Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN BATU SALURAN KEMIH DENGAN PENYAKIT GINJAL

KRONIK DI RUMAH SAKIT AN-NUR YOGYAKARTA PERIODE


TAHUN 2012-2013

NASKAH PUBLIKASI Untuk


Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh :

MIRA AZHAR FAUZIAH WARDANI

J 500 090 093

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


2014
ABSTRAK

HUBUNGAN BATU SALURAN KEMIH DENGAN PENYAKIT GINJAL


KRONIK DI RUMAH SAKIT AN-NUR YOGYAKARTA PERIODE 2012-
2013

Mira Azhar Fauziah Wardani, Nur Hidayat, Rochmadina Suci B

Latar Belakang: Penyakit batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang
disebabkan oleh pengendapan substansi yang berlebihan dalam air kemih. Di
Indonesia BSK merupakan penyakit yang paling sering terjadi di klinik urologi
(Depkes RI, 2002). Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan masalah kesehatan
dunia dengan peningkatan insidensi, prevalensi serta tingkat morbiditas (Stevens et
al, 2006). Faktor-faktor risiko potensial untuk PGK di antara pasien batu saluran
kemih masih belum sepenuhnya dijelaskan.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara batu saluran
kemih dengan penyakit ginjal kronik.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik
dengan rancangan kasus kontrol. Subjek dalam penelitian berjumlah 114 pasien
yang terdiri dari 57 kelompok kasus dan 57 kelompok kontrol. Analisis data
dilakukan secara univariat dan bivariat dengan program SPSS versi 17. Instrumen
yang digunakan data rekam medis pasien.
Hasil Penelitian: Terdapat 57 kasus dan 57 kontrol dengan usia rata-rata 53,19
tahun dan 70,2% adalah laki- laki. Faktor risiko yang bermakna adalah riwayat
ISK (OR=3.43; p=0,002), riwayat hipertensi (OR=2,44; p=0,023), batu berulang
(OR=2,44; p=0,04). Factor resiko yang tidak bermakna adalah riwayat diabetes
mellitus (OR=1,2; p=0,671)
Kesimpulan: Riwayat infeksi saluran kemih, hipertensi dan batu berulang
merupakan faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik pada pasien batu saluran
kemih

Kata kunci: Batu Saluran Kemih, Penyakit Ginjal Kronik, Faktor Risiko

i
ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN URINARY TRACT STONES WITH


CHRONIC KIDNEY DISEASE IN AN-NUR HOSPITAL YOGYAKARTA
PERIOD 2012-2013

Mira Azhar Fauziah Wardani, Nur Hidayat, Rochmadina Suci B

Background: The urinary tract stone disease is a solid formation caused by


excessive deposition of substances in the urine . In Indonesia the urinary tract
stone is a disease that most often occurs in urology clinics (Depkes RI, 2002).
Chronic Kidney Disease (CKD) is a global health problem with increasing
occurance, prevalence and morbidity rates (Stevens et al, 2006). Potential risk
factors for CKD among patients with urinary tract stones is not fully explained yet.
Objective: This study was to investigate the relationship between urinary tract
stones with chronic kidney disease .
Methods: This was an observational analytics research type with case control
design. Subjects in the study amounted to 114 patients consisting of 57 cases and
57 controls. Data analyzing was performed using univariate and bivariate by
program of SPSS version 17. Instruments used medical records of patients .
Results: There were 57 cases and 57 controls with a mean age of 53.19 years and
70.2 % were male. Significant risk factor for CKD are the history of UTI
(OR=3.43; p=0.002), hypertension (OR=2.44; p=0.023), recurrent stones
(OR=2.44; p=0.04). Diabetes mellitus is not a significant risk for CKD (OR = 1.2;
p = 0.671)
Conclusion: The history of urinary tract infections, hypertension and recurrent
stone are associated with an increased risk of chronic kidney disease amongst
patients with urinary tract stone.

Keywords: Urinary Tract Stone, Chronic Kidney Disease, Risk Factor

2
% T A CF / A I I ni TD I HZ' A C l
nriJiVi-in A t U L/ i iv t^i

HllBUNGAN BATH SALURAN KEMIH DENGAN PENV AKIT GINJAL


KRONIK D! R-UMAH SAKU AVNTR YOGYAKARTA PERJODE
TAHUN 2012-2013

Y'ang diajukan Oleh :


Mira Azhar Fauziah Wardani
J 500 090 093

Teiah disetujui dan dipertahankan dihadapan dewan


penguji skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta,
Pada hari Senin. 17 Maret 2014

