PENDAHULUAN
Hipertermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh seseorang tinggi disebabkan
karena kegagalan termoregulasi dalam tubuh. Hipertermia terjadi ketika tubuh
memproduksi atau menyerap lebih banyak panas dan tidak mampu melepaskan panas
tersebut. Ketika suhu tubuh cukup tinggi, hipertermia adalah kedaruratan medis dan
membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan kematian.1
Penyebab paling umum dari hipertermia adalah heat stroke. Heat srtoke adalah
kondisi yang mengancam jiwa dimana suhu tubuh mencapai 400C atau lebih dan disfungsi
sistem saraf yang menghasilkan delirium, kejang, atau koma.2,3
Meskipun pengobatan yang adekuat untuk heat stroke adalah menurunkan suhu
tubuh secara agresif, heat stoke sering menjadi fatal, dan orang-orang yang dapat bertahan
hidup menderita kerusakan neurologis yang permanen. Heat stroke dapat disebabkan
karena kenaikan suhu lingkungan, atau aktivitas yang dapat meningkatkan suhu tubuh.1
Berdasarkan data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, di Amerika
Serikat dari tahun 1979-2003 8.015 kematian disebabkan paparan panas yang berlebihan,
atau rata-rata sekitar 334 kematian per tahun. Kematian pada heat stroke lebih sering
terjadi selama musim panas dengan gelombang panas yang berkepanjangan. Sebagai
contoh, selama gelombang panas tahun 1980 (tahun rekor panas), 1700 kematian
dihubungkan dengan panas, dibandingkan dengan hanya 148 kematian disebabkan panas
tahun sebelumnya. Orang tua diatas umur 65 tahun tercatat setidaknya 44% kasus. Insiden
tersebut bervariasi dari 17,6 sampai 26,5 kasus per 100.000 populasi. Insiden heat stroke
di Arab Saudi bervariasi sesuai dengan musim, dimana terjadi 22 hingga 250 kasus per
100.000 populasi. Angka kematian kasar yang dihubungkan dengan heat stroke di Arab
Saudi diperkirakan sebesar 50%.2
Morbiditas dan mortalitas dari heat stroke terkait dengan durasi elevasi suhu. Jika
terapi tertunda, tingkat kematian dapat mencapai 80%, namun dengan diagnosa dini dan
pendinginan langsung, tingkat kematian dapat dikurangi sampai 10%. Kematian tertinggi
di kalangan penduduk usia lanjut, pasien dengan penyakit yang sudah ada sebelumnya,
yang terbatas pada tempat tidur, dan mereka yang terisolasi secara sosial. Angka kematian
1
heat stroke tahunan 3 kali lebih tinggi pada orang kulit hitam daripada kulit putih. Hal ini
juga 2 kali lebih tinggi pada laki-laki daripada wanita. Bayi, anak-anak, dan orang tua
memiliki insiden yang lebih tinggi mengalami heat stroke daripada remaja dan orang
dewasa yang sehat.1,2
Melihat perasalahan tersebut penulis merasa tertarik untuk membahas lebih lanjut
tentang heat stroke sehingga kita sebagai dokter umum nantinya dapat melakukan
pencegahan dan pengobatan pada seseorang yang mengalami heat stroke sehingga
morbiditas dan mortalitas dapat dicegah.3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Heat stroke adalah kondisi yang mengancam jiwa dimana suhu tubuh
mencapai 400C atau lebih dan disfungsi sistem saraf yang menghasilkan delirium,
kejang, atau koma. Heat stroke terjadi ketika suhu inti tubuh naik terhadap kegagalan
sistem thermoregulasi. Suhu inti yang dimaksud adalah suhu rektal lebih dari
40,6C.2
Heat stroke dapat dibagi menjadi exertional heat stroke (EHS) dan non-
exertional (klasik) heat stroke (NEHS). Exertional heat stroke, umumnya terjadi
pada orang muda, orang yang sehat (misalnya, atlet, pemadam kebakaran, personil
militer) yang terlibat dalam aktivitas fisik yang berat untuk jangka waktu lama dalam
lingkungan yang panas. Non-exertional (klasik) heat stroke (NEHS) lebih sering
mempengaruhi orang tua, orang-orang yang memiliki penyakit kronis, dan orang-
orang yang sangat muda. Klasik NEHS terjadi selama gelombang panas lingkungan
dan lebih umum pada daerah yang belum mengalami gelombang panas dalam
bertahun-tahun. Kedua jenis heat stroke berhubungan dengan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi, terutama jika terapi tertunda.1,3
2.2 Etiologi
2.2.1 Peningkatan produksi panas1,2
Meningkatnya metabolisme
o Infeksi
o Sepsis
o Encephalitis
o Obat perangsang
o Thyroid storm
o Drug withdrawal
3
Peningkatan aktivitas otot
o Latihan
o Kejang
o Tetanus
o Strychnine poisoning
o Sympathomimetics
o Drug withdrawal
o Thyroid storm
Latihan fisik moderate, kejang, dan menggigil dapat melipatgandakan produksi
panas dan menyebabkan peningkatan suhu secara general dan diatasi dengan
perlindungan diri dan menyelesaikan dengan penghentian kegiatan tersebut.
