Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan masyarakat merupakan harapan dan impian bagi setiap negara
terutama Indonesia,dimana negara yang sehat adalah negara yang sejahtera yang
tertulis dalam UU Kesehatan No.36 tahun 2009 berbunyi Kesehatan adalah
keadaan sehat baik secara fisik,mental,spiritual,maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomi.
Harapan untuk hidup sehat itu sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan
kebiasaan hidup masyarakat,misalnya dengan tersedianya air bersih,lingkungan
yang sehat,makanan,merokok,dan alcohol semuanya ini akan mempengaruhi
harapan hidup untuk sehat yang kadang-kadang disepelehkan oleh banyak orang.
(Shadine Mahannad.2009)

Penyakit kanker merupakan salah satu dampak dari lingkungan dan


kebiasaan hidup yang tidak sehat yang menjadi ancaman terbesar bagi kesehatan
manusia yang dapat merusak semua harapan dan impian untuk hidup sehat yang
belum dapat ditangani secara optimal.

Kanker payudara merupakan profilerasi maligna dari sel epitel pada duktus
atau lobulus payudara (fauci, 2008). Kanker payudara adalah kanker yang paling
sering pada perempuan (diluar kanker kulit) walaupun kanker ini sangat jarang
pada laki-laki. Kanker payudara adalah kanker penyebab kematian kedua pada
perempuan (setelah kanker paru) di Amerika Serikat. Dari tahun 1973 hingga
1991, insiden kanker payudara invasif di Amerika Serikat meningkat 25,8% pada
kaukasia dan 30,3% pada keturunan Amerika Afrika,atau secara kasar 2% per
tahun. Alasan untuk penigkatan ini tidak diketahui dengan pasti, namun mungkin
dapat diterangkan sebagian bahwa terdapat peningkatan sebesar 75% dengan
menggunakan mamografi, karena kebanyakan peningkatan terjadi untuk tumor-
tumor stadium paling rendah.(SEER,2001)

1
Menurut Sistem Info Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007 kanker payudara
menempati urutan pertama pada pasien rawat inap wanita diseluruh rumah sakit di
Indonesia.
Salah satu langkah pencegahan sekunder adalah dengan melakukan deteksi
dini atau skrining. Kanker akan memiliki prognosis yang lebih baik jika terdeteksi
pada stadium dini. Deteksi dini kanker ialah usaha untuk mendeteksi penyakit atau
kelainan dengan menggunakan tes, pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat
digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat,
tetapi sesungguhnya menderita kelainan. Tujuan dari deteksi dini untuk
menemukan secara dini yaitu kanker yang masih dapat disembuhkan untuk
mengurangi morbitas dan mortalitas kanker.

Salah satu penyakit kanker yang biasa disebut ca prostat yang terjadi pada
pria banyak menimbulkan rasa was-was bagi kaum adam. Dimana penyakit ini
terjadi pada organ reproduksi pria yang disebut dengan prostat yang apabila tidak
dicegah secara dini akan dapat bermetastase ke uretra,leher kandung kemih,dan
vesikula seminalis maupun organ-organ tubuh lainnya seperti paru-paru,hati yang
dapat menimbulkan masalah lebih serius pada penderita.Pengobatan penderita
penyakit ini sangat membutuhkan biaya yang lumayan besar.

Di Amerika Serikat,kanker prostat adalah keganasan pada laki-laki yang


paling sering kedua dan penyebab kematian paling sering ketiga setelah kanker
paru dan kolorektal pada laki-laki yang berusia diatas 55 tahun.Selain itu insiden
kanker prostat 50% lebih tinggi pada laki-laki keturunan Afrika-Amerika
dibandingkan dengan laki-laki Kaukasia. Insiden tertinggi terdapat di Amerika
Utara dan Karibia,sedangkan insiden terendah terdapat di China dan Jepang.
(Patofisiologi,E/6,Vol.2)

Untuk menghindari peningkatan akan dampak dari ca prostat maka perlu


pengenalan mengenai gejala awal serta cara pengobatannya,salah satu pengobatan
penyakit ini yaitu dengan melakukan banyak terapi dan juga dengan cara
pembedahan tetapi ini dialakukan dengan harus mengenal atau mengetahui
terlebih dahulu sejauh mana kondisi atau tingkat keparahan (stadium) dari
penyakit,yang dilakukan harus cepat,tepat karena apabila perawatan diberikan

2
terlambat maka akan berakibat lebih buruk atau fatal bagi pendertia (shadine
muhannad,2009)