Penguji
Nama : dr. Sumardjo, Sp.PD

Pembimbing Utama Nama : dr. Nur Hidayat, Sp.PD

Pembimbing Pendamping Nama : dr. Roehmadina Suei B

Dekan FR I MS

iii
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit batu saluran kemih (BSK) adalah terbentuknya batu yang
disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang
jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut
substansi (Menon et al., 2002). Kejadian BSK di Amerika Serikat dilaporkan 0,1-
0,3 per tahun dan sekitar 5-10% penduduknya sekali dalam hidupnya pernah
menderita penyakit ini, di Eropa Utara 3-6%, sedangkan di Eropa bagian Selatan di
sekitar laut tengah 6-9%. Di Jepang 7% dan di Taiwan 9,8%. Pada tahun 2000,
penyakit BSK merupakan penyakit peringkat kedua di bagian urologi di seluruh
rumah rumah sakit di Amerika setelah penyakit infeksi, dengan proporsi BSK
28,74% (AUA, 2007). Di Indonesia BSK merupakan penyakit yang paling sering
terjadi di klinik urologi. Angka kejadian BSK di Indonesia tahun 2002 adalah
37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan 58.959 penderita. Sedangkan jumlah
pasien yang dirawat adalah 19.018 penderita, dengan jumlah kematian 378
penderita (Depkes RI, 2002).
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan masalah kesehatan dunia dengan
peningkatan insidensi, prevalensi serta tingkat morbiditas. Biaya perawatan
penderita PGK mahal dengan outcome yang buruk (Stevens et al, 2006). PGK
merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan fungsi ginjal karena adanya
kerusakan parenkim ginjal yang bersifat kronik dan ireversibel (Pradeep, 2010).
Pada tahun 1995 secara nasional terdapat 2.131 pasien penyakit ginjal kronik
dengan hemodialisis dengan beban biaya yang ditanggung oleh Askes besarnya
adalah Rp12,6 milyar. Pada tahun 2000 terdapat sebanyak 2.617 pasien dengan
hemodialisis dengan beban biaya yang ditanggung oleh Askes sebesar Rp32,4
milyar dan pada tahun 2004 menjadi 6.314 kasus dengan biaya Rp67,2 milyar
(Bakri, 2005). Hasil survey di Amerika Serikat, PGK pada orang dewasa
mengalami peningkatan dari jumlah awal 10% selama periode tahun 1988 hingga
1994 menjadi 13% selama periode tahun 1999 hingga 2004 (Pradeep, 2010)
Penyakit BSK sebelumnya telah diusulkan sebagai faktor risiko potensial
untuk PGK. Meskipun penelitian telah menunjukkan bahwa penyakit batu saluran
kemih berkaitan dengan PGK, mekanisme asosiasi ini belum sepenuhnya
dijelaskan. Data penelitian di Amerika Serikat pada tahun 2001-2005 menunjukkan
bahwa dari semua pasien yang menjalani dialisis pada waktu itu, 0,2% memiliki
batu saluran kemih yang kemudian diidentifikasi sebagai penyebab ESRD pada
usia rata-rata 65 tahun. Analisis pada tahun 1996 mengungkapkan bahwa 20 %
pasien dengan batu staghorn menunjukkan bukti menyebabkan progresifitas
penyakit ginjal setelah pengobatan. Penyakit batu saluran kemih yang berat dan
berulang, terutama dari gangguan genetik yang langka, misalnya hyperoxaluria
primer dan cystinuria juga diperkirakan meningkatkan risiko PGK. Akan tetapi,
faktor-faktor risiko potensial untuk PGK di antara pasien batu saluran kemih masih
kurang jelas (Saucier et al., 2010).
Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara batu saluran kemih dengan kejadian penyakit ginjal
kronik di Rumah Sakit An-Nur Yogyakarta periode tahun 2012-2013.
2

