Anda di halaman 1dari 45

BUKU PRAKTIKUM KIMIA AIR

PEMERIKSAAN KIMIA AIR

Disusun oleh :

WALJININGSIH
NIM : 1163132
C10.1 D3 ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL

SURAKARTA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya
sehingga Buku Praktikum Kimia Air PEMERIKSAAN KIMIA AIR ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Besar harapan kami semoga Buku Praktikum Kimia Air PEMERIKSAAN KIMIA
AIR ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk
kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi dari buku praktikum ini agar
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya menyadari bahwa masih


banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka saya menerima segala kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan Buku Praktikum Kimia Air PEMERIKSAAN KIMIA AIR ini.

Surakarta, November 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ i

Daftar Isi ..................................................................................................... ii

BAB I Air ................................................................................................. 1

BAB II Titrimetri ..................................................................................... 4

BAB III Asiditas ...................................................................................... 7

1. Laporan Sementara ......................................................................... 8


2. Laporan Resmi ................................................................................ 10

BAB IV Alkalinitas.................................................................................. 12

1. Laporan Sementara ......................................................................... 13


2. Laporan Resmi ................................................................................ 15

BAB V Chlorida ...................................................................................... 17

1. Laporan Sementara ......................................................................... 19


2. Laporan Resmi ................................................................................ 21

BAB VI Kesadahan.................................................................................. 23

1. Laporan Sementara ......................................................................... 27


2. Laporan Resmi ................................................................................ 29

BAB VII DO (Disolved Oxigen) ............................................................. 31

1. Laporan Sementara ......................................................................... 33


2. Laporan Resmi ................................................................................ 35

Daftar Pustaka ............................................................................................. iii

Lampiran ..................................................................................................... iv

ii
BAB I
AIR

Kebutuhan akan air didunia dewasa ini terus meningkat. Padahal penyediaan air dari
aliran sungai makin lama makin berkurang sebab kemampuan hutan dan tanah untuk
menahan air hujan semakian berkurang pula. Sementara kuantitas air dari aliran sungai di
daratan terus berkurang, kualitas air di daratan menunjukkan kecenderungan untuk turun.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan turunnya kualitas dan kuantitas air tersebut adalah :

1. Terjadinya banjir dan kekeringan.


2. Kegiatan industri dan pertambangan.
3. Intensifikasi pertanian.

Dengan menurunnya kualitas dan kuantitas pada lingkungan perairan dapat dikatakan
bahwa lingkungan perairan mengalami kerusakan atau disebut pencemaran. Definisi
pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup No. KEP-02/MENKLH/I/1988 tentang penetapan baku mutu lingkungan adalah:
masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air
dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak
berfungsi lagi dengan peruntukannya (Pasal 1). Sedangkan dalam Pasal 2 disebutkan, air pada
sumber air menurut kegunaan/ peruntukannya digolongkan menjadi:

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air
minum dan keperluan rumah tangga.
3. Golongan C, yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik negara

Telah banyak usaha yang dilakukan untuk menanggulangi masalah lingkungan baik yang
dilakukan secara internasional, regional, dan lokal. Hal ini menunjukkan bahwa manusia
sudah makin sadar akan adanya bahaya yang mengerikan dari kerusakan lingkungan akibat

1
pencemaran yang semakin parah. Sehingga untuk mengatasi masalah pencemaran pada
lingkungan perairan ada beberapa parameter yang harus diperhatikan yaitu :

1. Parameter Fisika, meliputi :


a. Penentuan kualitas fisik air yang meliputi pengamatan bau, warna, dan rasa secara
organoleptis.
b. Derajat keasaman (pH) pada suatu sampel air dapat ditentukan dengan
menggunakan kertas lakmus atau dengan menggunakan alat pH meter.
c. Kekeruhan pada perairan berhubungan dengan zat padat dalam air dapat
merupakan zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi. Pengertian zat padat total
meliputi kedua jenis zat padat tersebut yang berupa bahan-bahan organik maupun
anorganik. Kekeruhan pada peraiaran ditentukan dengan metode turbidimetri
dengan menggunaka alat turbidimeter yang menggunakan larutan standar 0 NTU
dan 40 NTU.

