Anda di halaman 1dari 10

Maria / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 21-30.

Hidrogeologi dan Potensi Resapan Airtanah Sub Das Cikapundung


Bagian Tengah
Rizka Maria
ABSTRACT Cikapundung watershed is one ABSTRAK DAS Cikapundung adalah salah satu
of sub watershed of Citarum River, which has a bagian dari sub DAS Citarum yang berfungsi
function as the main drainage in Bandung City. sebagai drainase utama di pusat kota Bandung.
Cikapundung watershed still has the fresh water Walaupun masih sangat potensial bagi
supply potential, but the present condition shows penyediaan air baku untuk kebutuhan penduduk,
that the stream flow has decrease until 20 30% namun kini debit bulanannya telah menurun
of the normal stream flow. The hydrogeology hingga 20-30% dari debit normal. Kondisi
condition of the area shows that the ground hidrogeologi di daerah penelitian menunjukkan
water system is generally composed of an sistem airtanah yang terdiri dari akuifer bebas
unconfined aquifer and some small part of leaky dan sebagian kecil akuifer setengah tertekan.
aquifer system. The lithology of the aquifers is Litologi penyusun akuifer pada daerah penelitian
composed of volcanic breccias and sandy tuff. berupa breksi vulkanik dan batu pasir tufaan.
The aquifer of the research area is predicted to Akuifer yang terdapat pada daerah penelitian
be a non potential aquifer. Based on the diduga bukan merupakan akuifer yang potensial.
research results, the extent of natural recharge Berdasarkan hasil penelitian maka daerah
area, which is studied from the soil conditions, resapan alamiah ditinjau dari kondisi tanah,
morphology, lithology, and natural discharge kemiringan lereng, litologi, dan daerah luahan
region, is the area of 6 millions m2, or 36 percent memiliki luas 6 juta m2, atau 36% dari total luas
from all of the research area. The amount of daerah penelitian. Jumlah air yang menjadi
groundwater storage based on the water balance cadangan airtanah berdasarkan perhitungan
calculation is 4.3 millions m/year or 12 percent neraca air adalah sebesar 4,3 juta m3/tahun atau
from all of the rainfall. If it is assumed that the 12% dari total curah hujan yang masuk, dan
research area is on its natural condition, the sebesar 6,2 juta m3/tahun jika diasumsikan
amount of groundwater storage is 6.2 millions daerah penelitan berada pada kondisi
m/year. This condition shows that the area of alamiahnya. Hal ini menunjukkan luas daerah
groundwater recharge has been altered. The resapan airtanah yang ada sekarang sudah
amount of water recharge to the groundwater mengalami perubahan. Jumlah air yang meresap
storage in the research area only contributes 2 dan menjadi cadangan airtanah pada daerah
percent of the groundwater storage demand in penelitian hanya memberikan kontribusi sebesar
Bandung basin. 2% dari total kebutuhan cadangan airtanah di
cekungan Bandung.
Keywords : Hydrogeology, natural recharge,
groundwater storage Kata kunci : Hidrogeologi, resapan alamiah,
cadangan airtanah

Naskah masuk: 2 April 2008 PENDAHULUAN


Naskah diterima: 22 Desember 2008
Beberapa tahun terakhir pembangunan pemu-
Rizka Maria kiman, industri, perdagangan dan pariwisata di
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI wilayah Bandung dan sekitarnya telah
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung - 40135 mengalami pertumbuhan yang relatif pesat. Di
Email: rizka@geotek.lipi.go.id satu sisi pembangunan tersebut membutuhkan
ketersediaan sumberdaya alam seperti lahan dan

