Pada dasarnya semua gerak pada hewan, mulai dari protozoa sampai pada vertebrata
memiliki persamaan dan menggunakan mekanisme yang sama. Jelaskan maksudnya!
Jawab :
2. Jelaskan mekanisme gerak amuboid, gerakan silia dan flagel pada hewan!
Jawab :
Gerak amuboid adalah suatu gerak yang merupakan ciri khas dari amoeba.
Selama gerak amuboid, pseudopodium dapat terbentuk dibeberapa bagian sel, namun
hanya satu yang dominan, dan sel akan bergerak kea rah pseudopodium yang dominan.
Pada amoeba yang sedang bergerak, plasmasol akan mengalir kearah gerakan, begitu
plasmasol mencapai ujung pseudopodium, sebagian plasmasol akan bergerak ke kanan
dan kiri, dan sebagian lagi kearah depan. Plasmasol yang berbelok kearah kanan dan kiri
kemudian berubah menjadi plasmagel, sehingga sebagian besar plasmasol terus mengalir
keujung pseudopodium membentuk tudung hialin. Pembentukan pseudopodium akan
berhenti apabila pada ujung depan pseudopodium terbentuk plasmagel (Soewolo, 2000).
Aktivitas silia terbatas pada medium cair. Silia bergerak tidak simetris, gerak
kearah yang satu berlangsung dengan silia dalam keadaan kaku desertai dengan silia
dalam keadaan kaku disertai tenaga kuat dan gerak cepat (kayuhan efektif). Gerakan ini
diikuti gerak balik yang lambat dengan silia melengkung berawal dari pangkalnya
(kayuhan balik), sehingga kembali ke posisi semula. Air didorong sejajar dengan
permukaan yang bersilia. Satu flagel bergerak simetris dengan undulasi mirip dengan
gerakan ular sehingga air didorong sejajar dengan sumbu memanjang flagel. flagella
bergerak seperti gaya dayung (Soewolo, 2000).
4. Jelaskan secara berurutan mekanisme sliding filament pada sarkomer-sarkomer sel otot
rangka! Jelaskan pula perbedaan mendasar konsep sliding filament pada otot visceral
dibandingkan otot rangka!
Jawab :
Mula mula sel saraf menyalurkaan impuls ke sel sel otot. Kontraksi otot muncul
ketika pita terang kepala miosin akan mengikat ATP sebagai sumber energi untuk
melakukan kontraksi. Kepala miosin akan menghidrolisis ATP menjadi ADP dan fosfat
anorganik dan menggunakan energi yang timbul dari pemecahan ATP tersebut. Setelah
mendapat energi ATP, kepala miosin akan mengait dengan aktin membentuk jembatan
silang. Kemudian terjadi pelepasan ADP dan fosfat anorganik yang menyebabkan kepala
miosin bergerak sehingga menarik aktin mendekat atau mengkerut menuju M line.
Kepala miosin yang menangkap ATP baru akan meyebabkan kepala miosin melepaskan
diri dari aktin dan siklus akan berulang kembali. (Kurang beda otot visceral).
5. Pada sel otot rangka dan sel otot jantung berkontraksi menurut prinsip all or none,
sedangkan kontraksi otot sendiri tidak mengikuti prinsip all or none. Mengapa hal ini
terjadi?jelaskan!
Jawab :
Sel otot rangka dan sel otot jantung berkontraksi menurut prinsip all or none
terjadi apabila suatu sel otot diberi stimulus yang cukup kuat (stimulus ambang/minimal
atau atas ambang/supraminimal), maka sel otot akan berkontraksi dengan kekuatan
kontraksi penuh, sedangkan stimulus bawah ambang (sub-minimal) tidak akan
menghasilkan kontraksi sama sekali. Stimulus bawah ambang dapat menimbulkan
kontraksi apabila diberikan dengan penjumlahan (sumasi), artinya beberapa stimulus
bawah ambang bila dikenakan pada otot berkali-kali dengan cepat, maka otot akan
berkontraksi. Sedangkan kontraksi otot/jaringan otot itu sendiri tidak mengikui prinsip
all or none terjadi apabila setiap jaringan otot disarafi oleh saraf motor. Makin banyak
saraf motor yang diaktifkan, maka makin banyak sel-sel otot yang berkontraksi atau
makin kuat stimulus yang mengenai saraf motor, maka makin banyak unit motor yang
diaktifkan sehingga otot akan berkontraksi semakin kuat. Apabila saraf motor yang
mengenainya lebih lemah maka maka otot akan berkontraksi dengan sangat lemah juga
(Soewolo,2000).
6. Dalam hal durasi kemampuan berkontraksi, mengapa otot jantung memiliki sifat tidak
cepat lelah?