2. Parameter Kimia, meliputi :


a. Keberadaan CO2 terlarut terlarut sangat penting bagi kehidupan ekosistem air,
kelarutannya tergantung pada suhu, pH dan banyaknya organisme yang hidup
dalam air. Gas CO2 di dalam air bergabung dengan komponen kapur menjadi
CaCO3 yang sebagian sebelum mencapai tingkat kejenuhan masih dapat
berdisosiasi kembali, dan selebihnya akan mengendap sebagai senyawa karbonat.
Atas dasar ini kadar gas CO2 terlarut dapat ditetapkan dengan cara titrimetri
dengan menggunakan larutan baku NaOH.
b. Keberadaan Kadar oksigen biokimia atau BOD (Biologycal Oxygen Demand)
adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk mendekomposisi dan
menstabilkan sejumlah bahan organik di dalam ekosistem air melalui proses
aerobik. Penetapan BOD dapat dilakukan dengan cara menganalisis kadar oksigen
terlarutnya pada saat t=0 dan t=5 hari. Selain itu, penetapan BOD juga dapat
dilakukan dengan cara menganalisis kadar oksigen melalui indikator oksidasi
reduksi yaitu metilen biru, sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida,
air, dan ammonia juga dapat dilakukan dengan metode aerasi sampel air uji pada
botol winkler.
c. Keberadaan kadar oksigen kimia atau COD (Chemical Oxygen Demand) yang
didasarkan atas kenyataan bahwa hampir semua senyawa organik dapat dioksidasi

2
dengan bantuan oksida terkuat dalam kondisi asam. Selama penetapan COD,
bahan-bahan organik akan diubah menjadi CO2 dan air tanpa melihat kemampuan
asimilasi secara biologis terhadap bahan-bahan tersebut. Adapun penetapan COD
dapat dilakukan dengan metode permanganat atau metode bikromat.
d. Keberadaan logam alkali tanah yaitu logan kalsium dan magnesium dalan bentuk
ionnya yang bersenyawa dengan sulfat, klorida, kromat, dan bikromat dalam
lingkungan perairan dapat menyebabkan sifat kesadahan. Metode yang digunakan
untuk mengukur kesadahan adalah dengan titimetri dengan larutan standar EDTA
serta indikator EBT atau Maurexide pada pH tertentu.
e. Kandungan logam berat dalam perairan dapat berupa besi. Perairan yang yang
mengandung besi bila kontak dengan udara akan menjadi keruh dan terlihat tidak
menyenangkan karena terbentuknya endapan koloid ion besi(III) dalam air akibat
oksidasi yang terjadi. Metode yang digunakan untuk menetapkan kadar besi yaitu
secara spektofotomerti berdasarkan pembentukan senyawa kompleks besi(II)-
1,10-fenantrolin. Pada pembentukan senyawa kompleks ini biasanya ditambahkan
senyawa hidroksilamin hidroklorida sebagai reduktor yang akan mereduksi ion
besi(III) menjadi besi(II). Sedangkan untuk pengaturan pH ditambahkan senyawa
natrium asetat.
f. Keberadaan Ion sulfat dapat menyebabkan kesadahan air yang berupa kesadahan
tetap dan menyebabkan turunnya kualitas air. Metode yang digunakan untuk
menentukan kadar sulfat yaitu metode turbidimetri dengan alat spektofotometri
sinar tampak. Metode tersebut berdasarkan kenyataan bahwa BaSO4 cenderung
membentuk endapan koloid dengan hadirnya larutan NaCl dan HCl. BaSO4
mempunyai kelarutan dalam air kira-kira 3 ppm pada temperatur biasa. Kelarutan
ini bertambah dengan adanya asam-asam mineral karena terbentuk ion hidrogen
sulfat.
g. Keberadaan ion nitrit, nitrit merupakan bentuk nitrogen yang teroksidasi, nitrit
biasanya tidak bertahan lama dan merupakan keadaan sementara..Penetapan nitrit
dapat menggunakan metode spektofotometer dengan bantuan asam sulfanilat, dan
1-naftilamine. Dalam suasana asam, nitrit akan bereaksi dengan pereaksi nitrit
(asamsulfanilat + nafilamin) membentuk senyawa diazo yang berwarna merah-
ungu. Warna yang terjadi diukur menggunakan spektofotometer.