21
Maria / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 21-30.

air, sementara disisi lain ketersediaan lahan dan Sedangkan perhitungan daerah resapan potensial
air umumnya terbatas baik dalam jumlah dan ditinjau dari analisa luahan alamiah dan analisa
sebarannya. Kedua sisi ini sering menimbulkan perubahan tataguna lahan (Sudarto, 2000).
konflik dalam pemanfaatannya (Asdak,2004). Menurut Lindsley (1978) seluruh aliran
Daerah aliran sungai Cikapundung adalah airtanah dalam suatu DAS yang besar akan
salah satu sub DAS Citarum merupakan sungai keluar sebagai baseflow bersama-sama dengan
yang berfungsi sebagai drainase utama di pusat limpasan air permukaan (surface runoff). Dalam
kota Bandung. Hingga saat ini sub DAS sub DAS (daerah yang lebih kecil) pergerakan
Cikapundung masih sangat potensial bagi airtanah dapat mengisi atau diisi oleh air sungai
penyediaan air baku untuk kebutuhan penduduk, (transitory).
namun kini debit bulanannya turun hingga 20- Beberapa penelitian yang pernah dilakukan
30% dari debit normal. sebelumnya di DAS Cikapundung adalah:
Dengan latar belakang permasalahan yang 1. Robert Delinom (1991) meneliti tentang
diuraikan diatas, penelitian ini bertujuan untuk kondisi hidrologi DAS Cikapundung hulu dan
mengetahui kondisi hidrogeologi, nilai neraca air kemampuannya menyediaan air baku untuk
dan menentukan daerah resapan alamiah di masyarakat di cekungan Bandung.
daerah penelitian yang berkaitan dengan potensi 2. Deny Juanda dan Rahmat Fajar Lubis (2006)
resapan airtanah pada kondisi aktual. meneliti tentang kategori interaksi
hidrodinamika air sungai dengan airtanah
DAERAH PENELITIAN pada DAS Cikapundung.
3. Rahmat Fajar Lubis (2000) meneliti tentang
Wilayah penelitian berada diantara koordinat relasi geometri dan hidrodinamika air sungai
787500-794500 E, 9238000-9244000 N. Secara airtanah di sungai Cikapundung.
administratif wilayah penelitian masuk kedalam Berdasarkan studi literatur para peneliti
Kotamadya Bandung dan Kabupaten Bandung terdahulu dapat diketahui bahwa belum ada
Barat. Kotamadya Bandung meliputi 2 penelitian resapan airtanah secara detail pada
Kecamatan (Kecamatan Coblong dan Kecamatan DAS Cikapundung hulu dan hasil tulisan ini
Cidadap) dan Kabupaten Bandung Barat dapat dikorelasikan dengan hasil penelitian
meliputi satu kecamatan (Kecamatan Lembang). sebelumnya.
Wilayah penelitian merupakan daerah tangkapan
sungai Cikapundung. Dimana sebelah utara METODA
dibatasi oleh daerah sesar Lembang dan sebelah
Selatan dibatasi oleh stasiun pengamatan debit Tahapan awal adalah melakukan studi literatur
sungai Cikapundung di daerah Gandok. terhadap penelitian terdahulu, dilanjutkan
pengambilan data primer dan sekunder. Data
TINJAUAN PUSTAKA primer meliputi data geologi, uji infiltrasi dan
konduktitas hidraulik sedangkan data sekunder
Sistem airtanah di sub DAS Cikapundung sangat meliputi data klimatologi, data curah hujan dan
kompleks, karena memiliki litologi, akuifer serta data debit. Tahap selanjutnya adalah kompilasi
relasi sungai dan airtanah yang kompleks. dan pengolahan data menggunakan sofware MS.
Formasi geologi merupakan dasar dari setiap Excell 2003 dan Map Info 7.0.
Daerah Aliran Sungai. Daerah resapan alamiah Konsep dasar yang dipakai dalam melihat
adalah daerah yang memiliki kemampuan perubahan hidrologi adalah dengan mempelajari
meresapkan air ke bawah permukaan menjadi siklus hidrologi. Dalam siklus hidrologi,
airtanah dan tersimpan sebagai cadangan penjelasan mengenai hubungan antara aliran ke
airtanah untuk daerah di bawahnya. Daerah dalam (inflow) dan aliran keluar (outflow) di
resapan alamiah pada penelitian ini ditinjau dari suatu daerah untuk suatu perioda tertentu disebut
kondisi tanah, kemiringan lereng dan kondisi neraca air atau keseimbangan air (water
litologi. balance). Perhitungan neraca air dilakukan