Latihan yang keras dan satatu epileptikus dapat meningkatkan produksi panas 10
kali lipat dan, ketika terganggu, merusak mekanisme panas dalam tubuh
menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang berbahaya.
Obat stimulan, termasuk kokain dan amfetamin, dapat menghasilkan panas yang
berlebihan dengan meningkatkan metabolisme dan kegiatan motorik melalui efek
stimulasi dopamin, serotonin, dan norepinephrine. Perkembangan heat stroke pada
orang intoksikasi dengan stimulan adalah multifaktorial dan bisa melibatkan suatu
interaksi yang rumit antara dopamin dan serotonin di hipotalamus dan batang otak.
Agen neuroleptik juga dapat meningkatkan suhu tubuh dengan meningkatkan
aktivitas otot, tapi, kadang-kadang, agen ini dapat menyebabkan neuroleptic
malignant syndrome (NMS). NMS adalah reaksi aneh ditandai dengan hipertermia,
perubahan status mental, kekakuan otot, dan ketidakstabilan otonom akibat
kontraksi berlebihan dari otot.
Obat-obatan tertentu, seperti inhalasi anestesi volatile dan succinylcholine, dapat
menyebabkan hipertermia ganas. Berbeda dengan heat stroke, hipertermia ganas
diyakini disebabkan oleh penurunan kemampuan retikulum sarcoplasmic untuk
mempertahankan kalsium, yang mengakibatkan kontraksi otot yang
berkepanjangan.
4
2.2.2 Penurunan pelepasan panas 2
Menurunnya keringat
o Dermatologic diseases
o Obat-obatan
o Luka bakar
Berkurangnya respon SSP
o Usia lanjut
o Balita dan bayi
o Alkohol
o Barbiturat
o Obat penenang lainnya
Berkurangnya cadangan kardiovaskular
o Orang tua
o Beta-blockers
o Calcium channel blockers
o Diuretik
o Obat kardiovaskular Terganggunya respon kardiovaskular terhadap
panas, dapat mengganggu pelepasan panas.
Obat-obatan
o Antikolinergik
o Neuroleptik
o Antihistamin
Faktor eksogen
o Suhu ambien yang tinggi
o Kelembaban ambien tinggi
5
2.2.4 Penurunan tingkah laku yang tanggap1,2
Bayi, pasien yang terbaring di tempat tidur, dan pasien yang sakit kronis
beresiko heat stroke karena mereka tidak dapat mengendalikan lingkungan
mereka dan asupan air.
2.3 Klasifikasi
Heat stroke terdiri atas dua jenis, yaitu:2
1. Exertional Heat Stroke (EHS)
Exertional heat stroke pada umumnya terjadi pada individu-individu muda
yang terlibat dalam aktivitas berat dalam jangka waktu yang lama pada lingkungan
yang panas, misalnya atlet, pemadam kebakaran, dan anggota militer.
