Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
SRI MULYANI
PB1701031
TA 2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR INTERTROCHANTER DEKSTRA
A. PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan (Black,
2005).
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma
atau tenaga fisik dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan
lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu
lengkap atau tidak lengkap ( Price & Wilson, 2006).
Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas
tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan
otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis (Arif.
M, Asuhan keperawatan klien gangguan sistem musculoskeletal, hal 203).
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan
dunia luar.Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan
kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999).
Definisi fraktur intertrochanter femur adalah terputusnya kontinuitas
tulang pada area di antara trochanter mayor dan trochanter minor yang bersifat
ekstrakapsular (Apley, 1995)
B. ETIOLOGI FRAKTUR
1. Trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan otot yang tiba-
tiba dan berlebihan.
a. Trauma langsung: dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,
pemuntiran, atau penarikan, benturan pada tulang dan mengakibatkan
fraktur pada tempat tersebut. Bila terkena kekuatan langsung, tulang
dapat patah pada tempat yang terkena; jaringan lunak juga pasti rusak
b. Trauma tidak langsung : Bila terkena kekuatan tak langsung, tulang
dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang
terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur
mungkin tidak ada
2. Kompresi
Retak dapat terjadi pada tulang, sama halnya seperti pada logam
dan benda lain, akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering
ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal, terutama pada atlet,
penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh.
a. Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat
mengakibatkan fraktur kompresi tulang belakang.
b. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat
sehingga dapa menyebabkan fraktur (misal; elektrik shock dan tetani).
3. Patologik
Fraktur dapat terjadi karena tekanan yang normal apabila tulang itu
lemah (misalnya oleh tumor) atau apabila tulang itu sangat rapuh
(misalnya pada penyakit paget). Proses penyakit: kanker dan riketsia.
C. PATOFISIOLOGI
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan
metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang
terbuka ataupun tertutup.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka
volume darah menurun. COP menurun maka terjadi perubahan perfusi
jaringan. Hematoma akan mengeksedusi plasma dan poliferasi menjadi edem
local maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman
nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu
fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat
terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak
akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan
dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang
telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh (Sylvia, 2006:
1182).
D. ANATOMI FEMUR
Femur, tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh, meneruskan berat
tubuh dari os coxae kepada tibia sewaktu kita berdiri. Caput femoris
menganjurkan ke arah craniomedial dan agak ke ventral sewaktu bersendi
dengan acetabulum. Ujung proximal femur terdiri dari sebuah caput femoris,
dan 2 trochanter (trochanter mayor dan trochanter minor).
E. KLASIFIKASI
Ada 2 tipe fraktur femur, yaitu :
1. Fraktur intrakapsuler
Terjadi didalam tulang sendi, panggul dan kapsula
Melalui kepala femur
Hanya dibawah kepala femur
Melalui leher dari femur
2. Fraktur ekstrakapsuler
Terjadi diluar sendi dan kapsul, melalui trochanter femur yang lebih
besar atau yang lebih kecil atau pada daerah intertrochanter.
Terjadi dibagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci
dibawah trochanter kecil.
F. KOMPLIKASI
1. Komplikasi awal
a. Shock Hipovolemik/traumatic
Fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis, femur) perdarahan &
kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak shock
hipovolemi, Lepuh dan luka akibat gips
b. Emboli lemak, Cedera saraf, Cedera visceral
c. Tromboemboli vena
Berhubungan dengan penurunan aktivitas/kontraksi otot/bedrest, Otot
dan tendon robek
d. Infeksi
Fraktur terbuka: tulang kontaminasi infeksi sehingga perlu monitor
tanda infeksi dan terapi antibiotik.
