T DENGAN THYPOID
DI RUANG INAYAH KAMAR 11
PKU MUHAMMADIYAH GAMBONG
PENGKAJIAN
Tanggal masuk RS : 10-05-2011
Jam masuk RS : 19.45 WIB
Tanggal pengkajian : 15-05-2011
Jam pengkajian : 20.30 WIB
Pengkaji : Ira Indra Imawat
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : An.T
Tempat/tgl lahir : Kebumen,06-11-2006
Umur : 4,6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Bahasa yang dimengert : Jawa/Indonesia
Dx Medis : Thypoid
No Rekam Medis : 0198092
Orang tua/wali :
Nama ayah/ibu/wali : Tn.K
Pekerjaan ayah/ibu/wali : Buruh
Alamat ayah/ibu/wali : Wonorejo,1/2 karanganyar
2. KELUHAN UTAMA
Pasien panas .
5. RIWAYAT SOSIAL :
1. Yang mengasuh :
Yang mengasuh klien adalah ibunya sendiri
2. Hubungan dengan anggota keluarga :
Hubungan dengan keluarga dan orang lain baik, komunikasi masih belum lancar karena masih
dalam taraf perkembangan.
3. Hubungan dengan teman sebaya :
Hubungan dengan teman sebaya baik
4. Pembawaan secara umum :
Klien nampak pendiam, kooperatf, tdak takut dengan petugas
6. RIWAYAT KELUARGA
1. Sosial ekonomi :
Ibu klien sebagai seorang ibu rumah tangga dan bapak klien sebagai buruh.
2. Lingkungan rumah :
Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih dan ventlasi udara cukup, lantai rumah
dari semen, jumlah jendela 6 buah, tdak ada sumber polusi yang dekat dengan rumahnya.
3. Penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga, saudara yang mempunyai penyakit menular ataupun menurun.
7. PENGKAJIAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI
1. Personal sosial
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa memakai baju, gosok gigi dengan bantuan
ibunya, cuci dan mengeringkan tangan, menyebutkan nama temanya.
2. Motorik halus
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa membuat menara dari 6 kubus,meniru garis
vertkal.
3. Bahasa
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa bicara cukup mengert, menyebut 4 gambar,
mengatakan 2 nama kegiatan
4. Motorik kasar
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa melompat dan melempar bola lengan ke atas
Interpretasi
Pertumbuhan dan perkembangan normal
9. PEMERIKSAAN FISIK :
1. Keadaaan umum :
1. Tingkat kesadaran : composments.
2. S: 3880C, N: 100x/m, R:20x/m.
3. BB; 11 kg ,TB; 105 cm , LLA ; 18 cm , LK; 49 cm,LD; 60cm
2. Kulit :
Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan bersih, turgor kulit menurun,
3. Kepala :
Bentuk mesochepal, warna rambut hitam, lurus, tersisir rapi dan bersih.
4. Mata :
Simetris, sklera tdak ikterik, konjungtva anemis.
5. Telinga :
Simetris, discharge (-) bersih, bentuk normal.
6. Hidung :
Simetris, discharge (-), bentuk normal,
7. Mulut :
Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies (-),
Lidah kotor/ puth
8. Leher :
JVP tdak meningkat, tdak ada pembesaran limponodi.
9. Dada :
Paru-paru
I : Simetris, tdak ada retraksi dinding dada
P : tdak ada nyeri tekan
P : sonor
A : vesikuler
Jantung
S1-S2 murni, tak ada murmur, bising (-).
10. Payudara :
Tak ada keluhan, simetris.
11. Abdomen :
I : terlihat membesar
A : bunyi bising usus 10x/m
P :perut kembung, agak keras
P :bunyi thimpany
12. Genetalia :
Tak ada keluhan.
13. Muskuleskeletal :
Tak ada keluhan, pergerakan sendi sesuai jenis, ROM baik.
14. Neurologi :
Normal, tak ada keluhan.
