Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Tekanan intrakranial merupakan total tekanan yang dipengaruhi oleh


komponen otak, darah dan cairan serebrospinal di dalam ruang intrakranial.
Menurut hipotesis klasik Monroe dan Kellie, volume ruang intrakranial pada
tengkorak manusia memiliki suatu sistem yang tertutup, sehingga volume tekanan
intrakranial normalnya akan tetap sama atau konstan. 1 Peningkatan tekanan
intrakranial merupakan salah satu dari kondisi gawat darurat di dalam bidang
kesehatan yang sering kali terjadi. Hal ini bisa terjadi akibat dari kondisi patologis
yang menyebabkan keseimbangan volume di dalam maupun diantara komponen
jaringan otak, darah dan cairan serebrospinal yang terdapat di ruang intrakranial
terganggu. Kondisi-kondisi patologis tersebut dapat terjadi secara akut ataupun
kronis dan nantinya akan dapat menyebabkan kerusakan pada otak, bahkan
kematian bagi yang mengalaminya.1,2

Penanganan awal yang tepat dibutuhkan untuk mempertahankan


keseimbangan perfusi otak dari pasien yang mengalami hal ini, sehingga nantinya
akan dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Penanganan awal yang
harus dilakukan dimulai dengan stabilisasi pasien, memastikan oksigenasi dan
perfusi ke otak memadai dengan cara menjaga kondisi hemodinamik dan
pernafasan pasien agar tetap optimal. Pemahaman yang baik mengenai fisiologi dari
peningkatan tekanan intrakranial juga dibutuhkan oleh klinisi dalam melakukan
penanganan yang tepat guna mempertahankan kelangsungan hidup dan kondisi
neurologis yang baik dari pasien.2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tekanan intrakranial merupakan total tekanan yang dipengaruhi oleh


komponen otak, darah dan cairan serebrospinal di dalam ruang intrakranial.
Menurut hipotesis klasik Monroe dan Kellie, volume ruang intrakranial pada
tengkorak manusia memiliki suatu sistem yang tertutup, sehingga volume tekanan
yang ada di dalam tengkorak normalnya akan tetap sama atau konstan. Apabila
terjadi peningkatan volume dari salah satu komponen, maka sebagai kompensasi
akan terjadi penurunan volume dari komponen lainnya sehingga keseimbangan
volume tekanan intrakranial akan tetap seimbang. Pada saat terjadi gangguan pada
proses kompensasi tersebut, maka peningkatan tekanan intrakranial akan dapat
terjadi.1

Nilai tekanan intrakranial bervariasi sesuai dengan usia, dimana nilai


normal dari tekanan intrakranial pada orang dewasa dan remaja adalah kurang dari
10-15 mmHg, pada anak-anak adalah 3-7 mmHg dan 1.5-6 mmHg pada infant. Pada
kondisi tekanan intrakranial meningkat, yaitu lebih dari 20-25 mmHg maka
diperlukan penanganan yang tepat dan apabila peningkatan tekanan intrakranial
lebih dari 40 mmHg hal ini merupakan kondisi yang dapat membahayakan nyawa,
dimana dapat terjadi hipertensi intrakranial. 1

2.2 Etiologi

Peningkatan tekanan intrakranial dapat ditimbulkan oleh berbagai macam


penyebab yang dapat terjadi hanya dari satu penyebab utama atau pun kombinasi
dari berbagai penyebab. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa volume
keseluruhan intrakranial merupakan hal yang tetap atau konstan, maka kondisi
patologis apapun yang menyebabkan keseimbangan volume di dalam maupun
diantara komponen-komponen yang ada terganggu akan menyebabkan peningkatan
tekanan intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial dapat disebabkan oleh

2
3

peningkatan volume otak, darah atau cairan serebrospinal. Sering kali, kombinasi
dari faktor-faktor tersebut yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. 1,2

