family practice) telah lama dikenal. Malah di AS, seperti yang
dikemukakan oleh Geyman (1971), telah dikenal sejak tahun 1969, yaitu bersamaan dengan
didirikannya American Board of Family Practice
- Pada tahun 1969 tersebut praktik DK telah diakui sebagai salah satu praktek spesialis yang
kedudukannya setara dengan berbagai praktik dokter spesialis lainnya. Di negara tersebut DK (family
physician) yang terdaftar sebagai spesialis yang ke-20, memang dibedakan dengan dokter umum
(general practitioners).
KEDUDUKAN DAN PERANAN PRAKTEK DK :
- Ada 4 macam (menurut Geyman, 1971) :
1. Praktik DK sama dengan praktik DU : oleh Royal College of general Practitioners (1972)
2. Praktik DK adalah praktik spesialistis (departement of family practice) : oleh Geyman (1971) sejak
tahun 1969, bersamaan dengan didirikannya The American Board of Family Practice.
3. Praktik DK menunjuk kepada tata cara pelayanan yang diselenggarakan (Williard, 1970)
4. Praktik DK tidak sama dengan praktik DU, tetapi antara keduanya terdapat banyak kesamaan.
BENTUK PRAKTIK DK :
- Ada 3 macam :
1. Pelayanan DK sebagai bagian dari pelayanan RS (hospital based)
2. Pelayanan DK dilaksanakan oleh klinik DK (family clinic) :
Beberapa keuntungannya sebagai berikut (Clark, 1971) :
a. Pelayanan DK yang diselenggarakan akan lebih bermutu
b. Pelayanan DK yang diselenggarakan akan lebih terjangkau
3. Pelayanan DK dilaksanakan melalui praktik DK :
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 1
1
a. Solo practice
b. Group practice
- Pelayanan pada praktik DK :
1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan
2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan penderita di rumah (home care)
3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan penderita di rumah, serta
pelayanan rawat inap di RS.
Kunjungan rumah adalah kedatangan petugas kesehatan ke rumah pasien untuk lebih mengenal
kehidupan pasien dan atau memberikan pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
pasien.
Perawatan pasien di rumah adalah apabila pertolongan kedokteran yang dilakukan di rumah tersebut
telah tidak termasuk lagi dalam kelompok pelayanan rawat jalan (ambulatory services), melainkan
dalam kelompok rawat inap (hospitalization).
Alasan kunjungan dan perawatan di rumah :
1. Untuk lebih mengenal kehidupan pasien
2. Untuk melakukan pertolongan kedokteran
Manfaat kunjungan dan perawatan pasien di rumah :
1. Meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien
2. Meningkatkan hubungan dokter-pasien
3. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien
4. Dapat lebih meningkatkan kepuasan pasien
Masalah kunjungan dan perawatan pasien di rumah :
1. Terbatasnya pertolongan kedokteran yang dapat dilakukan
2. Panggilan kunjungan rumah yang tidak diperlukan
3. Ketergantungan pasien atau keluarga yang berlebihan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan dan perawatan pasien di rumah :
1. Makin mudahnya sistem komunikasi
2. Makin majunya ilmu dan teknologi kedokteran
3. Penggunaan pelbagai alat kedokteran canggih
4. Sikap dan perilaku dokter
5. Makin meningkatnya usia hidup rata-rata anggota masyarakat
6. Makin meningkatnya biaya pelayanan rawat inap di rumah sakit
7. Karena desakan program asuransi kesehatan
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 1
2
Ini merupakan area yang sangat esensial dan mempunyai 3 elemen luas :
1). Riwayat alami penyakit:
Bagian dari ini dapat ditemui dalam konteks RS, bagian awal dari riwayat
alami penyakit mungkin sering kelihatan hanya dalam klinik DK.
2). Perkembangan manusia :
Suatu pengetahuan penting untuk membedakan antara perkembangan
normal dan abnormal.
3). Perilaku manusia :
Beberapa pengetahuan perilaku manusia tercakup/dilindungi dalam
sosiologi medis/medikal sosiologis dan ilmu kedokteran psikologik. Pada
praktek umum, dokter menemui contoh-contoh perilaku sakit manusia
yang spesifik pada praktek umum.
b. Pengetahuan komunitas pasien dan tren perubahan mengetahui komunitas/masyarakat adalah
perilaku masyarakat yang mempunyai budaya, etnik, dan ekonomi yang mungkin relevan dalam
praktek.
