Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Post Natal Care (PNC)


Sub Pokok Bahasan : Tanda Bahaya Pada Masa Nifas
Target dan Sasaran : Ibu Nifas
Hari/Tanggal : Senin/6 November 2017
Waktu : 30 menit
Tempat : Puskesmas Alalak Selatan

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit, peserta mampu mengetahui
tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas.

B. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, peserta dapat mengetahui tentang:
1. Pengertian masa nifas
2. Tanda bahaya pada masa nifas
3. Macam-macam tanda bahaya pada masa nifas
4. Hal yang perlu dilakukan bila terdapat tanda bahaya pada masa nifas
Dan ibu nifas agar lebih meningkatkan kesadaran terhadap perlunya pengetahuan tentang
tanda-tanda bahaya masa nifas sehingga mereka dapat mengetahui dan mengenali apa
yang termasuk dalam tanda-tanda bahaya nifas dengan demikian diharapkan
gangguan/komplikasi dalam masa nifas dapat dideteksi secara dini.

C. Materi
1. Pengertian masa nifas
2. Tanda bahaya pada masa nifas
3. Macam-macam tanda bahaya pada masa nifas
4. Penanganan yang harus dilakukan jika mengalami tanda bahaya pada masa nifas

D. Metode
Ceramah dan Tanya jawab

E. Media
Leaflet dan Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

F. Kegiatan Penyuluhan
Waktu Kegiatan Kegiatan Ibu
Pembukaan 1. Salam Pembuka - Menjawab
(5 menit) 2. Memperkenalkan diri salam
3. Menjelaskan pokok bahasan dan tujuan - Mendengarkan
penyuluhan
4. Menjelaskan jalannya penyuluhan
5. Membagi leaflet
Isi 5. Menjelaskan pengertian masa nifas - Melihat
(20 menit) 6. Menjelaskan tanda bahaya pada masa - Mendengarkan
nifas -
7. Menjelaskan macam-macam tanda Memperhatikan
bahaya pada masa nifas
8. Menjelaskan penanganan yang harus
dilakukan jika mengalami tanda bahaya pada
masa nifas
Penutup - Tanya jawab - Mengajukan
(5 menit) - Mengakhiri penyuluhan pertanyaan
- Salam penutup. - Menjawab
- Menjawab
salam

G. Evaluasi
Prosedur : Post Test
Bentuk : Lisan
Jenis : Tanya Jawab
Jenis Pertanyaan :
1. Apa pengertian dari masa nifas?
2. Sebutkan tanda bahaya pada masa nifas dan cara penanganannya?
Hasil
Ibu dapat menjawab pertanyaan yang diberikan.
Materi Penyuluhan

TANDA BAHAYA PADA IBU NIFAS

A. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas (Puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6-8 minggu (Prawirohardjo, 2010)
Puerperium berlangsung 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk
pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal, dijumpai dua kejadian penting pada
puerperium, yaitu involusi uterus dan proses laktasi (Manuaba, 2007).
Masa nifas dimulai beberapa jam setelah plasenta lahir dan mencakup 6 minggu
berikutnya. (APN, 2008)
Jadi masa nifas adalah periode yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan pulih seperti keadaan sebelum hamil yang lamanya 6 minggu
atau 42 hari.

B. Tanda Bahaya Masa Nifas


Adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya/komplikasi
yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa
menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes, 2011).
Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut:
1. Infeksi Nifas
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang masuk ke
dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.

Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah
melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38 derajat Celsius atau lebih selama
2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama
(Joint Committee on Maternal Welfare, AS).
Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ kandungan
maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan masuknya
kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi:

1. Ektogen (kuman datang dari luar)


2. Autogen (kuman dari tempat lain)
3. Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)
Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh:
1. Streptococcus Haemolyticus Aerobic
2. Staphylococcus Aerus
3. Escheria Coli
4. Clostridium Welchii
5. Streptococcus Haemolyticus Aerobic

2. Pendarahan Post Partum


a. Tanda dan gejala
Pendarahan post partum adalah pendarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24
jam setelah anak lahir (Prawirohardjo, 2010).
Menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian:
1) Pendarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorragie) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia uteri,
retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam
pertama.
2) Pendarahan Post Partum Sekunder (Late Post Partum Hemorragie) yang
terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5-15 post partum. Penyebab
utama adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta (Prawirohardjo, 2010)
Menurut Manuaba (2008), pendarahan post partum merupakan penyebab penting
kematian maternal khususnya di Negara berkembang.
b. Factor-faktor penyebab pendarahan post partum adalah:
a. Grandemultipara
b. Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
c. Persalinan yang dilakukan dengan tindakan
b. Penanganan
Perdarahan yang perlahan dan berlanjut atau perdarahan tiba-tiba merupakan
suatu kegawatdaruratan, segeralah bawa ibu ke fasilitas kesehatan.