2. Classic/Nonexertional Heat Stroke (NEHS)
Classic Nonexertional heat stroke (NEHS) pada umumnya menyerang orang
yang tidak bisa mengontrol lingkungannya dengan intake cairan, misalnya pada usia
lanjut, orang-orang yang memiliki penyakit kronis, dan pada bayi atau anak-anak.
Classic NEHS biasanya terjadi pada suhu lingkungan sangat tinggi dan biasanya
terjadi pada daerah yang tidak pernah mengalami suhu tinggi, namun mendadak
terjadi perubahan suhu menjadi tinggi, sehingga banyak individu yang mengalami
kegagalan adaptasi suhu didaerah tersebut dan terjadilah heat stroke. Dengan
meningkatnya suhu karena pemanasan global (global warming), angka insidensi
terjadinya heat stroke diprediksi akan meningkat.
6
3. Perubahan status mentall (irritability, ataxia, confusion, disorientasi, syncope,
hysteria, dan koma
4. Berkurangnya kemampuan untuk menurunkan suhu tubuh (berhenti berkeringat,
kulit menjadi panas)
5. Tanda-tanda yang mengancam jiwa : disseminated intravascular coagulant (DIC),
termasuk epistaxis, pendarahan dari saluran intravena, luka memar, dan edema
paru, tanda dari Acute Renal Failure (ARF) termasuk edema periperal.
1. Kelelahan
2. Pusing
3. Mual
4. Muntah
7
2.5 Pathogenesis
Manusia dan mamalia dapat menjaga suhu tubuh fisiologisnya dengan
menyeimbangkan panas yang didapat (heat gain) dengan panas yang hilang (heat
loss) dari tubuhnya. Mekanisme pengaturan suhu tubuh ini terjadi secara kompleks
melibatkan berbagai organ. Terutama hipotalamus yang berfungsi sebagai termostat
yang membimbing tubuh dalam mekanisme produksi dan pembuangan panas.4
Panas diperoleh dari proses metabolisme, saat istirahat pun metabolisme tubuh
tetap berjalan, sehingga panas tetap dihasilkan tubuh. Panas juga didapatkan dari
lingkungan yaitu melalui proses konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi sesuai
metabolisme yang paling memungkin untuk dilakukan. Heat gain dan heat loss harus
seimbang untuk mempertahankan suhu tubuh tetap fisiologis. 4
Ketika heat gain melebihi heat loss, suhu tubuh akan meningkat. Heat stroke
terjadi pada individu yang tidak memiliki kemampuan memodulasi suhu lingkungan,
misalnya bayi, orang tua (usila), dan orang yang sedang sakit. Ketika suhu tubuh
meningkat diatas normal, maka hipotalamus akan terangsang dan mengeluarkan
perintah kepada jantung untuk meningkatkan cardiac output dan meningkatkan aliran
darah ke perifer untuk meningkatkan produksi keringat dan menyerap kembali
natrium keringat agar panas cepat terhubung. Namun di sisi lain akan terjadi
pembuangan elektrolit dan cairan yang berlebihan disaat mekanisme heat loss terjadi
terlalu lama yang berakibat kepada pembebanan kerja pada organ jantung, jika tidak
segera dilakukan rehidrasi maka akan terjadi gagal jantung yang menyebabkan
komplikasi multiorgan yang sistemik.4
Secara umum, panas akan langsung mempengaruhi tubuh pada tingkat sel
dengan mengganggu proses seluler, sehingga berbagai sitokin inflamasi dan heat
shock protein (HSPs) yang menyebabkan stres lingkungan akan dihasilkan. Jika stres
ini berlanjut, maka sel ini akan mati (terjadi apoptosis).4
8
2.6 Diagnosis
1. Hyperthermia
Pada heat stroke, peningkatan suhu tubuh bisa mencapai >40C
2.7 Pemeriksaan
9
2. Pemeriksaan urinalisis
Didapatkan sel darah putih atau merah dan peningkatan protein serta mioglobin
3. Elektrokardiogram
Dapat menunjukkan gambaran perubahan segmen ST dan gelombang T dengan
menunjukkan iskemia miokardium.
