Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Alloh SWT. Karena berkat rahmat-Nya
Alhamdulillah penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan
semoga kepada kita selaku umatnya. Amin.
Adapun tujuan dari disusunnya makalah ini, antara lain adalah: Untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Sistem Sensori Prsepsi, juga untuk mengembangkan wawasan melalui tulisan
sehingga dapat dibaca dan dikembangkan oleh pembaca lainya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
1. Tita Juita, Dra., M.Pd., M.Kes. Selaku DEKAN Fakultas ilmu kesehatan, Universitas
Galuh
2. Tita Rohita, S.Kep., Ners., MM. Selaku Pembantu DEKAN I,Fakultas ilmu
kesehatan,Universitas Galuh.
3. Hj. Nur Ilmiyati, Dra., MM. Selaku Pembantu DEKAN II, Fakultas ilmu kesehatan,
Universitas Galuh.
4. Daniel Akbar Wibowo, S.Kep., Ners., MM., M.Kep. Selaku Pembantu DEKAN III,
Fakultas ilmu kesehatan, Universitas Galuh dan sekaligus selaku dosen pembimbing yang
telah memberi dorongan dan arahan dalam menyelesaikan makalah ini.
5. Segenap staff tata usaha Fakultas ilmu kesehatan, Universitas Galuh.
6. Orang tua penulis yang telah mendukung dan sebagai penyemangat dalam mengerjakan
makalah ini.
7. Rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Sangat disadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna.Oleh sebab itu kritik dan
saran yang konstruktif sangat diharapkan dari para pembaca.Akhirnya kami berharap semoga
karya yang kecil ini memberi manfaat yang besar bagi kita semua, Amin.
Ciamis, Oktober 2014

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.... 1
B. Tujuan Penulisan 1
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi... 2
B. Etiologi... 2
C. Anatomi................................................................................................................. 4
D. Patofisiologi.......................................................................................................... 4
E. Manifestasi Klinis. 5
F. Pemeriksaan Diagnosis........................................................................................... 5
G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan.... 5
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian......................... 6
B. Diagnosa Keperawatan. 6
C. Rencana Asuhan Keperawatan............................................................................. 7
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 9
B. Saran . 9
DAFTAR PUSTAKA 9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebirauan, yang memberikan

kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaucoma ditandai dengan

meningkatnya tekanan bola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang pandang
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Terdapat sejumalah

0,40% penderita glaucoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan pada 0,60% penduduk

prevalensi penyakit mata di Indonesia adalah kelainan refraksi 24,72%, pterigium 8,79%, katarak

7,40%, konjungtivitis 1,74%, parut kornea 0,34%, glaucoma 0,40%, retinopati 0,17%, strabismus

0,12%. Prevalensi dan penyebab buta kedua mata adalah lensa 1,02%, glaukom dan saraf kedua

0,16%, kelainan refaksi 0,11%, retina 0,09%, kornea0,06%, dan lain-lain0,03%, prevalensi total

1,47%. (Sidharta Ilyas, 2004). Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2 juta orang yang menderita

glaucoma. Diantaranya mereka hamper setenganya mengalami gangguan penglihatan, dan

hamper 70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak 5.500 orang buta tiap tahun. Untuk itu kali

ini penulis memusatkan pada pencegahan dan penatalaksanaan glaukoma (Suzanne C.

smeltzer.2001).

B. Tujuan Makalah

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa/i dapat mengetahui asuhan keperawatan medical bedah tentang glaukoma

dan mampu melaksanakan asuhan Keperawatan.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami konsep dasar dari glaukoma,
b. Mampu menjelaskan bagaimana etiologi, patofisiologi dan terapinya,
c. Mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien glaucoma,
d. Mampu menganalisis data pada pasien dengan penyakit glaucoma,
e. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan glaucoma,
f. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan glaukoma.

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Definisi

Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari

pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan (Sidarta Ilyas,

2004). Galukoma adalah adanya kesamaan kenaikan tekanan intra okuler yang berakhir dengan

kebutaan (Fritz Hollwich, 1993). Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai

dengan peningkatan tekanan intra okuler.( Long Barbara, 1996)

Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009),bahwa Glaukoma merupakan

kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat

mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf

optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan.


Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,sehingga

terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan (Mayenru

Dwindra, 2009)

Glukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang

meningkat mendadak sangat tinggi. (Mansjoer, Arif : 2001)

Glukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga

terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen. (Mansjoer, Arif : 2001). Jadi

menurut kelompok kami glaukoma adalah suatu penyakit mata dimana meningkatnya tekanan

intra okuler baik akut atau kronis, sehingga menyebabkan penurunan fungsi penglihatan.

1. Klasifikasi glaukoma
Klasifikasi dari glaukoma dalah sebagai berikut ( Sidarta Ilyas, 2003) :

1. Glaukoma Primer

Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul pada

mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada kedua mata. Pada

glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian

kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan berdasarkan

anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Glaukoma sudut terbuka / simplek (kronis)


Glaukoma sudut terbuka Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi

kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang Disebut sudut terbuka karena humor

aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan

degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf

optik juga dapat terjadi. Gejalaawal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan
TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri

mata yang timbul


2. Glaukoma sudut tertutup / sudut semut (akut)
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara

otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekuler dan

menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm. Pargerakan iris ke depan dapat karena

peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras

karena usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat

nyeri mata yang berat, penglihatan kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak

segera ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

2. Glaukoma Sekunder

Adalah glaukoma yang diakibatkan oleh penyakit mata lain atau trauma didalam bola mata,

yang menyebabkan penyempitan sudut /peningkatan volume cairan dari dalam mata . Misalnya

glaukoma sekunder oleh karena hifema, laksasi / sub laksasi lensa, katarak instrumen, oklusio

pupil, pasca bedah intra okuler.

3. Glaukoma Kongenital

Adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan

mata sistemik jarang ( 0,05 %) manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata (bulfamos),

lakrimasi.

4. Glaukoma absolut

Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat

tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat

keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan

dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah
sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa

sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.

Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol

retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan

memberikan rasa sakit.

2. Berdasarkan lamanya glaukoma dibedakan menjadi:

a. Glaukoma akut
penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat

tinggi.
b. Glaukoma kronik
Penyakit mata dengan gejalah peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan

anatomi dan fungsi mata yang permanen.

3. Anatomi dan Fisiologi

Didalam mata terdapat dua macam cairan yaitu:

1. Aqueus humor
Cairan ini berada di depan lensa.
2. Vitreus humor
Cairan albumin berwarna keputih-putihan seperti agar-agar yang berada dibelakang mata, mulai

dari lensa hingga retina. (Evelin C Pearce: 317). Dalam hal ini ciran yang mengalami gangguan

yang dihubungkan dengan penyakit glaukoma adalah aqueus humor, dimana cairan ini berasal

dari badan sisiari mengalir kea rah bilik anterior melewati iris dan pupil dan diserap kembali

kedalam aliran darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai

saluran schlemm. ( Evelin C. Pearce : 317). Secara normal TIO 10-21 mmHg karena adanya

hambatan abnormal terhadap aliran aqueus humor mengakibatkan produksi berlebih badan silier

sehingga terdapat cairan tersebut. TIO meningkat kadang-kadang mencapai tekanan 50-70

mmHg.
B. Etiologi
1. Glaukoma primer terdiri dari :
a. Akut: dapat disebabkan karena trauma.
b. Kronik : dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti: diabetes mellitus,

arterisklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, myopia tiggi dan progresif.


2. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain, seperti: katarak, perubahan lensa kelainan uvea pembedahan.

C. Manifestasi klinik
1. Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka
Kerusakan visus yang serius
Lapang pandang mengecil dengan maca-macam skottoma yang khas
Perjalanan penyakit progresif lambat
b. Glaukoma sudut tertutup
Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya
Pandangan kabur
Sakit kepala
Mual, muntah
Kedinginan
Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang sangat sedemikian kuatnya

keluhan mata ( gangguan penglihatan, fotofobia dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.
2. Glaukoma sekunder
Pembesaran bola mata
Gangguan lapang pandang
Nyeri didalam mata
3. Glaukoma kongential
Gangguan penglihatan
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Glaukoma Akut
Pengukuran dengan tonometrischiotz menunjukkan peningkatan tekanan, parimetri genioskopi

dan tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.