LANDASAN TEORI

BATU SALURAN KEMIH


1. DEFINISI
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan material
keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran
kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (buli-buli dan uretra)
yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan
infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam
buli-buli (batu buli- buli). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium,
magnesium, asam urat dan sistein (Chang, 2009).
2. ETIOLOGI
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan
lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat
beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada
seseorang, yaitu (Purnomo, 2011) :
a. Faktor intrinsik: herediter (didiga diturunkan dari orangtuanya), umur
(paling sering didapatkan pada usia 30 - 50 tahun), jenis kelamin (jumlah
pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan)
b. Faktor ekstrinsik: geografi, iklim dan temperatur, asupan air, diet pekerjaan
3. PATOGENESIS
Secara pasti etiologi batu saluran kemih belum diketahui dan sampai
sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh untuk terjadinya batu
saluran kemih, yaitu:
a. Teori Fisiko-Kimiawi
Hal yang melatarbelakangi terbentuknya BSK ini adalah karena
adanya terbentuknya proses kimia, fisika maupun gabungan fisiko kimiawi
1) Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garamnya pembentuk batu
merupakan dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan.
Apabila kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka
terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada
akhirnya akan terbentuk batu (Purnomo, 2011).
2) Teori nukleasi
Nidus atau nucleus yang terbentuk, akan menjadi inti presipitasi
yang kemudian terjadi. Zat atau keadaan yang dapat bersifat sebagai nidus
adalah ulserasi mukosa, gumpalan darah, tumpukan sel epitel, pus, bakteri,
jaringan nekrotik iskemi yang berasal dari neoplasma atau infeksi dan
benda asing (Trihono & Pardede, 2009).
3) Teori tidak adanya inhibitor
Supersaturasi kalsium, oksalat dan asam urat dalam urin
dipengaruhi oleh adanya inhibitor kristalisasi.. Magnesium, sitrat dan
pirofosfat telah diketahui dapat menghambat nukleasi spontan kristal
kalsium. Beberapa jenis glikosaminoglikans, seperti khondroitin sulfat
3

dapat menghambat pertumbuhan kristal kalsium yang telah terbentuk


sebelumnya. Zat lain yang mempunyai peranan inhibitor antara lain : asam
ribonukleat, asam amino terutama alanin, sulfat, fluoride dan seng
(Trihono & Pardede, 2009).
4) Teori epitaksi
Epitaksi adalah peristiwa pengendapan suatu kristal di atas
permukaan kristal lain (Trihono & Pardede, 2009).
5) Teori Kombinasi
BSK dapat terbentuk berdasarkan campuran dari beberapa teori
yang ada (Purnomo, 2011).
b. Teori Infeksi
Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi
dari kuman tertentu
1) Teori terbentuknya batu struvit
Batu struvit disebut juga batu infeksi mempunyai komposisi
magnesium amonium fosfat. Terjadinya batu jenis ini dipengaruhi pH air
kemih 7,2 dan terdapat amonium dalam air kemih, misalnya terdapat
bakteri pemecah urea (urea splitting bacteria). Bakteri penghasil urease
sebagian besar gram negatif yaitu golongan Proteus, Klebsiela,
Providensia dan Pseudomonas. Ada juga bakteri gram positif yaitu
Stafilokokus, Mikrokokus dan Corinebakterium serta golongan
mikoplasma, seperti T strain mikoplasma dan Ureaplasma urelithikum
(Bahdarsyam, 2011).
2) Teori nano bacteria
Nanobakteria merupakan bakteri terkecil dengan diameter 50200
nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih. Dinding sel
bakteri ini mengeras membentuk cangkang kalsium (karbonat apatit).
Kristal karbonat apatit ini akan mengadakan agregasi dan membentuk inti
batu (Bahdarsyam, 2011).
c. Teori vaskuler
Pada penderita batu saluran kemih sering didapat adanya penyakit
hipertensi dan kadar kolesterol darah yang tinggi
1) Hipertensi
Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal
sedangkan pada orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran
ginjal sebanyak 52%. Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal
berbelok 1800 dan aliran darah berubah dari aliran laminer
menjadi turbulensi. Pada penderita hipertensi aliran turbulen ini berakibat
pengendapan ion-ion kalsium papilla (Stoller et al., 2004; Kim et al.,
2005).
2) Kolesterol
Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi
melalui glomerulus ginjal dan tercampur didalam air kemih. Adanya
butiran kolesterol tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal
kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga terbentuk batu (Stoller et al.,
2004; Kim et al., 2005).
4

4. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil
yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar
tanpa intervensi medis (Tjokronegoro & Utama, 2003). Analgesik dapat
diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat keluar
sendiri secara spontan (Sloane, 2003).
b. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan
ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk
memecah batu (Purnomo, 2011).
c. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung
kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui
insisi kecil pada kulit (Purnomo, 2011).
d. Tindakan Operasi
Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk
mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah
dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya.
Nama dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu
berada (Tjokronegoro & Utama, 2003).

