PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG :
Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik
secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian
on NCD World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60% penyebab
kematian semua umur di dunia adalah karena PTM. DM menduduki peringkat ke-6
sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4%
meninggal sebelum usia 70 tahun. Pada Tahun 2030 diperkirakan DM menempati urutan
ke-7 penyebab kematian dunia. Sedangkan untuk di Indonesia diperkirakan pada tahun
2030 akan memiliki penyandang DM (diabetisi) sebanyak 21,3 juta jiwa. International
Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa lebih dari 371 juta orang di dunia yang
berumur 20-79 tahun memiliki diabetes. Sedangkan Indonesia merupakan negara urutan
ke-7 dengan prevalensi diabetes tertinggi, di bawah China, India, USA, Brazil, Rusia dan
Mexico, tutur Dirjen P2PL.
Kesehatan saat ini fokus pada pengendalian faktor risiko DM melaui upaya promotif dan
preventif dengan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Saat ini
yang merupakan peserta askes dapat diberikan obat oral maupun suntikan selama 30 hari
atau sesuai rekomendasi dokter RS.
yaitu monitoring dan deteksi dini faktor risiko DM di Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu)
PTM dan implementasi perilaku CERDIK. Posbindu PTM merupakan kegiatan peran serta
masyarakat dalam pengendalian faktor risiko DM secara mandiri dan berkelanjutan. Saat
ini sudah terdapat 7.225 Posbindu di seluruh Indonesia. CERDIK ini mempunyai makna,
1
Cek kesehatan secara berkala,Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan
seimbang,Istirahat Cukup, Kelola Stres.
Pada tahun 2013, Indonesia memiliki sekitar 8,5 juta penderita Diabetes yang
merupakan jumlah ke-empat terbanyak di Asia dan nomor-7 di dunia. Dan pada tahun
2020, diperkirakan Indonesia akan memiliki 12 Juta penderita diabetes, karena yang mulai
terkena diabetes semakin muda. Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah
kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM
yang menyita banyak perhatian adalah Diabetes Melitus (DM). Di Indonesia DM
kebutaan, gagal ginjal, kaki diabetes (gangrene) sehingga harus diamputasi, penyakit
jantung dan stroke.
B. TUJUAN
C. RUMUSAN MASALAH
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. ANATOMI
Anatomi fisiologi pada pasien dengan post debridement ulkus dm antara lain dari
anatomi fisiologi pankreas dan kulit.
cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang
pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik
hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang
dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan
bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau
terletak pada alat ini.
Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang
berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama,
yaitu Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum, pulau Langerhans yang tidak tidak
mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang
terkecil adalah 50 m, sedangkan yang terbesar 300 m, terbanyak adalah yang besarnya
100-225 m. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1-2 juta.
3
Sel Alpha
Salah satu sel yang terdapat di pankreas adalah sel Alpha yang memiliki beberapa fungsi di
dalam organ tubuh yang berada di bagian-bagian pankreas.
4
1. Sel ini berfungsi untuk memproduksi hormon glukagon yang berperan penting dalam
menaikkan kadar gula darah (glukosa) yang rendah, yang mana fungsi glukagon ini
asam lemak dan sumber energi) dan glikogenolisis (pemecahan glikogen) dalam hati
sehingga meningkatkan jumlah kadar gula darah di dalam tubuh (hormon
hiperglikemik).
3. Juga yang bertanggung jawab untuk menjaga kadar normal gula darah saat kita
Sel Beta
Sel yang membentuk pulau Langerhans lainnya adalah sel Beta yang juga memiliki peran
penting di dalam organ tubuh di bgaian pankreas.