2. Glaukoma Kronik
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonomebri menunjukkan peningkatan, nilai

dianggap mencurigakan bila berkisar antara 21 25 mmHg dan dianggap patologik bila berada

diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan
bergaung, warna memucat dan terdapat perdarahan pada pupil.
3. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal,
tangga rone, atau stroma busur.
Uji provokasi minum air, uji variasi diurnal dan ujian provokasi steroid dilakukan pada kasus-
kasus yang meragukan.
4. Pengukuran tekanan intraocular (dengan tonometer), pemeriksaan keadaan sudut bola mata
dengan genioskopi. Sedangkan pemeriksaan lapang pandangan mata dengan alat perimetri.
5. Pengecekan terhadap kondisi syaraf mata digunakan alat Heidelberg Retinal Tomography (HRT)
atau Optical Coherence Tomography (OCT).
Pemberian obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat tablet.
Fungsi obat-obatan tersebut untuk menurunkan produksi atau meningkatkan keluarnya cairan
akuos humor. Cara ini diharapkan dapat menurunkan tekanan bagi bola mata sehingga dicapai
tekanan yang diinginkan. Agar efektif pemberian obat dilakukan secara terus menerus dan
teratur.
6. Pemasangan keran Ahmed Valve
Untuk mengatasi glaukoma yang kondisinya relatif parah, dokter akan memasang keran buatan
yang populer disebut ahmed valve. Nama ini berasal dari nama penemunya, yakni Ahmed, warga
Amerika Serikat (AS) asal Timur Tengah yang pertama kali menciptakan klep tersebut sekitar 10
tahun silam. Alat ini terbuat dari bahan polymethyl methacrylate (PMMA), yakni bahan dasar
lensa tanam. Ahmed valve ditanamkan pada bola mata dengan cara operasi. Bila tekanan bola
mata berada pada 18 mmHg maka klep tersebut akan terbuka sehingga cairan yang tersumbat
bisa keluar, sehingga tekanan bola mata otomatis akan turun. Sebaliknya, klep akan tertutup
kembali bila tekanan sudah berada di bawah 18 mmHg.

E. Penatalaksanaan Medis
1. Glaukoma Sudut Terbuka / Simplek / Kronik
a. Obat-obat miotik
Golongan kolinergik (pilokarpin 1 4 % 5 kali / hari), karbakol (0,753 %)
Golongan anti kolineoterase (demekarium bromid, hurmosal 0,25 %)
b. Obat-obat penghambat sekresi aquor humor (Adrenergik)
Timolol (tetes 0,25 dan 0,5 % 2x / hari)
Epinerprin 0,5 2 % 1 2 x / hari
c. Carbonucan hidrase intibitor
Asetazolamid (diamol 125 250 mg 4 x / hari)
Diklorfenamid (metazolamid)
d. Laser trabeculoplasty dimana suatu laser zat organ disorotkan langsung kejaringan trabekuler
untuk merubah susunan jaringan dan membuka aliran dari humor Aguos dan iridektomi.
e. Tindakan bedah trabeculectomy.

F. Patofisiologi
Rongga anterior mata berada didepan dan sedikit kesamping dari lensa, terdapat/ bermuara

aqueous humor, merupakan caira bening yang menunjukan lympha. Aqueous humor diproduksi

secara terus-menerus dalam badan silianis yang terdapat dibagian posterior irisdan mengalir

melewatipupil kedalam cameraokuli anterior. Aqueous humordisalurkan melalui canal Schlemm

disekitar mata dan berada pada bagian sudut camera okuli anterior dimana terjadi pertemuan iris
perifer dan kornea dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara produksi dan

penyerapanaqueous humor, akan menyebabkan atau menjadikan tekanan intra okuli relative

konstan. TIO berkisar 10-20mmHg dan rata-rata 16mmHg. Tekanan intra okuler beavariasi dan

naik sampai 5mmHg. Glaukoma terjadi dimana adanya peningkatan TIO yang dapat

menimbulkan kerusakan dari saraf-saraf optic. Peningkatan tekanan disebabkan

abstruksi/sumbatan dari penyerapan aqueous humor.

G. Pathway
H. Komplikasi

Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata

memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea terlihat keruh, bilik

mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan) glaukomatosa, mata keras seperti

batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah

sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan rasa

sakit yang hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada
badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan

pengangkatan bola mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identifikasi Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, tgl MRS, diagnosa medis,

suku bangsa, status perkawinan.


2. Keluhan Utama
Terjadi tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi, nyeri hebat di kepala, mual

muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.