22
Maria / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 21-30.

dalam kurun waktu 1 tahun, yakni kurun waktu bebas, walaupun di beberapa tempat terdapat
antara tahun 2003 2004. Daerah resapan sistem airtanah setengah tertekan. Litologi
alamiah dilihat dari faktor kondisi tanah, penyusun akuifer pada daerah penelitian berupa
kemiringan lereng, litologi, dan daerah luahan. breksi vulkanik dan batu pasir tufaan.
Kondisi Hidrogeologi yang dibahas adalah Berdasarkan kondisi regional, sistem akuifer
sistem airtanah dan hubungan antara sistem bebas yang terdapat pada daerah penelitian
airtanah dengan air pemukaan. bukan merupakan akuifer yang potensial. Hal ini
Asumsi yang digunakan adalah terlihat dari nilai transmisivitasnya yang kecil,
kesetimbangan air, sehingga berdasarkan sekitar 70 m2/hari (Hartono, 1981). Hal ini juga
pendekatan empiris untuk menghitung potensi dikuatkan dari hasil uji konduktivitas hidrolik di
airtanah digunakan persamaan berikut : daerah penelitian yang menunjukkan nilai
konduktivitas hidrolik breksi vulkanik pada
kondisi lapuk sebesar 10-6 m/sec.
Hasil dari pengujian infiltrasi ini digunakan
Dimana : untuk mencari besar kecepatan peresapan air dan
S : banyaknya curah hujan yang mengisi akan dikonversikan sebagai nilai kelulusan air
cadangan airtanah dalam tanah zona tidak jenuh (vadose zone).
CH : curah hujan Nilai ini akan digunakan sebagai nilai k dalam
BF : aliran dasar sungai / debit minimum (base simulasi pergerakan airtanah dalam zona tidak
flow) jenuh. Menurut Casanova (2007), nilai kapasitas
Ro : surface runoff (limpasan air permukaan) infiltrasi di daerah penelitian tercantum pada
Eto : evapotranspirasi Tabel 2.
Pada daerah penelitian, hubungan antara
sistem airtanah bebas dengan air sungai
HASIL PENELITIAN memiliki dua klasifikasi, yaitu sungai diisi oleh
akuifer (influent) dan sungai dan akuifer saling
Penentuan nilai konduktivitas hidrolik dilakukan tidak berhubungan (isolated). Daerah dimana
dengan pengambilan sampel dan pengujian akuifer mengisi air sungai (influent) terdapat
langsung di laboratorium. Sedangkan untuk pada sungai Cikapundung bagian Selatan
beberapa litologi lainnya nilai konduktivitas (Gandok sampai Curug Dago) dan seluruh anak
hidrolik diambil dari beberapa literatur (Abidin, sungai Cikapundung. Pada kondisi ini airtanah
1998 dan Hutasoit, 1999) seperti terlihat pada yang merupakan airtanah bebas mengalir ke
Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Konduktivitas Hidrolik Beberapa Litologi di Daerah Penelitian


Batuan Konduktivitas Hidorlik (m/sec) Keterangan
Lempung Tufaan 1x10-7 - 4,7x10-9 Literatur (Abidin,1998)
Batuan Beku Masif 3x10-14 - 2x10-10 Literatur (Abidin,1998)
Breksi Vulkanik (Formasi Cikapundung) 4x10-6 Pengukuran
Breksi Vulkanik (Formasi Cikidang) 1.1x10-6 Pengukuran
Tuff 1,2x10-5 - 4,6x10-10 Literatur (Hutasoit,1999)
Pasir Tufaan 1x10-4 - 4,7x10-7 Literatur(Hutasoit,1999)

Berdasarkan data lubang bor, kondisi sungai, sebagai baseflow dan mengisi air sungai
geologi, kondisi muka airtanah, serta (Lubis, R. F., 2000). Bagian dari sungai
pengamatan lapangan yang telah dilakukan maka Cikapundung mulai dari Curug Dago sampai
dapat diperkirakan sistem airtanah yang ada di Maribaya, sungai dan akifer tidak saling
daerah penelitian. Secara umum sistem airtanah berhubungan (Gambar 1). Litologi dasar sungai
di daerah penelitian merupakan sitem airtanah disusun oleh lava basalt yang bersifat kedap air,

