Glu Koma
Glu Koma
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Alloh SWT. Karena berkat rahmat-Nya
Alhamdulillah penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan
semoga kepada kita selaku umatnya. Amin.
Adapun tujuan dari disusunnya makalah ini, antara lain adalah: Untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Sistem Sensori Prsepsi, juga untuk mengembangkan wawasan melalui tulisan
sehingga dapat dibaca dan dikembangkan oleh pembaca lainya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
1. Tita Juita, Dra., M.Pd., M.Kes. Selaku DEKAN Fakultas ilmu kesehatan, Universitas
Galuh
2. Tita Rohita, S.Kep., Ners., MM. Selaku Pembantu DEKAN I,Fakultas ilmu
kesehatan,Universitas Galuh.
3. Hj. Nur Ilmiyati, Dra., MM. Selaku Pembantu DEKAN II, Fakultas ilmu kesehatan,
Universitas Galuh.
4. Daniel Akbar Wibowo, S.Kep., Ners., MM., M.Kep. Selaku Pembantu DEKAN III,
Fakultas ilmu kesehatan, Universitas Galuh dan sekaligus selaku dosen pembimbing yang
telah memberi dorongan dan arahan dalam menyelesaikan makalah ini.
5. Segenap staff tata usaha Fakultas ilmu kesehatan, Universitas Galuh.
6. Orang tua penulis yang telah mendukung dan sebagai penyemangat dalam mengerjakan
makalah ini.
7. Rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Sangat disadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna.Oleh sebab itu kritik dan
saran yang konstruktif sangat diharapkan dari para pembaca.Akhirnya kami berharap semoga
karya yang kecil ini memberi manfaat yang besar bagi kita semua, Amin.
Ciamis, Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.... 1
B. Tujuan Penulisan 1
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi... 2
B. Etiologi... 2
C. Anatomi................................................................................................................. 4
D. Patofisiologi.......................................................................................................... 4
E. Manifestasi Klinis. 5
F. Pemeriksaan Diagnosis........................................................................................... 5
G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan.... 5
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian......................... 6
B. Diagnosa Keperawatan. 6
C. Rencana Asuhan Keperawatan............................................................................. 7
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 9
B. Saran . 9
DAFTAR PUSTAKA 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebirauan, yang memberikan
kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaucoma ditandai dengan
meningkatnya tekanan bola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang pandang
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Terdapat sejumalah
0,40% penderita glaucoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan pada 0,60% penduduk
prevalensi penyakit mata di Indonesia adalah kelainan refraksi 24,72%, pterigium 8,79%, katarak
7,40%, konjungtivitis 1,74%, parut kornea 0,34%, glaucoma 0,40%, retinopati 0,17%, strabismus
0,12%. Prevalensi dan penyebab buta kedua mata adalah lensa 1,02%, glaukom dan saraf kedua
0,16%, kelainan refaksi 0,11%, retina 0,09%, kornea0,06%, dan lain-lain0,03%, prevalensi total
1,47%. (Sidharta Ilyas, 2004). Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2 juta orang yang menderita
hamper 70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak 5.500 orang buta tiap tahun. Untuk itu kali
smeltzer.2001).
B. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i dapat mengetahui asuhan keperawatan medical bedah tentang glaukoma
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami konsep dasar dari glaukoma,
b. Mampu menjelaskan bagaimana etiologi, patofisiologi dan terapinya,
c. Mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien glaucoma,
d. Mampu menganalisis data pada pasien dengan penyakit glaucoma,
e. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan glaucoma,
f. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan glaukoma.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Definisi
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari
pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan (Sidarta Ilyas,
2004). Galukoma adalah adanya kesamaan kenaikan tekanan intra okuler yang berakhir dengan
kebutaan (Fritz Hollwich, 1993). Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai
Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009),bahwa Glaukoma merupakan
kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat
mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf
terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan (Mayenru
Dwindra, 2009)
Glukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang
Glukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga
terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen. (Mansjoer, Arif : 2001). Jadi
menurut kelompok kami glaukoma adalah suatu penyakit mata dimana meningkatnya tekanan
intra okuler baik akut atau kronis, sehingga menyebabkan penurunan fungsi penglihatan.