Perubahan demografi dihubungkan dengan kebutuhan pelayan kesehatan baru dan prioritas. Dengan
membuka wawasan dan kesehatan yang lebih baik, ada peningkatan permintaan untuk partisipasi
pasien dalam membuat keputusan medis (decision making).
c. Pengetahuan profesional Komunitas dan tren perubahannya
Praktik medis/pengobatan memerlukan dukungan dari bermacam-macam pelayanan dari tim
kesehatan. Dokter dalam prakteknya harus tahu pelayanan yang dapat diberikan untuk pasiennya.
Beberapa pelayanan mungkin berubah sesuai dengan perubahan teknologi medical. Contoh :
1). Pengetahuan yang ada dan pelayanan baru yang diberikan (misalnya di
RS) adalah laboratorium, bedah sentral, pusat onkologi, pusat dialisis.
2). Pengetahuan fasilitas komunitas darurat, seperti pusat pelayanan orang tua,
dan hospice.
3). Pengetahuan pelayanan fisioterapis, dietisien
2. Ketrampilan :
Dokter memerlukan 4 tipe ketrampilan untuk menjadi dokter keluarga yang efektif
a. Ketrampilan klinik umum, praktis dan prosedural.
Ketrampilan klinik umum (riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan laboratorium sederhana)
merupakan ketrampilan yang dipelajari setelah di RS. Ketrampilan praktis dan prosedural
(ketrampilan operasi, ortopaedi, dll) dipelajari selama latihan di S1 dan S2.
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 1
4
MERANCANG KLINIK DK :
Praktek DK secara umum dapat dibedakan atas 4 macam, yakni (Geyman, 1971) :
1. Praktek DK sama dengan praktek DU
2. Praktek DK adalah praktek spesialistis
3. Praktek DK menunjuk kepada tata cara pelayanan yang diselenggarakan
4. Praktek DK tidak sam dengan praktek DU, tetapi antara keduanya terdapat banyak kesamaan.
Pelayanan DK oleh klinik DK (family clinic) :
Pelayanan DK dalam bentuk ini adalah suatu klinik yang didirikan secara khusus
yang disebut dengan nama klinik DK. Pada dasarnya klinik DK ini ada 2 macam :
1. Klinik keluarga mandiri (free-standing family clinic)
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 1
5
2. Merupakan bagian dari RS tetapi didirikan di luar kompleks RS (satelite family clinic). Di luar negeri
klinik DK bentuk satelit ini mulai banyak didirikan. Salah tujuannya adalah untuk menopang pelayanan
dan juga penghasilan RS.
Jika bentuk praktek berkelompok yang dipilih, maka akan diperoleh keuntungan sebagai berikut (Clark,
1971) :
1. Pelayanan DK yang diselenggarakan akan lebih bermutu
2. Pelayanan DK yang diselenggarakan akan lebih terjangkau
Tata cara mendirikan klinik DK :
Untuk mendirikan sebuah klinik DK diperlukan studi kelayakan :
1. Letak
2. Pasar
3. Sarana dan prasarana
4. Peralatan : medis dan non medis
5. Personalia : tenaga medis, paramedis dan non-medis.
A. Pengertia
Berdasarkan data yang dirilis oleh Dewan Sistem Jaminan Sosial Nasional dikutip Senin (16/12/2013)
menyebutkan, jumlah penduduk yang menerima asuransi baru sebesar 151 juta jiwa. Artinya masih ada 88 juta
penduduk yang belum terjamin.
Dengan adanya sistem pelayanan kesehatan terbaru atau JKN, nantinya semua masyarakat tidak perlu
khawatir lagi. Karena sesuai Undang-undang no. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN), seluruh masyarakat Indonesia akan dijamin kesehatannya melalui sebuah program perlindungan
kesehatan perorangan yang diberikan pemerintah kepada setiap warga negara Indonesia yang disebut JKN.
Jaminan tersebut dikeluarkan oleh pihak pemerintah dan swasta, dengan pesertanya adalah PNS
(Pegawai Negeri Sipil), TNI, Polri dan karyawan swasta serta non-karyawan. Dari data yang diterima DJSN
(Dewan Jaminan Sosial Nasional), peserta BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) kesehatan yang sudah
terdaftar adalah yang sudah tergabung di Askes PNS, pensiunan TNI, Polri sebanyak 17,3 juta, Jamsostek 5,6
juta, jamkesda 31,8 juta, Asuransi komersial 2,9 juta dan self insuranced 15,4 juta.
