Anda di halaman 1dari 3

DISKUSI ETIK

20 OKTOBER 2017
Kasus 1 :
Solusi yang kita ambil membuat list pasien untuk semua koass
Update pasien untuk mawar
Teman koassmu mendampingi dokter lain

Kasus 2 :
Kasus di stase bedah, ileus obstruksi, ditangai residen, konsul anes sudah 4 jam
namun belum dijawab. Koas bedah konsul ke residen, residen meminta untuk
hubungin lagi koas anes. Pasien laki-laki, 40-45 thn, masuk k IGD RSMS siang hari,
permintaan OP cito ke anestesi sdh diperiksa koas anes dan dikonsulin ke konsulen
anes namun tidak dijawab. Akhirnya jam 11/12 malam baru dijawab oleh konsulen
dan akhirnya dilakukan OP cito lalu pasien dirawat di icu. Keputusan untuk
bertindak berdasarkan informasi dari senior-senior terdahulu, atau perintah langsung
dari dokter yang bersangkutan.

Kasus 3 :
Kasus di stase anestesi. Ada konsul cito, dengan diagnosis partus macet, ketuban
pecah dini, perdarahan jalan lahir, djj janin melemah. 45 menit belum ada jawaban,
karena cito akhirnya koass anes mengsulkan ke bidan untuk meghubungi konsulen
anes malam itu, akhirnya bidan menelpon namun tidak ada jawaban, bidan meminta
koass untuk menghubungi konsulen anes namun koass tidak berani. Koass anes ingin
memberi ide untuk koass obgyn namun telpon langsung di untuk menghubungi DPJP
obgyn. Akhirnya DPJP obgyn memhubungi langsung konsulen anestesi yang jaga
malam itu namun tidak ada jawaban akhirnya menghubugi konsulen anestesi lain
yang tidak berjaga malam itu., dan akhirnya acc op.
Konsulen anestesi yang jaga malam itu baru mengread WA dipagi hari dan tidak ada
pembahasan dihari lain.
Kasus 4 :

Di stase Bedah, sub stase bedah syaraf. Konsul dari anak, namun untuk konsul ini
koass tidak boleh yang mengonsulkan ke konsulen, tetapi koass harus tahu pasiennya.
Op akan dilaksanakan lusa di IGD. Pada saat hari mau op konsulen lupa op dan
ternyata pasien meninggal di hari yang harusnya op, pasien dengan diagnosis ICH.
Hari selanjutnya komunikasi tetap berjalan seperti biasa dengan konsulen tersebut.
Pasien masuk HCU sudah 5 hari sebelum dilakukan op.

Tidak boleh menguhubungi disini maksudnya mungkin tidak boleh ketika jaga IGD
namun diluar itu boleh.

Melihat kondisi dan karakter konsulen untuk menghubungi konsulen.

Kasus 5 :
Stase Interna, di bangsal dahlia. Pasien wanita, 67 tahun, diagnosis suspek ca. hepar.
Pasien sadar namun sudah sulit untuk diajak komunikasi namun masih bisa. Pasien
mulai mengalami penuruan kesehatan, ex. Tidak mau makan, ke wc harus diantar
sama keluarga. Lalu di fisit sama dokter konsulen usul pasang NGT dan keteter. Hari
selasa, NGT dan keteter tidak terpasang. Hari rabu pasien mulai tidak sadar. Keluarga
pasien tetap menolak untuk dipasang NGT dan keteter. Keesokana harinya pasien
mulai menurun lagi kesehatannya dan akhinya hari jumat meninggal.

Kasus 6 :

Stase THT, pasien 20 tahun, dengan diagnosis tonsillitis kronik, akan dilakukan
tonsilektomi. Op dilakukan besok ahrinya jam 10 dan jam 11 selesai, op selesai dan
lancar. Lalu 1 jam kemudian terjadi perdarahan, dilakukan op lagi dengan metode
lain selesai jam 1,op dengan dibius total lagi, setalah itu pasien dibawa ke bangsal
teratai dan jam 4 pasien perdarahan lagi. Lalu dilakukan op lagi dan dibius total. Lalu
malam harinya ke 4 dokter THT datang untuk berdiskusi tentang pasien. Koass
berjaga menunggu pasien tersebut namun air liur pasien terus keluar. Ternyata pasien
mengalami kelainan pembekuan darah.
Kasus 7 :

Stase interna, terjadi ketika minggu ke 2 jaga. Bangsal mawar ada konsul, sdr. R, 19
th, tumor intra abdomen dengan ca prostat. Balik lagi ke mawar sekitar jam 8, ada
perawat (siswa) yang memberitahu kalo pasien sudah sianosis, akhinya bersama
perawat ke pasien, lalu pasien sudah kaku, pasien kaku mulut sejak jam 5 (menurut
pengakuan keluarga pasien) namun keluarga pasien tidak tahu jika sudah meninggal
akhirnya,

Anda mungkin juga menyukai