3
BAB II
TITRIMETRI

A. Pengertian Analisa Titrimetri


Analisa titrimetri atau di sebut juga dengan analisa volumetrik adalah analisis
kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar)
yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan
larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara
teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M
(molaritas).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di
capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang
spesifik pada berbagai perubahan pH.
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara
zat yang dianalisis dan larutan standar.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang
menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir
titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis
pada suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat diamati,
karena itu perlu bantuan senyawa lain yang dapat menunjukkan saat titrasi harus
dihentikan. Senyawa ini dinamakan indicator.

B. Syarat-Syarat Dalam Analisis Titrimetri


Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah
sebagai berikut :
1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang
kuantitatif/stokiometrik.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia
maupun secara fisika.
4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika.
Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.

4
Alat-alat yang digunakan pada analisa titrimetri ini adalah sebagai berikut :

1. Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu tentukur, dan pipet volume yang
telah di kalibrasi.
2. Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer dan
sekunder dengan kemurnian tinggi.
3. Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.

C. Klasifikasi Analisa Titrimetri


Penggolongan analisis titrimetri ini, berdasarkan ;
1. Reaksi Kimia
a. Reaksi asam-basa (reaksi netralisasi) Jika larutan bakunya adalah larutan basa,
maka zat yang akan ditentukan haruslah bersifat asam dan sebaliknya.
Berdasarkan sifat larutan bakunya, titrasi dibagi atas :
Asidimetri adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku asam.
Contoh : HCl, H2SO4
Alkalimetri adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku basa.
Contoh : NaOH, KOH
b. Reaksi oksidasi-reduksi (redoks) Yang terjadi adalah reaksi antara senyawa/ ion
yang bersifat sebagai oksidator dengan senyawa/ ion yang bersifat sebagai
reduktor dan sebaliknya. Berdasarkan larutan bakunya, titrasi dibagi atas :
Oksidimetri adalah metode titrasi redoks yang dimana larutan baku yang
digunakan bersifat sebagai oksidator. Yang termasuk kedalam titrasi
oksidimetri adalah :
Permanganometri, larutan bakunya : KMnO4
Dikromatometri, larutan bakunya : K2Cr2O7
Serimetri, larutan bakunya : Ce(SO4)2, Ce(NH4)2SO4
Iodimetri, larutan bakunya : I2
Reduksimetri adalah titrasi redoks dimana larutan baku yang digunakan
bersifat sebagai reduktor.Yang termasuk titrasi reduksimetri adalah :
Iodometri, larutan bakunya : Na2S2O3 . 5H2O
c. Reaksi Pengendapan (presipitasi) Yang terjadi adalah reaksi penggabungan ion
yang menghasilkan endapan/ senyawa yang praktis tidak terionisasi. Yang
termasuk titrasi pengendapan adalah :

5
Argentometri, larutan bakunya : AgNO3
Merkurimetri, larutan bakunya : Hg(NO3)2/ logam raksa itu sendiri.
d. Reaksi pembentukan kompleks
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menetapkan kadar ion-ion alkali dan
alkali tanah/ ion-ion logam. Larutan bakunya : EDTA.

2. Berdasarkan cara titrasi


a. Titrasi langsung
b. Titrasi kembali (titrasi balik/residual titration)

3. Berdasarkan jumlah sampel


a. Titrasi makro :
Jumlah sampel : 100 1000 mg
Volume titran : 10 20 mL
Ketelitian buret : 0,02 mL.
b. Titrasi semi mikro :
Jumlah sampel : 10 100 mg
Volume titran : 1 10 mL
Ketelitian buret : 0,001 mL
c. Titrasi mikro :
Jumlah sampel : 1 10 mg
Volume titran : 0,1 1 mL
Ketelitian buret : 0,001 mL