Jawab :
Sel-sel otot jantung mengandung banyak mitokondria, sekitar 40% atau lebih dari
volume sitoplasma, yang artinya metabolisme aerobik terjadi secara kontinyu di sel-sel
otot jantung. Sebagai perbandingan hanya sekitar 2% mitokondria pada sel otot rangka.
Asam lemak, diangkut ke sel otot jantung oleh lipoprotein, lipoprotein itu sebagai bahan
bakar utama jantung dan disimpan sebagai trigliserida dalam sel-sel otot. Jantung juga
berfungsi untuk memompa darah, jadi darah yang kaya oksigen melewati otot jantung
secara terus-menerus.
Karena kedua hal tersebut, maka otot jantung akan melakukan metabolisme aerobik dan
tidak perlu melakukan metaboli me secara anaerobik yang memproduksi asam laktat.
Asam laktat yang tertimbun akan menyebabkan otot lelah. Maka dari itu otot jantung
tidak cepat lelah.
7. Mengapa ion kalsium , ATP dan fosfagen memiliki peran sentral dalam mekanisme
kontraksi otot?
Jawab :
Hal ini dikarenakan pelepasan ion kalsium (Ca++) dari retikulum-sarkoplasma
menuju ke dalam sitoplasma. Ca++ yang tersebar dalam sitoplasma kemudian melekat
pada troponin (subunit TnC). Akibat dari melekatnya Ca++ pada troponin mengakibatkan
tropomiosin bergeser, sehingga tempat melekatnya miosin pada aktin terbuka. Dengan
terbukanya tempat perlekatan miosin ini maka jembatan silang miosin akan melekat pada
aktin (terbentuk aktomiosin). Siklus jembatan silang yang terjadi berkali-kali (50 sampai
100 kali) menyebabkan kontraksi otot.
ATP berfungsi sebagai sumber energi ketika otot melakukan kontraksi. Yakni melalui
reaksi yang dikatalis ATP-ase. Fosfagen juga dapat digunakan sebagai energi apabila
persediaan ATP dalam otot menipis. Fosfagen akan memberikan gugus fosfatnya kepada
ADP untuk resintesis ATP. Reaksi resintesis ini dapat berjalan secara bolak-balik
sehingga bila ATP diproduksi berlebihan maka banyak fosfagen yang dihasilkan
kemudian disimpan di dalam otot.
10. Apa yang dimaksud dengan twich contraction, gelombang sumasi dan tetanus? Jelaskan
pula perbedaan proses fisiologis dari tetanus sempurna dan tidak sempurna!
Jawab :
Saat otot dirangsang dengan sengatan listrik tunggal dengan voltase yang cukup,
dengan otot cepat berkontraksi dan rileks. Respon ini disebut twitch atau kedutan.
Meningkatkan tegangan stimulus meningkatkan kekuatan twitch atau kedutan. Jadi
kekuatan kontraksi otot dapat dinilai, atau bervariasi. Jika kejutan listrik kedua
dikirimkan segera setelah yang pertama, akan menghasilkan kedutan ke dua. Respon in
idisebut sumasi atau penjumlahan.
Stimulasi serat dalam otot in vitro dengan stimulator listrik, atau in nivo oleh
akson motor, biasanya menghasilkan kontraksi penuh dari individu serat. Kontraksi otot
yang lebih kuat dihasilkan oleh stimulasi sebesar banyak serat otot. Otot rangka dapat
menghasilkan kontraksi bergradasi, kekuatannya bergantung pada jumlah serat yang
distimulasi dan bukan pada kekuatan kontraksi serat otot individu. Jika stimulator disetel
untuk menghasilkan frekuensi sengatan listrik yang meningkat secara otomatis, waktu
relaksasi antara kedutan yang berurutan akan semakin pendek dan pendek seiring
kekuatan kontraksi yang meningkat dalam amplitudo. Efek ini dikenal sebagai tetanus
tidak lengkap (gambar 12.18). Akhirnya, pada frekuensi "fustier tentu" stimulasi, tidak
ada relaksasi yang terlihat antara kedutan yang beruntun. Kontraksi lancer dan
berkelanjutan, karena selama kontraksi otot normal in vivo. Kontraksi mulus dan
berkelanjutan ini disebut tetanus lengkap. (Istilah tetanus tidak boleh disalah artikan
dengan penyakit dengan nama yang sama, disertai dengan keadaan kontraksi otot atau
tetani yang menyakitkan.) Tetanus yang diproduksi secara in vitro oleh kerutan asinkron
serabut otot mensimulasikan kontraksi normal dan halus yang dihasilkan in vivo ole
haktivasi yang asinkron motor unit.