Tekanan perfusi serebral juga merupakan salah satu faktor utama lainnya
yang mempengaruhi kondisi aliran darah serebral ke otak. Tekanan perfusi serebral
dapat diketahui dengan cara memastikan perbedaan diantara Mean Arterial
Pressure (MAP) dan tekanan intrakranial, yaitu tekanan perfusi serebral sama
dengan MAP dikurangi tekanan intrakranial. Melalui pengukuran tersebut dapat
diketahui bahwa tekanan perfusi serebral dapat menurun akibat dari penurunan
MAP atau peningkatan tekanan intrakranial, maupun kombinasi dari kedua kondisi
tersebut. Pengukuran tekanan perfusi serebral bertujuan untuk mengetahui jumlah
volume darah yang terdapat di ruang intrakranial. Hal tersebut digunakan sebagai
indikator klinis yang penting dari aliran darah serebral dan adekuat atau tidaknya
oksigenasi. Pada orang dewasa tekanan perfusi serebral normalnya adalah lebih dari
70mmHg, pada anak lebih dari 50 hingga 60 mmHg dan pada infant normalnya
lebih dari 40 hingga 50 mmHg.1,4,6

Penyebab dari terjadinya peningkatan tekanan intrakranial juga dapat dibagi


menjadi primer maupun sekunder, dimana hal ini tergantung dari patologi
primernya. Penyakit pada otak merupakan penyebab primer terjadinya peningkatan
tekanan intrakranial, sehingga kembalinya kondisi normal dari tekanan intrakranial
bergantung pada penanganan segera penyakit primer pada otak. Sedangkan pada
penyebab sekunder peningkatan tekanan intrakranial, penyakit sistemik yang
mendasari atau penyebab dari ekstrakranial harus ditangani terlebih dahulu.1,3

Terdapat beberapa kondisi patologis yang dapat menyebabkan gangguan


proses keseimbangan volume tekanan intrakranial yang nantinya akan dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial4, yaitu :

1. Peningkatan volume otak, seperti lesi pada ruang intracranial, tumor


otak, abses otak, hematoma intracranial, malformasi vaskuler
intracranial
4

2. Edema serebral, seperti pada ensefalitis, meningitis, ensefalopati


iskemik hipoksia, cedera otak akibat trauma, ensefalopati hepatic,
sindrom reye dan stroke.
3. Peningkatan volume cairan serebrospinal, seperti pada hidrosefalus dan
choroid plexus papilloma
4. Peningkatan volume darah, seperti pada malformasi vaskuler,
thrombosis vena serebral, meningitis dan ensefalitis.

2.3 Gambaran Klinis Tekanan Intrakranial (TIK) Meningkat


Suatu peningkatan tekanan intrakranial harus segera dideteksi untuk menghindari
kerusakan irreversibel pada fungsi otak. Modalitas yang dapat digunakan untuk
mendeteksi peningkatan tekanan intranial dengan pemantauan status klinis dan
neuroimaging.4

2.3.1 Pemantauan Status Klinis


Anamnesis4,5
a. Riwayat kejang umum/fokal
b. Nyeri kepala merupakan keluhan umum pasien, biasanya datang dengan
keluhan nyeri kepala bagian depan (bifrontal) yang memberat pada saat
bangun pagi dan bangun tidur siang. Nyeri juga memberat pada malam hari
dan pada mengangkat berat.
c. Mual, dimana keluhan gastrointestinal dan metabolik lainnya sudah
disingkirkan.
d. Muntah proyektil, yaitu muntah yang muncul tiba-tiba tanpa adanya tanda-
tanda ataupun setelah adanya sensasi mual sesaat setelah bangun dari duduk
atau menggerakkan kepala.