PENYAKIT GINJAL KRONIK


1. DEFINISI
Menurut National Kidney Foundation (2002) penyakit ginjal kronik adalah
terdapat kelainan patologik ginjal atau adanya kelainan pada urin umumnya
jumlah protein urin atau sedimen urin selama tiga bulan atau lebih yang tidak
bergantung pada nilai laju filtrasi glomerulus. Disamping itu, seseorang dapat
juga dikatakan penyakit ginjal kronik jika laju filtrasi glomerulus kurang dari
60 ml/men./1.73 m dengan atau tanpa kerusakan ginjal selama minimal 3 bulan
2. ETIOLOGI
Etiologi dari penyakit ginjal kronik adalah glomerulonefritik, nefropati
analgesik, nefropati refluks, ginjal polikistik, nefropati diabetik, serta penyebab
lain seperti hipertensi, obstruksi, gout, dan penyebab yang tidak diketahui
(Price & Lorraine, 2005)
3. PENATALAKSANAAN
Secara garis besar penatalaksanaan dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu
pengobatan konservatif dan pengobatan pengganti
a. Pengobatan konservatif
Tujuan pengobatan konservatif adalah memanfaatkan faal ginjal yang
masih ada, menghilangkan berbagai faktor pemberat dan bila mungkin
memperlambat progresifitas penyakit ginjal (Sekarwana et al, 2010)
b. Pengobatan pengganti
1) Hemodialisis
5

Hemodialis merupakan salah satu terapi pengganti ginjal buatan


dengan tujuan untuk eliminasi sisa-sisa produk metabolisme (protein) dan
koreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit antara kompartemen
darah dan dialisat melalui selaput membran semipermeabel yang berperan
sebagai ginjal buatan. Indikasi absolut untuk terapi dialisis, diantaranya
adalah pasien dengan pericarditis, ensefalopati, bendungan paru, hipertensi
refrakter, muntah persisten serta BUN >120 mg% dan kreatinin >10 mg%
(Sukandar, 2006)
2) Transplantasi ginjal
Manfaat transplantasi ginjal sudah jelas terbukti lebih baik
dibandingkan dengan dialisis terutama dalam hal perbaikan kualitas hidup
(Susalit, 2009).

HUBUNGAN BATU SALURAN KEMIH DENGAN PENYAKIT GINJAL


KRONIK
Di Indonesia penyakit ginjal kronik yang berhubungan dengan lithiasis
metabolik aktif atau inaktif menempati urutan kedua sebagai etiologi penyakit
ginjal kronik. Banyak faktor medik maupun non medik yang berperan serta dalam
perjalanan akibat lanjut dari urolithiasis. Urolithiasis yang menyebabkan tekanan
intra renal disertai infeksi saluran kemih berulang atau urosepsis merupakan faktor
dominan sebagai penyebab destruksi parenkim ginjal dan penurunan jumlah
populasi nefron yang utuh (Sukandar, 2006).
Saucier et al. (2010) meneliti faktor - faktor risiko pada pasien batu ginjal
yang berkembang menjadi PGK. Hasilnya menunjukkan PGK lebih sering terjadi
pada pasien batu ginjal dengan riwayat hipertensi, diabetes melitus dan infeksi
saluran kemih berulang. Sedangkan kekambuhan batu ginjal, jenis batu dan jumlah
prosedur operasi pengangkatan batu tidak menunjukkan hasil yang signifikan
terhadap peningkatan resiko PGK pada pasien batu ginjal.

HIPOTESIS
Ada hubungan antara batu saluran kemih dengan penyakit ginjal kronik
6

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan
case control.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit An-Nur Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada
bulan Februari 2014 dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data sampai bulan Maret
2014.
Populasi Penelitian
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah semua pasien yang menjalani pengobatan di
rumah sakit An Nur Yogyakarta.
Sampel dan Teknik Sampling
Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi pasien penyakit ginjal kronik dan
pasien yang tidak menderita penyakit ginjal kronik yang keduanya memiliki riwayat batu
saluran kemih. Besar sampel menggunakan total sampel pada periode tahun 2012-2013.
Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling Kriteria
Restriksi
1. Kriteria inklusi kasus
a. Pasien penyakit ginjal kronik dengan riwayat penyakit batu saluran kemih
b. Pasien menjalani pengobatan di rumah sakit An-Nur Yogyakarta
c. Usia pasien 20-70 tahun
2. Kriteria eksklusi kasus
a. Pasien menderita penyakit ginjal kronik sebelum kejadian pertama batu saluran
kemih
b. Data rekam medik pasien tidak lengkap
3. Kriteria inklusi kontrol
a. Pasien tidak menderita penyakit ginjal kronik
b. Pasien mempunyai riwayat penyakit batu saluran kemih
c. Cocok dengan kriteria kasus berdasarkan jenis kelamin, usia pada saat mengalami
batu saluran kemih dan tahun pada saat menderita batu saluran kemih
4. Kriteria ekslusi kontrol
a. Data rekam medik tidak lengkap
Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Variabel bebas: batu saluran kemih, riwayat hipertensi, riwayat DM, riwayat UTI,
jumlah menderita batu saluran kemih
2. Variabel Tergantung: penyakit ginjal kronik
3. Variabel Perancu
a. Dapat dikendalikan: usia
b. Tidak dapat dikendalikan: faktor genetic
7

