Praktikum A. 2017
: 22 September
Penyerahan : 26 September 2017
(Laporan)
Oleh :
Kelompok : V
Nama : 1. M.Hibatul Aziz 151411018
2. Nabila Fatin Kamilasari 151411021
3. Nabila Nisa Mukarom 151411022
Kelas : 3A
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Padatan tersuspensi adalah padatan yang berada dalam kolom air dan memiliki ukuran
partikel 0.45 2 mm. Padatan tersuspensi terdiri dari material organik dan anorganik.
Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan
tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersebut berupa partikel-partikel yang ukuran
maupun beratnya lebih kecil dari pada sedimen (Fardiaz, 1992).
Padatan tersuspensi dan terendap akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam
air sehingga mempengaruhi produksi oksigen secara fotosintesis (Wardhana, 2001 dalam
Fardiaz, 1992). Padatan tersuspensi memiliki ukuran partikel lebih besar dan dapat dilihat
secara kasat mata, dapat dipisahkan secara fisika dengan cara sedimentasi. Padatan
tersuspensi menyebabkan air menjadi keruh atau kotor.
2. Padatan Terlarut
Padatan terlarut adalah padatan-padatan yang mempunyai ukuran lebih kecil daripada
padatan tersuspensi. Berupa senyawa anorganik dan organik yang larut air, mineral dan
garam-garamnya (Fardiaz, 1992). Bahan-bahan mineral yang dapat terkandung di dalam air,
antara lain CaCO3, MgCO3, CaSO4, MgSO4, NaCl, Na2SO4, SiO2 dan sebagainya.
3. Koloid
Koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana partikel-partikel
zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar) merata dalam medium zat lain.
Zat yang terdispersi sebagai partikel disebut fase terdispersi, sedangkan zat yang menjadi
medium mendispersikan partikel disebut medium pendispersi (Johari dan Rachmawati,
2009).
2.2 Resin Penukar Ion
2.2.1 Definisi Resin Penukar Ion
Pertukaran ion merupakan suatu metode penghilangan mineral air yang bertujuan
untuk mengambil semua ion kation dan ion anion dalam air. Umumnya, media yang
digunakan dalam pertukaran ion adalah resin alami maupun sintetis. Pada saat terjadi
pertukaran ion, maka ion yang terlarut dalam air akan terserap ke dalam resin penukar ion
dan resin akan melepaskan ion lainnya dalam keselarasan ekivalen.
Pertukaran ion bersifat stokiometri, yakni satu H+ diganti oleh suatu Na+. Pertukaran
ion adalah suatu proses kesetimbangan dan jarang berlangsung lengkap, namun tak peduli
sejauh mana proses itu terjadi, stokiometrinya bersifat eksak dalam arti satu muatan positif
meninggalkan resin untuk tiap satu muatan yang masuk. Ion dapat ditukar yakni ion yang
tidak terikat pada matriks polimer disebut ion lawan (Counterion) (Underwood, 2001).
Pertukaran ion adalah sebuah proses fisika-kimia. Pada proses tersebut senyawa yang
tidak larut, dalam hal ini resin, menerima ion positif atau negatif tertentu dari larutan dan
melepaskan ion lain ke dalam larutan tersebut dalam jumlah ekivalen yang sama. Jika ion
yang dipertukarkan berupa kation, maka resin tersebut dinamakan resin penukar kation, dan
jika ion yang dipertukarkan berupa anion, maka resin tersebut dinamakan resin penukar
anion.
Reaksi pertukaran kation dan reaksi pertukaran anion ditunjukkan pada reaksi (1) dan (2) di
bawah ini :
Reaksi pertukaran kation : 2NaR (s) + CaCl2 (aq) => CaR(s) + 2 NaCl(aq) (1)
Reaksi pertukaran anion : 8 2RCl (s) + Na2SO4 => R2SO4(s) + 2 NaCl (2)
Reaksi (1) menyatakan bahwa larutan yang mengandung CaCl2 diolah dengan resin
penukar kation NaR, dengan R menyatakan resin. Resin mempertukarkan ion Na+ larutan dan
melepaskan ion Na+ yang dimilikinya ke dalam larutan. Jika resin tersebut telah
mempertukarkan semua ion Na+ yang dimilikinya, maka reaksi pertukaran ion akan terhenti.
Pada saat itu resin dikatakan telah mencapai titik habis (exhausted), sehingga harus
diregenerasi dengan larutan yang mengandung ion Na+ seperti NaCl.
Gambar 1. Struktur dari resin penukar ion
2.2.2 Jenis Jenis Resin Penukar Ion
Jenis-Jenis Resin Penukar Ion Berdasarkan jenis gugus fungsi yang digunakan, resin penukar
ion dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
Resin penukar kation asam kuat
Dinamakan demikian karena sifat kimia nya mirip dengan asam kuat. Resin sangat
terionisasi di kedua asam (R-SO3H) dan garam (R-SO3Na). Resin penukar kation asam kuat
mengandung gugus SO3H. Gugus ion yang biasa dipakai pada resin penukar kation asam
kuat adalah gugus sulfonat. Pada resin kation asam kuat dapat bekerja di seluruh kisaran pH.