Pemeriksaan Fisik dan Tanda Vital 4,5


a. Penurunan kesadaran dapat dijumpai sebagai salah satu gejala peningkatan
tekanan intrakranial meskipun banyak hal yang bisa menyebabkan penurunan
kesadaran. Kesadaran dapat berupa letargi hingga koma.
b. Papila edema, yang diperoleh melalui funduskopi dapat memastikan bahwa
telah terjadi peningkatan intrakranial. Papil edem juga merupakan salah satu
5

gejala dari tekanan tinggi intrakranial. Karena tekanan tinggi intrakranial


akan menyebabkan oklusi vena sentralis retina, sehingga terjadilah papila
edema.
c. Pupil anisokor menandakan adanya kompresi yang dialami oleh nervus
cranialis III. Selain itu juga bisa diikuti oleh parese nervus cranialis VI yang
membuat hanya bisa melihat satu sisi.
d. Cara berjalan kadang dapat berubah; lambat, ragu-ragu, serta langkah lebih
kecil dari biasanya dapat menjadi salah satu tanda peningkatan tekanan
intrakranial.
e. Tanda-tanda herniasi batang otak bisa muncul jika telah berada pada tingkat
yang sangat parah. Antara lain: bradikardi, pernafasan irreguler, dan
hipertensi. Apneu juga dapat terjadi yang bisa menyebabkan kematian jika
tidak segera ditangani dengan benar.

2.3.2 Neuroimaging
Neuroimaging digunakan untuk menetapkan diagnosa yang mengakibatkan
TIK meningkat, serta melengkapi informasi yang diperoleh dari anamnesa dan
pemeriksaan. Pasien dengan kecurigaan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial sebaiknya dilakukan pemeriksaan radiologis untuk memastikannya.
Modalitas radiologis yang dapat digunakan untuk mendeteksi peningkatan tekanan
intrakranial adalah CT-Scan dan MRI. Temuan radiologis yang bisa dicurigai
peningkatan tekanan intrakranial antara lain: 4,5,6
a. Darah intrakranial (epidural, subarachnoid, subdural, intraserebral, atau
intraventrikular)
b. Hidrocephalus obstruktif (dilatasi ventrikel lateralis, atau lusensi dari materi
putih di cornu anterior ventrikel lateralis sesuai dengan aliran
transependimal)
c. Difuse atau fokal edema serebri (pengkaburan antara materi putih dengan
abu-abu ataupun gambaran girus tidak tampak)
d. Midline shift (pergeseran garis tengah yang dilihat pada septum pelusidum,
glandula pineal dan ventrikel quartus.
e. Hilangnya gambaran ventrikel tertius
6

2.4 Manajemen Tekanan Intrakranial (TIK) Meningkat

Pada saat pasien ditemukan memiliki TIK yang meningkat, tujuan utamanya
adalah mengidentifikasi dan menangani keadaan lain yang mendasari disamping
juga melakukan tindakan untuk menurunkan TIK. Penting untuk tidak menunda
pengobatan, meskipun identifikasi penyebab itu sendiri akan cukup memakan
waktu. Ketika peningkatan TIK terbukti secara klinis, situasi ini membutuhkan
tindakan segera untuk menurunkan TIK. Menghindari faktor yang memperburuk
maupun memicu meningkatnya TIK merupakan tujuan penting untuk seluruh
pasien dengan hipertensi intrakranial. Ketersediaan monitor TIK tidak universal
dan tidak harus dimasukkan ke dalam manajemen emergensi. 1,2,6

1. Manajemen Airway, Breathing and Circulation (ABC)

Penilaian dan manajemen jalan napas, pernapasan dan sirkulas (airway,


breathing, circulation/ABC) merupakan langkah pertama dari manajemen
pengendalian TIK. Intubasi endotrakeal dini harus dipertimbangkan pada keadaan
GCS kurang dari 8, terbukti adanya herniasi, apnea, atau ketidakmampuan untuk
menjaga patensi jalan napas. Intubasi harus dibarengi dengan penggunaan obat
untuk menurunkan TIK selama prosedur. Obat-obatan yang disarankan diantaranya
lidokain, thiopental dan agen pemblokir neuromuscular non-depolarisasi kerja
singkat (contoh: vekuronium, atrakurium). Oksigenasi yang sesuai juga harus
dipastikan. Apabila terbukti adanya kegagalan sirkulasi, bolus cairan bisa
diberikan.5,6