6
BAB III
ASIDITAS

Senyawa-senyawa di alam yang dapat dikelompokkan kedalam kelompok senyawa asam


atau basa sangat melimpah jumlahnya, dengan tingkat keasaman dan kebasaan yang
bervariasi. Tidak semua orang mengerti akan konsep asam dan basa ini, meski hamper dapat
dipastikan setiap orang hampir setiap hari berhubungan dengan zat-zat baik yang bersifat
asam maupun basa dalam kehidupannya. Sebagai contoh, makanan yang pada umumnya
bersifat asam, sedangkan produk-produk pembersih yang pada umumnya bersifat basa.
(Ardianto, 2007).
Istilah asam (acid) berasal dari bahasa latin Acetom. Kualitas air juga ditentukan dengan
mengukur tingkat keasaman. Air yang ada di alam memiliki pH 4-9. Tapi sebagian besar
agak sedikit alkali disebabkan karena adanya ion karbonat ataupun biokarbonat. Perubahan
pH di bawah atau di atas normal dapat terjadi karena buangan industry yang bersifat asam
atau basa kuat. (Paramita, 2009). Keasaman adalah banyaknya basa yang diperlukan untuk
menetralkan keasaman dalam air sebanyak satu liter.
Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, asam-asam
lemak, dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada
alkalinitas, karena dua kontributor utamanya adalah CO2 dan H2S merupakan larutan volatile
yang segera hilang dari sample.(Syafila, Mindriany)
Asam kuat seperti H2SO4 dan HCl dalam air dikenal dengan istilah asam mineral bebas
(free mineral acid). Acid Mineral Water mengandung asam mineral bebas dalam
konsentrasi yang harus diperhitungkan. (Manahan,Stanley).

Reaksi-reaksi yang terjadi :


H+ + OH- H2O
CO2 + OH- HCO3-
HCO3- + H+ H2O + CO2

7
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA AIR
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA

Surakarta, 14 Oktober 2017


A. Sampel No. 8
B. Kimia Air
Data Titrasi Kimia Air
No. Bahan / Zat Vol. Sampel Lar. Standar Vol. Titran Paraf
1 Asiditas 10,0 mL NaOH 0,0475 N 5,00 mL
2 Asiditas 10,0 mL NaOH 0,0475 N 5,00 mL
3 Asiditas 10,0 mL NaOH 0,0475 N 5,10 mL
Pengenceran Sampel: -
C. Data Pembakuan (Standarisasi)
Prosedur Standarisasi
1. Pipet 10,0 mL H2C2O4.2H2O 0,0500 N masukan dalam Erlenmeyer
2. Tambahan 1 3 tetes indikator PP 1%
3. Titrasi dengan NaOH standar dari tidak berwarna hingga merah muda konstan

Berat (gram) Pemipetan


Vol. Titran
No. Bahan / Zat Dilarutkan H2C2O4 Paraf
(NaOH .........N)
dalam 1 Liter 0,0500 N
1 H2C2O4.2H2O 10,0 mL 10,50 mL

0,0500 N
2 , , 10,0 mL 10,50 mL
BM = 126,07
3 Val = 2 = 3,1518 gr/L 10,0 mL 10,60 mL
Rata Rata Vol. Titran 10, 53 mL

Perhitungan Pembakuan

1. Normalitas/Molaritas Standar Primer (H2C2O4.2H2O)



=

3,1518 2
=
126,07
= 0,0500

8
2. Normalitas/Molaritas Standar Sekunder (NaOH)
N (H2C2O4.2H2O) 1 = 0,0500 N
V (H2C2O4.2H2O) 1 = 10,0 mL
N (NaOH) 2 = ?
V (NaOH) 2 = 10,53 mL

1 1 = 2 2
0,0500 10,0 = 2 10,53
2 = 0,0475

9
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA AIR
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA

Surakarta, 17 Oktober 2017


Sampel No. 8
1. Penetapan Kadar
Asiditas
2. Metode
Alkalimetri
3. Prinsip Penetapan
Penetralan Asam-Basa, sejumlah tertentu sampel air dititrasi pertama-tama oleh standar
NaOH dengan indikator penolphalein dari tidak berwarna menjadi merah muda pucat.
4. Reaksi Kimia
CO22- + 2NaOH Na2CO3 + 2H2O
Na2CO3 + CO3 + 2H2O 2NaHCO3
5. Prosedur Pemeriksaan Sampel
a. Pipet 10,0 mL sampel air, masukkan dalam Erlenmeyer
b. Tambahkan 1-2 tetes indikator PP (penolptalein) 1%
c. Titrasi dengan larutan NaOH 0,0475 N dari tidak berwarna hingga berwarna merah
muda konstan
Indikator yang dipakai : PP (penolptalein) 1 % rentang pH 8.2-10.0
Perubahan Warna : Tidak berwarna menjadi merah muda konstan
6. Data Percobaan
No. Bahan / Zat Vol. Sampel Lar. Standar Vol. Titran
1 Asiditas 10,0 mL NaOH 0,0475 N 5,00 mL
2 Asiditas 10,0 mL NaOH 0,0475 N 5,00 mL
3 Asiditas 10,0 mL NaOH 0,0475 N 5,10 mL