Sendi : Hemartrosis dan infeksi, Cedera ligament, Algodistrofi
e. Cedera vaskular (termasuk sindroma kompartemen)
2. Komplikasi lambat
a. Tulang
Nekrosis avaskular : Karena suplai darah menurun sehingga
menurunkan fungsi tulang
Delayed union : Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari
yang diharapkan biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini
berhubungan dengan proses infeksi. Distraksi/tarikan bagian
fragmen tulang.
Non union : Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi
pengobatan. Hal ini disebabkan oleh fibrous union atau
pseudoarthrosis.
Mal-union : Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan
(ada perubahan bentuk)
b. Jaringan lunak
Ulkus dekubitus
Miositis osifikans
Tendinitis dan rupture tendon
Tekanan dan terjepitnya saraf
Kontraktur volkmann
c. Sendi
Ketidakstabilan
Kekakuan
Algodistrofi
G. PEMERIKSAAN
Untuk mendiagnosis fraktur, diperlukan adanya anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, sebagai berikut:
1. Anamnesis
Biasanya terdapat riwayat cedera (bagaimana proses cederanya), diikuti
dengan ketidakmampuan menggunakan tungkai yang mengalami cedera.
Setelah jatuh tidak dapat berdiri, kaki lebih pendek dan lebih berotasi
keluar dibandingkan pada fraktur collum (karena fraktur bersifat
ekstrakapsular) dan pasien tidak dapat mengangkat kakinya.
2. Pemeriksaan Fisik
Sedangkan tanda-tanda lokal pada fraktur akan didapatkan, antara lain:
a. Penampilan (look)
Pembengkakan, memar, deformitas mungkin terlihat jelas, tetapi hal
yang penting adalah apakah kulit itu terlihat utuh atau tidak
b. Rasa (feel)
Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian
distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan menguji sensasi
c. Gerakan (movement)
Krepitus dan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih oenting untuk
menanyakan apakah pasien dapat menggerakkan sendi-sendi di bagian
distal cedera. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin
untuk ginjal
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi pada panggul meliputi foto polos pelvis
secara anteroposterior (AP) dan area yang terkena cedera, dan dapat pula
foto panggul secara lateral view.
Pada beberapa kasus, CT scan mungkin diperlukan untuk
menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma.
Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi)
atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respons stress normal
setelah trauma.
I. PRINSIP PENATALAKSANAAN
1. Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan
dan kemudian dirumah sakit.
a. Riwayat kecelakaan
b. Parah tidaknya luka
c. Diskripsi kejadian oleh pasien
d. Menentukan kemungkinan tulang yang patah
e. Krepitus
2. Reduksi: reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak
normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:
a. Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan
traksi atau gips
b. Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui
pembedahan, biasanyamelalui internal fiksasi dengan alat misalnya;
pin, plat yang langsung kedalam medula tulang.
c. Retensi: menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk
mempertahankan fragmen-fragmen tersebut selama penyembuhan
(gips/traksi)
d. Rehabilitasi: langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan
bersamaan dengan pengobatanfraktur karena sering kali pengaruh
cedera dan program pengobatan hasilnya kurang sempurna(latihan
gerak dengan kruck).