1. Klasifikasi glaukoma
Klasifikasi dari glaukoma dalah sebagai berikut ( Sidarta Ilyas, 2003) :
1. Glaukoma Primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul pada
mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada kedua mata. Pada
glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian
kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan berdasarkan
kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang Disebut sudut terbuka karena humor
aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan
degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf
optik juga dapat terjadi. Gejalaawal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan
TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri
otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekuler dan
menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm. Pargerakan iris ke depan dapat karena
peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras
karena usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat
nyeri mata yang berat, penglihatan kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak
2. Glaukoma Sekunder
Adalah glaukoma yang diakibatkan oleh penyakit mata lain atau trauma didalam bola mata,
yang menyebabkan penyempitan sudut /peningkatan volume cairan dari dalam mata . Misalnya
glaukoma sekunder oleh karena hifema, laksasi / sub laksasi lensa, katarak instrumen, oklusio
3. Glaukoma Kongenital
Adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan
mata sistemik jarang ( 0,05 %) manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata (bulfamos),
lakrimasi.
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat
tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat
keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan
dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah
sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol
retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan
a. Glaukoma akut
penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat
tinggi.
b. Glaukoma kronik
Penyakit mata dengan gejalah peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan
1. Aqueus humor
Cairan ini berada di depan lensa.
2. Vitreus humor
Cairan albumin berwarna keputih-putihan seperti agar-agar yang berada dibelakang mata, mulai
dari lensa hingga retina. (Evelin C Pearce: 317). Dalam hal ini ciran yang mengalami gangguan
yang dihubungkan dengan penyakit glaukoma adalah aqueus humor, dimana cairan ini berasal
dari badan sisiari mengalir kea rah bilik anterior melewati iris dan pupil dan diserap kembali
kedalam aliran darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai
saluran schlemm. ( Evelin C. Pearce : 317). Secara normal TIO 10-21 mmHg karena adanya
hambatan abnormal terhadap aliran aqueus humor mengakibatkan produksi berlebih badan silier
sehingga terdapat cairan tersebut. TIO meningkat kadang-kadang mencapai tekanan 50-70
mmHg.
B. Etiologi
1. Glaukoma primer terdiri dari :
a. Akut: dapat disebabkan karena trauma.
b. Kronik : dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti: diabetes mellitus,
C. Manifestasi klinik
1. Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka
Kerusakan visus yang serius
Lapang pandang mengecil dengan maca-macam skottoma yang khas
Perjalanan penyakit progresif lambat
b. Glaukoma sudut tertutup
Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya
Pandangan kabur
Sakit kepala
Mual, muntah
Kedinginan
Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang sangat sedemikian kuatnya
keluhan mata ( gangguan penglihatan, fotofobia dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.
2. Glaukoma sekunder
Pembesaran bola mata
Gangguan lapang pandang
Nyeri didalam mata
3. Glaukoma kongential
Gangguan penglihatan
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Glaukoma Akut
Pengukuran dengan tonometrischiotz menunjukkan peningkatan tekanan, parimetri genioskopi
dianggap mencurigakan bila berkisar antara 21 25 mmHg dan dianggap patologik bila berada
diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan
bergaung, warna memucat dan terdapat perdarahan pada pupil.
3. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal,
tangga rone, atau stroma busur.
Uji provokasi minum air, uji variasi diurnal dan ujian provokasi steroid dilakukan pada kasus-
kasus yang meragukan.
4. Pengukuran tekanan intraocular (dengan tonometer), pemeriksaan keadaan sudut bola mata
dengan genioskopi. Sedangkan pemeriksaan lapang pandangan mata dengan alat perimetri.
5. Pengecekan terhadap kondisi syaraf mata digunakan alat Heidelberg Retinal Tomography (HRT)
atau Optical Coherence Tomography (OCT).
Pemberian obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat tablet.
Fungsi obat-obatan tersebut untuk menurunkan produksi atau meningkatkan keluarnya cairan
akuos humor. Cara ini diharapkan dapat menurunkan tekanan bagi bola mata sehingga dicapai
tekanan yang diinginkan. Agar efektif pemberian obat dilakukan secara terus menerus dan
teratur.
6. Pemasangan keran Ahmed Valve
Untuk mengatasi glaukoma yang kondisinya relatif parah, dokter akan memasang keran buatan
yang populer disebut ahmed valve. Nama ini berasal dari nama penemunya, yakni Ahmed, warga
Amerika Serikat (AS) asal Timur Tengah yang pertama kali menciptakan klep tersebut sekitar 10
tahun silam. Alat ini terbuat dari bahan polymethyl methacrylate (PMMA), yakni bahan dasar
lensa tanam. Ahmed valve ditanamkan pada bola mata dengan cara operasi. Bila tekanan bola
mata berada pada 18 mmHg maka klep tersebut akan terbuka sehingga cairan yang tersumbat
bisa keluar, sehingga tekanan bola mata otomatis akan turun. Sebaliknya, klep akan tertutup
kembali bila tekanan sudah berada di bawah 18 mmHg.