23
Maria / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 21-30.

Tabel 2. Nilai Kapasitas Infiltrasi


Lokasi fc (cm/det) fo (cm/det) k t (detik) fp (m/det)
1 5x10-3 0.32 -0.0006 4800 2x10-4
2 2x10-4 0.073 -0.0005 4800 7x10-5
3 1x10-2 0.24 -0.0004 5400 4x10-4
4 8x10-4 0.25 -0.0007 5040 8x10-5
5 6x10-3 0.34 -0.0005 5620 2x10-4

Gambar 1. Peta relasi sungai dengan air tanah

menyebabkan tidak ada pengisian airtanah kan, sebagai nilai rata-rata Evapotranspirasi
kepada sungai secara langsung. Airtanah dapat seperti pada Gambar 3.
keluar sebagai mata air yang berpotongan Penentuan limpasan (runoff) dihitung dari
dengan lereng di atas lembah sungai. data debit sungai pada stasiun Gandok. Nilai
Data curah hujan diambil dari lima stasiun direct runoff didapat dari nilai rata-rata debit
pengukur curah hujan dan diolah dengan metode selama satu bulan dikurangi nilai debit minimum
isohyet. Nilai curah hujan rata rata selama selama satu periode hujan (Gambar 4).
kurun waktu dua tahun (2003 2004) terlihat Berdasarkan hasil perhitungan komponen
pada Gambar 2. curah hujan, evapotranspirasi dan run off, maka
Nilai Evapotranspirasi dihitung dari dua hasil perhitungan kapasitas simpanan di daerah
stasiun klimatologi. Stasiun yang digunakan penelitian adalah seperti yang ditunjukkan pada
adalah stasiun klimatologi Bandung dan Gambar 5.
Lembang. Nilai keduanya kemudian dirata-rata-

24
Maria / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 21-30.

400
Curah Hujan (mm)

350
300
250 CH_2003
200
150 CH_2004
100
50
0

Nov
Jan

Jun

Jul
Feb

Aug

Sep
Mar

Apr

May

Oct

Dec
Bulan

Gambar 2. Curah hujan rata-rata tahun 2003 - 2004

80
70
Evapotranspirasi

60
(mm/bln)

50 EPT_2003
40
30 EPT_2004
20
10
0
Nov
Jan

Jun

Jul
Mar

Apr
Feb

Aug

Sep

Oct
May

Dec

Bulan

Gambar 3. Grafik evapotranspirasi tahun 2003 - 2004

140
120
Run Off(mm/bln)

100
80 2003
60 2004
40
20
0
Nov
Jan

Jun

Jul
Feb

Aug

Sep
Mar

Apr

May

Dec
Oct

BULAN

Gambar 4. Grafik nilai runoff tahun 2003 - 2004

25
Maria / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 21-30.

200
150
Storage (mm)

100
50 2003
0 2004

Nov
Jan

Jun

Jul
Mar

Apr
Feb

Aug

Sep

Oct
May

Dec
-50
-100
-150
Bulan

Gambar 5. Grafik nilai storage tahun 2003-2004

DISKUSI DAN ANALISA permukaan (Tabel 3).


Kemiringan lereng akan mempengaruhi
Perhitungan neraca air diolah dari hasil kali jumlah air hujan yang meresap ke bawah
parameter neraca air dengan luas daerah permukaan. Kemiringan lereng yang kecil
penelitan. Perhitungan neraca air dilakukan memiliki kemampuan meresap yang baik,
selama satu periode hujan, antara tahun 2003 dan sebaliknya daerah yang memiliki kemiringan
tahun 2004 (Gambar 6). lereng yang besar memiliki kemampuan meresap

Grafik Nilai Neraca Air tahun 2003 - 2004


400

300

200 Curah Hujan


mm/bln

Evapotranspirasi
100 Run Off
0 Storage
Mei
Mar

Juli
Nov
Okt

Agt
Jan

Jun
Apr
Feb

Sep
Des

-100

-200
Bulan

Gambar 6. Grafik Neraca Air Daerah Penelitian

Berdasarkan perhitungan neraca air kecil, karena air yang jatuh kepermukaan
diketahui bahwa dari input curah hujan tinggi langsung menjadi aliran permukaan (Gambar 7).
yang ada di daerah Cikapundung tengah hanya Daerah luahan dapat diartikan sebagai
13 % yang tersimpan di dalam tanah dan daerah tempat keluarnya air dari dalam tanah
sebagian besar mengalir menjadi aliran menuju permukaan. Untuk menentukan daerah