J. TINDAKAN PEMBEDAHAN
1. ORIF (OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION)
a. Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan
sepanjang bidanganatomik menuju tempat yang mengalami fraktur
b. Fraktur diperiksa dan diteliti
c. Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka
d. Fraktur direposisi agar mendapatkan posisi yang normal kembali
e. Sasudah reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan alat
ortopedik berupa; pin,sekrup, plate, dan paku
Keuntungan:
a. Reduksi akurat
b. Stabilitas reduksi tinggi
c. Pemeriksaan struktur neurovaskuler
d. Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal
e. Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi
lebih cepat
f. Rawat inap lebih singkat
g. Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal
Kerugian :
a. Kemungkinan terjadi infeksi
b. Osteomielitis
2. EKSTERNAL FIKSASI
Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal, biasanya
pada ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama Post eksternal fiksasi,
dianjurkan penggunaan gips. Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan
untuk implantasi pen ke tulang Lubang kecil dibuat dari pen metal
melewati tulang dan dikuatkan pennya. Perawatan 1-2 kali sehari secara
khusus, antara lain:
Observasi letak pen dan area
Observasi kemerahan, basah dan rembes
Observasi status neurovaskuler distal fraktur
Fiksasi eksternal Fiksasi Internal Pembidaian
K. TERAPI FRAKTUR
1. Operatif
Open Reduction Internal Fixation (ORIF)
2. Rehabilitasi Medik
Rehabilitasi medik untuk terapi fraktur intertrochanter meliputi :
Waktu Treatment
Tindakan pencegahan
Menghindari passive ROM
Range of Motion (ROM)
Active ROM pada hip dan knee dengan fleksi, ekstensi,
abduksi dan adduksi
Kekuatan otot
Isometric exercises pada m.gluteus dan m.quadriceps
Hari pertama Aktivitas fungsional
Transfer ke stand-pivot jika non-weight bearing. Jika
sampai 1
weight bearing, ekstremitas yang dipengaruhi, digunakan
minggu
selama transfer.
Menggunakan alat bantu untuk ambulasi.
Weight bearing
Weight bearing sesuai toleransi untuk fraktur yang stabil.
Toe-touch sampai partial weight bearing atau non-weight
bearing untuk fraktur tidak stabil.
2 Minggu Tindakan pencegahan
Menghindari berdiri pada kaki yang cedera tanpa bantuan.
Menghindari passive ROM.
Range of Motion
Active ROM pada hip dan knee. Hip difleksikan mencapai
900.
Kekuatan otot
Isometric exercises pada glutei, quadriceps dan hamstrings.
Aktivitas fungsional
Tergantung pada weight bearing, patien melakukan tranfer
stand-pivot atau menggunakan ekstremitas tang dterkena
selama transfer. Untuk ambulasi, menggunakan alat bantu.
Weight bearing
Tergantung prosedur, weight bearing sesuai toleransi. Non-
weight bearing sampai partial weight bearing, sampai toe-
touch untuk fraktur yang tidak stabil.
Tindakan pencegahan
Menghindari puntiran atau putaran pada sisi fraktur.
Range of Motion
Active, active-assistive ROM pada hip dan knee
Kekuatan otot
Isometric exercises pada glutei, quadriceps dan hamstrings.
Active resistive exercise pada quadriceps, glutei dan
4 sampai 6 hamstrings, jika gerak sendi mempuntai toleransi yang baik.
Aktivitas fungsional
minggu Tergantung dari weight bearing, transfer stand-pivot atau
weight bearing sesuai toleransi pada ekstremitas yang
terkena selama transfer. Ambulasi dengan alat bantu.
Weight bearing
Weight bearing sesuai toleransi untuk fraktur yang stabil.
Partial weight bearing, non-weight bearing sampai toe-
touch untuk fraktur yang tidak stabil.
Tindakan pencegahan
Tidak ada
Range of Motion
Melanjutkan active, active-asisstive ROM. Memulai passive
ROM dan pemanasan pada hip dan knee.
Kekuatan otot
8 sampai 12 Progressive resistive exercises pada hip dan knee.
Aktivitas fungsional
minggu Pasien menggunakan ekstremitas yang diliputi dengan
weight bearing sesuai toleransi atau weight bearing yang
penuh selama transfer dan ambulasi. Menghentikan
penggunaan alat bantu.
Weight bearing
Penuh
12 sampai 16
Tidak berubah
minggu
KONSEP ASUHAN KEPERWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Meliputi usia ( kebanyakan terjadi pada usia muda), jenis kelamin
( kebanyakan terjadi pada laki-laki biasanya sering mengebut saat
mengendarai motor tanpa menggunakan helm).