1. Fungsi utama sel Beta adalah untuk mensekresikan hormon insulin. Hormon ini dapat
memicu penyerapan glukosa dari aliran darah ke dalam sel, sehingga memungkinkan
untuk hati, bagian bagian ginjal, dan otot untuk menyimpan gula darah yang
selanjutnya akan ditambahkan ke molekul glikogen untuk disimpan di dalam hati dan
2. Cara kerja hormon insulin yang dihasilkan oleh sel Beta adalah berbanding terbalik
dengan hormon glukagon yang dihasilkan oleh sel Alpha. Pada saat kadar gula dalam
darah meningkat, maka pada saat itulah hormon insulin bekerja untuk menormalkan
pemberian hormon insulin eksogen (hormon insulin yang disuntikkan ke bawah kulit
5
kontrol terhadap kadar gula darah di dalam tubuh sehingga terjadi yang namanya
5. Sedangkan jika yang terjadi adalah sebaliknya, terjadinya hiperplasia dan neoplasia
sel Beta justru mengakibatkan terjadinya sindrom Hyperinsulinisme yang ditandai
dengan hipoglikemia (kadar gula darah dalam tubuh sedikit bahkan kekurangan).
Dalam keadaan kadar hormon insulin yang rendah, tubuh akan menjadikan lemak
sampingan dari insulin) yang digunakan untuk memberikan gambaran mengenai jisim
ini :
8. Pada saat kadar gula darah berada di atas normal (lebih dari 90 mg/100 ml konstrasi
darah pada manusia), hal tersebut akan merangsang pankreas untuk mensekresikan
hormon insulin melalui sel Beta-nya dan berkat bantuan insulin inilah yang akan
memicu sel-sel target (hati, ginjal, otot) untuk menyerap kelebihan gula darah yang
ada di dalam tubuh sehingga kadar glukosa menjadi normal kembali. Sebaliknya, saat
tubuh mengalami kekurangan kadar gula darah (hypoglikemia), maka pankreas akan
terstimulasi untuk mengeluarkan hormon glukagon melalui sel Alpha-nya, yang
9. Demikian mengenai fungsi sel Alpha dan sel Beta Pankrea. Singkatnya, sel Alpha
berfungsi menghasilkan hormon glukagon (bertugas meningkatkan kadar gula darah
saat kekurangan) dan sel Beta akan membentuk hormon insulin yang kerjanya
berkebalikan daripada hormon glukagon (mengatur kadar gula darah agar tetap pada
batas normal)
B. DEFINISI
Diabetes melitus adalah suatu keadaan ketika tubuh tidak mampu menghasilkan
atau menggunakan insulin (hormon yang membawa glukosa darah ke sel-sel dan
6
kronis pada organ tubuh (mansjoer dkk., 2000; Sukarmin dan S. Riyadi, 2008; Tambayong,
J. 2000).
7
C. ETIOLOGI
pankreas sehingga timbul defisiensi insulin absolut. Pada DM tipe-1 sistem imun tubuh
sendiri secara spesifikmenyerang dan merusak sel-sel penghasil insulin yang terdapat
pada pankreas. Bellum diketahui kenapa terjadinya kejadian autoimun ini, namun
bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa faktor genetik dan faktor lingkunga seperti
virus tertentu berrperan dalam prosesnya. Sekitar 70-90% sel beta hancur sebelum
timbul gejala klinis. Pasien ini harus melakukan injeksi insulin dan menjalani diet ketat.
mulai dari dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai deefek
sekresi insulin disertai resistensi insulin. Penyebab resistensi pada diabetes sebenarnya
tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak berperan antara lain :
a. Kelainan genetik
b. Usia
e. Obesitas
f. Infeksi
a. Defek genetik fungsi sel beta (maturity onset diabetes of the young 1,2,3 dan DNA
mitokondria)
8
Diabetes ini disebabkan karena terjadinya resistensi insulin selama kehamilan
dan biasanya insulin akan kembali normal setelah melahirkan.