Mengacu pada hal tersebut,diharapkan pengetahuan atau pengenalan sedini


mungkin mengenai penyakit ca prostat sangatlah penting, serta diperlukan
pemberian pelayanan keperawatan yang didukung oleh kemampuan dan
ketrampilan (skill) dari seorang perawat agar dapat memberikan asuhan
keperawatan yang tepat.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui seperti apa itu kanker prostat dan kanker payudara
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui penyebab kanker payudara dan kanker prostat
b. Untuk mengetahui gejala kanker payudara dan kanker prostat
c. Agar mampu mendiagnosa kanker payudara dan kanker prostat
d. Untuk mengetahui cara pengobatan dan pencegahan kanker payudara dan
kanker prostat
e. Untuk menentukan rencana asuhan keperawatan kanker payudara dan kanker
prostat

BAB II
PEMBAHASAN

1. KANKER PAYUDARA
I. KONSEP DASAR MEDIK
A. Defenisi
1. Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda.( Erik T., 2005 )

3
2. Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas.( Harianto,2005 )

B. Anatomi dan Fisiologi

a) Anatomi Payudara

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu:

1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar

Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian


dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot
polos dan pembuluh darah. Lobulus yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus
pada tiap payudara. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran
kecil (duktulus) kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk
saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah

Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang melebar,


akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara keluar. Didalam

4
dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila
berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek


atau datar, panjang dan terbenam (inverted).

b) Fisiologi Payudara

Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon.


Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa
puberitas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak
puberitas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium
dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur
menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar
dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi
pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan
tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi
tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak
mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak
berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai,
semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada
kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus
alveolus berforiverasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin
dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel

5
alveolus, mengisi asimus, kemmudian dikeluarkan melalui duktus ke
puting susu (samsuhidajat,1997)

C. Etiologi
Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan namun terdapat
beberapa faktor resiko yang telah ditetapkan, yaitu faktor genetik, hormonal,
dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini.
Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik
berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan
genetik masih belum diketahui. Perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan
pengaruh protein baik yang menekan atau meningkatkan perkembangan
kanker payudara. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai
peran penting dalam kanker payudara. Dua hormon ovarium utama estradiol
dan progesteron mengalami perubahan dalam lingkungan seluler yang dapat
mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara.
Faktor-faktor resiko kanker payudara mencakup:
a. Riwayat pribadi tentang kanker payudara,
b. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga
langsung) dari wanita dengan kanker payudara,
c. Minarke dini sebelum usia 12 tahun,
d. Tidak mempunyai anak atau mempunyai anak pertama setelah usia
30 tahun,
e. Menopause yang terjadi setelah usia 50 tahun,
f. Riwayat penyakit payudara jinak,
g. Pemajanan terhadap radiasi setelah masa puberitas dan sebelum
usia 30 tahun,
h. Obesitas
i. Kontrasepsi oral,
j. Terapi penggantian hormon,
k. Masukan alkohol setiap hari.

D. Patofisiologi

6
Kanker payudara memperlihatkan poliferasi keganasan sel epitel yang
membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat
hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang atipikal. Sel-sel ini
kemudian berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa yang
cukup besar untuk dipalpasi (kira-kira berdiameter 1cm).(Price 2006)
Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi
kira-kira 1-2% wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip dengan
infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri.
Karsinoma ini menginflasi kulit dan jaringan limfe. Tempat yang paling sering
untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan tulang ( Price, 2006 ).
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung
kejaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah
dapat mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas
dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai upaya tersebut
pengalaman operatif dibagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif, intra operatif dan
pos operatif. Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon
neuron endokrine respon terdiri dari system saraf simpati yang bertugas
melindungi tubuh dari ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem cukup gawat
atau kehilangan banyak darah, maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu
banyak beban dan syock akan terjadi. Anestesi tertentu yang di pakai dapat
menimbulkan terjadinya syock. Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat
dan lemak di metabolisme untuk memproduksi energi. Protein tubuh pecah
untuk menyajikan suplai asam amino yang di pakai untuk membangun jaringan
baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi kebutuhan protein untuk
keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk fungsi yang optimal.

E. Manifestasi klinik
1. Ada benjolan yang keras di payudara,

7
2. Bentuk umumnya berupa tonjolan yang tidak nyeri pada payudara,
3. Putting berubah (bisa masuk kedalam atau terasa sakit terus-menerus),
mengeluarkan cairan atau darah,
4. Kulit atau puting susu menjadi tertarik ke dalam (retraksi), bewarna merah
muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi odema hingga kulit kelihatan
seperti kulit jeruk, mengkerut, atau timbul borok pada payudara.