2. Keluhan utama,
Nyeri akibat dari post operasi fraktur femur dan fraktur antebrachii
3. Riwayat penyakit sekarang.
Biasanya klien datang dengan keluhan jatuh atau trauma lain
4. Riwayat penyakit dahulu.
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit Paget
menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit menyambung. Selain
itu, klien diabetes dengan luka dikaki sangat beresiko mengalami
osteomilitis akut dan kronis dan penyakit diabetes menghambat proses
penyembuhan tulang.
5. Riwayat penyakit keluarga.
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang adalah faktor
predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering terjadi
pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang diturunkan secara genetic
6. Riwayat psikososial spiritual
Takut, cemas, terbatasnya aktivitas.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pre Operasi
B1 (breathing), Pada pemeriksaan sistem pernapasan tidak mengalami
gangguan
B2 (blood)Pada pemeriksaan sistem kardiovaskuler, dapat terjadi
peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi dan respirasi oleh
karena nyeri , peningkatan suhu tubuh karena terjadi infeksi terutama
pada fraktur terbuka
B3 (brain)Tingkat kesadaran biasanya komposmentis
B4 (bladder), Biasanya klien fraktur tidak mengalami kelainan pada
sistem ini.
B5 (bowel), Pemenuhan nutrisi dan bising usus biasanya normal, pola
defekasi tidak ada kelainan
B6 (bone), Adanya deformitas, adanya nyeri tekan pada daerah
trauma.
b. Post Operasi
B1 (breathing), biasanya terjadi reflek batuk tidak efektif sehingga
terjadi penurunan akumulasi secret, bisa terjadi apneu, lidah
kebelakang akibat general anastesi, RR meningkat karena nyeri
B2 (blood)Pada pemeriksaan sistem kardiovaskuler, dapat terjadi
peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi dan respirasi oleh
karena nyeri , peningkatan suhu tubuh karena terjadi infeksi terutama
pada proses pembedahan.
B3 (brain)Dapat terjadi penurunan kesadaran akibat tindakan anastesi,
nyeri akibat pembedahan
B4 (bladder)Biasanya karena general anastesi terjadi retensi urin
B5 (bowel)Akibat dari general anastesi terjadi penurunan peristaltic
B6 (bone)Akibat pembedahan klien mengalami gangguan mobilitas
fisik.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang, kompresi
saraf, cedera neuromuskular, trauma jaringan, dan refleks spasme otot
sekunder.
Tujuan dan kriteria hasil : nyeri berkurang, hilang atau teratasi
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi pada paha
Tujuan dan kriteria hasil : infeksi tidak terjadi selama perawatan
1) Kaji dan pantau luka operasi setiap hari
Rasional : mendeteksi secara dini gejala-gejala inlamasi yang
mungkin timbul sekunder akibat adanya luka pasca operasi
2) Lakukan perawatan luka secara steril
Rasional : teknik perawatan luka secara steril dapat mengurangi
kontaminasi kuman
f. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, akan menjalani operasi,
status ekonomi dan perubahan fungsi peran
Tujuan dan kiteria hasil : ansietas hilang atau berkurang
1) Kaji tanda verbal dan nonverbal ansietas, dampingi klien dan lakukan
tindakan bila klien menunjukan perilaku merusak
Rasional : reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi,
marah dan gelisah
2) Hindari konfrontasi
Rasional : konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan
kerja sama, dan mungkin memperlambat penyembuhan
3) Mulai lakukan tindakan untuk mengurangi ansietas. Beri lingkungan
yang tenang dan suasana yang penuh istirahat
Rasional : mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu
4) Tingkatkan kontrol sensasi klien
Rasional : kontrol sensasi klien ( dalam mengurangi ketakutan)
dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien, membantu
latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, serta memberikan
umpan balik yang positif
5) Orientasikan klien terhadap tahap-tahap prosedur operasi dan aktfitas
yang diharapkan
Rasional : oreentasi tahap-tahap prosedur operasi dapat mengurangi
ansietas.
DAFTAR PUSTAKA