26
Maria / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 21-30.

daerah-daerah tersebut merupakan daerah


Tabel 3. Perhitungan Neraca Air luahan, dimana airtanah mengalir menuju dan
Daerah Penelitian Dalam Satu Tahun mengisi sungai (Gambar 8).
Neraca Air Volume
(%)
Litologi suatu daerah akan berpengaruh
(m3/tahun) (m3/tahun) terhadap kemampuan peresapan daerah tersebut.
Presipitasi 33,575,159.85 Di daerah penelitian berdasarkan peta geologi
Evapotranspirasi 8,974,502.41 26,7 dan data konduktivitasnya, daerah yang
Runoff 20,240,064.54 60,3 memiliki kemampuan menjadi daerah peresapan
Storage 4,360,592.90 13 adalah daerah yang kondisi di bawah
permukaannya dapat menjadi akuifer bebas.

Gambar 7. Daerah Peresapan Ditinjau Dari Kemiringan Lereng

luahan, dapat dilihat dari kontur muka airtanah Daerah tersebut adalah memiliki litologi breksi
maupun pengamatan langsung di lapangan. Garis vulkanik, baik formasi Cikapundung maupun
alir pada jaringan aliran airtanah cenderung formasi Cikidang (Gambar 9).
menyimpang atau menyebar dari daerah Daerah resapan alamiah adalah daerah yang
recharge dan kemudian berkumpul kembali memiliki kemampuan meresapkan air ke bawah
kearah daerah discharge. Di daerah penelitian, permukaan menjadi airtanah dan tersimpan
berdasarkan pengamatan lapangan, banyak mata sebagai cadangan airtanah untuk daerah
air yang bermunculan pada dinding lembah dibawahnya. Daerah resapan alamiah pada
sungai, sumur-sumur yang mendekati lembahan penelitian ini ditinjau dari kondisi tanah. Luas
sungai juga memiliki kedalaman yang rendah daerah resapan alamiah merupakan kombinasi
dari permukaan. Hal ini menunjukan bahwa dari hasil luas masing-masing faktor tersebut.

27
Maria / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 21-30.

Gambar 8. Peta daerah luahan

Gambar 9. Daerah resapan ditinjau dari litologi

28
Maria / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 21-30.

Hasil nilai luasan resapan alamiah adalah tanah dan kondisi vegetasi dianggap ideal
36,13% dari total wilayah penelitian (Tabel 4). sebagai untuk meresapkan air ke bawah
permukaan (Tabel 5).
Tabel 4. Persen Luas Daerah Resapan
Alamiah Tabel 5. Perkiraan Cadangan Air
Tanah Pada Kondisi Alamiah
Luas (m2)
%
Neraca Air Volume
Total daerah penelitian 16,731,612.68
Daerah resapan berdasarkan
(m3/tahun) (m3/tahun)
persen lereng 12,532,689.35 74.90 Presipitasi 12,133,030.51
Daerah resapan berdasarkan Evapotranspirasi 3,243,109.25
daerah luahan 7,597,104.06 40.41 Runoff 2,633,089.34
Daerah resapan berdasarkan Storage 6,256,831.92
litologi 13,623,231.50 80.04
Total daerah resapan 6,046,290.41 36.13 Hasil perkiraan jumlah cadangan air pada daerah
resapan alamiah menghasilkan jumlah cadangan
airtanah dalam satu tahun sebesar 6.256.831,92
m3 (Gambar 10).
Pada daerah resapan alamiah, jumlah
cadangan airtanah dapat diperkirakan. Jumlah
cadangan air dapat dihitung dengan neraca air KESIMPULAN
yang ada pada luasan daerah resapan alamiah
tersebut. Nilai koefisien air larian pada daerah Hasil perhitungan neraca air di daerah penelitian
resapan alamiah dihitung berdasarkan faktor menunjukkan jumlah air yang meresap dan
kemiringan lereng saja. Faktor lain untuk kondisi menjadi cadangan airtanah pada kondisi aktual