Definisi Operasional Variabel


Tabel 1. Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Operasional Hasil Skala Alat
Ukur Penelitian Ukur
1 Batu saluran Kasus penyakit batu saluran a. Ya Nominal Rekam
kemih kemih berdasarkan salah satu b. Tidak medis
penegakan diagnosa
a. keluar batu/kristal bersama
urin
b. hasil pemeriksaan
laboratorium
c. pemeriksaan rotgen(BNO
IVP)
d. Pemeriksaan USG
(Purnomo, 2011)
2 Riwayat a. Ya Nominal Rekam
hipertensi Riwayat pernah tidaknya b. Tidak Medis
menderita tekanan darah tinggi
3 Riwayat Riwayat pernah tidaknya a. Ya Nominal Rekam
DM menderita diabetes mellitus b. Tidak Medis
4 Riwayat a. Ya Nominal Rekam
UTI Riwayat pernah tidaknya b. Tidak Medis
menderita infeksi saluran kemih
5 Jumlah total berapa kali pasien a. >3 Nominal Rekam
Jumlah pernah mengalami batu saluran b. 3 Medis
menderita batu kemih
saluran kemih
6 Penyakit Penyakit ginjal kronik adalah a. Ya Nominal Rekam
ginjal kronik gangguan fungsi ginjal yang b. Tidak Medis
progressive dan irreversible,
dengan penurunan LFG <60
ml/mn/1,73m2 selama 3 bulan
yang dihitung dengan formula
MDRD 4 variabel
Teknik Pengambilan Data
Data pasien penderita gagal ginjal kronik dan batu saluran kemih diperoleh dari
data rekam medik di rumah sakit An-Nur Yogyakarta.
Analisis Data
1. Analisa univariat: untuk mendeskripsikan karakteristik responden menurut
kasus dan kontrol, dilakukan dengan menyajikan distribusi variabel yang
diteliti dengan statistik deskriptif
2. Analisis bivariat: untuk menguji hipotesis hubungan faktor risiko penyakit
ginjal kronik pada pasien batu saluran kemih dan mengetahui besar risiko
(Odds ratio)
8

HASIL PENELITIAN
Penelitian mengenai Hubungan Batu Saluran Kemih dengan Angka Penyakit
Ginjal Kronik di Rumah Sakit An-Nur Yogyakarta Periode Tahun 20122013
telah dilakukan pada bulan Februari 2014 didapatkan 114 sampel yang terdiri dari
57 kasus dan 57 kontrol, dengan hasil sebagai berikut:
1. Karakteristik Sampel
Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan usia
Umur Kasus Kontrol Total
(tahun) n % n % n %
30 - 39 5 8.8 5 8.8 10 8.8
40 - 49 19 33.3 17 29.8 36 31.6
50 - 59 16 28.1 17 29.8 33 28.9
60 - 70 17 29.8 18 31.6 35 30.7
Total 57 100 57 100 114 100
(Sumber : Data primer, 2014)
:
Tabel 3. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Kasus Kontrol Total
n % n % n %
pria 40 70.2 40 70.2 80 70.2
wanita 17 29.8 17 29.8 34 29.8
Total 57 100 57 100 114 100
(Sumber : Data primer, 2014)
:
Tabel 4. Distribusi sampel berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan Kasus Kontrol
n % n %
Ibu rumah tangga 8 14.0 5 8.8
Pegawai negeri sipil 15 26.3 15 26.3
Pegawai swasta 6 10.5 10 17.5
Wiraswasta 8 14.0 10 17.5
Petani 6 10.5 5 8.8
Pensiunan 10 17.5 4 7.0
Buruh 1 1.8 1 1.8
Lain-lain 3 5.3 7 12.3
Total 57 100 57 100
(Sumber : Data primer, 2014)
2. Analisis Bivariat
Tabel 5. Cross tabel dan odds ratio riwayat ISK dengan PGK
Riwayat Kasus Kontrol OR CI 95% p
ISK n % n %
Ya 36 63.2 19 33.3 3.43 1.59-7.40 0.002
Tidak 21 36.8 38 66.7
Total 57 100 57 100

(Sumber : Data primer, 2014)