5. Adanya benjolan-benjolan kecil,


6. Ada luka di payudara yang sulit sembuh,
7. Payudara terasa panas, memerah, dan bengkak,
8. Terasa sangat gatal di daerah sekitar putting,
9. Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal
tidak terasa sakit,
10. Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara.

Pengelompokan stadium kanker payudara:


1. Stadium 0: karsoinoma insitu, tidak ada tumor dalam kelenjar getah bening
regional, tidak ada metastase jauh, bertahan hidup 5 tahun hanya 99%.
2. Stadium 1: tumor 2 cm, tidak ada tumor dalam kelenjar getah bening
regional, tidak ada metastase jauh, bertahan hidup dalam 5 tahun hanya 92%.
3. Stadium IIA:
a. tidak ada bukti tumor primer, kelenjar getah bening regional metastasis
ke kelenjar ipsilateral yang dapat berpindah-pindah, tidak ada
metastase jauh, kemampuan hidupnya 82%.
b. Tumor 2 cm, kelejar getah bening regional metastasis ke kelenjar
ipsilateral yang dapat berpindah-pindah tdiak ad metastase jauh,
kemmpuan bertahan hidup 82%.
c. Tumor > 2cm tapi 5cm, tidak ada tumor dalam kelenjar getah bening
regional, tidak ada metastsae jauh, kemampuan bertyahan hidupnya
82%.

8
4. Stadium IIB:
a. Tumor > 2cm, tapi 5cm, kelenjar getah bening regional metastasis ke
kelenjar ipisilateral yang dapat berpindah- pindah, tidak ada metastasis
jauh, kemampuan hidup dalam 5 tahun 65%.
b. Tumor > 5cm, tidak ada tumor dalam kelenjar getah bening, tidak ada
metastasis jauh, kemampuan hidup dalam 5 tahun 65%.
5. Stadium IIIA:
a. Tidak ada bukti tumor primer, kelenjar getah bening regional
metastasis ke kelenjar ipsilateral yang menetap, tidak ada metastasis
jauh, kemampuan hidup dalam 5 tahun 47%.
b. Tumor 2cm,kelenjar getah bening regional metastasis ke kelenjar
ipsilateral yang menetap, tidak ada metastasis jauh, kemampuan hidup
dalam 5tahun 47%.
c. Tumor > 2cm tapi 5cm, kelenjar getah bening regional metastasis ke
kelenjar ipilateral yang menetap, tidak ada metastasis jauh,
kemampuan bertahan hidup dalam 5tahun 47%.
d. Tumor > 5cm, kelenjar getah bening regional metastasis ke kelenjar
ipsilateral yang dapat berpindah-pindah ,dan metastasis ke kelenjar
ipsilateral , tidak ada metastasis yang jauh , kemampuan bertahan
hidup dalam 5tahun 47%
6. Stadium IIIB:
a. Perluasan ke dinding dada, inflamasi, bisa tidak ada tumor dalam
kelenjar getah bening regional, kelenjar getah bening regional
metastasis ke kelenjar ipsilateral yang dapat berpindah-pindah,
kelenjar getah bening regional metastasis ke kelenjar ipsilateral yang
menetap, dan kelenjar getah bening regional metastasis ke kelenjar
mamaria internal ipsilateral, tidak ada metastase jauh, kemampuan
bertahan hidup dalam 5 tahun 44%.

9
b. Bisa tidak ada bukti tumpr primer, karsinoma insitu, tumor 2cm,
tumor > 2cm tapi 5cm, tumor > 5cm , dan perluasan ke dinding dada,
inflamasi, kelenjar getah bening regional metastasis ke kelenjar
mamaria interna ipsilateral, tidak ada metastasis jauh, kemampuan
bertahan hidup dalam 5tahun 44%.
7. Stadium IV: bisa tidak ada bukti tumor primer, karsinoma insitu, tumor
2cm, tumor > 2cm tapi 5cm, tumor > 5cm, dan perluasn ke dinding dada,
inflamasi, bisa tidak ada tumor dalam kelenjar getah bening regional,
kelenjar getah bening regional metastasis ke kelenjar ipsilateral yang dapat
berpindah-pindah, kelejar getah bening regional metastasis ke kelenjar
ipsilateral yang menetap, dan kelenjar getah bening regional metastasis ke
kelenjar mamaria internal ipsilateral, metastasis jauh ( termasuk menyebar
ke kelenjar supraclavicular ipsilateral), kemampuan bertahan hidup dalam.

