Studi Respon Hematologi Kelelawar Terhadap Frekuensi Wisatawan Pada Gua Wisata Guna Menjaga Kelestarian Kelelawar Di Gua Kawasan Karst Gunung Kidul
Studi Respon Hematologi Kelelawar Terhadap Frekuensi Wisatawan Pada Gua Wisata Guna Menjaga Kelestarian Kelelawar Di Gua Kawasan Karst Gunung Kidul
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta 9 November 2015
Desy Novita Sari, Anggun Andreyani, Ida Uswatun Khasanah, Ari Wijayanti,
Ihsan Adi Pratama
Pendidikan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
Email: desynovita194@ymail.com
Abstrak
Kelelawar memiliki peran yang sangat penting dalam
ekosistem.Menurut Agustinus Suyanto (2001), manfaat yang tidak
kalah penting adalah kelelawar pemakan serangga berfungsi
pengendali lingkungan terhadap kemungkinan bahaya ledakan hama
serangga. Sekian banyak peranan yang dimiliki kelelawar,
mengharuskan agar keberadaan populasi kelelwar tetap terjaga, namun
faktanya dari sumber yang didapat populasi kelelawar semakin
berkurang. Dugaan sementara dari hilangnya populasi kelelawar
berkurang karena gangguan akibat kunjungan dari wiasatawan, namun
ada juga yang berpendapat akibat adanya ketidak-seimbangan
ekosistem yang berkaitan dengan mangsa dari kelelawar itu sendiri.
Tujuan program penelitian ini adalah untuk mengetahui respron
hematologi fisiologis kelelawar Gua wisata di Gunung Kidul dan
untuk mengetahui apakah respon hematologi dapat dijadikan sebagai
alternatif strategi pengelolaan Gua wisata. Variabel penelitian ini
adalah jumlah sel darah putih, kadar Hemoglobin, kadar hematokrit
(Hct), jumlah sel darah merah.Penelitian ini dikalukan selama 3 bulan.
Tempat pengambilan sampel darah kelelawar dilakukan di gua dan
tempat menganalisi sampel darah di LPPT UGM. Hasil Pengujian
yang dilakukan di LPPT UGM yaitu kadar sel darah merah, sel darah
putih, hemoglobin dan hematikrit paling tinggi terdapat pada
kelelawar di gua gelatik dengan jumlah pengunjung rata-rata 71 orang
perbulan, sedangkan kadar terendah terdapat pada kelelawar di gua
toto dengan jumlah pengunjung rata-rata 30 orang perbulan.Respron
hematologi kelelawar Gua wisata di Gunung Kidul mengalami
perbedaan dan respon hematologi dapat dijadikan sebagai alternatif
strategi pengelolaan Gua wisata, namun masih memebutuhkan data
pendukung yang lainnya.
Kata kunci : kelelawar, sel darah merah, sel darah putih, hemoglobin,
hematokrit
B-73
Desy Novita Sari dkk / Studi Respon Hematologi ISBN. 978-602-95166-4-7
PENDAHULUAN
Kelelawar memiliki peran yang sangat banyak dan penting dalam
ekosistem. Menurut Wiyatna, M.F (2003) komunitas kelelawar memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia dan ekosistem yaitu sebagai penyebar biji
terutama pada famili Pteropodidae (fruit bat), sebagai penyerbuk bunga tumbuhan
bernilai ekonomis seperti kapuk randu, mangga, sebagai obat, banyak masyarakat
yang mempercayai dan biasa menggunakan daging kelelawar sebagai obat asma.
Penghasil pupuk guano (fospfat) yang diperlukan banyak bagi pertanian tanaman
pangan. Sedangkan menurut Agustinus Suyanto (2001), manfaat yang tidak kalah
penting adalah kelelawar pemakan serangga berfungsi pengendali lingkungan
terhadap kemungkinan bahaya ledakan hama serangga.