9

Tabel 6. Cross tabel dan odds ratio riwayat DM dengan PGK


Riwayat Kasus Kontrol n OR CI 95% P
DM n % %
Ya 1 28.1 14 24.6 1.2 0.52-2.76 0.671
Tidak 46 71.9 43 75.4
1
Total 5 100 57 100
7 (Sumber : Data primer, 2014)

Tabel 7. Cross tabel dan odds ratio riwayat hipertensi dengan PGK
Riwayat Kasus Kontrol OR CI 95% P
HT n % n %
Ya 2 50.9 17 29.8 2.4 1.13-5.26 0.023
Tidak 29 49.1 40 70.2 4
8
Total 5 100 57 100
7 (Sumber : Data primer, 2014)

Tabel 8. Cross tabel dan odds ratio menderita BSK dengan PGK
BSK Kasus Kontrol OR CI 95% P
n % n %
<3 3 63.2 46 80.7 2.4 1.04-5.70 0.040
3 26 36.8 11 19.3 4
1
Total 5 100 57 100
7
(Sumber : Data primer, 2014)

PEMBAHASAN
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan hubungan antara batu saluran
kemih dengan penyakit ginjal kronik pada populasi umum, tetapi tidak
mengidentifikasi faktor apa saja yang dapat meningkatkan risiko ini (Rule et al,
2009). Dalam penelitian ini sampel berdasarkan populasi pasien batu saluran
kemih yang kemudian diteliti faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan
terjadinya penyakit ginjal kronik pada populasi ini.
1. Faktor yang terbukti merupakan faktor risiko
a. Riwayat infeksi saluran kemih
Pasien batu saluran kemih yang mempunyai riwayat ISK mempunyai
risiko 3 kali lebih besar untuk penyakit ginjal kronik dibandingkan dengan
yang tidak mempunyai riwayat ISK dan secara statistik merupakan faktor
risiko yang bermakna (p=0,002). Pembentukan batu infeksi disebabkan
terdapatnya ammonia oleh karena adanya bakteri pemecah urea yang
menyebabkan peningkatan pH urin menjadi basa. Pada pH urin tersebut,
ion ammonium merupakan racun bagi sel-sel tubulus ginjal dan dapat
mengakibatkan kerusakan jangka panjang (Vupputuri et al, 2004).
Penelitian yang dilakukan Saucier et al. tahun 2010 menunjukkan adanya
peningkatan risiko yang signifikan untuk penyakit ginjal kronik
10

pada pasien batu struvit atau yang mempunyai riwayat infeksi saluran
kemih lebih dari 6 kali (OR=5,81; 95%CI= 1,75-19,33; p=0,004)
b. Riwayat hipertensi
Pasien batu saluran kemih dengan riwayat hipertensi mempuyai
risiko 2 kali lebih besar untuk terkena penyakit ginjal kronik daripada yang
tidak. Risiko ini bermakna secara statistik dengan p=0,023 (95%CI: 1.13-
5.26). Hasil penelitian Saucier et al. (2010) juga mengungkapkan hipertensi
merupakan faktor risiko yang signifikan untuk PGK pada pasien batu ginjal
dengan peningkatan risiko sebesar 3 kali lipat (OR=3,57; 95%CI= 1,59-
8,55; p=0,004).
c. Jumlah menderita batu saluran kemih
Pasien yang menderita batu saluran kemih sebanyak 3 kali atau lebih
mempunyai risiko 2 kali lebih besar untuk penyakit ginjal kronik
dibandingkan dengan yang kurang dengan itu. Risiko ini signifikan secara
statistik dengan p=0,04.
Marangella et al. (1990) mempelajari di antara 171 pasien dengan
batu kalsium idiopatik, terdapat 30 orang dengan penurunan GFR (GFR
diperkirakan <80 ml/min/1.73m ) mengalami penyakit batu yang parah dan
berulang.
2. Faktor yang tidak terbukti merupakan faktor risiko a.
Riwayat diabetes mellitus
Pasien batu saluran kemih dengan riwayat diabetes mellitus
mempunyai resiko 1,2 kali lebih besar untuk penyakit ginjal kronik
dibandingkan dengan yang tidak mempunyai riwayat DM. Namun, hasil ini
tidak bermakna secara statistic karena p=0,671. Hasil ini cukup
mengejutkan karena DM sebelumnya telah diketahui sebagai penyebab
progresivitas penyakit ginjal pada populasi umum.
Penelitian Saucier et al. (2010) juga mengungkapkan DM
merupakan faktor risiko yang signifikan untuk PGK pada pasien batu ginjal
(OR=4,27; p=0,001). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
sebelumnya mungkin disebabkan karena data riwayat DM kebanyakan
diambil dari data anamnesis sehingga recall biasnya cukup tinggi atau
ketidaktahuan pasien apakah menderita DM atau tidak dan sebagian besar
pasien batu saluran kemih pada penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan
glukosa darah.