Gambar 10. Peta Daerah Resapan Alamiah

29
Maria / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 21-30.

(2003-2004) sebesar 4,360,592.90 m3/tahun atau Fisik Tanah pada Endapan Hasil Gunung Api
12% dari total curah hujan yang masuk. Kuarter Daerah Bandung Utara. Thesis
Sedangkan pada kondisi alamiah diperkirakan Magister, Program Studi Teknik Geologi,
jumlah air yang meresap dan menjadi cadangan Program Pasca Sarjana, ITB, Bandung
airtanah sebesar 6,256,831.92 m3/tahun atau (Tidak diterbitkan).
18% dari total curah hujan yang masuk.
Casanova, Berry. 2007. Studi Hidrogeologi Dan
Terdapat selisih antara jumlah air yang
Potensi Resapan Airtanah Daerah Puncrut
meresap di daerah penelitian pada kondisi aktual
Dan Sekitarnya,Skripsi Program Studi
(2003 - 2004) dengan kondisi alamiahnya.
Teknik Pertambangan, Fakultas Ilmu
Dengan nilai perbedaan sebesar 1,9 juta
Kebumian Dan Teknologi Mineral, ITB,
m3/tahun atau 30% air yang tidak dapat meresap
Bandung (Tidak Diterbitkan).
pada kondisi aktual. Hal ini menunjukkan
kondisi aktual (2003-2004) sudah mengalami Delinom, R.M. 1991. The Hydrological
perubahan dari kondisi alamiahnya untuk Behaviour of the Upper Cikapundung
meresapkan air. Catchment and its possibilities in supplying
Perubahan ini disebabkan oleh berbagai water demand for Bandung Basin. Master
macam faktor. Faktor yang paling Thesis, International Institute for Aerospace
mempengaruhi adalah perubahan tata guna Survey and earth Sciences, 76pp, Enschede,
lahan. Perubahan tata guna lahan ini akan The Nederlands.
merubah nilai koefisien runoff pada daerah
Fetter, C.W. 1988. Applied Hydrogeology,
resapan. Dimana jika kondisi tanah dan vegetasi
diasumsikan pada kondisi ideal untuk Prentice Hall.
meresapkan air kemudian berubah menjadi Hartono., D., R.P. Koesoemadinata. 1981.
kondisi yang tidak ideal untuk meresapkan air Statigrafi dan Sedimentasi Daerah
(berubah menjadi daerah pemukiman, bangunan, Bandung. Proceeding PIT X Ikatan Ahli
dan lain sebagainya) maka akan meningkatkan Geologi Indonesia, Bandung.
nilai koefisien runoff, sehingga jumlah air yang
meresap semakin berkurang. Hutasoit L.M. 1999. Hubungan Antara
Karakteristik Peresapan Air Hujan Dengan
Hasil Pengukuran Infiltrometer di Daerah
UCAPAN TERIMAKASIH Bandung Utara. Laporan Kemajuan Tahap I
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Riset Unggulan Terpadu (RUT), Menristek
teman teman di Jurusan Rekayasa dan LIPI (tidak diterbitkan).
Pertambangan ITB atas saran dan kerjasamanya Juanda P. dan Lubis R. F. 2006. The
dalam pengolahan data, Dr. Robert Delinom Hydrodynamics of River Water and
MSc atas bimbingan dalam penyempurnaan Groundwater at Cikapundung River,
tulisan ini, Dr. Rahmat Fajar Lubis atas Bandung, Indonesia. IAEG Congress, Oct
bantuannya dalam pengambilan data referensi 2006.
dan dewan redaksi Riset dan Geologi
Pertambangan atas koreksi dan masukannya Lubis, Rahmat Fajar. 2000. Relasi Geometri dan
sehingga tulisan ini dapat terbit. Hidrodinamika air sungai airtanah Studi
Kasus Sungai Cikapundung Bandung.
Thesis Magister Program Studi Teknik
DAFTAR PUSTAKA Geologi, Program Pasca Sarjana ITB (tidak
Asdak, Chay. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan diterbitkan).
Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada Uni- Sudarto N., dkk. 2000. Buku Ajar Teknik
versity Press. Eksplorasi, Departemen Teknik Pertamba-
ngan, ITB, Bandung.

30

Anda mungkin juga menyukai