3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri hebat di kepala,

mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.


b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami penyakit glaukoma sebelumnya atau tidak dan apakah terdapat hubungan

dengan penyakit yang diderita sebelumnya.


c. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam garis vertikal atau horisontal

memiliki penyakit yang serupa.


4. Pola pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Persepsi klien dalam menilai / melihat dari pengetahuan klien tentang penyakit yang diderita

serta kemampuan klien dalam merawat diri dan juga adanya perubahan dalam pemeliharaan

kesehatan.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Pada umumnya klien dengan glaukoma tidak mengalami perubahan. Pada pola nutrisi dan

metabolismenya. Walaupun begitu perlu dikaji pola makan dan komposisi, berapa banyak /

dalam porsi, jenis minum dan berapa banyak jumlahnya.


c. Pola eliminasi
Pada kasus ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan, akan tetapi tetap dikaji konsestansi,

banyaknya warna dan baunya.


d. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat akan menurun, klien akan gelisah / sulit tidur karena nyeri / sakit hebat

menjalar sampai kepala.


e. Pola aktivitas
Dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi penglihatan klien mengalami

penurunan.
f. Pola persepsi konsep diri
Meliputi : Body image, self sistem, kekacauan identitas, rasa cemas terhadap penyakitnya,

dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri.


g. Pola sensori dan kognitif
Pada klien ini akan menjadi / mengalami gangguan pada fungsi penglihatan dan pada kongnitif

tidak mengalami gangguan.


Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan

penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).

Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.

Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.Peningkatan air mata.
h. Pola hubungan dan peran
Bagimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien dengan keluarga dan

orang lain, apakah mengalami perubahan karena penyakit yang dideritanya.


i. Pola reproduksi
Pada pola reproduksi tidak ada gangguan.
j. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan dirinya dan fungsi penglihatannya serta

koping mekanis yang ditempuh klien bisa tidak efektif.


k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien tidak mengalami gangguan.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan, kesadarannya, serta pemeriksaan TTV.
b. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Meliputi kebersihan mulut, rambut, klien menyeringai nyeri hebat pada kepala, mata merah,

edema kornea, mata terasa kabur.


c. Pemeriksaan Integumen
Meliputi warna kulit, turgor kulit.
d. Pemeriksaan Sistem Respirasi
Meliputi frekwensi pernafasan bentuk dada, pergerakan dada.
e. Pemeriksaan Kardiovaskular
Meliputi irama dan suara jantung.
f. Pemeriksaan Sistem Gastrointestinal
Pada klien dengan glaukoma ditandai dengan mual muntah.
g. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
Meliputi pergerakan ekstermitas.
h. Pemeriksaan Sistem Endokrin
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya glaukoma dalam sistem endokrin.
i. Pemeriksaan Genitouria
Tidak ada disuria, retesi urin, inkontinesia urine.
j. Pemeriksaan Sistem Pernafasan
Pada umumnya motorik dan sensori terjadi gangguan karena terbatasnya lapang pandang.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) :
Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan
refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak,
karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
c. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
e. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya
meningkat ringan.
f. Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
g. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosis.
i. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.

B. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan TIO
2. Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan serabut saraf oleh karena
peningkatan TIO.
3. Cemas berhubungan dengan :
a. Penurunan ketajaman penglihatan
b. Kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan
Post operasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi.

C. Analisa Data
No Data Fokus Penyebab/ Etiologi Masalah
keperawatan
1 Ds : Obtruksi jaringan Gangguan rasa
Mengatakan mata trabekuler
nyaman nyeri

tegang. Nyeri hebat,
berhubungan dengan
Hambatan pengaliran
lebih sakit untuk
aqueus humor meningkatan TIO
melihat.
TIO meningkat
Do :

Meringis, menangis
menahan nyeri. Nyeri
Sering memegangi
mata.