D. MANIFESTASI KLINIS
manifestasi umum yang berhubungan dengan DM. Pada DM tipe-1, onset manisfestasi
klinis mungkin tidak kentara dengan kemungkinnan situasi yang mengancam hidup yang
biasanya terjadi (misalnya, ketoasidosis diabetikum). pada DM tipe-2, onset manifestasi
klinis mungkin berkembang secara bertahap yang klien mungkin mencatat sedikit atau
E. PATOFISIOLOGI
peningkatan konsentrasi glukosa darah sampai setinggi 300 sampai 1.200 mg per 100
ml.
a) Fase I : terjadi dalam beberapa menit setelah suplai glukosa dan kemudian
melepaskan cadangan insulin yang disimpan dalam sel .
b) Fase II : merupakan pelepasan insulin yang baru disintesis dalam beberapa jam
9
Keadaan patologi tersebut menurut Sukarmin dan S.Riyadi (2008 Dalam Camacho,
berikut ini :
1. Hiperglikemia
diolah untuk menjadi bahan energi, apabila bahan energi yang dibutuhkan masih ada
sisa akan disimpan sebagai glikogen dalam sel hati dan sel otot (sebagai massa sel
otot). Proses ini tidak dapat berlangsung dengan baik pada penderita diabetes,
amino dan lemak) juga terjadi sehingga glukosa dalam hati semakin banyak yang
dikeluarkan.
respon sel otak, kerusakan saraf, penurunan aktivitas fibrinolisis plasma, dan aktivitas
2. Hiperosmolaritas
Hiperosmolaritas adalah suatu keadaan seseorang dengan kelebihan tekanan
osmotik pada plasma sel karena adanya peningkatan konsentrasi zat. Hiperosmolaritas
terjadi kerna adanya peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (yang notabene
10
glukosa terbuang melalui urine ( glukosuria). Ekskresi molekul glukosa yang aktif
secara osmosis menyebabkan kehilangan sejumlah besar air (diuresis osmotik) dan
berakibat peningkatan volume air (poliuria). Kondisi ini dapat berakibat koma
hipeglikemik hiperosmolar nonketotik (K.HHN).
3. Starvasi selular
Starvasi selular merupakan kondisi kelaparan yang dialami oleh sel karena
glukosa sulit masuk padahal disekeliling sel banyak sekali glukosa. Dampak dari
starvasis selular akan terjadi proses kompensasi selular agar tetap mempertahankan
fungsi sel. Proses itu antara lain sebagai berikut :
glukosa, mungkin juga akan menggunakan asam lemak bebas (keton). Kondisi
ini berdampak pada penurunan masa otot, kelemahan otot, dan perasaan
mudah lelah.
amino yang digunakan sebagai substrat yang diperlukan untuk glukeneo genesis
dalam hati. Perubahan ini berdampak pada penurunan sintesis protein. Depresi
protein akan mengakibatkan tubuh menjadi kurus, penurunan resistansi
terhhadap infeksi, dan sulitnya pengembalian jaringan yang rusak (sulit sembuh
bersirkulasi dan menyediakan substrat bagi hati untuk proses ketogenesis yang
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan fisik , riwayat medis dan uji laboratorium dilakukan untuk mengkaji klien
dengan DM. Manifestasi klinis meyakinkan adanya DM, akan tetapi uji laboratorium
dibutuhkan menegakan dignosis pasti.
Sampel glukosa darah diambl saat klien tidak makan makanan selain minum
air selama paling tidak 8 jam. Sampel darah ini secara umum mencerminkan kadar
11
glukosa dari produksi hati. Jika klien mnedapatkan cairan dekstrosa intravena (IV),
hasil pemeriksaan harus dianalisis dengan hati-hati. Pada klien yang diketahui
memiliki DM, makanan dan insulin tidak diberikan sampai setelah sampel diperoleh.
Diagnosis DM dibuat ketika kadar glukosa darah klien > 126 mg/dl. Nilai antara
glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl. Sampel glukosa darah sewaktu diambil
Kadar glukosa darah setelah makan dapat juga diambil dan digunakan untuk
mendiagnosis DM. Kadar glukosa darah setelah makan diambil setelah 2 jam makan
standar dan mencerminkan efisiensi ambilan glukosa yang diperantarai insulin oleh
jaringan perifer. Secara normal, kadar glukosa darah seharusnya kembali kekadar
puasa didalam 2 jam. Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan > 200 mg/dl selama
tes toleransi glukosa oral (OGTT) memperkuat diagnosis DM
Onset usia Biasanya terjadi sebelum usia Biasanya terjadi setelah usia
30 tahun , tapi mungkin 30 tahun, tapi dapat terjadi
terjadi pada semua usia pada anak-anak.