7. Perhitungan Kadar
1000 . .
=
.
1000 0,0475 5,00
1 = = 23,7500 /
10,0

10
1000 0,0475 5,00
2 = = 23,7500 /
10,0
1000 0,0475 5,10
3 = = 24,2250 /
10,0

8. Kadar Rata-Rata
23,7500 + 23,7500 + 24,2250
=
3
= 23,9083 /
= 23,91 /
9. Kesimpulan
Dalam sampel No. 8 yang diperiksa, kadar asiditas sampel adalah 23,91 mgrek/L.

11
BAB IV
ALKALINITAS

Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa menurunkan pH
larutan. Alkalinitas terdiri dari ion-ion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO3-) dan hidroksida
(OH-) yang merupakan buffer terhadap pengaruh pengasaman. Alkalinitas diperlukan untuk
mencegah terjadinya fluktuasi pH yang besar, selain itu juga merupakan sumber CO2 untuk
proses fotosintesis fitoplankton. Nilai alkalinitas akan menurun jika aktifitas fotosintesis naik,
sedangkan ketersediaan CO2 yang dibutuhkan untuk fotosintesis tidak memadai. Sumber
alkalinitas air tambak berasal dari proses difusi CO2 di udara ke dalam air, proses
dekomposisi atau perombakan bahan organik oleh bakteri yang menghasilkan CO2, juga
secara kimiawi dapat dilakukan dengan pengapuran secara merata di seluruh dasar tambak
atau permukaan air .Jenis kapur yang biasa digunakan adalah CaCO3 (kalsium karbonat),
CaMg(CO3)2 (dolomit), CaO (kalsium oksida), atau Ca(OH)2 (kalsium hidroksida).
Alkalinitas dinyatakan dalam mg CaCO3/liter air (ppm).
Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan
alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan :
1. Pengaruh sistem buffer dari alkalinitas;
2. Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organik. Sehingga alkalinitas diukur
sebagai factor kesuburan air.
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu
menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran
yang menunjukkan kapasitas pem-buffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu
ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan
ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya
dinyatakan dalam satuan ppm (mg/L) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan
kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan
kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada
umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20
ppm (Dewi, 2007).

12
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA AIR
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA

Surakarta, 7 Oktober 2017


A. Sampel No. 8
B. Kimia Air
Data titrasi kimia air
Vol. Titran
No. Bahan / Zat Vol. Sampel Lar. Standar Paraf
PP 1% MO
1 Alkalinitas 10,0 mL HCl 0,0231 N 3,60 mL 8,20 mL
2 Alkalinitas 10,0 mL HCl 0,0231 N 4,30 mL 8,30 mL
3 Alkalinitas 10,0 mL HCl 0,0231 N 3,40 mL 8,10 mL
Pengenceran Sampel: -
C. Data Pembakuan (Standarisasi)
Prosedur Standarisasi
1. Pipet 10,0 mL Na2CO3.10H2O 0,0250N masukan dalam Erlenmeyer
2. Tambahan 1 3 tetes indikator MR (Methyl Red)
3. Titrasi dengan HCl standar dari tidak berwarna hingga merah muda konstan
Berat (gram) Pemipetan
Vol. Titran
No. Bahan / Zat Dilarutkan Na2CO3 Paraf
(HCl .........N)
dalam 1 Liter 0,0250 N
1 Na2CO3.10H2O 10,0 mL 10,70 mL

0,0250 N
2 , , 10,0 mL 10,80 mL
BM = 286,14
3 Val = 2 = 3,5768 gr/L 10,0 mL 10,90 mL
Rata Rata Vol. Titran 10,80 mL

Perhitungan Pembakuan

1. Normalitas/Molaritas Standar Primer (Na2CO3.10H2O)



=

3,5768 2
=
286,14
= 0,0250

13
2. Normalitas/Molaritas Standar Sekunder (HCl)
N (Na2CO3.10H2O) 1 = 0,0250 N
V (Na2CO3.10H2O) 1 = 10,0 mL
N (HCl) 2 = ?
V (HCl) 2 = 10,80 mL