E. Penatalaksanaan Medis
1. Glaukoma Sudut Terbuka / Simplek / Kronik
a. Obat-obat miotik
Golongan kolinergik (pilokarpin 1 4 % 5 kali / hari), karbakol (0,753 %)
Golongan anti kolineoterase (demekarium bromid, hurmosal 0,25 %)
b. Obat-obat penghambat sekresi aquor humor (Adrenergik)
Timolol (tetes 0,25 dan 0,5 % 2x / hari)
Epinerprin 0,5 2 % 1 2 x / hari
c. Carbonucan hidrase intibitor
Asetazolamid (diamol 125 250 mg 4 x / hari)
Diklorfenamid (metazolamid)
d. Laser trabeculoplasty dimana suatu laser zat organ disorotkan langsung kejaringan trabekuler
untuk merubah susunan jaringan dan membuka aliran dari humor Aguos dan iridektomi.
e. Tindakan bedah trabeculectomy.
F. Patofisiologi
Rongga anterior mata berada didepan dan sedikit kesamping dari lensa, terdapat/ bermuara
aqueous humor, merupakan caira bening yang menunjukan lympha. Aqueous humor diproduksi
secara terus-menerus dalam badan silianis yang terdapat dibagian posterior irisdan mengalir
disekitar mata dan berada pada bagian sudut camera okuli anterior dimana terjadi pertemuan iris
perifer dan kornea dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara produksi dan
penyerapanaqueous humor, akan menyebabkan atau menjadikan tekanan intra okuli relative
konstan. TIO berkisar 10-20mmHg dan rata-rata 16mmHg. Tekanan intra okuler beavariasi dan
naik sampai 5mmHg. Glaukoma terjadi dimana adanya peningkatan TIO yang dapat
G. Pathway
H. Komplikasi
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea terlihat keruh, bilik
mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan) glaukomatosa, mata keras seperti
batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah
sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan rasa
sakit yang hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada
badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan
pengangkatan bola mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.
BAB III
A. Pengkajian
1. Identifikasi Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, tgl MRS, diagnosa medis,
serta kemampuan klien dalam merawat diri dan juga adanya perubahan dalam pemeliharaan
kesehatan.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Pada umumnya klien dengan glaukoma tidak mengalami perubahan. Pada pola nutrisi dan
metabolismenya. Walaupun begitu perlu dikaji pola makan dan komposisi, berapa banyak /
penurunan.
f. Pola persepsi konsep diri
Meliputi : Body image, self sistem, kekacauan identitas, rasa cemas terhadap penyakitnya,
Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.Peningkatan air mata.
h. Pola hubungan dan peran
Bagimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
B. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan TIO
2. Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan serabut saraf oleh karena
peningkatan TIO.
3. Cemas berhubungan dengan :
a. Penurunan ketajaman penglihatan
b. Kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan
Post operasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi.
C. Analisa Data
No Data Fokus Penyebab/ Etiologi Masalah
keperawatan
1 Ds : Obtruksi jaringan Gangguan rasa
Mengatakan mata trabekuler
nyaman nyeri
tegang. Nyeri hebat,
berhubungan dengan
Hambatan pengaliran
lebih sakit untuk
aqueus humor meningkatan TIO
melihat.
TIO meningkat
Do :
Meringis, menangis
menahan nyeri. Nyeri
Sering memegangi
mata.
D. Intervensi
f. Berikan
analgesic yang e. stress dan sinar
diresepkan peran menimbulkan TIO
dan evaluasi yang mencetuskan
efektifitasnya nyeri.
f. untuk mengontrol
nyeri, nyeri berat
menentukan
menuvervalasava,
menimbulkan TIO.