Produksi insulin endogen Sedikit atau tidak ada Dibawah normal, normal,
atau diatas normal.
12
Ketosis Cenderung ketosis, biasanya Resistensi ketosis, dapat
ada pada saat omset, sering terjadi dengan stres infeksi.
ada selama tidak ada
terkontrol
Pada lansia, kadar glukosa setelah makan lebih tinggi, secara spesifik
meningkat 5-10 mg/dl per dekade setalah usia 50 th karena penurunan normal
toleransi glukosa berhubungan dengan usia. Merokok dan minum kopi dapat
mengarah kepada peningkatan nilai palsu saat 2 jam,sedangkan stres olahraga dapat
mengarah kepada penurunan nilai palsu.
1. Kadar HB Glikosilase
dalam sel darah merah. Sekali melekat, glukosa ini tidak dapat dipisahkan. Oleh
karena itu lebih tinggi kadar glukosa darah, kadar HB glikosilase juga lebih tinggi
(HbA1c). batasan HbA1c diruju sebgai A1C. A1C adalah kadar glukosa darah yang
diukur lebih dari 3 bulan sebelumnya. A!C dinyatakn dalam persentase dan
bermanfaat dalam mengevaluasi pengendalian glikemia jangka panjang. Untuk
ADA merekomendasikan bahwa tes A!C dilakukan secara rutin semua orang
dengan DM. A1C seharusnya dilakukan tiap 6 bulan pada klien yang telah memenuhi
target primer pengendalian glikemik (<7%) dan tiap 3 bulanan pada klien yang belum
13
setelah operasi splenektomi), mengarah kepada konsentrasi A1C rendah palsu. Dosis
tinggi aspirin, alkohol, terapi heparin dapat menyebabkan peningkatan kadar A1C
palsu.
14
2. Kadar Albumin Glikosilase
dari 7-10 hari sebelumnya. Pengukuran ini bermanfaat ketika penentuan glukosa
darah rata-rata jangka pendek diperlukan. Aplikasi klinis dan reliabilitas secara terus
menerus dapat dievaluasi.
Ketika proinsulin diproduksi oleh sel beta pankreas sebagaian dipecah oleh
C-peptide. Oleh karena C-peptide.dan insulin dibentuk dalam jumlah yang sama,
4. Ketonuria
Kadar keton urine dapat dites dengan tablet atau dipstrip oleh klien. Adanya
keton dalam urine (disebut ketonuria) mengindikasikan bahwa tubuh memakai lemak
5. Proteinuria
mikroskopis. Adanya protein (Mikroalbuminuria) dalam urin adalah gejala awal dari
lama sebelum hal ini akan terbukti pada pemeriksaan urin rutin. ADA
merekomendasikan klien DM di uji Mikroalbuminuriasetiap tahun. Namun, beberapa
15
klien perlu pemeriksaan lebih sering untuk mendeteksi perjalanan penyakit ginjal
terkait efek yang tidak diinginkan dari obat-obat tertentu pada ginjal.
16
NILAI GLUKOSA PLASMA
G. PENATALAKSANAAN
1. Edukasi
penyandang diabetes dapat menjalani pola hidup sehat. Beberapa perubahan perilaku
yang diharapkan seperti mengikuti pola makan sehat, meningkatkan kesehatan jasmani,
menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan khusus secara aman dan
teratur, melakukan pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan data
yang ada, melakukan perawatan kaki secara berkala, memiliki kemampuan untuk
mengenal dan mengahadapi keadaan sakit akut dengan tepat, mempunyai keterampilan
mengatasi masalah yang sederhana dan mau bergabung dengan kelompok penyandang
diabetes, serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Pada umumnya, diet untuk penderita diabetes diatur berdasarkan 3J yaitu jumlah
(kalori), jenis, dan jadwal. Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain
jenis kelamin, umur, aktivitas fisik atau pekerjaan, dan berat badan. Penentuan status gizi
dapat menggunakan indeks massa tubuh (IMT) atau rumus Broca, tetapi untuk
kepentingan praktis di lapangan digunakan rumus Broca.