Resin penukar kation asam lemah
Gugus fungsi pada resin penukar kation asam lemah adalah karboksilat (RCOOH).
Jenis resin ini tidak dapat memisahkan garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat,
tetapi dapat menghilangkan kation yang berasal dari garam bikarbonat untuk membentuk
asam karbonat, atau dengan kata lain resin ini hanya dapat menghasilkan asam yang lebih
lemah dari gugus fungsinya.
Resin penukar kation asam lemah bekerja pada pH sekitar pH 5 14. Bila pH
dibawah 5, maka resin akan menahan proton terlalu kuat untuk pertukaran kation. Resin
asam lemah untuk pemisahan basa kuat atau zat ionik multifungsi seperti protein, sedangkan
resin asam kuat untuk pemisahan yang lebih kompleks.
Resin penukar anion basa kuat
Resin penukar anion basa kuat ini befungsi di hampir seluruh kisaran pH yaitu dari 0
hingga 12. Resin penukar anion basa kuat akan menghilangkan asam yang dihasilkan dari
reaksi resin penukar kation asam kuat siklus hidrogen yang mengubah garam-garam terlarut
menjadi asam, termasuk asam silikat dan asam karbonat. Resin penukar anion basa kuat
mampu bereaksi dengan anion asam kuat seperti Cl-,SO4 -2, NO3 -
dan anion asam lemah
misalnya CO3 -2.
Resin penukar anion basa lemah
Resin ini digunakan untuk menukar asam kuat dengan adsorpsi air yang tidak dapat
menguraikan garam. Resin penukar anion basa lemah hanya dapat memisahkan asam kuat
seperti HCl dan H2SO4 tetapi tidak dapat menghilangkan asam lemah seperti asam silikat
dan asam karbonat. Oleh sebab itu resin penukar anion basa lemah sering kali disebut sebagai
acid adsorbers. Resin penukar anion bersifat basa lemah (mengandung OH sebagai gugusan
labil). Resin penukar anion basa lemah ini berfungsi dengan baik dibawah pH.
Larutan yang melalui kolom disebut influent, sedangkan larutan yang keluar kolom
disebut effluent. Proses pertukarannya adalah serapan dan proses pengeluaran ion adalah
desorpsi atau elusi. Mengembalikan resin yang sudah terpakai kebentuk semula disebut
regenerasi sedangkan proses pengeluaran ion dari kolom dengan reagent yang sesuai disebut
elusi dan pereaksinya disebut eluent. Yang disebut dengan kapasitas pertukaran total adalah
jumlah gugusan-gugusan yang dapat dipertukarkan di dalam kolom, dinyatakan dalam
miliekivalen. Kapasitas penerobosan (break through capacity) didefinisikan sebagai
banyaknya ion yang dapat diambil oleh kolom pada kondisi pemisahan; dapat juga dikatakan
sebagai banyaknya miliekivalen ion yang dapat ditahan dalam kolom tanpa ada kebocoran
yang dapat teramati. Kapasitan penerobosan lebih kecil dari kapasitas total pertukaran kolom
dan tidak tergantung terhadap sejumlah variabel, seperti tipe resin, afinitas penukaran ion,
komposisi larutan, ukuran partikel, dan laju aliran (Khopkar, 1990)
2.2.4 Operasi Pertukaran Ion
Operasi sistem pertukaran ion dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu :
1. tahap layanan (service)
Tahap layanan adalah tahap dimana terjadi reaksi pertukaran ion. Tahap layanan
ditentukan oleh konsentrasi ion yang dihilangkan terhadap waktu, atau volume air produk
yang dihasilkan. Hal yang penting pada tahap layanan adalah kapasitas (teoritik dan operasi)
dan beban pertukaran ion (ion exchange load). Kapasitas pertukaran teoritik didefinisikan
sebagai jumlah ion secara teoritik yang dapat dipertukarkan oleh resin per satuan massa atau
volume resin. Kapasitas pertukaran ion teoritik ditentukan oleh jumlah gugus fungsi yang
dapat diikat oleh matriks resin. Kapasitas operasi adalah kapasitas resin aktual yang
digunakan untuk reaksi pertukaran pada kondisi tertentu. Beban pertukaran ion adalah berat
ion yang dihilangkan selama tahap layanan dan diperoleh dari hasil kali antara volume air
yang diolah selama tahap layanan dengan konsentrasi ion yang dihilangkan. Tahap layanan
ini dilakukan dengan cara mengalirkan air umpan dari atas (down flow).
2. tahap pencucian balik (backwash)
Selama proses pertukaran ion, kotoran di dalam air misalnya padatan tersuspensi dan
juga senyawa organik dapat tertahan dan melapisi permukaan resin yang dapat menurunkan
kinerja resin penukar ion. Oleh karena itu, di dalam prakteknya diperlukan pencucian balik
untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada permukaan resin. Pencucian
balik dilakukan dengan mengalirkan air dengan arah aliran dari bawah ke atas. Selama proses
pencucian balik volume resin yang berada di dalam reaktor akan mengembang atau
terfluidisasi.