2 Penurunan Tujuan: a. Kaji dan catat a. Menentukan
ketajaman kemampuan visual.
persepsi Peningkatan
penglihatan
sensori visual / persepsi sensori
b. Kaji tingkat
penglihatan dapat berkurang
deskripsi b. Memberikan
berhubungan dalam waktu 1 x fugnsional keakuratan
terhadap terhadap
dengan serabut 24 jam
penglihatan dan penglihatan dan
saraf oleh kriteria hasil : perwatan perawatan.
karena klien dapat c. Sesuaikan
meneteskan obat
peningkatan lingkungan
mata dengan benar dengan c. Meningkatkan self
tekanan intra Kooperatif dalam
kemampuan care dan
okuler. tindakan penglihatan. mengurangi
Menyadari ketergantungan.
hilangnya d. Kaji jumlah dan
pengelihatan tipe rangsangan
secara permanen yang dapat d. Meningkatkan
Tidak terjadi diterima Klien. rangsangan pada
penurunan visus waktu kemampuan
lebih lanjut e. Observasi TTV. penglihatabn
menurun.
e. Mengetahui kondisi
dan perkembangan
f. Kolaborasi klien secara dini.
dengan tim
medis dalam f. Untuk
pemberian mempercepat
terapi. proses
penyembuhan
3 Cemas Tujuan : a. Hati-hatia. Jika klien belum
berhubungan Cemas klien dapat penyampaian siap akan
dengan berkurang dlam hilangnya menambah
waktu 1 x 24 jam penglihtan kecemasan.
penurunan
Kriteria Hasil : secara
penglihatan,
kurang Berkurangnya permanen.
pengetahuan perasaan gugup
tentang Posisi tubuh rileks
b. Berikan b. Mengekspresikan
pembedahan Mengungkapkan
pemahaman kesempatan perasaan membantu
tentang rencana klien Klien
tindakan mengekspresika mengidentifikasi
n tentang sumber cemas.
kondisinya.
c. Pertahankan
kondisi yang c. Rileks dapat
rileks. menurunkan cemas.
b. Meningkatkan
kolaborasi ,
memberikan rasa
aman untuk
b. Anjurkan untuk
peningkatan
melaporkan
dukungan
perkembangan
psikologis.
nyeri setiap hari
atau segera saat
terjadi
peningkatan
nyeri
mendadak.
c. Beberapa kegiatan
klien dapat
c. Anjurkan pada
meningkatkan nyeri
klien untuk
seperti gerakan
tidak
tiba-tiba,
melakukan
membungkuk,
gerakan tiba-
mengucek mata,
tiba yang dapat
batuk, dan
memicu nyeri.
mengejan.
d. Mengurangi
ketegangan,
d. Ajarkan teknik
mengurangi nyeri.
distraksi dan
relaksasi.
e. Mengurangi nyeri
dengan
e. Lakukan
meningkatan
tindakan
ambang nyeri.
kolaboratif
dalam
pemberian
analgesik
topikal/
sistemik.
5 Resiko infeksi Tujuan : a. Diskusikan a. Meningkatkan
berhubungan tentang rasa kerjasama dan
Tidak terjadi
dengan luka sakit, pembatasan yang
cedera mata pembatasan diperlukan.
insisi operasi
aktifitas dan
pascaoperasi
pembalutan
Kriteria Hasil : mata.
Klien b. Tempatkan b. Istirahat mutlak
menyebutkan klien pada diberikan 12-24
faktor yang tempat tidur jam pasca operasi.
menyebabkan yang lebih
cedera. rendah dan
Klien tidak anjurkan untuk
melakukan membatasi
aktivitas yang pergerakan
meningkatkan mendadak/ tiba-
resiko cedera tiba serta
menggerakkan
kepala berlebih.
c. Bantu aktifitas
selama fase c. Mencegah/
istirahat. menurunkan risiko
Ambulasi komplikasi cedera.
dilakukan d. Tindakan yang
dengan hati- dapat
hati. meningkatkan TIO
dan menimbulkan
d. Ajarkan klien kerusakan struktur
untuk mata pasca operasi
menghindari antara lain:
tindakan yang Mengejan
dapat ( valsalva
menyebabkan maneuver)
cedera. Menggerakan
kepala mendadak
Membungkuk
terlalu lama
Batuk
e. Berbagai kondisi
seperti luka
menonjol, bilik
e. Amati kondisi mata depan
mata : luka menonjol, nyeri
menonjol, bilik mendadak,
mata depan hiperemia, serta
menonjol, nyeri hipopion mungkin
mendadak, menunjukan cedera
nyeri yang tidak mata pasca operasi.
berkurang
dengan
pengobatan,
mual dan
muntah.
Dilakukan
setiap 6 jam
asca operasi
atau seperlunya.
Daftar pustaka
https://www.google.com/search?q=patway+glukoma
http://ayanurse38.blogspot.com/2013/05/askep-glukoma.html