F. Diagnostic test
1. Mammografi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari
payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.
2. Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dan
kista.
3. Ct. Scan di pergunakan untuk diagnosis metastasis carisnoma payudara
pada organ lain.
4. Sistologi biopsi aspirasi jarum halus.
5. Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan caraa isolasi dan menentukan sel-sel
tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifuis darah.
(Michael D, 2005)

G. Penatalaksanaan Medik
1. Pembedahan

10
a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari
lumpektomi sampai pengangkatan sekmental (pengangkatan jaringan
yang luas dengan kulit yang terkena).
b. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua
kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi seluruh payudara, semua atau
sebagian besar jaringan aksial.
a) Masektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor
dibawahnya: seluruh isi aksial.
b) Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar
limfe mamaria interna.

2. Non Pembedahan
a. Penyinaran (Radiasi)
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat
direseksipada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase
kelenjar limfe aksila.
b. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit
yang lanjut.
c. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telaH menyebar, memakai estrogen, androgen,
antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi. ( Smeltzer,
2002 ).

H. Komplikasi
1. Gangguan neurovaskuler
2. Metastasis: otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang
3. Fraktur patologi
4. Fibrosis payudara
5. Kematian

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian 11 Pola Gordon
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

11
Klien ditanya tentang

2. Pola nutrisi dan metabolic


Klien ditanya tentang kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu
makan, makanan pantangan, makanan yang disukai, banyaknya minum.
3. Pola eliminasi
Klien ditanya tentang kebiasaan BAB/BAK, frekuensi, warna,
konsistensi, sebelum dan sesudah masuk rumah sakit.
4. Pola tidur dan istirahat
Klien ditanya tentang kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari
sebelum dan sesudah masuk rumah sakit.
5. Pola reproduksi dan seksualitas
Klien ditanya tentang pengetahuan seksualitas, kaji keadaan seksual
yang terjadi sekarang, dan pola perilaku seksual.
6. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Klien ditanya merasakan stress atau tidak, apa penyebab stress,
penanggulangan terhadap stress yang dialami.

B. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri b/d trauma insisi
b. Gangguan citra tubuh b/d penyakit

C. Intervensi
a. Nyeri b/d trauma insisi
Noc: tidak adanya nyeri dan rasa tidak nyaman
Nic:
a. Kaji intensitas, sifat dan letak nyeri
b. Berikan obat analgesic melalui rute IM,oral atau intravena sesuai yang
diresepkan.
c. Kolaborasikan dengan dokter tentang analgesik yang di control pasien
d. Jelaskan bahwa analgesik tersedia untuk meredakan nyeri.
e. Sarankan pengolesan krim yang efektif beberapa kali sehari.

b. Gangguan citra tubuh b/d penyakit


Noc: menunjukkan citra tubuh yang dibuktikan oleh selalu menunjukkan
adaptasi dengan ketunadayaan fisik, penyesuaian psikososial:
perubahan hidup,citra tubuh positif.
Nic:
a. Kaji respon verbal dan nonverbal pasien terhadap tubuh pasien
12
b. Ajarkan tentang cara merawat dan perawatan diri, termasuk
komplikasi kondisi medis.
c. Rujuk pasien untuk mendapat terapi fisik untuk latihan kekuatan dan
fleksibilitas,membantu dalam berpindah tempat dan ambulasi, atau
penggunaan prosthesis.
d. Bantu pasien dan keluarga untuk secara bertahap menjadi terbiasa
dengan perubahan pada tubuhnya, mungkin menyentuh area yang
terganggu sebelum melihatnya.

III. FATOFLOW DIAGRAM

13
IV. DISCHARGE PLANNING

2. KANKER PROSTAT
I. KONSEP DASAR MEDIK

14
A. Defenisi
1. Kanker prostate adalah kelenjar prostat mengalami pembesaran
memanjang ke atas ke dalam kandung kemih, dan menyumbang aliran
urine dengan menutupi orivisium uretra .
2. Kanker prostat adalah bentuk kanker yang berkembang di prostat, atau
sebuah kelenjar di dalam system reporoduksi.