Sekian banyak peranan yang dimiliki kelelawar, mengharuskan agar
keberadaan populasi kelelwar tetap terjaga, namun faktanya dari sumber yang
didapat populasi kelelawar semakin berkurang seiring dengan semakin seringnya
gua tersebut dijamah manusia,seperti yang terjadi pada gua Lowo yang terletak di
kecamatan Ponjong Gunungkidul,dahulu gua ini dihuni oleh banyak populasi
kelelwar namun sejak tahun 2011 popualasi kelelawar jarang ditemukan lagi di
gua Lowo. Dugaan sementara dari hilangnya populasi kelelawar berkurang karena
gangguan akibat kunjungan dari wiasatawan, namun ada juga yang berpendapat
akibat adanya ketidak seimbangan ekosistem yang berkaitan dengan mangsa dari
kelelawar itu sendiri.
Kelelawar merupakan hewan yang sensitive terhadap lingkungannya, hal ini
sejalan dengan yang diungkapkan oleh Baudinette et al. (1994), yang menyatakan
bahwa kondisi ruang gua yang sempit, sirkulasi udara terbatas dan banyak dihuni
kelelawar menyebabkan udara dalam gua memiliki kandungan oksigen rendah
(hypoxic), tinggi karbon dioksida (hypercapnic) dan tinggi gas amonia. Selain itu
adanya rembesan air pada dinding dan atap gua juga menyebabkan udara dalam
gua menjadi dingin dan lembab. Penambahan jumlah populasi kelelawar ikut
merubah keadaan mikroklimat digua tersebut, sehingga dengan adanya kunjungan
wisata gua semakin merubah mikroklimat di gua tersebut. Melihat fenomena
B-74
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta 9 November 2015
tersebut perlu adanya studi untuk mengetahui sejauh mana pengaruh yang
ditimbulkan oleh adanya kunjungan wisatawan terhadap kelangsungan hidup
kelelawar di gua yang ada di Gunung kidul, dengan melihat respon fisiologis
khususnya hematologi dari kelelawar yang tinggal di berbagai macam tipe gua
sperti gua wisata, gua minat khusus dan gua yang belum terjamah. Sehingga
dengan penelitian ini dapat diketahui respon fisiologi haematologi kelelawar
daripengaruh keberadaan manusia didalam gua yang kemudiaan dapat menjadi
langkah bijak pengelolaan gua wisata agar populasi kelelwar tetap terjaga.
Dari permasalahan diatas kelompok kami ingin melakukan penelitian
tentang Studi Respon Hematologi Kelelawar Terhadap Frekuensi Wisatawan Pada
Gua Wisata Guna Menjaga Kelestarian Kelelawar Di Gua Kawasan Karst Gunung
Kidul, untuk mengetahui mengetahui respron hematologi fisiologis kelelawar Gua
wisata di Gunung Kidul dan Untuk mengetahui apakah respon hematologi dapat
dijadikan sebagai alternatif strategi pengelolaan Gua wisata.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian ekplorasi. Penelitian ini dilaksanakan dari
bulan februari-juni, penelitian ini dilakukan di gunung kidul dan tempat pengujuan
sampel darah kelelawar dilakukan di LPPT UGM. Alat dan bahan yang digunakan
meliputi : boots, head lamp, helm, lateks, masker, kaos kaki, cover all, baterai AAA, mist
net, spuit, plastic, tabung venojet, termos es, sarung tangan, kain blacu, raffia, silet/
gunting, jarum suntik, mikrohematokrit, kloroform, tabung ependrif kecil, EDTA bubuk,
kapas, alkohol, kertas label, kamera.