2. Posisi

Elevasi kepala ringan, dengan sudut 15 hingga 30 terbukti menurunkan TIK


tanpa adanya efek yang merugikan pada tekanan perfusi serebral (cerebral
perfusion pressure/CPP) atau aliran darah serebral (cerebral blood flow/CBF).
Kepala diposisikan pada garis tengah dengan ujung dari kepala tempat tidur
dinaikkan setinggi 15 hingga 30 untuk membantu drainase vena juguler. Angulasi
kepala yang tajam dan penggunaan pakaian dengan kerah yang ketat harus
dihindari. Harus dipastikan bahwa pasien euvolemik dan tidak dalam keadaan syok
sebelum diposisikan seperti ini. 5,6
7

3. Hiperventilasi
Menurunkan PaCO2 hingga mencapai 30 hingga 35 mmHg merupakan cara
yang efektif dan cepat untuk menurunkan TIK. Hiperventilasi membantu konstriksi
dari pembuluh darah serebral dan menurunkan CBF. Efek vasokontrikstif pada
arteriol serebral hanya bertahan 11 hingga 20 jam karena pH dari CSS secara cepat
mengimbangi tingkat PaCO2. Disamping itu, hiperventilasi yang agresif secara
dramatis menurunkan CBF, menyebabkan atau memicu iskemia serebral, sehingga
penggunaan efektif dari metode hiperbentilasi hanya pada peningkatan tajam yang
akut dari TIK atau pada ancaman herniasi. 5,6

4. Osmoterapi

Manitol

Manitol merupakan pilihan utama osmoterapi pada kasus peningkatan TIK.


Namun, dosis optimal manitol tidak diketahui. Sebuah pendekatan rasional yang
digunakan yaitu bolus awal 0,25 hingga 1 gram/kilogram berat badan (dosis yang
lebih besar digunakan untuk penurunan TIK yang segera) diikuti dengan 0,25-0,5
gram/kg berat badan bolus diulangi setiap 2 hingga 6 jam sesuai kebutuhan.
Keseimbangan cairan harus diperhatikan untuk mencegah hypovolemia dan syok.
Terdapat kekhawatiran mengenai bocornya manitol ke dalam jaringan otak yang
rusak yang berpotensi menyebabkan melambungnya peningkatan TIK. Untuk
alasan ini, manitol harus diturunkan dan penggunaannya dibatasi hingga 48 hingga
72 jam. Terlepas dari hipotensi serta peningkata TIK, menitol juga bisa
menyebabkan hypokalemia, hemolisis dan gagal ginjal. 1,5,6

Salin Hipertonis

Salin hipertonis memiliki manfaat yang lebih jelas dibandingkan dengan


manitol pada pasien yang hypovolemia atau hipotensi. Situasi lain dimana
penggunaannya lebih diutamakan adalah pada kasus gagal ginjal atau osmolalitas
serum diatas 320 mOsmol/kg. Salin hipertonis ditemukan efektif pada pasien
dengan osmolalitas serum hingga mencapai 360 mOsmol/kg. Adapun yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan salin hipertonis adalah perdarahan, melambungnya
8

peningkatan TIK, hypokalemia, dan asidosis hiperkloremik, myelinolisis


pontisentral, overload volume akut, gagal ginjal, gagal jantung atau edema paru.
Walaupun dengan kemungkinan efek samping tersebut, bukti saat ini menunjukkan
bahwa salin hipertonis aman digunakan dan tidak menyebabkan efek simpang yang
besar. Pada penelitian lain disebutkan konsentrasi salin hipertonis yang digunakan
bervariasi dari 1,7% hingga 30%. Metode penggunaannya pun bervariasi. Cukup
beralasan untuk emnggunakan infus kontinu 0,1 hingga 1,0 mL/kg/jam, dengan
target natrium serum 145-155 meq/L. Natrium serum dan status neurologis harus
diperhatikan selama terapi. Ketika terapi salin hipertonis tidak lagi diperlukan,
natrium serum harus segera dikoreksi ke nilai normal (penurunan per jam serum
natrium tidak lebih dari 0,5 meq/L) untuk menghindari komplikasi terkait
perpindahan cairan. Monitoring natrium serum dan osmolalitas serum dilakukan
setiap 2 hingga 4 jam hingga target dicapai dan diikuti hingga estimasi 12 jam.
Dibawah monitoring yang hati-jhati, salin hipertonis digunakan hingga 7 hari. 1,5,6