B. Anatomi dan Fisiologi

a) Anatomi prostat
Prostat adalah organ gentital yang hanya di temukan pada pria karena
merupakan penghasil cairan semen yang hanya di hasilkan oleh pria. Prostat
berbentu piramit, tersusun atas jaringan fibromuscular yang mengandung
kelenjar. Pada umumnya memiliki ukuran dengan panjang 1,25 inchi atau
15
kira-kira 3cm mengelilingi uretra pria. Dalam hubungannya dengan organ
lain batas atas prostat bersambung dengan leher bladder atau kandung
kemih. Di dalam prostat di dapati uretra. Sedangkan batas bawah prostat
yakni ujung prostat bermuara ke eksternal spinkter bladeder yang terbentang
diantara lapisan peritoneal. Pada bagian depannya terdapat simfisis pubis
yang di pisahkan oleh lapisan ekstra peritoneal. Lapisan tersebut di namakan
caf of retzius atau ruang retropublik. Bagian belakangnya dekat dengan
rectum di pisahkan oleh fascia denonvilliers.
Prostat memiliki lapisan pembungkus yang di sebut dengan kapsul.
Kapsul ini terdiri dari 2 lapisan yaitu:
1. True capsul : lapisan fibrosa tipis pada bagian luar prostat
2. False capsule : lapisan ekstra peritoneal yang saling bersambung,
menyelimuti b;adder atau kandung kemih, sedangkan fascia
denovalliers berada pada bagian belakang.

b) Fisiologi prostat

Pertumbuhan epithelium glandula prostat dipengaruhi oleh hormon


tertentu yakni dihidrotestosteron (DHT). Hormon tersebut diperoleh dari
konversi testoteron dan androgen adrenal yang memasuki sel sekretorik
epithelium glandular untuk kemudian diubah menjadi dihidrotestosteron oleh
enzim 5alfa-reduktase. DHT memilliki aktivitas 30 kali lebih kuat dari
testosteron dan ikatan DHT dengan reseptor androgen (AR) akan
menyebabkan perubahan konformasional reseptor menuju nukleus yang pada
akhirnya mempengaruhi transkripsi gen yang menstimulasi pertumbuhan
normal epithelium prostat selain itu juga dapat membuat pertumbuhan
benign prostatic hyperplasia (BPH) bahkan dapat menjadi kanker prostat
yang dependen terhadap androgen. Kelenjar ini bersama dengan kelenjar
aksesoris lainnya akan menghasilkan cairan sekretorik yang akan bercampur

16
dengan spermatozoa membentuk semen. Penjelasan yang lebih detail lagi,
yakni prostat akan menghasilkan cairan sedikit asam, tipis, cair, dan
berkontribusi sebesar 20% volume total semen dengan sekretnya yang kaya
akan asam sitrat, spermin, kolestrol, fosfolipid, fibrinolisin, fibrinogenase,
seng, prostatic acid phosphatase (PAP), amilase, dan prostate-specific
antigen (PSA).

PSA merupakan enzim protease 33-kD yang secara klinis digunakan


sebagai perasat tumor dan kadar normal PSA dalam darah biasanya dibawah
4 ng/mL. PSA disekresikan baik oleh epitel normal maupun abnormal ke
dalam asinus prostat lalu menuju cairan seminalis dan memiliki fungsi
menghidrolisis suatu inhibitor motilitas sperma yakni semen ogelin yang ada
pada semen, namun fungsi pastinya pada sirkulasi darah belum diketahui
secara pasti. Bila terjadi peningkatan kadar serum PSA menjadi 410
ng/mL, risiko ditemukan kanker sebesar 25%, sementara kadarnya di atas 10
ng/mL maka risiko terdeteksi kanker yakni 67%. Selain itu PSA juga
digunakan untuk melihat progresi dan prognosis penyakit. PSA ditemukan di
jaringan non-prostat misalnya mammae, ovarium, glandula saliva, liver, dan
tumor lainnya. Peningkatan PSA juga terjadi pada kondisi non-kanker seperti
prostatitis, BPH, atau kondisi interupsi aliran darah ke prostat.

Prostatic acid phosphatase atau PAP merupakan enzim yang


meregulasi pertumbuhan sel dan metabolisme epithelium glandula prostat.
Peningkatan kadarnya dalam serum dapat menunjukkan metastasis kanker
prostat.

Enzim fibrinolisin yang ada pada cairan sekresi prostat mampu


mencairkan semen pasca-ejakulasi.

C. Etiologi

17
1) Diet tinggi lemak
2) Peningkatan kadar hormon testosteron.
3) Riwayat genetik

