Pengertian
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa lendir
dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung
kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
C. Manifestasi klinis
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, napsu
makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja menjadi cair, mungkin
mengandung darah dan/atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena
tercampur empedu, anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan/atau sesudah diare. Bila telah banyak
kehilangan cairan dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan menurun. Pada
bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan
bibir kering, mata cekung, denyut nadi sangat cepat.
D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik,
akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
F. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik. Malnutrisi energi, protein, karena selain
diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
G. DERAJAT DEHIDRASI
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
Keterangan
- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
c. Gejala klinis
Gejala klinis
Gejala klinis
Ringan Sedang Berat
Keadaan umum
Kesadaran Baik (CM) Gelisah Apatis-koma
Rasa haus + ++ +++
Sirkulasi
Nadi N (120) Cepat Cepat sekali
Respirasi
Pernapasan Biasa Agak cepat Kusz maull
Kulit
Uub Agak cekung Cekung Cekung sekali
Agak cekung Cekung Cekung sekali
Biasa Agak kurang Kurang sekali
Normal Oliguri Anuri
Normal Agak kering Kering/asidosis
Kebutuhan
Umur Berat Badan Total/24 jam
Cairan/Kg BB/24 jam
Derajat
PWL NWL CWL Jumlah
Dehidrasi
Keterangan :
B. PENTATALAKSANAAN MEDIS
1. Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.Pemberian cairan, jenis
cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
a. Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan
yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada
anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap
disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
b. Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai
berikut:
1) Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20
tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
2) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
3) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
4) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam,
jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit
(1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
Salah satu contoh makanan untuk anak dengan diare adalah bubur tempe yang
bertujuan untuk memberikan diet kepada anak dengan diare. Adapun sasaran dan
kegunaannya adalah untuk meringankan kerja usus bagi penderita diare dan
diberikan kepada anak usia 6 -12 bulan dan anak usia 1 -5 tahun. Adapun bahan
yang dibutuhkan adalah tepung beras 30 gram, tempe 50 gram, margarine 10 gram
dan gula pasir 20 gram, serta air 200 ml. Adapun caranya ada 2 yaitu cara pertama:
tempe di blender ditambah 20 cc, campurkan tempe yang sudah diblender dengan
tepung beras, gula pasir, margarine dan air sebanyak 200 cc, aduk hingga rata, lalu
mask diatas api sampai mengental dan siap disajikan. Cara kedua: tempe direbus
lalu dihaluskan, campur tempe , tepung beras, margarine, gula pasir dengan sisa
rebusan tempe sebanyak 200 cc. Masak diatas api sampai mengental kemudian
disaring dan siap untuk disajikan.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk neonatus >
4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang rendah
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau
dari pola makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk
mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui
wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu dan
orang).
2. Keluhan utama
Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB yang
tidak nomral/cair lebih banyak dari biasanya.
Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih dari 3 kali dalam sehari
dengan atau tanpa darah atau lendir, mules, muntak. Kualitas, Bab konsistensi, awitan,
badan terasa lemah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari .
Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh dan aktivitas sehari-
hari.
Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena infeksi atau
faktor lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare berkepanjangan > 7 hari dan diare
kronis > 14 hari.
4. Riwayat Penyakit sebelumnya
Infeksi parenteral seperti ISPA, Infeksi Saluran kemih, OMA (Otitis Media Acut)
merupakan faktor predisposisi terjadinya diare.
b. Natal
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yangdapat mempengaruhi fungsi
dan maturitas organ vital .
c. Post Natal
Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau hiperbilirubinemia.
BErat badan dan panjang badan untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan
anak pada usia sekelompoknya. Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan
daya tahan tubuh alami dan imunisasi buatan yang dapat mengurangi pengaruh
infeksi pada tubuh.
d. Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk penangan
awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan penglaman yang
dimiliki oleh anggota keluarga (orang tua).
b. Pola eliminasi
BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah dapat mendukung
secara makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara penangana lebih lanjut. BAK
perlu dikaji untuk output terhadap kehilangan cairan lewat urine.
c. Pola istirahat
Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena frekuensi
diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel.
d. Pola aktivitas
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
B. Diagnosa
1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara intake dan out put.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi usus dengan
mikroorganisme.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi yang disebabkan oleh
peningkatan frekuensi BAB.
4. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, tidak mengenal
lingkungan, prosedur yang dilaksanakan.
5. Kecemasan keluarga berhubungan dengan krisis situasi atau kurangnya
pengetahuan.
C. Implementasi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana
Keperawatan Hasil Intervensi
Monitor hasil
pemeriksaan
elektrolit dan
hematokrit
Anjurkan orang
tua untuk
memberikan
minum
sebanyak-
banyaknya
Beth cecyl L, Sowden Linda A ( 2002 ) . Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Jakarta : EGC
Brunner & Suddart ( 2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Jakarta, EGC
http://cyberwomen.cbn.net.id/detilasp?kategori=Mother&newsno=859
Loehari & Wirjoatmojo M ( 1999) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Rehidrasi, Jakarta,
FKUI