1 1 = 2 2
0,0250 10,0 = 2 10,80
2 = 0,0231

14
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA AIR
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA

Surakarta, 10 Oktober 2017


Sampel No. 8
1. Penetapan Kadar
Alkalinitas
2. Metode
Acidimetri
3. Prinsip Penetapan
Penetralan Asam-Basa, sejumlah tertentu sampel air dititrasi oleh larutan standar HCl
dengan indikator penolphalein dari tidak berwarna menjadi merah muda pucat. Kemudian
ditambahkan indikator metil orange kemudian dititrasi kembali dengan larutan standar
HCl dari warna kuningt menjadi jingga
4. Reaksi Kimia
OH-+ HCl H2O + Cl-
CO3 + 2HCl H2O + CO2 + 2Cl-
HCO3 - + HCl H2O + CO2 + Cl-
5. Prosedur Pemeriksaan Sampel
a. Pipet 10,0 mL sampel air, masukkan dalam Erlenmeyer
b. Tambahkan 3 tetes indikator PP (penolptalein) 1%
c. Titrasi dengan larutan HCl 0,0231 N dari tidak berwarna hingga berwarna merah
muda konstan
d. Tambahkan 3 tetes indicator MO (Methyl Orange)
Indikator yang dipakai : PP (penolptalein) 1 % rentang pH 8.2-10.0
MO (Methyl Orange) . rentang pH 3.1 4.4
Perubahan Warna : Tidak berwarna menjadi merah muda konstan (PP)
Kuning menjadi jingga (MO)
6. Data Percobaan
Vol. Titran
No. Bahan / Zat Vol. Sampel Lar. Standar
PP 1% MO
1 Alkalinitas 10,0 mL HCl 0,0231 N 3,60 mL 8,20 mL

15
2 Alkalinitas 10,0 mL HCl 0,0231 N 4,30 mL 8,30 mL
3 Alkalinitas 10,0 mL HCl 0,0231 N 3,40 mL 8,10 mL

7. Perhitungan Kadar
1000 . .
1% =
.
1000 0,0231 3,60
1 = = 8,3160 /
10,0
1000 0,0231 4,30
2 = = 9,9330 /
10,0
1000 0,0231 3,40
3 = = 7,8540 /
10,0
1000 . (. 0,05)
=
.
1000 0,0231 (8,20 0,05)
1 = = 18,8265 /
10,0
1000 0,0231 (8,30 0,05)
2 = = 19,0575 /
10,0
1000 0,0231 (8,10 0,05)
3 = = 18,5955 /
10,0

8. Kadar Rata-Rata
8,3160 + 9,9330 + 7,8540
1% =
3
1% = 8,701 /
1% = 8,70 /
18,8265 + 19,0575 + 18,5955
=
3
= 18,8265 /
= 18,83 /
8. Kesimpulan
Dalam sampel No. 8 yang diperiksa, kadar Alkalinitas sampel terhadap PP 1% adalah
8,70 mgrek/L.
Dalam sampel No. 8 yang diperiksa kadar Alkalinitas terhadap MO adalah 18,83
mgrek/L.