D. Patofisiologi
Penyebab kanker prostat hingga saat ini belum diketahui tetapi beberapa
hipotesa menyebabkan bahwa CA prostat erat hubungannya dengan hipotesis
yang dicurigai sebagai penyebab timbulnya CA mammae adalah adanya
perubahan keseimbangan antara hormone testosteron dan estrogen pada usia
lanjut, hal ini akan menganggu proses deferensiasi dan foliverasi sel.
Diferensiasi sel yang terganggu ini menyebabkan sel kanker, penyebab lain
yaitu adanya faktor pertumbuhan yang stroma yag berlebihan serta
meningkatkan lama hidup sel-sel yang mati sehingga menyebabkan terjadinya
perubahan materi genetic. Perubahan prolive sehingga menyebabkan produksi
sel trauma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan sehingga terjadi
CA prostat. (price,1995)
Kanker akan menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan
akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan penekanan
intravesikal untuk dapat mengeluarkan urine bilibuli harus dapat berkontraksi
kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus menyebabkan
perubahan anatomic dari buli-buli berupa hipertropi detrusor, trabeculasi,
terbentuknya selula, sakula, dan lifetikel buli-buli. Fase penebalan otot, detrusor
ini disebut fase konpensasi perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh
pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary
track symptom (luts) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala prostatismus,
dengan semakin meningkatnya retensi uretra otot detrusor masuk kedalam fase
dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga
terjadi retensi urine. Tekanan intrafesikal yang semakin tinggi akan diteruskan
ke seluruh bagian buli-buli ke ureter atau terjadi refluk vesico-ureter. Keadaan
18
ini jika berlangsung terus-menerus akan mengakibatkan hidroureter,
hidrofenerosis bahkan akhirnya akan dapat jatuh kedalam gagal ginjal.
Berkembangnya tumor yang terus-menerus dapat terjadi perluasan
langsung ke uretra, leher tandung kemih dan vesica semminalis. CA prostat
dapat juga menyebar melalui jalur hematogen tulang-tulang pelvis vertebra
lumbalis, femur dan postat. Metastasis organ adalah pada hati dan paru.
Proses patologis lainnya adalah penimbunan jaringan kolagen dan elastin
diantara otot polos yang berakibat melemahnya kontraksi otot. Selain itu,
terdapat degenerasi sel saraf yang mempersarafi otot polos. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya hipersensivitas pasca fungsional, ketidakseimbangan
neuro transmitter, dan penurunan input sel sensorik, sehingga otot detrusor
tidak stabil karena fungsi otot vesikal tidak normal, maka terjadi peningkatan
residu urine yang menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.

E. Manifestasi klinis
Gangguan pola perkemihan baik frekuensi, adanya desakan, nokturial
akibat membesarnya ukuran kelenjar yang mendesak uretra. Terjadinya
opstruksi uretra menganggu perkemihan, lama kelamaan akan berkembang
terjadinya anemi.
Masalah kelenjar prostat,baik karena membesar atau karena mengalami
perdangan,boleh di katakan menimbulkan gejala yang serupa,yaitu:
1. Mengalami kesulitan saat buang air kecil
2. Buang air kecil lebih sering, terutama pada malam hari.
3. Mengalami kesulitan memulai pancaran air seni.
4. Menagalami kesulitan dalam mengakhiri aliran air seni
5. Pancaran air seni melemah.
6. Merasa kandung kemih tidak kosong sempurna.

19
7. Jika di sertai infeksi timbul keluhan nyeri waktu buang air kecil
setelah bersetubuh perasaan nyeri pada daerah bawah pinggang,
pangkal paha, dan daerah tulang pinggul.
8. Mengalami kesulitan memulai dan mempertahankan ereksi penis.
9. Kemungkinan air seni berdarah.

F. Diagnostik test
1. Membutuhkan pengumpulan riwayat kesehatan yang cermat, permeriksaan
kultur cairan atau jaringan prostat dan kadang pemeriksaan histology
jaringan. Untuk menemukan sumber infeksi genitourinaria bagian bawah
(kolum kandung kemih ,uretra ,prostat) penting artinya untuk
mengumpulkan spesimen urine dalam beberapa bagian untuk pemeriksaan
kultur urine segmental. Setelah membersihkan glans penis dan meretreaksi
prepusium (jika terdapat) pasien berkemih 10-15 ml ke dalam wadah.
2. Biopsy sel-sel di penis dapat mendiagnosis dan menentukan stadium
kanker penis.
3. Pemeriksaan darahyang mengukur kadar suatu gliko[protein yang
dikeluarkan oleh kelenjar prostat antigen spesifik prostat atau PSA, dapat
digunkan untuk menidentifikasi adanya kanker prostat di stadim dini.
4. Pengukur PSA disetai dengan hail dari pemeriksaan dengan jari
memberikan hasil penapisan yang lebih sensitive.
5. Transmulasi testis ultrasound dan MRI dapat mengidentifikasi adanya masa
di testis dan menunjang diagnosis kanker.

G. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanan ini di lakukan untuk menghindari komplikasi akibat
pembentukan abses dan septikimia. Pemberian preparat intravena mungkin di
perlukan untuk mencapai kadar serum dan jaringan yang tinggi. Pembengkakan
20
kelenjar prostat dapat menyebabkan retensi urine. Prostatitis bakterialis kronis
sulit untuk diobati karena kebanyakan antibiotik berdifusi dengan buruk dari
plasma kedalam cairan prostat. Namun demikian antibiotik dan terapi kontinu
dengan antibiotik dosis rendah untuk menekan infeksi dapat juga di
indikasikan. Seperti halnya pada prostatitis akut, tindakan untuk meningkatkan
rasa nyaman mencakup anti spasmodic, mandi rendam, pelunak feses dan
mengevaluasi pasangan seksual untuk mengurangi kemungkinan infeksi silang.
1. Tindakan preoperative
a. Reseksi transurethral ( TUR atau TRUP )
Prosedur yang paling umum yang dapat dilakukan dengan
endoscopy, instrument bedah dan optical dimasukan secara langsung
melalui uretra ke dalam prostat yang kemudian dapat melihat secara
langsung. Kelenjar diangkat dalam irisan kecil dengan LOP. Prosedur
ini tidak memerlukan insisi, dan digunakan untuk kelenjar yang
beragam dan ideal bagi pasien yang mempunyai kelenjar kecil yang
dipertimbangkan mempunyai resiko bedah yang buruk.
b. Pembedahan denga terbuka atau Open

H. Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi pada hipertopi prostat adalah retensi kronik
dapat menyebabkan refluks fesiko ureter, hydraureter, gagal ginjal. Proses
kerusakan ginjal dapat terjadi infeksi pada waktu miksic. karena selalu terdapat
sisa urine sehingga menyebabkan terbentuknya batu.
1. Kanker prostat progresifyang tidak diterapi memiliki angka kematian
yang sangat tinggi (>90%)
2. Kanker testis dapat bermestatase ke paru, kelenjar limfe atau susunan
syaraf pusat.

21
3. Angka bertahan hidup pada kanker prostat bergantung pada stadium
saat di diagnosis. Sebagian pria yang di diagnosis berada ada stadium
D akan meninggal dalam waktu 3-5 tahun.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian 11 pola Gordon
1. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien ditanya tentang kebiasan merokok, penggunaan alkohol, dan upaya
yang biasa dilakukan untuk mempertahankan kesehatan diri.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Klien ditanya frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan,
jumlah minum tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan
yang menganggu nutrisi seperti nausea, anoreksia, dan vomiting.
3. Pola eliminasi
Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, jumlah klien
harus bangun pada malam hari untuk berkemih, kekuatan system
perkemihan. Klien ditanya tentang defekasi, apakah ada kesulitan seperti
konstipasi akibat dari prostrusi prostat ke dalam rectum.
4. Pola tidur dan istirahat
Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang berkurang karena
frekuensi miksic yang sering pada malam hari (Nokturia).
5. Pola aktivitas dan latihan
Klien ditanya aktivitasnya sehari-hari, kebiasaan berolahraga. Apakah ada
perubahan sebelum sakit dan selama sakit.
6. Pola presepsi dan konsep diri
Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau
dirasakan klien sebelum pembedahan. Biasanya muncul kecemasan dalam
menunggu acara operasinya. Tanggapan klien tentang sakitnya dampaknya
pada dirinya.
22
7. Pola sensorik dan kognitif
Pola sensorik meliputi daya penciuman, rasa, raba, dan pendengaran dari
klien. Pola kognitif berisi tentang proses berpikir, isi pikiran, daya ingat
dan waham.
8. Pola reproduksi dan seksualitas
Klien ditanya jumlah anak berhubungan dengan pasangannya, pengetahuan
tentang seksualitas. Perlu dikaji keadaan seksual yang terjadi masalah
seksual yang terjadi sekarang, masalah seksual yang dialami sekarang
(masalah kepuasan ejakulasi, dan ereksi) dan pola prilaku seksual.
9. Pola hubungan dan peran
Klien ditanya bagaimana hubungan dengan anggota keluarga, Pasien lain.
Proses lain perawatan dokter bagaimana peran klien dalam keluarga.
Apakah klien dapat berperan bagaimana seharusnya.
10. Pola mekanisme coping dan toleransi terhadap stress
Menanyakan klien merasakan stres, apa penyebab stres, mekanisme
penanggulangan terhadap stres yang dialami.
11. Pola system nilai dan kepercayaan
Klien menganut agama apa, bagimana aktivitas keagamaannya kebiasaan
klien dalam menjalani ibadah.