3. Preeklamsia
Pre Eklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
dengan proteinuria (Prawirahardjo, 2008). Pre-eklamsia adalah kondisi khusus dalam
kehamilan, ditandai dengan peningkatan tekanan darah (TD) dan proteinuria (Vicky
Chapman, 2006).
Preeklamsi merupakan salah satu bentuk hipertensi yang hanya terjadi pada wanita
hamil dan berlanjut ke persalinan maupun nifas. Preeklampsia merupakan suatu
keadaan heterogen dimana patogenesisnya dapat berbeda beda bergantung faktor
resiko yang dimiliki. Patogenesis preeklampsia pada wanita nulipara kemungkinan
berbeda dengan wanita yang memiliki penyakit vaskuler sebelumnya, pada wanita
diabetes, atau riwayat preeklamspsia sebelumnya.
Frekuensi kejadian preeklampsia meningkat pada wanita muda dan nulipara. Akan
tetapi distribusi frekuensinya berdasar usia bersifat bimodal, dengan peningkatan
berikutnya pada wanita multipara dengan usia di atas 35 tahun. Pada wanita yang
memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia, resiko preeklampsia lebih besar
dibandingkan dengan populasi wanita pada umumnya.
Faktor predisposisi preeklampsia adalah sebagai berikut :
1. Usia > 35 tahun
2. Nullipara
3. Kehamilan kembar
4. Mola hidatiformis
5. Diabetes mellitus
6. Penyakit thyroid
7. Hipertensi kronik
8. Gangguan ginjal
9. Penyakit vaskuler kolagen
10. Sindroma anti phospholipid
11. Riwayat keluarga dengan preeclampsia
Tanda gejala:
a. Preeklamsi ringan
1. Tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan atau tekanan darah
diastolik 90 mmHg
2. Proteinuria 1 + atau lebih
3. Sakit kepala disertai gangguan penglihatan
4. Penambahan edema berlebihan secara tiba-tiba. Perlu diperhatikan bahwa
apabila hanya 1 tanda ditemukan, perawatan belum seberapa mendesak, akan
tetapi pengawasan ditingkatkan.
b. Preeklamsi berat
1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 110 mmHg
2. Protein uria lebih dari positif 2 (++)
3. Oliguria yaitu produksi urine kurang dari 400 cc/ 24 jam
4. Edema paru : Nafas pendek, sianosis, ronkhi +
5. Nyeri daerah epigastrium
6. Gangguan penglihatan
7. Nyeri kepala hebat
Pencegahan:
1. Diet makanan
- Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah
lemak.
- Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema.
2. Cukup istirahat

4. Infeksi Saluran Kencing

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran
kemih. Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi dan hal
inidihubungkan dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih
waktupersalinan, pemeriksaan dalam yang sering, kontaminasi kuman dari perineum,
ataukaterisasi yang sering (Krisnadi, 2005).

Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang sering dijumpai pada perempuan setelah
infeksi saluran nafas. Dalam setiap tahun,15% perempuan mengalami ISK. Kejadian
ISK makin sering terjadi pada masa kehamilan. Perubahan mekanis dan hormonal
yang terjadi pada kehamilan meningkatkan resiko keadaan yang membuat urin
tertahan disaluran kencing. Juga adanya peningkatan hormon progesteron pada
kehamilan akan menambah besar dan berat rahim serta mengakibatkan pengenduran
pada otot polos saluran kencing.

Etiologi
Ada beberapa penyebab infeksi saluran kencing pada masa nifas,yaitu
Bakteri Escherecia coli merupakan penyebab yang sering ditemukan pada kasus
ISK. Bakteri ini dapat berasal dari flora usus yang keluar sewaktu buang air
besar, dan jika bakteri berkembang biak akan menjalar ke saluran kencing dan
naik ke kandung kemih dan ginjal,ini lah yang menyebabkan ISK.
Trauma kandung kemih waktupersalinan
Pemeriksaan dalam yang sering
Kontaminasi kuman dari perineum
Kateterisasi yang sering
Nutrisi yang buruk
Defisiensi zat besi
Persalinan lama
Ruptur membran
Episiotomi
Sectio Cessaria

Patofisiologi
Infeksi saluran kemih ini terjadi akibat pengaruh hormon progesterone terhadap tonus
otot dan peristaltic,dan yang lebih penting lagi adalah akibat penyumbatan mekanik
oleh rahim yang membesar saat hamil.
3 cara terjadinya ISK,yaitu
1) Penyebaran melalui aliran darah yang berasal dari usus halus atau organ lain ke
bagian saluran kemih.
2) Penyebaran melalui saluran getah bening yang berasal dari usus besar ke
kandung kencing atau ginjal.
3) Terjadi migrasi kuman secara asenden (dari bawah ke atas) melalui uretra, ke
kandung kencing(buli-buli) dan ureter ke ginjal.
Tanda dan Gejala
Infeksi saluran kencing sering di tandai dengan gejala berikut.
Nyeri dibawah perut
Susah kencing atau keluar hanya sedikit
Sering berkemih dan tak dapat ditahan
Retensi urin
Demam
Menggigil
Perasaan mual dan muntah
Lemah
Nyeri pinggang