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 1
6
Selain itu, program ini juga sifatnya wajib (mandatory) sehingga masyarakat yang tidak mampu juga
akan mendapatkan layanan kesehatan. Untuk metode pembiayaan kesehatan individu yang ditanggung
pemerintah, terbagi dua yaitu
Perlu diketahui, saat ini tidak ada layanan kesehatan gratis melainkan pemerintah daerah telah
menerapkan model kapitasi ini melalui program Jamkesda, seperti Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang diterapkan
oleh Pemda DKI.
Satu hal yang perlu Anda ketahui, JKN nanti akan dikelola oleh BPJS yang terbentuk dari PT. Askes
dam PT. Jamsostek kesehatan yang saat ini sudah mengelola sistim jaminan bagi PNS, TNI-Polri dan pekerja.
Kedua perusahaan milik pemerintah ini mengklaim memiliki kepersertaan kurang lebih 120 juta penerima
anggota jaminan kesehatan.
B. Manfaat JKN
1. Peserta jaminan kesehatan mendapat jaminan kesehatan meliputi fasilitas primer, sekunder dan
tersier, baik milik pemerintah maupun swasta yang bekerja sama dengan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
2. Menjamin kesehatan medis dari administrasi pelayanan, pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
medis seseorang sampai non-medis seperti akomodasi dan ambulan.
3. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non-operatif, kemudian pelayanan transfusi
darah sesuai kebutuhan medis.
4. Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Di mana pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian
pelayanan, penyuluhan kesehatan perorangan, imunisasi dasar, keluarga berencana dan skrining
kesehatan. Kemudian, pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama dan
pelayanan rawat inap tingkat pertam sesuai dengan keluhan penyakit.
5. Menjamin pelayanan kesehatan sebanyak lima anggota keluarga, termasuk pembayar iuran.
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 1
7
C. Prosedur dan Tata Laksana Pelayanan Kesehatan bagi Peserta Jaminan Kesehatan
Nasional
A. Persyaratan Umum
3. Untuk pertama kali setiap Peserta didaftarkan oleh BPJS Kesehatan pada satu Fasilitas Kesehatan
tingkat pertama yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan setelah mendapat rekomendasi dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat. Apabila tidak terdapat rekomendasi dari dinas kesehatan kabupaten/kota
setempat, Fasilitas Kesehatan tingkat pertama akan ditetapkan oleh Menteri.
4. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat Peserta
terdaftar, kecuali dalam keadaan tertentu yaitu: a. berada di luar wilayah Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama tempat Peserta terdaftar; atau b. dalam keadaan kedaruratan medis.
5. Peserta harus memperlihatkan identitas Peserta yang berlaku untuk mendapatkan pelayanan.
6. Apabila sesuai dengan indikasi medis Peserta memerlukan pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan,
Peserta wajib membawa surat rujukan dari Puskesmas atau Fasilitas Kesehatan tingkat pertama lain
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan gawat darurat, bencana, kekhususan
permasalahan kesehatan pasien, dan pertimbangan geografis.
7. Seluruh Fasilitas Kesehatan baik tingkat pertama maupun tingkat lanjutan berkewajiban meneliti
kebenaran identitas Peserta dan penggunaannya.
8. Seluruh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama maupun tingkat lanjutan baik yang bekerja sama maupun
yang tidak bekerja sama yang telah memberikan pelayanan berkewajiban membuat surat bukti
pelayanan yang harus ditandatangani oleh pemberi pelayanan dan Peserta atau anggota keluarganya.
9. Peserta wajib menyetujui penggunaan informasi tentang kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
diterimanya oleh BPJS Kesehatan untuk kepentingan administrasi pembayaran pelayanan kesehatan.
a. Untuk mendapatkan pelayanan, Peserta menunjukkan kartu identitas yang berlaku (proses
administrasi).
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 1
8
b. Setelah mendapatkan pelayanan Peserta menandatangani bukti pelayanan pada lembar yang
disediakan.
c. Bila hasil pemeriksaan dokter ternyata Peserta memerlukan pemeriksaan ataupun tindakan
spesialis/sub-spesialis sesuai dengan indikasi medis, maka Fasilitas Kesehatan tingkat pertama akan
memberikan surat rujukan ke Fasilitas Kesehatan tingkat lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan sesuai dengan Sistem Rujukan yang berlaku.