2 Ds: TIO meningkat Penurunan persepsi


Menyatakan sensori

visual/penglihatan
penglihatan kabur,
Gangguan saraf optik berhubungan dengan
tidak jelas, penurunan serabut saraf oleh

karena peningkatan
area penglihatan.
Perubahan penglihatan TIO
perifer
Do:

Pemeriksaan lapang
pandang menurun. Gangguan persepsi
Penurunan sensori penglihatan
kemampuan
identifikasi lingkungan
(benda, orang, tempat

3 Ds: TIO meningkat Cemas berhubungan


Mengatakan takut dengan penurunan

dioperasi penglihatan/ kurang
Sering menanyakan Gangguan saraf optik pengetahuan tentang
tentang operasi prosedur

pembedahan
Perubahan penglihatan
perifer
Do:
Perubahan tanda vital
peningkatan nadi, Cemas
tekanan darah,
frekuensi pernapasan
Tampak gelisah, wajah
murung, sering
melamun

4 Ds: Peningkatan tekanan Gangguan rasa


Mengatakan
vitreus nyaman (nyeri)
nyeri/tegang.
berhubungan dengan
Pergerakan iris kedepan post tuberkulectomi
Do: Gelisah,
iriodektomi.
kecenderungan
TIO meningkat
memegang daerah

mata.
Tindakan operasi

trabekulectomy

Nyeri

5 Ds: TIO meningkat Resiko infeksi


Keinginan untuk berhubungan dengan
memegang mata
Menyatakan nyeri Tindakan operasi luka insisi operasi.
sangat
trabekulectomy
Do: - Perilaku tidak

terkontrol
Resiko infeksi
- Kecenderungan
memegang darah
operasi

D. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1 Gangguan rasa Tujuan : a. Kaji tingkat a. Memudahkan
nyaman nyeri. tingkat nyeri untuk
Nyeri hilang atau
(nyeri) intervensi
berhubungan berkurang dalam selanjutnya.
dengan
waktu 1x24 jam.
peningkatan
TIO Kriteria hasil: b.
Pantau derajat
nyeri mata setiap b. Untuk
Klien dapat 30 mentit selama mengidentifikasi
mengidentifikasi masa akut. kemajuan atau
penyebab nyeri. penyimpanan dari
Klien hasil yang
menyebutkan c. Siapkan pasien diharapkan.
faktor-faktor yang untuk
dapat pembedahan
meningkatkan sesuai peranan. c. Setelah TIO pada
nyeri. glaukoma sudut
Klien mampu terbuka,
melakukan pembedahan harus
tindakan untuk segera dilakukan
mengurangi nyeri. d. Pertahankan tirai secara permanent
baring ketat pada menghilangkan
posisi semi fowler. blok pupil.

e. Berikan d. Pada tekanan mata


lingkungan gelap sudut ditingkatkan
dan terang. bila sudut datar.

f. Berikan
analgesic yang e. stress dan sinar
diresepkan peran menimbulkan TIO
dan evaluasi yang mencetuskan
efektifitasnya nyeri.

f. untuk mengontrol
nyeri, nyeri berat
menentukan
menuvervalasava,
menimbulkan TIO.
2 Penurunan Tujuan: a. Kaji dan catat a. Menentukan
ketajaman kemampuan visual.
persepsi Peningkatan
penglihatan
sensori visual / persepsi sensori
b. Kaji tingkat
penglihatan dapat berkurang
deskripsi b. Memberikan
berhubungan dalam waktu 1 x fugnsional keakuratan
terhadap terhadap
dengan serabut 24 jam
penglihatan dan penglihatan dan
saraf oleh kriteria hasil : perwatan perawatan.
karena klien dapat c. Sesuaikan
meneteskan obat
peningkatan lingkungan
mata dengan benar dengan c. Meningkatkan self
tekanan intra Kooperatif dalam
kemampuan care dan
okuler. tindakan penglihatan. mengurangi
Menyadari ketergantungan.
hilangnya d. Kaji jumlah dan
pengelihatan tipe rangsangan
secara permanen yang dapat d. Meningkatkan
Tidak terjadi diterima Klien. rangsangan pada
penurunan visus waktu kemampuan
lebih lanjut e. Observasi TTV. penglihatabn
menurun.

e. Mengetahui kondisi
dan perkembangan
f. Kolaborasi klien secara dini.
dengan tim
medis dalam f. Untuk
pemberian mempercepat
terapi. proses
penyembuhan
3 Cemas Tujuan : a. Hati-hatia. Jika klien belum
berhubungan Cemas klien dapat penyampaian siap akan
dengan berkurang dlam hilangnya menambah
waktu 1 x 24 jam penglihtan kecemasan.
penurunan
Kriteria Hasil : secara
penglihatan,
kurang Berkurangnya permanen.
pengetahuan perasaan gugup
tentang Posisi tubuh rileks
b. Berikan b. Mengekspresikan
pembedahan Mengungkapkan
pemahaman kesempatan perasaan membantu
tentang rencana klien Klien
tindakan mengekspresika mengidentifikasi
n tentang sumber cemas.
kondisinya.