Agen Lain

Asetazolamid

Asetazolamid (20-100 mg/kg/hari, dibagi dalam 3 dosis, maksimal 2 gram/hari)


merupakan penghambat anhydrase karbonat yang menurunkan produksi CSS.
Asetazolamid umum digunakan pada pasien dengan hidrosefalus, high altitude
illness dan hipertensi intrakranial ringan. Furosemid (1 mg/kg/hari, tiap 8 jam)
merupakan loop diuretic yang terkadang digunakan sendiri atau dengan kombinasi
manitol, memiliki keberhasilan yang bervariasi. Gliserol merupakan agen osmotik
alternatif lainnya yang digunakan pada TIK yang meningkat. Penggunaannya
dalam bentuk oral (1,5 g/kg/hari, setiap 4 hingga 6 jam) atau dalam bentuk
intravena. Apabila diberikan secara intravena, gliserol menurunkan TIK dengan
efek yang bertahan sekitar 70 menit tanpa adanya pengaruh yang memanjang pada
osmolalitas serum. Gliserol secara langsung berpindah melalui sawar darah otak
menuju otak. Walaupun tidak terbukti, terdapat kekhawatiran mengenai
melambungnya kenaikan TIK dalam penggunaannya. 6,7

Steroid
9

Glukokortikoid sangat efektif dalam memperbaiki edema vasogenik yang


menyertai tumor, kondisi inflamasi, infeksi dan kelainan lain yang disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas sawar darah otak, termasuk manipulasi bedah.
Deksametason merupakan agen yang dipilih karena aktifitas mineralokortikoidnya
yang sangat rendah (dosis: 0,4 hingga 1,5 mg/kg/hari, setiap 6 jam). Steroid tidak
umum digunakan dan mungkin merugikan pada lesi iskemik, malaria serebral dan
perdarahan intrakranial. 1,6,7

Sedasi dan Analgesia

Peningkatan perburukan TIK bisa terjadi oleh karena agitasi, nyeri atau tidak
sinkronnya pasien dengan ventilator. Analgesia yang adekuat, sedasi dan terkadang
bloker neuromuskular merupakan adjuvan yang bermanfaat dalam manajemen
peningkatan TIK. Analgesia dan sedasi yang sesuai biasanya lebih dipilih dari pada
bloker neuromuskular, karena reversibilitas yang cepat dan memungkinkan
monitoring neurologis. Untuk sedasi biasanya dipilih agen yang memiliki efek
minimal pada tekanan darah. Benzodiazepin kerja singkat (contoh: midazolam)
biasanya umum digunakan sebagai agen sedasi. Apabila sedasi tidak sepenuhnya
efektif, maka penggunaan agen bloker neuromuskular (contoh: pankuronium,
atrakurium, vecuronium) mungkin dibutuhkan. 1, 6,7

5. Meminimalkan Stimulasi
Diperlukan upaya untuk mengurangi sejumlah intervensi elektif yang
kemungkinan menimbulkan nyeri atau stimulasi yang berlebihan. Endotrakeal yang
dibarengi dengan penggunan lidokain dikatakan mampu mencegah peningkatan
TIK yang disebabkan oleh endotracheal suctioning serta penurunan CPP pada
orang dewasa dengan cedera otak traumatik yang parah. Lidokain disarankan
digunakan pada suhu tubuh, dan secara perlahan melalui tabung kecil dimasukkan
ke dalam tabung endotrakeal yang sesuai panjangnya (untuk mencegah kontak
dengan mukosa). Lidokain bisa diberikan menggunakan nebulisasi (biasanya
lidokain 4% dicampur dengan 0,9% salin) atau dalam bentuk intravena (1-2 mg/kg
sebagai larutan 1% diberikan 90 detik sebelum suction) untuk tujuan yang sama. 1,
6,7
10