1. ANALISA DATA
2. PRIORITAS MASALAH
1. Hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi salmonella thypi
2. Nyeri b.d proses inflamasi
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
anoreksia ( mual & muntah)
3. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnoses Tujuan intervensi
1 Hipertermi Setelah dilakukan tndakan Mengobserfasi tanda tanda vital
berhubungan keperawatan selama 2 x 24
Pantau aktfitas kejang
dengan prosesjam diharapkan suhu tubuh
ifeksi salmonellanormal engan KH: Pantau hidrasi
thypi Mempertahaankan suhu Berikan kompres air biasa
tubuh dalam batas normal Pemberian terapi 0bat ant piretk sesuai
program
2 Nyeri b.dSetelah dilakukan tndakana.monitor KU
prosesinflamasi keperawatan selama 2x24b.kaji tngkat nyeri intensitas dan skala nyeri
jam diharapkan nyeric.jelaskan penyebab nyeri
berkurang,dengan KH: d.ajarkan teknik distraksi relaksasi(nafas
Skala nyeri menjadi 3 dalam)
Pasien nampak lebih rileks e.posisikan pasien senyaman mungkin
Pasien mampu mengontrolf.kolaborasi dengan tm medis pemberian
nyeri
obat analgesik
3 Resiko nutrisiSetelah dilakukan tndakan Kaji pola dan kebiasaan makan
kurang darikeperawatan selama 2 x 24
Observasi adanya muntah
kebutuhan b.djam kebutuhan nutrisi
anoreksia ( mual,adekuat dengan kriteria hasil : Menganjurkan keluarga untuk memberi
muntah) Klien tdak muntah makanan dalam porsi kecil tapi sering dan
3. Porsi makan yang disediakantdak merangsang produksi asam (biskuit)
habis Memberikan terapi pemberian cairan dan
nutrisi sesuai program
Memberikan terapi pemberian ant emetk
sesuai program
1. IMPLEMENTASI
1. Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi
Tgl Implementasi Respon pasien Ttd
15-05- Mengukur tanda tanda vital S: 37,80 C, N: 100x/m, R:20x/m.
2011
Memantau aktfitas kejang
Menganjurkan keluarga untuk
memberikan sedikit minum tapi Pasien tdak mengalami kejang
sering
memberikan kompres hangat
Klien sedikit-sedikit mau minum
memberikan terapi sesuai
program
Terapi diberikan
16-05- Mengukur kembali tanda tanda S: 36,8C, N: 100x/m, R:20x/m.
2011
vital
Memantau kembali aktfitas
kejang Pasien tdak mengalami kejang
Menganjurkan kembali keluarga
untuk memberikan sedikit minum
tapi sering
Klien sedikit-sedikit mau minum
memberikan kompres hangat
memberikan kembali terapi
sesuai program
Terapi diberikan
-terapi masuk
Terapi diberikan
16-05-2011 Mengkaji kembali pola dan Klien menghabiskan porsi dari RS
kebiasaan makan
Mengobservasi kembali
adanya muntah Klien sudah tdak muntah terus
Menganjurkan kembali pada
keluarga untuk memberi
Klien terlihat makan biskuit,pisang
makanan dalam porsi kecil tapi
sering dan tdak merangsang
produksi asam
Memberikan kembali terapi
pemberian cairan dan nutrisi
sesuai program
Memberikan kembali terapi
pemberian obat ant emetk
sesuai program
Terapi diberikan
2. EVALUASI
Rabu S:
18-5-2011 - S: ibu klien mengatakan ,klien setap habis makan sudah
berkurang muntah nya.
O: klien masih muntah 1x
BB : 11kg
Porsi makan dari RS hanya dimakan porsi
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN THYPOID
DI RUANG INAYAH KAMAR 11
PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Oleh :
Pupupt Dwi Utmi
( A1.0800462 )
Lembar pengesahan :
Laporan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN THYPOID DI RUANG INAYAH KAMAR 11 PKU
MUHAMMADIYAH GAMBONG
Pembimbing Akademik
(Tyas, S.kep.Ns)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di Indonesia demam thypoid jarang dijumpai secara epidemic , tetapi lebih sering
bersifat seporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu
kasus pada orang-orang serumah. Pasien anak yang ditemukan berumur diatas 1 tahun.
Demam tfoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan
bakterimia, perubahan pada sistem retkuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan
mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)
Masa inkubasi demam thypoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60
hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap
dalam keadaan asimtomats. (Soegeng soegijanto, 2002)
BP RSUD Kebumen adalah salah satu Rumah Sakit daerah yang mengelola berbagai
penyakit, termasuk penyakit thipoid. Bangsal Melat adalah salah satu bangsal di BP RSUD
Kebumen yang mengelola pasien anak. Di Bangsal Melat pada bulan april terdapat 10 pasien
anak yang menderita penyakit thypoid.