5. Bendungan ASI
Untuk dapat melancarkan ASI, dilakukan persiapan sejak awal kehamilan dengan
melakukan masase, menghilangkan kerak pada putting susu sehingga duktusnya tidak
tersumbat.
Untuk menghindari putting susu terbenam sebaiknya sejak hamil, ibu dapat menarik-
narik putting susu dan ibu harus tetap menyusui agar putting selalu sering tertarik.
Sedangkan untuk menghindari putting lecet yaitu dengan melakukan teknik menyusui
yang benar, putting harus kering saat menyusui. Putting lecet dapat disebabkan karena
cara menyusui dan perawatan payudara yang tidak benar, bila lecetnya luat menyusui
24-48 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa (Manuaba, 2008)
Keadaan abnormal pada masa menyusui yang mungkin terjadi:
Bendungan ASI
- Penyebab: penyempitan duktus laktiferus, kelenjar yang tidak dikosongkan dengan
sempurna, kelainan pada putting susu.
- Gejala: timbul pada hari ke 3-5, payudara bengkak, keras, tegang, panas dan nyeri,
suhu tubuh meningkat.
- Penanganan:
a) Susukan payudara sesering mungkin
b) Kedua payudara disusukan
c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan
d) Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui, sanggah payudara.
e) Kompres dingin pada payudara diantara menyusui
f) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg peroral setiap 4 jam.

6. Baby Blues

Post partum blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan
kecemasan,labilitas persaan dan depresi pada ibu. Diperkirakan hampir 50-70%
seluruh wanita pasca melahirkan akan mengalami baby blues atau post natal
syndrome yang terjadi pada hari ke-4 -10 pasca persalinan.

Gejala-gejala

Adapun gejalanya yaitu Reaksi depressi / sedih/ disporia. Sering menangis ,mudah
tersinggung,cemas,labilitas perasaan,cenderung menyalahkan diri sendiri,gangguan
tidur dan gangguan nafsu makan,kelelahan,mudah sedih,cepat marah,mood mudah
berubah,cepat menjadi sedih dan cepat menjadi gembira. Perasaan terjebak,marah
kepada pasangan dan bayinya,perasaan bersalah,dan sangat pelupa.

Faktor Faktor Penyebab

Factor yang menyebabkan terjadinya post partum blues bisa terjadi dari dalam dan
luar individu,misalnya: ibu belum siap mengahadapi persalinan; adanya perubahan
hormone progesterone yang ketika masa kehamilan meningkat kemudian turun secara
tiba-tiba pasca persalinan, payudara membengkak dan menyebabkan rasa sakit atau
jahitan yang belum sembuh; ketidak nyamanan fisik yang di alami wanita
menimbulkan gangguan pada emosional seperti payudara bengkak dan nyeri jahitan,
rasa mulas; Ketidak mampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional
yang kompleks; Faktor umum dan paritas;pengalaman dalam proses persalinan dan
kehamilan.

Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat pendidikan,status


perkawinan,kehamilan yang tidak di inginkan,riwayat gangguan kejiwaan
sebelumnya,social ekonomi
Kecukupan dukungan dari lingkungan (suami,keluarga dan teman) apabila suami
mendukung kehmilan ini,aapakah suami mengerti persaan istri, keluarga dan teman
memberikan dukungan fisik dan moril .

Strees dalam keluarga misalnya: factor ekonomi memburuk ,persoalan dengan


suami,problem dengan mertua stress yang di alami wanita itu sendiri misalnya ASI
tidak keluar , frustasi karena bayi tidak mau tidur.

Kelelahan pasca persalinan, perubahan yang pernah di alami oleh ibu,rasa memiliki
bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut kehilangan bayinya; problem
anak, setelah kelahiran bayi,kemungkinan timbul rasa cemburu dari anak sebelumnya
sehingga hal tersebut cukup mengganggu emosional.

Penanganan

Penanganan gangguan mental pasca persalinan pada prinsipnya tdak berbeda dengan
penanganan gangguan mental pada momen-momen lainnya. Para ibu yang mengalami
post partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini
membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus
juga di penuhi.

Cara untuk mengatasinya,antara lain : komunikasikan segala permasalahan atau hal


lain yang ingin di ungkapkan ; bicarakan rasa cemas yang di alami ;bersikap tulus
ikhlas dlam menerima aktifitas dan peran baru setelah melahirkan ; bersikap fleksible
dan tidak terlalu perfectsionis mengurs bayi dan rumah tangga ; belajar tenang dan
menarik nafas panjang meditasi ; kebutuhan istrahat yang cukup ,tidurlah ketika
bayi sedng tidur ; berolhraga ringan ;bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru ;
dukungan tenaga kesehatan ; dukungan suami ,keluaraga ,teman, teman sesama
ibu,konsultasikan pada dokter atau orang yang professional agar dapat meminimalisir
factor risiko lainnya dan melakukan pengwasan .

Anda mungkin juga menyukai