B. Diagnosa keperawatan
a. Perubahan eliminasi urine b/d obstruksi pintu kadung kemih.
b. Nyeri akut b/d agens penyebab biologis
c. Ansietas b/d stress
C. Intervensi
a. Perubahan eliminasi urine b/d obstruksi pintu keluar kandung kemih.
Noc : kendali eliminasi urine dari kandung kemih
Nic :

23
a. Lakukan pengkajian perkemihan komprenshif yang berfokus pada
kontenensia (misalnya haluaran urine, pola berkemih, fungsi
kognitif, dan masalah perkemihan yang sudah ada).
b. Gunakan teknis berkemih ganda, pantau tingkat distensi kandung
kemih melalui palpasi dan perkusi.
c. Ajarkan cara menghindari konstipasi dan impaksi feses.
d. Perawatan retensi urine : pasang keteter urine, jika perlu.
e. Beri waktu sekitar 10 menit untuk mengosongkan kandung kemih.

b. Nyeri akut b/d agens penyebab biologis


Noc: Tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan psikologis
Nic :
a. Pemberian analgesik: agens-agens farmakologis untuk mengurangi
atau menghilangkan nyeri.
b. Manajemen nyeri: lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif
meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi dan
kualitas,intensitas, atau keparahan nyeri dan faktor presifitasinya.
c. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
lama akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat
prosedur.
d. Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih
berat.

c. Ansietas b/d stress


Noc: ansietas berkurang dibuktikan oleh bukti tingkat ansietas hanya
ringan sampai sedang dan selalu menunjukkan pengendalian diri
terhadap ansietas konsentrasi dan koping
Nic:

24
a. Bantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stress, perubahan
atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran
hidup.
b. Berikan penenangan, penerimaan, bantuan, dan dukungan selama
masa stress.
c. Kaji tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik.
d. Ajar anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan
panik dan gejala penyakit fisik.
e. Informasikan tentang gejala ansietas
f. Berikan obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu.
g. Berikan penguatan positif ketika pasien mampu meneruskan
aktifitas sehari-hari danaktifitas lainnya meskipun mengalami
ansietas.

III. PATOFLOW DIAGRAM

25
IV. DISCHARGE PLANNING

26
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
1. KANKER PAYUDARA
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara
yang terus tumbuh berupa ganda.( Erik T., 2005 )
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas.( Harianto,2005 )

27
Manifestasi kanker payudara adalah :
a. Ada benjolan yang keras di payudara,
b. Bentuk umumnya berupa tonjolan yang tidak nyeri pada payudara,
c. Putting berubah (bisa masuk kedalam atau terasa sakit terus-menerus),
mengeluarkan cairan atau darah,
d. Kulit atau puting susu menjadi tertarik ke dalam (retraksi), bewarna
merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi odema hingga kulit
kelihatan seperti kulit jeruk, mengkerut, atau timbul borok pada
payudara.
e. Adanya benjolan-benjolan kecil,
f. Ada luka di payudara yang sulit sembuh,
g. Payudara terasa panas, memerah, dan bengkak,
h. Terasa sangat gatal di daerah sekitar putting,
i. Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada
awal tidak terasa sakit,
j. Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu
payudara.

2. KANKER PROSTAT
Kanker prostate adalah kelenjar prostat mengalami pembesaran
memanjang ke atas ke dalam kandung kemih, dan menyumbang aliran urine
dengan menutupi orivisium uretra .
Kanker prostat adalah bentuk kanker yang berkembang di prostat, atau
sebuah kelenjar di dalam system reporoduksi.

Gangguan pola perkemihan baik frekuensi, adanya desakan, nokturial


akibat membesarnya ukuran kelenjar yang mendesak uretra. Terjadinya opstruksi
uretra menganggu perkemihan, lama kelamaan akan berkembang terjadinya
anemi.
Masalah kelenjar prostat,baik karena membesar atau karena mengalami
perdangan,boleh di katakan menimbulkan gejala yang serupa,yaitu:
1. Mengalami kesulitan saat buang air kecil

28
2. Buang air kecil lebih sering, terutama pada malam hari.
3. Mengalami kesulitan memulai pancaran air seni.
4. Menagalami kesulitan dalam mengakhiri aliran air seni
5. Pancaran air seni melemah.
6. Merasa kandung kemih tidak kosong sempurna.
7. Jika di sertai infeksi timbul keluhan nyeri waktu buang air kecil setelah
bersetubuh perasaan nyeri pada daerah bawah pinggang, pangkal paha,
dan daerah tulang pinggul.
8. Mengalami kesulitan memulai dan mempertahankan ereksi penis.
9. Kemungkinan air seni berdarah.

29
30

Anda mungkin juga menyukai