17
Indeks Massa Tubuh (IMT) dibagi menjadi beberapa klasifikasi dengan cara
BB
TB (dalam m2)
18
No. Klasifikasi IMT
1. BB kurang <18,5
2. BB normal 18,5-22,9
3. BB lebih >23
Obes I 25-29,9
Obes II >30
berikut. :
(TB cm - 100) 10%
Penghitungan status gizi pada laki-laki dengan tinggi <160 cm dan wanita
dengan tinggi <150 cm, BBI tidak dikurangi 10%. Penentuan status gizi dihitung dari:
1) Kebutuhan basal
19
Kehamilan trimester III : +500
kadar gula darah yang sangat rendah (hipoglikemia) dan juga jangan terlalu banyak
d. Karbohidrat
6) Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak melebihi
7) Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari,
kalau diperlukan dapat diberikan makanan selingan buah atau makanan lain
sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
e. Lemak
1) Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, tidak diperkenankan
3) Lemak tidak jenuh ganda <10%, selebihnya dari lemak tidak jenuh tuggal.
4) Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak
jenuh dan lemak trans antara lain daging berlemak dan susu penuh ( whole milk).
f. Protein
20
3) Pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB
per hari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya bernilai biologis
tinggi.
g. Natrium
h. Serat
1) Seperti halnya masyarakat umum penyadang diabetes dianjurkan
mengkonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan sayuran serta
sumber karbohidrat yang tinggi serat.. oleh karena mengandung vitamin, mineral,
2) Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol, dan xylitol.
3) Penggunaan pemanis bergizi perlu diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai
3. Olahraga
Olahraga selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan
dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan
kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani. Prinsip olahraga pada pasien DM adalah
CRIPE, yaitu sebagai berikut:
a. Continous (terus-menerus)
Latihan harus berkesinambungan terus-menerus tanpa berhenti dalam
waktu tertentu, contohnya seperti berlari, istirahat, lalu mulai berlari lagi.
b. Rhytmical (berirama)
21
Olahraga harus dipilih yang berirama, yaitu otot berkontraksi dan
c. Interval (berselang)
Latihan dilakukan secara berselang-seling antara gerak lambat dan cepat.
4. Intervensi farmakologis
dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Intervensi farmakologis terdiri atas
pemberian obat hipoglikemik oral (OHO) dan injeksi insulin.
a) Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas dan merupakan pilihan utama untuk pasien
dengan berat badan normal dan kurang, namun masil boleh diberikan
proliferator activated (PPAR-y), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak.
Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan
22
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
b. Insulin
Berdasarkan berbagai penelitian klinis, insulin selain dapat memperbaiki
status metabolik dengan cepat (terutama kadar glukosa darah), juga memiliki
efek lain yang bermanfaat, antara lain perbaikan inflamasi. Pada pasien DM-1,
pada DM-2 dapat menggunakan hasil konsensus PERKENI 2006 yaitu jika kadar
glukosa darah tidak terkontrol dengan baik (A1C>6,5%) dalam jangka waktu tiga
bulan dengan 2 obat oral, maka sudah ada indikasi untuk memualai terapi
kombinasi obat antidiabetik oral dan insulin. Lebih jelas menurut PB PABDI (2013)
2) Kendali kadar glukosa darah yang buruk (A1C>6,5% atau kadar glukosa
23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data-data pengkajian yang sering dijumpai pada penderita diabetes militus yaitu
Kekurangan energi sel menyebabkan pasien cepat lelah dan lemah, selain itu
kondisi ini juga terjadi karena katabolisme protein dan kehilangan kalium lewat urin
terutama kandida). Diabetes akan menurunkan sistem kekebalan tubuh secara umum,
sehingga tubuh rentan terhadap infeksi. Selain itu jamur dan bakteri mampu
berkembang biak pesat dilingkungan yang tinggi gula (hiperglikemia).