Oleh karena itu untuk merancang reaktor penukar ion biasanya ruang bebas yang
disediakan berkisar antara 65-85%, sehingga jika resin penukar ion terjadi pengembangan
50% pada waktu pencucian balik, secara teknis masih aman. Tahap pencucian balik
dilakukan jika kemampuan resin telah mencapai titik habis. Sebagai pencuci digunakan air
produk. Pencucian balik mempunyai sasaran sebagai berikut :
1. pemecahan resin yang tergumpal
2. penghilangan partikel halus yang terperangkap dalam ruang antar resin
3. penghilangan kantong-kantong gas dalam unggun, dan
4. pembentukan ulang lapisan resin Pencucian balik dilakukan dengan pengaliranair
dari bawah ke atas (up flow). Pada tahap ini terjadi pengembangan unggun antara 50
hingga 70%.
3. Tahap Regenerasi, dan
Tahap regenerasi adalah operasi penggantian ion yang terserap dengan ion awal yang
semula berada dalam matriks resin dan pengembalian kapasitas ke tingkat awal atau ke
tingkat yang diinginkan. Larutan regenerasi harus dapat menghasilkan titik puncak
(mengembalikan waktu regenerasi dan jumlah larutan yang digunakan). Tingkat regenerasi
dinyatakan sebagai jumlah larutan regenerasi yang digunakan per volume resin.
Efisiensi regenerasi resin penukar kation asam kuat yang diregenerasi dengan H2
anion basa kuat yang diregenerasi dengan NaOH antara 20-50%, oleh sebab itu pemakaian
larutan regenerasi 2-5 kali lebih besar dari kebutuhan teoritik. Efisiensi regenerasi resin
penukar kation asam kuat yang diregenerasi dengan H2 anion basa kuat yang diregenerasi
dengan NaOH antara 20-50%, oleh sebab itu pemakaian larutan regenerasi 2-5 kali lebih
besar dari kebutuhan teoritik. Proses regenerasi unit dilakukan dengan menginjeksi regeneran
pada masing-masing unit. Regeneran untuk kation adalah HCl dan untuk anion NaOH.
4. tahap pembilasan.
Tinggi akhir
Tinggi awal 97 cm
65 cm
Kekeruhan (NTU)
Waktu (menit)
Resin Kation Resin Anion
0 3,61 3,91
5 2,39 2,32
10 2,4 2,29
Tabel 1. Tabel Nilai Kekeruhan Resin Penukar Ion
3
2.5 2.39
2.32 2.4
2.29
2 Resin Kation
1.5 Resin Anion
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Waktu (menit)
Nilai kekeruhan pada air umpan backwash adalah 1.9 NTU. Penurunan nilai
kekeruhan pada kolom kation maupun anion disebabkan oleh padatan padatan yang
terperangkap dan melapisi resin melayang bahkan terangkat karena terfluidisasi oleh air
umpan yang masuk dari bawah dengan laju tertentu. Selanjutnya padatan tersebut akan keluar
dari kolom resin kation maupun anion. Nilai kekeruhan akhir pada kolom resin kation
maupun anion hampir mendekati nilai kekeruhan pada air umpan backwash, yaitu pada aliran
effluent kation bernilai 2.4 NTU sedangkan pada aliran effluent anion bernilai 2.29 NTU.
Penurunan nilai kekeruhan pada proses backwash dapat ditunjukkan oleh grafik kekeruhan
(NTU) terhadap waktu backwash berikut,
3.5
3
2.5 2.39 2.4
2.32 2.29
2 Resin Kation
1.5 Resin Anion
1
0.5
0
0 1 2 3 4
Waktu (menit)
Kesimpulan Oleh Nabila Nisa Mukarom (151411022)
Proses backwash bertujuan untuk mengeyahkan padatan padatan atau kotoran yang
tertahan dan melapisi permukaan resin yang dapat mengganngu proses adsorpsi ion
ion dalam air oleh resin.
Hal yang penting dalam operasi backwash, yaitu laju alir dan ekspansi resin pada
kolom .
Terjadi penurunan nilai kekeruhan aliran effluent pada kolom kation maupun anion.
Nilai kekeruhan akhir aliran effluent pada kolom kation adalah 2.4 NTU
Nilai kekeruhan akhir aliran effluent pada kolom anion adalah 1.9 NTU
DAFTAR PUSTAKA
Johari, J.M.C. & Rachmawati, M. 2009. Kimia SMA dan MA untuk Kelas XI Jilid 2. Jakarta:
Esis
Setiadi, Tjandra. 2007. Pengolahan dan penyediaan AIR. FTI ITB. Bandung
Sugito. 2009. Pengolahan air berbasis ion exchange terpadukan Dengan membran permiabel
Underwood, A.L., dan Day R. A. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga.
Jakarta.