Secara klinis, temuan ini mendukung pemikiran untuk pemantauan lebih


jauh terhadap fungsi ginjal pada semua pasien batu saluran kemih, terutama dengan
faktor-faktor risiko yang telah disebutkan di atas. Hal ini juga menunjukkan agar
dilakukan pengobatan yang tepat dari infeksi saluran, pengobatan diabetes dan
hipertensi pada pasien batu saluran kemih. Tetapi kelemahan pada penelitian ini
adalah tidak diketahui apakah pasien dengan diabetes atau hipertensi dan batu
saluran kemih lebih memungkinkan terjadinya penyakit ginjal kronik dibandingkan
pasien dengan diabetes atau hipertensi tetapi tanpa batu saluran kemih sehingga
diperlukan penelitian yang lebih lanjut.
KESIMPULAN DAN SARAN
11

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa riwayat infeksi saluran


kemih, riwayat hipertensi dan batu berulang 3 kali atau lebih pada pasien batu
saluran kemih terbukti signifikan meningkatkan risiko kejadian penyakit ginjal
kronik. Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang
menyebabkan penyakit ginjal kronik pada pasien batu saluran kemih misalnya
dari komposisi batu dan lainnya.
2. Bagi pasien batu saluran kemih haruslah menjaga life style dengan diet yang
baik dan olahraga cukup agar tidak terjadi kekambuhan batu saluran kemih dan
segera memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami gejala-gejala klinis batu
agar cepat ditangani dan tidak terjadi komplikasi.
3. Bagi tenaga kesehatan di rumah sakit dapat memberikan penyuluhan mengenai
semua informasi yang berkenaan dengan penyakit ginjal kronik dan batu
saluran kemih agar pasien lebih sadar dalam kesehatannya dan senantiasa
memberikan pelayanan yang baik dan pengobatan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Alatas, H., Tambunan, T., Trihono, P.P., Pardede, S.O. 2009. Buku Ajar Nefrologi
Anak. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI America Urologic Association (AUA).
2007. Urologic Disease in America. www.kidney.niddk.gov (12 Juli 2012)
Arief, M.T. 2010. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. 3th ed.
Surakarta: LPP UNS & UNS Press
Arora, P., Varelli, M. 2010. Chronic Renal Failure.
www.emedicine.medscape.com. (22 September 2012)
Asplin, J.R. 2008. Nephrolithiasis. In: Fauci, S.A., Longo, D.L., Kasper, D.L,
Jameson, J.L., Hauser, S.L. Loscalzo, J. Harrisons Principles of Internal th
Medicine. 17 ed. New York: Mc Graw Hill Bahdarsyam, 2011. Spektrum
Bakteriologik Pada Berbagai Jenis Batu Saluran Kemih Bagian Atas di RS H.
Adam Malik Medan. Medan : Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Bakri, S. 2005. Deteksi Dini dan Upaya-Upaya
Pencegahan Progresifitas Penyakit Gagal Ginjal Kronik. Jurnal Medika Nusantara
26(3):369 Bargman, J.M. 2008. Chronic Kidney Disease. In: Fauci, S.A., Longo,
D.L., Kasper, D.L, Jameson, J.L., Hauser, S.L. Loscalzo, J. Harrisons
th
Principles of Internal Medicine. 17 ed. New York: Mc Graw Hill
Cahyaningsih, N.D. 2007. Hemodialisis. Jogjakarta: Mitra Cendikia Chang, E.
2009. Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Depkes RI, 2002. Statistik Rumah Sakit di Indonesia. Seri 3, Morbiditas dan
Mortalitas Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
www.yanmedikdepkes.net (12 Juli 2012)
Himmelfarb, J., Ikizier, T.A. 2010. Hemodialysis. NEJM. 363: 1833-1834
John, R., Webb, M., Young, A., Stevens, P.E. 2004. Unreferred chronic kidney
disease: a longitudinal study. Am JKidney Dis. 3:825-835 Kim, S.C., Coe, F.L.,
Tinmouth, W. 2005. Stone Formatioan Proortion to Papier Surface Coverage. J.
Urol., 173(1): 117 Kosnadi, L. 2009. Uropati Obstruktif. Dalam: Alatas, H.,
12