Variabel penelitian ini adalah jumlah sel darah putih, kadar Hemoglobin,
kadar hematokrit (Hct), jumlah sel darah merah. Untuk mengumpulkan data
dengan menggunakan teknik seperti berikut:
1. Pengambilan sampel kelelawar
Kelelawar diambil menggunakan alat perangkap kelelawar yaitu misnet
yang dipasang pada mulut gua. Setelah kelelawarnya terjaring oleh misnet
B-75
Desy Novita Sari dkk / Studi Respon Hematologi ISBN. 978-602-95166-4-7
B-76
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta 9 November 2015
Dari hasil pengujian didapat data sel darah putih pada masing-masing
sampel dengan kriteria gua yang telah ditentukan dan pengulangan sebanyak
tiga kali, didapat data sel darah putih pada Gua Gelatik yang status nya
merupakan gua wisata dengan frekuensi kunjungan tinggi memiliki rata-rata
paling tinggi bila dibandingkan dengan Gua Toto dan Gua Cokakan. Data
awal yang menjadi dasar penarikan kesimpulan yaitu data sel darah putih
yang mana dengan meningkatnya data sel darah putih pada gua wisata
menunjukan bahwa adanya respon imune terhadap keadaan untuk
mempertahankan kestabilan kelelawar dari gangguan virus dan baktri yang
berasal dari luar. Ini mengindikasikan adanya gangguan baik itu berupa virus
atau bakteri yang dibawa dari luar ke dalam gua secara intens dengan bila
dihubungkan dengan data jumlah pengunjung, yang tentunya vektor tersebut
adalah pengunjung itu sendiri. Hal ini sejalan karena pada gua minat khusus
dan gua yang belum terjamah data jumlah sel darah putihnya memiliki rata-
rata yang jauh lebih rendah dari data pada gua wisata atau bisa dikatakan
normal. Ini menunjukan bahwa adanya pengaruh yang signifikan pada gua
dengan frekuensi pengunjung yang tinggi terjadai gangguan pada respon
haematologi kelelawar yang ada didalamnya yaitu kelelawar memiliki jumlah
sel darah putih yang melebihi ambang batas atau berada pada tingkat yang
sangat tinggi bila dibandingkan dengan data pada Gua Toto dan Gua
Cokakan, yang mana hal ini mengindikasi adanya respon imunitas yang
B-77
Desy Novita Sari dkk / Studi Respon Hematologi ISBN. 978-602-95166-4-7
Grafik diatas menunjukkan bahwa jumlah sel darah merah pada kelelawar di
gua gelatik paling tinggi. Tingginya jumlah sel darah merah pada kelelawar di gua
gelatik erat kaitannya dengan minimnya kadar oksigen dalam gua. Minimnya
oksigen dipengaruhi oleh frekuensi pengunjung yang mencapai 71 orang per
bulan. Dilihat dari data pengunjung urutan jumlah sel darah merah kelelawar dari
tinggi ke rendah adalah gua gelatik, gua toto, dan terakhir gua cokakan. Tetapi
hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah sel darah merah kelelawar di gua
cokakan lebih tinggi daripada jumlah sel darah merah di gua toto. Hal ini
disebabkan minimnya kadar oksigen di dalam gua cokakan dibuktikan dengan
tidak menyalanya api di dalam gua cokakan.
Menurut pusdik (1989), hematokrit adalah volume eritrosit yang dalam
plasma dengan memutarnya di dalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan
dalam persen. Nilai kadar hematokrit berbanding lurus dengan jumlah sel darah
B-78
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta 9 November 2015
merah Data diatas menunjukkan kadar hematikrit tertinggi pada kelelawar di gua
gelatik. Kadar hematokrit pada adarah kelelawar di gua toto lebih sedikit daripada
gua cokakan hal ini disebabkan jumlah sel darah merah di gua toto lebih sedikit di
gua cokakakan.
B-79
Desy Novita Sari dkk / Studi Respon Hematologi ISBN. 978-602-95166-4-7
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada Biospeleologi Student Gruppen (BSG) yang telah membantu
kami dalam pengambilan data kelelawar.
Terimakasih kepada mas Ridy tentang nasehat dalam mengerjakan pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA
B-80
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta 9 November 2015
Dellmann, H.D. dan E.M. Brown 1989. Buku teks Histologi Veteriner I. 3rd Ed.
Penerjemah Jan Tambayong. Buku Kedokteran. Jakarta: EGC
Dellman, H. D. dan Brown E. M. 1992.Buku Teks Histologi Veteriner. Jakarta: UI
Press.
Howarth,F.G.1983.Ecologyof Cave Arthropods. Ann. Rev. Entomol. 28: 365
389
Howarth,F.G.1980. The Zoogeographyof Spcialized Cave Animals: Abioclimatic
Models. Evolution 34(2):394406
Fahma wijayanti dkk. 2011. Eritrosit dan Hemoglobin pada Kelelawar Gua di
Kawasan KarstGombong, Kebumen,Jawa Tengah. jurnal.Bogor: lipi
Lagler, K.F., et al. 1977. Ichthyology.Jhon Willey and Sons.Inc, New York-
London. p 506
Nasution, Roziani. 2003. Teknik Sampling. Sumatra. Universitas Sumatra Utara
Pearce, Evelyn. C. 2006. Anatomidan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta
:PT.Gramedia Pustaka Utama.
B-81