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada
umumnya sepert demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstpasi, serta suhu
badan yang meningkat.
Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam
remiten, lidah tfoid, pembesaran hat dan limpa, perut kembung, bisa disertai gangguan
kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah tfoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan
yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
2. Konsep Dasar
1. Definisi
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan
urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
Thypi
( Arief Maeyer, 1999 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid
abdominalis
( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever,
enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis
(.Seoparman, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Mansoer Orief.M. 1999).
Dari beberapa pengertan diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah
suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat
menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
2. ETIOLOGI
Etologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua sumber
penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier
adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi
dalam tnja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
C.PATOLOGI ANATOMI
Susunan saluran pencernaan terdiri dari : Oris (mulut), faring (tekak), esofagus
(kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestnum minor (usus halus), intestnum mayor (usus
besar ), rektum dan anus. Pada kasus demam tfoid, salmonella typi berkembang biak di usus
halus (intestnum minor). Intestnum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum, panjangnya 6 cm, merupakan saluran
paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari :
lapisan usus halus, lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan
otot memanjang (muskulus longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Usus halus terdiri dari duodenum (usus 12 jari), yeyenum dan ileum. Duodenum disebut
juga usus dua belas jari, panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada
lengkungan ini terdapat pankreas. Dari bagian kanan duodenum ini terdapat selapu t lendir yang
membukit yang disebut papila vateri. Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus
koledikus) dan saluran pankreas (duktus wirsung/duktus pankreatkus). Dinding duodenum ini
mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar
brunner yang berfungsi untuk memproduksi getah intestnum.
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar 6 meter. Dua perlima bagian atas
adalah yeyenum dengan panjang 23 meter dari ileum dengan panjang 4 5 m. Lekukan
yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan
peritonium yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena
mesenterika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritonium yang
membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tdak mempunyai batas yang
tegas.
Ujung dibawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang yang
bernama orifisium ileoseikalis. Orifisium ini diperlukan oleh spinter ileoseikalis dan pada bagian
ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukhim yang berfungsi untuk mencegah cairan
dalam asendens tdak masuk kembali ke dalam ileum.
Mukosa usus halus. Permukaan epitel yang sangata luas melalui lipatan mukosa dan
mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan sub
mukosa yang dapat memperbesar permukaan usus. Pada penampang melintang vili dilapisi oleh
epitel dan kripta yag menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan enzim yang
memegang peranan aktf dalam pencernaan.
Didalam dinding mukosa terdapat berbagai ragam sel, termasuk banyak leukosit. Disana-sini
terdapat beberapa nodula jaringan limfe, yang disebut kelenjar soliter. Di dalam ilium terdapat
kelompok-kelompok nodula itu. Mereka membentuk tumpukan kelenjar peyer dan dapat berisis
20 sampai 30 kelenjar soliter yang panjangnya satu sentmeter sampai beberapa sentmeter.
Kelenjar-kelenjar ini mempunyai fungsi melindungi dan merupakan tempat peradangan pada
demam usus (tfoid). Sel-sel Peyers adalah sel-sel dari jaringan limfe dalam membran mukosa.
Sel tersebut lebih umum terdapat pada ileum daripada yeyenum. ( Evelyn C. Pearce, 2000)
D.PATOFISIOLOGI
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan
5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui
Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatkan kebersihan dirinya sepert mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke
dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi
masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini
kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retkuloendotelial. Sel-
sel retkuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitan eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia
bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada
patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam
disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintets dan pelepasan zat
pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
E..KOMPLIKASI
a. Komplikasi intestnal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitk
b. Komplikasi extra intestnal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokardits, trombosis,
tromboplebits.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitk, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitk.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleurits.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatts, kolesistts.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefrits, pyeloneprits dan perineprits.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolits, osteoporosis, spondilits dan arthrits.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningits, polineurits perifer,
sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
F.PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
1. Klien diistrahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi
perdarahan usus.
2. Mobilisasi bertahap bila tdak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi
perdarahan.
2. Diet
Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tnggi protein.
2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tm.