6. Kepala
Rambut tipis dan mudah rontok, telinga sering mendenging (berdesing) dan
jika keadaan ini tidak segera diobati dapat menjadi tuli. Mata dapat menjadi katarak,
24
perdarahan pada retina sehingga mata penderita menjadi kabur dan tidak dapat
sembuh dengan kaca mata bahkan menjadi buta.
7. Rongga mulut
pengecapan. Lidah penderita diabetes militus sering kali menjadi lebih kental,
sehingga mulutnya terasa kering yang disebut xerotamia diabetik. Keadaan ludah
kental ini dapat mengganggu kesehatan rongga mulut dan mudah mengalami infeksi.
sehingga gigi penderita diabetes melitus mudah goyanh bahkan mudah mudah lepas.
Gusi penderita DM mudah mengalami infeksi, kadang-kadang bernanah dan karena
sering mengalami infeksi, rongga mulut dan lidah penderita DM semakin mengantal
sehingga bau mulut penderita sering kurang enak (Foetor ex oris diabetic).
tubuh menurun dan penderita DM lebih mudah menderita TBC. Penderita ini disebut
dengan penyakit perlemakan hati nonalkohol, yang terjadi dalam kurun waktu 5
tahun setelah menderita obesitas atau DM tipe 2. mekanisme terjadinya penyakit ini
karena akumulasi lemak hepatosit melalui mekanisme liolisis dan hiperinsulinisme
(Romadhona, S., 2009). penderita DM juga lebih mudah mengidap penyakit radang
hati karena virus hepatiti B dan C dibandingkan dengan penderita nondiabetes.
9. Hati
25
a. Lambung
lebih lama tertinggal di dalam lambung. Keadaan ini akan menimbulkan rasa mual,
perut terasa penuh, kembung, makanan tidak lekas turun, kadang-kadang timbul rasa
sakitdi ulu hati, atau makanan terhenti di dalam dada.
26
b. Usus
Gangguan pada usus yang paling sering dialami penderita DM adalah sukar
BAB, perut kembung, kotoran keras, BAB hanya sekali dalam 2-3 hari. Kadang terjadi
sebaliknya yaitu penderita menunjukan keluhan diare 4-5 kali sehari, kotoran banyak
mengandung air, sering timbul pada malam hari. Semua ini akibat komplikasi saraf
pada usus besar.
a. Ginjal
b. Kandung kemih
Penderita sering mengalami infeksi saluran kemih (ISK) yang berulang. Saraf
yang memelihara kandung kemih sering rusak. Sehingga diding kandung kemih
penderita tidak dapat BAK secara spontan, urine tertimbun dan tertahan dikandung
kemih. Keadaan ini disebut retensio urin. Sebaliknya, bila kontrol saraf terganggu ,
penderita sering ngompol atau urin keluar senidri yang disebut inkontinensia urine.
12. Impotensi
menyebabkan saluran darah dalam penis tidak lancar sehingga penis tidak dapat
ereksi.
Peningkatan kadar glukosa dalam darah akan merusak urat saraf penderita.
Keadaan ini disebut neuropatic diabetik. Berikut ini adalah gejala-gejala neuropatic
diabetik :
a. Kesemutan
27
c. Rasa tebal diteapak kaki sehingga penderita merasa berjalan diatas kasur
d. Kram
f. Kerusakan yang terjadi pada banyak serabut saraf yang disebut polineuropati
diabetik. Pada keadaan ini jalan penderita akan pincang dan otot-otot kakinya
mengecil (atrofi).
diabetik. Angiopati diabetik pada pembuluh darah besar atau sedang disebut
makroangiopati diabetik, sedangkan pada pembuluh darag kapiler disebut
mikroangiopati diabetik.
15. Kulit
Pada umumnya kulit penderita DM kurang sehat atau kuat dalam hal
pertahanannya, sehingga mudah terkena infeksi dan penyakit jamur.
28