16
BAB V
CHLORIDA

Klorida adalah ion dari atom unsur klorin. Klorin sendiri adalah atom dengan muatan ion
negatif yang mudah berikatan dengan unsur lain dengan pelepasan ion klorida membentuk
berbagai ikatan senyawa seperti potasium klorida atau sodium klorida (garam).Klorin secara
alami berbentuk gas yang beracun yang larut oleh air, baik dalam alam maupun tubuh
manusia, umumnya dalam wujud klorida. Kadar klorida dalam tubuh sekitar 0,15%dari berat
total tubuh dan utamanya ditemukan dengan sodium. Kurang dari 15% dari total klorida
dalam tubuh berada di dalam sel dengan konsentrasi terbesar terdapat pada sel darah merah.
Sebagai salah satu elektrolit penting, klorida bekerja sama erat dengan sodium dan
hidrogen (dalam bentuk hidroklorida) menghantarkan cairan tubuh. Dengan demikian klorida
berfungsi sebagai distribusi cairan tubuh serta menjaga keseimbangan kation (ion positif) dan
anion (ion negatif) dalam jaringan tubuh. Klorida mudah diserap di usus kecil dan
disingkirkan juga dengan mudah oleh organ ginjal. Apabila kondisi memerlukan klorida,
ginjal dapat menyimpannya guna menjaga keseimbangan dan regulasi kadar keasaman tubuh.
Klorida bersama potasium juga ditemukan dalam sistem pernafasan manusia. Berkeringat
berlebihan yang bisa membuang potasium tubuh juga ternyata mengurangi kadar klorida
secara signifikan. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya defisiensi potasium dan klorida secara
bersamaan.
Klorida paling mudah ditemukan dalam bentuk garam yang kita konsumsi dari makanan
ataupun tambahan garam waktu kita mengolah makanan. Garam dapur memiliki kandungan
klorida yang sangat tinggi, sekitar 6x lebih besar dari kebutuhan minimal klorida manusia
sudah dicukupi oleh keberadaan garam dalam pola makan normal sehari-hari.
Klorida terdapat dalam setiap air minum dan sumber air. Pada umumnya sebagai garam
netalik. Apabila dalam air minum terdapat natrium dan konsentrasi khlorida sebesar 200
mg/L, maka akan menyebabkan rasa air menjadi pahit. Penggunaan zeolit (zat penurun
kesadahan air) didalam sabun dapat menyebabkan khlorida dalam jumlah besar didalam air
limbah.
Klorida didalam air ada dalam bentuk terikat atau bebas sebagai ion Cl-. Penetapan
khlorida sangat penting untuk penetapan zat organik selain itu kandungan khlorida yang
tinggi didalam air dapat menyebabkan rasa asin dan endapan korosif pada peralatan masak
dan dapat merusak pipa-pipa air juga dapat mematikan tanaman. Pada umumnya air buangan
mengandung khlorida lebih tinggi dibandingkan dengan air tanah karena sudah
17
terkontaminasi, konsentrasi khlorida maksimum menurut SNI 06-6989.22-2004 adalah 300
mg/L ppm. Ketetapan ini hanyalah untuk mencegah perubahan rasa air dan bukan sebagai
pencegah bahaya fisik.
Untuk menghitung kadar khlorida dalam sampel air digunakan metode Mohr dengan
titrasi argentometri. Dalam titrasi argentometri digunakan larutan natrium klorida (NaCl)
sebagai larutan baku primer dan larutan AgNO3 sebagai larutan baku sekundernya. Titrasi ini
didasarkan pada pengendapan yang terbentuk antara ion Cl- dengan Ag+, sehingga
menghasilkan perubahan warna dari warna kuning menjadi merah bata.

18
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA AIR
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA

Surakarta, 21 Oktober 2017


A. Sampel No. 8
B. Kimia Air
Data titrasi kimia air
No. Bahan / Zat Vol. Sampel Lar. Standar Vol. Titran Paraf
1 Chlorida 10,0 mL AgNO3 0,0095 N 9,40 mL
2 Chlorida 10,0 mL AgNO3 0,0095 N 9,40 mL
3 Chlorida 10,0 mL AgNO3 0,0095 N 9,40 mL
Pengenceran Sampel: -
C. Data Pembakuan (Standarisasi)
Prosedur Standarisasi
1. Pipet 10,0 ml NaCl 0,0100 N masukan dalam Erlenmeyer
2. Tambahan 2 3 tetes indikator K2CrO4
3. Titrasi dengan AgNO3 standar hingga terbentuk endapan coklat merah

Berat (gram) Pemipetan


Vol. Titran
No. Bahan / Zat Dilarutkan NaCl Paraf
(AgNO3 .........N)
dalam 1 Liter 0,0100 N
1 10,0 mL 10,60 mL
NaCl 0,0100 N
2 BM = 58,44 , , 10,0 mL 10,80 mL

Val = 1
3 = 0,5844 gr/L 10,0 mL 10,50 mL
Rata Rata Vol. Titran 10,55 mL

Perhitungan Pembakuan

1. Normalitas/Molaritas Standar Primer (NaCl)



=

0,5844 1
=
58,44
= 0,0100

19
2. Normalitas/Molaritas Standar Sekunder (AgNO3)
N (NaCl) 1 = 0,0100 N
V (NaCl) 1 = 10,0 mL
N (AgNO3) 2 = ?
V (AgNO3) 2 = 10,55 mL