c. Pertahankan
kondisi yang c. Rileks dapat
rileks. menurunkan cemas.

d. Observasi TTV. d. Untuk mengetahui


TTV dan per-
kembangannya.

e. Siapkan bel e. Dengan


ditempat tidur memberikan
dan instruksi perhatian akan
Klien menambah
memberikan kepercayaan klien.
tanda bila
mohon bantuan

f. Kolaborasi f. Diharapkan dapat


dengan tim mempercepat
medis dalam proses
pemberian penyembuhan
terapi

4 Gangguan rasa Nyeri berkurang, a. Kaji derajat a. Normalnya, nyeri


nyeri setiap terjadi dalam waktu
nyaman hilang, dan
hari. kurang dari 5 hari
(nyeri) terkontrol. setelah operasi dan
Kriteria hasil : berangsur
berhubungan
Klien menghilang. Nyeri
dengan post mendemonstrasi- dapat meningkat
sebab peningkatan
tuberkulectom kan teknik
penurunan nyeri TIO 2-3 hari pasca
i iriodektomi. Klien melaporkan operasi. Nyeri
nyeri berkurang mendadak
atau hilang. menunjukan
peningkatan TIO
masif.

b. Meningkatkan
kolaborasi ,
memberikan rasa
aman untuk
b. Anjurkan untuk
peningkatan
melaporkan
dukungan
perkembangan
psikologis.
nyeri setiap hari
atau segera saat
terjadi
peningkatan
nyeri
mendadak.
c. Beberapa kegiatan
klien dapat
c. Anjurkan pada
meningkatkan nyeri
klien untuk
seperti gerakan
tidak
tiba-tiba,
melakukan
membungkuk,
gerakan tiba-
mengucek mata,
tiba yang dapat
batuk, dan
memicu nyeri.
mengejan.

d. Mengurangi
ketegangan,
d. Ajarkan teknik
mengurangi nyeri.
distraksi dan
relaksasi.
e. Mengurangi nyeri
dengan
e. Lakukan
meningkatan
tindakan
ambang nyeri.
kolaboratif
dalam
pemberian
analgesik
topikal/
sistemik.
5 Resiko infeksi Tujuan : a. Diskusikan a. Meningkatkan
berhubungan tentang rasa kerjasama dan
Tidak terjadi
dengan luka sakit, pembatasan yang
cedera mata pembatasan diperlukan.
insisi operasi
aktifitas dan
pascaoperasi
pembalutan
Kriteria Hasil : mata.
Klien b. Tempatkan b. Istirahat mutlak
menyebutkan klien pada diberikan 12-24
faktor yang tempat tidur jam pasca operasi.
menyebabkan yang lebih
cedera. rendah dan
Klien tidak anjurkan untuk
melakukan membatasi
aktivitas yang pergerakan
meningkatkan mendadak/ tiba-
resiko cedera tiba serta
menggerakkan
kepala berlebih.

c. Bantu aktifitas
selama fase c. Mencegah/
istirahat. menurunkan risiko
Ambulasi komplikasi cedera.
dilakukan d. Tindakan yang
dengan hati- dapat
hati. meningkatkan TIO
dan menimbulkan
d. Ajarkan klien kerusakan struktur
untuk mata pasca operasi
menghindari antara lain:
tindakan yang Mengejan
dapat ( valsalva
menyebabkan maneuver)
cedera. Menggerakan
kepala mendadak
Membungkuk
terlalu lama
Batuk

e. Berbagai kondisi
seperti luka
menonjol, bilik
e. Amati kondisi mata depan
mata : luka menonjol, nyeri
menonjol, bilik mendadak,
mata depan hiperemia, serta
menonjol, nyeri hipopion mungkin
mendadak, menunjukan cedera
nyeri yang tidak mata pasca operasi.
berkurang
dengan
pengobatan,
mual dan
muntah.
Dilakukan
setiap 6 jam
asca operasi
atau seperlunya.

Daftar pustaka

https://www.google.com/search?q=patway+glukoma

http://ayanurse38.blogspot.com/2013/05/askep-glukoma.html

Anda mungkin juga menyukai