Menyerahkan surat pengantar untuk dirawat dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
1.) Fasilitas Kesehatan membuat surat bukti rawat yang menyatakan bahwa Peserta telah mendapat
perawatan, dimana tercantum tanggal masuk, tanggal keluar dan diagnosa penyakit.
a. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan merupakan kelanjutan dari pelayanan tingkat pertama
yang berdasarkan surat rujukan dari Fasilitas Kesehatan tingkat pertama kecuali dalam kondisi
tertentu sehingga Peserta tidak perlu membawa surat rujukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
1.) Peserta diwajibkan menandatangani surat bukti pelayanan yang menerangkan bahwa Peserta
tersebut telah mendapat pelayanan dari Fasilitas Kesehatan yang bersangkutan.
2.) Dokter di Fasilitas Kesehatan penerima rujukan berkewajiban memberikan jawaban surat
rujukan kepada dokter yang merujuk disertai jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan
jika secara medis Peserta sudah dapat dilayani di Fasilitas Kesehatan yang merujuk.
1.) Menyerahkan surat rujukan dari Fasilitas Kesehatan tingkat pertama atau Fasilitas Kesehatan
lain kecuali dalam kondisi tertentu sehingga Peserta tidak perlu membawa surat rujukan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 1
9
2.) Menyerahkan surat jaminan perawatan selambat-lambatnya 3 x 24 jam hari kerja sejak yang
bersangkutan dirawat atau sebelum pasien pulang.
b. Penetapan ruang perawatan di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
1.) Peserta diwajibkan menandatangani surat bukti perawatan dan surat bukti pelayanan lainnya.
2.) Fasilitas Kesehatan/dokter yang merawat berkewajiban memberi surat rujukan balik kepada
dokter di Fasilitas Kesehatan yang merujuk disertai jawaban dan tindak lanjut yang harus
dilakukan jika secara medis Peserta sudah dapat dilayani di Fasilitas Kesehatan yang
merujuk.
1. Setiap Fasilitas Kesehatan yang mengirim rujukan pelayanan yang merupakan bagian dari paket INA
CBGs seperti rujukan pemeriksaan penunjang/spesimen dan tindakan saja, maka beban biaya
menjadi tanggung jawab Fasilitas Kesehatan perujuk.
2. Fasilitas Kesehatan perujuk membayar biaya tersebut ke Fasilitas Kesehatan penerima rujukan atas
pelayanan yang diberikan.
1. Pelayanan Obat
1.) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama.
3.) Peserta membawa resep ke Ruang Farmasi/Instalasi Farmasi di puskesmas, klinik dan apotek
jejaring.
4.) Apoteker di puskesmas melakukan pengkajian resep, menyiapkan dan menyerahkan obat
kepada Peserta disertai dengan pemberian informasi obat. Jika di Puskesmas belum memiliki
Apoteker pelayanan obat dapat di lakukan oleh tenaga teknis kefarmasian dengan pembinaan
apoteker dari dinas kesehatan kabupaten/kota.
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 2
0
5.) Apoteker di Klinik dan Apotek melakukan pengkajian resep, menyiapkan dan menyerahkan
obat kepada Peserta disertai dengan pemberian informasi obat. Apabila di Klinik tidak
memiliki apoteker maka tidak dapat melakukan pelayanan obat.
b. Prosedur Pelayanan Obat paket INA-CBGs di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
a.) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis di Fasilitas Kesehatan.
c.) Peserta mengambil obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau apotek jejaring rumah
sakit dengan membawa identitas dan bukti pelayanan yang diperlukan.
e.) Apoteker melakukan pengkajian resep, menyiapkam dan meyerahkan obat kepada
Peserta disertai dengan pemberian informasi obat.
a.) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis di Fasilitas Kesehatan.
c.) Peserta mengambil obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau apotek jejaring rumah
sakit dengan membawa identitas dan bukti pelayanan yang diperlukan.
e.) Apoteker melakukan pengkajian resep, menyiapkam dan meyerahkan obat kepada
Peserta disertai dengan pemberian informasi obat.
2. Prosedur Pelayanan Alat Kesehatan Paket INA-CBGs di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan
1.) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis di Fasilitas Kesehatan.