Tambunan, T., Trihono, P.P., Pardede, S.O. Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi 2.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI
Kuntarti, 2009. Fisiologi Ginjal dan Sistem Saluran Kemih. Jakarta : Bagian
Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Levey, A.S., Bosch, J.P.,
Lewis, J.B., Greene, T., Rogers, N., Roth, D. 1999. A more accurate method to
estimate glomerular filtration rate from serum creatinine: a new prediction equation.
Modification of Diet in Renal Disease Study Group. AnnIntMed. 130:461-470
MacGregor, M.S., Boag, D.E., Innes, A. 2006. Chronic kidney disease: evolving
strategies for detection and management of impaired renal function. Q J Med.
99:365-375
Menon M, Resnick, Martin I. 2002. Urinary Lithiasis: Etiologi and Endourologi,
in: Chambells Urology. 8th ed, Vol 1. Philadelphia : W.B. Saunder
Company
Marangella, M., Bruno, M., Cosseddu D. 1990. Prevalence of chronic renal
insufficiency in the course of idiopathic recurrent calcium stone disease: risk factors
and patterns of progression. Nephron 54: 302-306 Marshall, M.D., Stoller, L. 2010.
Smiths general Urology. 7th ed. New York: LANGE medical book, MC Graw Hill
National Kidney Foundation. 2002. Hemodialysis: What You Need to Know.
www.kidney.org (22 September 2012)
. ------------------------- 2010. Chronic Kidney Disease (CKD).
www.kidney.org (22 September 2012)
OCallaghan, C.A. 2007. At a Glance Sistem Ginjal. Jakarta: Erlangga Pahira, J.J.,
Razack, A.A. 2001. Nepholitiasis. In : Hanno, P.M., Malkowicz, S.B., Wein, A.J.
Clinical Manual of Urology. 3rd ed. New York: McGraw- Hill
PERNEFRI, 2003. Penyakit Ginjal Kronik & Glomerulopati: Aspek Klinik &
Patologi Ginjal & Pengelolaan Hipertensi Saat Ini. JNHC Pradeep, A.M. 2010.
Chronic Kidney Disease. Canada : Division of Nephrology University of Manitoba.
www.emedicine.medscape.com (22 September 2012).
Price, S.A., Lorraine M.W. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Purnomo, B.B. 2011.
Dasar-dasar urologi edisi 2. Jakarta : CV Sagung seto Rule, A.D., Bergstralh, E.J.,
Melton, L.J., Li, X., Weaver, A.L., Lieske, J.C. 2009. Kidney stones and the risk for
chronic kidney disease. Clin J Am Soc Nephrol 4: 804-811
Saucier, N.A., Sinha, M.K., Liang, K.V., Krambeck, A.E., Weaver, A.L.,
Bergstralh, E.J., et al. 2010. Risk Factor for Chronic Kidney Disease in
Person with Kidney Stone. Am J Kidney Dis. 55: 61-68
Sekarwana, N., Rachmadi, D., Hilmanto, D. 2009. Gagal Ginjal Kronik. Dalam:
Alatas, H., Tambunan, T., Trihono, P.P., Pardede, S.O. Buku Ajar Nefrologi
Anak. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI
Sjamsuhidajat, R., Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sloane, E., 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Stevens, L.A, Coresh, J., Greene, T., Levey, A.S. 2006. Assessing kidney function-
measured and estimated glomerular filtration rate. NEJM. 354:2473-83
Stoller, M., Maxwell, V.M., Harrison, A.M., Kane, J.P. 2004. The Primary Stone
13

Event: A New Hypotesis Involving a Vasculer Etiology. J. Urol. 171(5):


1920-1924
Sukandar, E. 2006. Nefrologi Klinik. Edisi 3. Bandung : Pusat Informasi Ilmiah
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unpad
Susalit, E. 2009. Transplantasi Ginjal. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi,
I., Simadibrata, M., Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi
5. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Suwitra, K. 2009. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.
Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Timmreck, T.C. 2004. Epidemiologi: Suatu Pengantar. Edisi 2. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Tjokronegoro, A., Utama, H. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta
: Penerbit FK UI
Trihono, P.P., Pardede, S.O. 2009. Batu Saluran Kemih pada Anak. Dalam: Alatas,
H., Tambunan, T., Trihono, P.P., Pardede, S.O. Buku Ajar Nefrologi Anak.
Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI
Vupputuri, S., Soucie, J.M., McClellan, W., Sandler, D.P. 2004. History of kidney
stones as a possible risk factor for chronic kidney disease. Ann Epidemiol
14:222-228
William DM. 1990. Clinical and Laboratory Evaluation of Renal Stone Patiens; in
Endokrinologi and Metabolism Clinic of North America. Philadelphian :
W.B Saunders

Anda mungkin juga menyukai