6. Glukosa Darah

Glukosa darah harus terjaga dalam rentang 80 hingga 120 mg/dL pada
pasien dengan peningkatan TIK. Studi pada pasien dengan cedera kepala traumatik
menunjukkan hiperglikemia diasosiasikan dengan outcome neurologis yang buruk
dan meningkatnya mortalitas. Di pihak lain, hipoglikemia diketahui menyebabkan
respon stres sistemik dan dan meningkatkan CBF regional sebanyak 300% pada
hipoglikemia berat. Hipoglikemia juga dapat menyebabkan cidera neuronal dan
oleh karena itu, harus diatur secara agresif. 1, 6,7

7. Regulasi Suhu

Menjaga pasien dalam kondisi normotermia merupakan hal yang penting


untuk mencegah komplikasi yang disebabkan oleh fluktuasi suhu. Ini bisa dicapai
dengan pengukuran rutin suhu tubuh dan mengkoreksi fluktuasi yang terjadi dengan
antipiretik, dibantu dengan pendinginan atau pemanasan apabila diperlukan. 1, 6,7

8. Pencegahan dan Penanganan Kejang

Pasien dengan cedera kepala yang signifikan dan neuroinfeksi memiliki


risiko untuk mengalami kejang. Kejang dapat meningkatkan aliran darah ke otak
dan volume darah otak yang menyebabkan meningkatnya TIK. Hal ini juga dapat
meningkatkan kebutuhan metabolik dan merupakan predisposisi untuk terjadinya
iskemia. Kejang, apabila secara klinis terbukti, harus ditangani. Oleh karena
sedikitnya penelitian pada pasien peningkatan TIK non traumatik, rekomendasi
berbasis bukti mengenai terapi anti-epileptik profilaksis tidak mungkin dilakukan.
Namun hal ini cukup beralasan, dan dalam praktik secara umum penggunaan
antikonvulsan profilaksis dalam jangka pendek diberikan pada pasien dengan
peningkatan TIK, kecuali diindikasikan lain. Apabila tersedia, akan lebih baik
dengan penggunaan elektroensefalografi (EEG) kontinu untuk mengidentifikasi
aktivitas kejang subklinis pada pasien dengan risiko terjadinya kejang yang
meningkat. 1, 6,7

9. Anemia
11

Secara teori, anemia akan meningkatkan CBF dan secara sekunder akan
menyebabkan meningkatnya TIK. Terdapat beberapa laporan kasus pada pasien
dengan anemia berat yang datang dengan gejala peningkatan TIK dan papilledema.
Walaupun tidak diteliti lebih lanjut, dalam praktik umum kadar hemoglobin tetap
dijaga diatas 10 g/dL pada pasien dengan cedera kepala traumatik dan peningkatan
TIK. 1, 6,7

10. Pembedahan

Drainase Cairan Serebrospinal

Drainase CSS dengan menggunakan drainase ventricular eksternal (external


ventricular drainage/EVD) atau venticuloperitoneal shunt merupakan langkah
yang cepat dan efektif untuk menurunkan TIK. Selain itu, EVD memungkinkan
monitor TIK secara kontinu. Drainase CSS berguna apabila terdapat hidrosefalus.
Namun hal ini dapat dipertimbangkan pada pasien tanpa hidrosefalus.
Efektivitasnya dalam menurunkan TIK ditemukan setara dengan penggunaan
manitol intravena maupun hiperventilasi.1,2

Reseksi dari Lesi Massal

Beberapa situasi dimana intervensi neurosurgikal sering dilakukan adalah


pada hematoma akut epidural atau subdural, abses otak, atau tumor otak. 1,2

11. Terapi Lain untuk Peningkatan TIK Refrakter

Barbiturat

Penggunaan barbiturat secara umum dilakukan pada kasus peningkatan TIK


yang refrakter. Thiopentone dapat digunakan untuk tujuan ini dan dosis dari obat
dapat disesuaikan untuk mencapai target TIK seperti yang ditampilkan pada
monitor TIK. Obat dititrasi hingga supresi sebesar 90% dengan menggunakan
monitor EEG. Monitoring pasien koma barbiturat terdiri atas EEG, monitoring TIK,
monitoring hemodinamik invasif (tekanan darah arterial, tekanan vena sentral) dan
penilaian status oksigenasi yang rutin. Komplikasi dari terapi barbiturat tergolong
12