2.8 Penatalaksanaan
Prinsip dari penatalaksanaan heat stroke adalah melakukan pendinginan tubuh
dengan cara mempercepat transfer panas dari kulit ke lingkungan tanpa menekan
aliran darah ke kulit. Hal ini di lakukan dengan cara memperbesar temperatur gradien
antara kulit dan lingkungan (konduksi) atau dengan memperbesar gradien tekanan
penguapan air antara kulit dan lingkungan (evaporasi) dan juga meningkatkan laju
aliran udara ke kulit (konveksi).6
10
Terdapat beberapa metode pendinginan untuk menurunkan suhu
tubuh pasien. Metode yang paling efektif dalam menurunkan suhu tubuh pasien
secara tepat adalah kombinasi antara pengeluaran panas secara evaporasi dan
konveksi yaitu dengan menggunakan body cooling units atau metode sederhana
serupa dengan menjaga kulit pasien tetap lembab dengan memercikan air hangat
ke tubuh pasien dan membuat tubuh pasien terpapar aliranudarayang baik (bisa
digunakan kipas angin).6
Apabila metode tersebut gagal untuk menurunkan suhu inti tubuh dibawah
40 C dalam 30 menit, maka harus dilakukan metode yang lain, yaitu iced-
peritoneal lavage ( memasukkan 2 L larutan saline 0,9 % yang didinginkanke
dalam rongga peritoneal dan kemudian dikeluarkan setelah 30 menit).6
2.9 Prognosis
Prognosis baik jika: 6
Pengenalan yang cepat dan penanganan yang tepat, kelangsungan hidup dapat
mencapai 90-100%.
11
BAB III
KESIMPULAN
Heat stroke adalah kondisi yang mengancam jiwa dimana suhu tubuh mencapai
400C atau lebih dan disfungsi sistem saraf yang menghasilkan delirium, kejang, atau
koma. Heat stroke terjadi ketika suhu inti tubuh naik terhadap kegagalan sistem
thermoregulasi. Suhu inti yang dimaksud adalah suhu rektal lebih dari 40,6C.
Heat stroke dapat dibagi menjadi exertional heat stroke (EHS) dan non-exertional
(klasik) heat stroke (NEHS). Exertional heat stroke, umumnya terjadi pada orang muda,
orang yang sehat (misalnya, atlet, pemadam kebakaran, personil militer) yang terlibat
dalam aktivitas fisik yang berat untuk jangka waktu lama dalam lingkungan yang panas.
Non-exertional (klasik) heat stroke (NEHS) lebih sering mempengaruhi orang tua, orang-
orang yang memiliki penyakit kronis, dan orang-orang yang sangat muda.
Komplikasi paling serius dari heat stroke adalah kegagalan multi organ yang
meliputi ensefalopati, rabdomiolisis, gagal ginjal akut, gagal nafas akut, kerusakan
miokard, kerusakan sel hepar, iskemia usus, kerusakan pankreas, dan perdarahan,
(disseminated intravascular coagulation atau DIC) dengan thrombositopenia.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Grogan H dan Hopkins PM. 2002. Heat Stroke: Implication for Critical Care and
Anesthesia. British Journal of Anesthesia. 88: 700-7
2. Bouchama A dan Knochel JP. 2002. Heat Stroke. The New England Journal of
Medicine. Vol.346,No.2
3. Iso Sahuran dan Ade Tobing. 2016, Prinsip Umum Penatalaksanaan Cedera Olahraga
Heat Stroke. Jakarta : Jurnal Olahraga Prestasi FKUI Jakarta. Vol. 12. No. 2.
4. Dutta, T.K. Sahoo, R, 2008, Heat Stroke,
http://apiindia.org/pdf/medicine_update_2008/chapter_108.pdf, Update on 2008.
5. James L. Glaze., 2005,Management of Heat Stroke and Heat Exhaution. Portland :
Journal Maine Medical Center. Vol. 71.
6. Glazer JL. 2005. Management of Heat Stroke and Heat Exhaustion. American Family
Physician, Vol.71. No.11
13