2.) Dokter menuliskan resep Alat Kesehatan sesuai dengan indikasi medis.
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 2
1
3.) Peserta mengambil Alat Kesehatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau jejaring rumah
sakit sebagai penyedia alat kesehatan dengan membawa identitas dan bukti pelayanan yang
diperlukan.
4.) Apoteker/tenaga teknis kefarmasian melakukan verifikasi resep dan bukti pendukung lain.
5.) Apoteker /tenaga teknis kefarmasian menyerahkan Alat Kesehatan kepada Peserta.
1.) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis di Fasilitas Kesehatan.
2.) Dokter menuliskan resep Alat Kesehatan sesuai dengan indikasi medis.
3.) Peserta mengambil Alat Kesehatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau jejaring rumah
sakit sebagai penyedia alat kesehatan dengan membawa identitas dan bukti pelayanan yang
diperlukan.
4.) Apoteker/tenaga teknis kefarmasian melakukan verifikasi Resep dan bukti pendukung lain.
Mundurnya rumah sakit swasta satu persatu dari kerja sama dengan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) disebabkan ketidakcocokan sistem pembayaran Indonesia Case Based Groups
(INA CBGs).
Sistem INA CBG's disebutkan sangat tidak sesuai dengan pembiayaan yang ada di rumah sakit.
Pembiayaan dengan paket yang paten, kebanyakan tidak pas dengan biaya tindakan yang dilakukan oleh
pihak rumah sakit pada pasien, sementara seharusnya mendapat tindakan lebih, sehingga yang terjadi
adalah memperburuk layanan kesehatan untuk masyarakat.
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 2
2
INA CBGs merupakan sistem pengelompokan penyakit berdasarkan ciri klinis yang sama dan
sumber daya yang digunakan dalam pengobatan. Pengelompokan ini ditujukan untuk pembiayaan
kesehatan pada penyenggaraan jaminan kesehatan sebagai pola pembayaran yang bersifat prospektif
dalam rangka kendali biaya dan kendali mutu.
INA CBG's (Indonesian Case Based Groups) dibuat dengan tujuan untuk mempercepat pasien
dalam membayar, kadang menjadi modus moral hazard ataupun fraud rumah sakit.
Menurut Sekretaris Jenderal Ikatan DokterIndonesia Daeng M Faqih, Tim pembuat Nasion Case-
mix center (NCC) yang tidak melibatkan profesi, tidak menjelaskan dasar perumusan/ penghitungan
paket pembiayaan tersebut, sedangkan kejelasan sangat dibutuhkan untuk mengetahui jenis penanganan
yang harus dilakukan pada setiap masalah kesehatan.
2. Asimetri informasi mengenai RJTL terbatas dengan perhitungan biaya INA CBGs
Keluhan yang lain adalah adanya pembatasan pemberian obat, pada rawat jalan obat yang
mestinya diberikan selama satu minggu hanya diberikan selama 3 hari, atau yang mestinya diberikan
satu bulan hanya diberikan selama satu minggu, karena biaya terhitung paket sudah include dokter, obat
dan penunjang lain maka dilakukan pembatasan obat. Sebenarnya pasien diberi rujukan balik ke
Puskesmas tetapi hal ini sering tidak dilakukan karena alasan obat tidak ada di Puskesmas atau alasan
lainnya.
Berdasarkan SE Menkes no 32 tahun 2014 disebutkan bahwa RJTL dapat dilakukan tanpa
pembatasan control sampai dengan pasien sembuh. Rumah sakit dengan perhitungan RJTL (Rawat Jalan
Tingkat Pertama) menggunakan biaya paket terbatas sebenarnya akan mendapat disubsidi silangkan
antara RITL (Rawat Inap Tingkat Lanjut) dan RJTL (Rawat Jalan Tingkat Lanjut). Sehingga sering RS
mengeluh rugi sementara belum ditotal dengan keseluruhan pendapatan. Untuk beberapa penyakit yang
diperkenankan mekanisme ORB (Obat Rujukan Balik) disebutkan di dalam SE (Surat Edaran) Menkes
no32 tahun 2014 (ada di Blog ini). Rumah Sakit sebaiknya melakukan effisiensi dan efektifitas
Fidella Ayu Aldora 04011381419163 PDU Gamma 2014 2
3
operasional menejemen maupun operasional untuk sustainabilitas dan profit oriented disamping tetap
menomersatukan patient savety dan quality assurance.