tinggi, diantaranya hipotensi, hipokalemia, komplikasi pernapasan, infeksi,


disfungsi hepar dan ginjal. 1,2

Hipotermia

Berdasarkan bukti dari penelitian yang dilakukan pada dewasa dan anak-
anak tidak menunjukkan adanya peningkatan dari luaran neurologis pada pasien
cedera kepala dnegan penggunaan hipotermia terapeutik. Namun, penelitian juga
menemukan penurunan TIK pada terapi hipotermia pada anak-anak. Sehingga, pada
anak dengan peningkatan TIK refrakter, hipotermia terkontrol dapat
dipertimbangkan. 1,2

Kraniektomi Dekompresi

Dalam kesempatan yang jarang ketika semua terapi sebelumnya gagal,


kraniektomi dekompresi dengan duraplasti merupakan prosedur yang dapat
ditempuh. Menurut laporan mengenai penggunaannya pada anak-anak dengan
cidera otak traumatik menunjukkan perbaikan. Hal ini dapat menjadi pilihan
pengobatan alternatif pada peningkatan TIK refrakter yang tidak terkontrol dan
lainnya. 1,2
13

Pasien dengan tanda/gejala peningkatan TIK

Tindakan segera
Perawatan Bersamaan
- Menjaga airway dan ventilasi dan
Sedasi dan analgesia sirkulasi yang adekuat
- Elevasi kepala 15-30
Menghindari stimulus
noxious

Kontrol demam
Hiperventilasi: (target PCO2: 30-35
Pencegahan dan
mmgHg) digunakan pada situasi
penanganan kejang
emergensi seperti herniasi.
Menjaga euglikemia

Menghindari infus cairan


hipotonik Neuroimaging: digunakan untuk Intervensi Bedah
Ya
penyebab yang tertangani dengan
Hb >10gr% Evakuasi hematom
pembedahan, hidrosefalus, hematoma
besar, dsb. Diversi CSF
Tidak, atau ditunda
Kraniektomi dekompresi
Osmoterapi

Tekanan darah normal: Hipotensi, hipovolemia, osmolalitas


manitol serum > 320 mOsm/kg, gagal ginjal:
salin hipertonis

Pilihan lainnya:

- Sedasi berat dan paralisis


- Koma barbiturat
- Hipotermia

Situasi khusus

- Steroid: tumor intrakranial dengan edema perilesional, neurosistiserkosis dengan


jumlah lesi yang banyak, ADEM, pyomeningitis, TBM, abses
- Asetazolamid: hidrosefalus, benign intrakranial, high altitude illness

Gambar 1. Algoritma pendekatan pasien dengan peningkatan TIK 1,2


14

BAB III
KESIMPULAN

Tekanan intrakranial merupakan total tekanan yang dipengaruhi oleh


komponen otak, darah dan cairan serebrospinal di dalam ruang intrakranial.
Volume ruang intrakranial pada tengkorak manusia memiliki suatu sistem yang
tertutup, sehingga volume tekanan yang berada di dalam tengkorak normalnya akan
tetap sama atau konstan. Apabila terdapat kondisi patologis tertentu yang
menyebabkan keseimbangan volume di dalam maupun diantara komponen-
komponen yang ada terganggu, maka akan dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan intrakranial.

Penegakan diagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang merupakan hal awal yang penting untuk dilakukan
sehingga klinisi dapat melaksanakan langkah-langkah manajemen yang tepat
selanjutnya. Klinisi harus dapat mengidentifikasi dan menangani keadaan lain yang
mendasari terjadinya peningkatan tekanan intrakranial disamping juga melakukan
tindakan untuk menurunkan tekanan intrakranial. Ketika peningkatan tekanan
intrakranial telah terbukti secara klinis, maka situasi ini membutuhkan tindakan
segera untuk menurunkan tekanan intrakranial.

Anda mungkin juga menyukai