1 1 = 2 2
0,0100 10,0 = 2 10,55
2 = 0,0095

20
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA AIR
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA

Surakarta, 24 Oktober 2017


Sampel No. 8
1. Penetapan Kadar
Chlorida
2. Metode
Argentometri Mohr
3. Prinsip Penetapan
Pada suasana netral K2CrO4 dapat menjadi indicator pada titik akhir titrasi AgNO3 dengan
Chlorida. AgCl akan terendapkan secara kuantitatif sebelum terbentu Ag2CrO4 yeng
mengendap coklat merah.
4. Reaksi Kimia
Cl- + AgNO3 AgCl putih + NO3
K2CrO4 + 2 AgNO3 Ag2CrO4 coklat merah + NO3
5. Prosedur Pemeriksaan Sampel
a. Pipet 10,0 mLl sampel air, masukkan dalam Erlenmeyer
b. Tambahkan 2-3 tetes indicator K2CrO4
c. Titrasi dengan larutan AgNO3 0,0095 N sampai terbentuk endapan coklat merah
Indikator yang dipakai : K2CrO4 (Kalium Kromat) rentang pH 7.0-10.0
Perubahan Warna : larutan kuning menjadi endapan coklat merah
6. Data Percobaan
No. Bahan / Zat Vol. Sampel Lar. Standar Vol. Titran
1 Chlorida 10,0 mL AgNO3 0,0095N 9,40 mL
2 Chlorida 10,0 mL AgNO3 0,0095N 9,40 mL
3 Chlorida 10,0 mL AgNO3 0,0095N 9,40 mL

7. Perhitungan Kadar
Kesetaraan = 1ml AgNO3 0,3546 Cl-
1000 3,546
=
. 0,1

21
1000 (9,40 0,0095) 3,546
1 = = 316,6578 /
10,0 0,1
1000 (9,40 0,0095) 3,546
2 = = 316,6578 /
10,0 0,1
1000 (9,40 0,0095) 3,546
3 = = 316,6578 /
10,0 0,1

8. Kadar Rata-Rata
316,6578 + 316,6578 + 316,6578
=
3
= 316,6578 /
= 316,66 /

9. Kesimpulan
Dalam sampel No. 8 yang diperiksa, kadar Chlorida sampel adalah 316,66 mg/L.

22
BAB VI
KESADAHAN

Kesadahan atau hardnees adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air.
Penyebabnya air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+. Air sadah adalah
air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar
mineral yang rendah. penyebanya air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+,
Mg2+. Atau dapat juga di sebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam
bervariasi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan
bikarbonat dalam jumlah kecil. Air sadah banyak di jumpai di daerah pegunungan kapur atau
di daerah pesisir pantai. Jenis sumber air yang banyak mengandung sadah adalah air tanah
khususnya air tanah dalam.
Kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan sabun, dimana sabun diendapkan
oleh ion-ion Ca2+dan Mg2+ (khususnya Ca2+), maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat /
karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ionCa2+dan Mg2+, yang
dinyatakan sebagai CaCO3. Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium
dikenal sebagai air sadah,atau air yang sukar untuk dipakai mencuci(Atastina. dkk,
2005:1).
Air sadah tidak baik untuk mencuci karena ion-ion Ca2+dan Mg2+ akan berikatan
dengan sisa asam karboksilat pada sabun dan membentuk endapan sehingga sabun tidak
berbuih.

Sifat Kesadahan
Terdapat dua sifat kesadahan, yakni sebagai berikut:
1. Kesadahan sementara
Kesadahan sementara merupakan kesadahan yang mengandung ion bikarbonat
(HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat
(Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2) Air yang mengandung ion
atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah sementara karena kesadahannya dapat
dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau
Mg2+. Dengan jalan pemanasan senyawa-senyawa tersebut akan mengendap pada dasar
ketel.

23
Reaksinya:
Ca(HCO3)2 dipanaskan CO2 (gas) + H2O (cair) + CaCO3 (endapan) Mg(HCO3)2
dipanaskan CO2 (gas) + H2O (cair) + MgCO3 (endapan)

2. Kesadahan Tetap
Kesadahan tetap adalah kesadahan yang mengadung anion selain ion bikarbonat,
misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi
berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4),
magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat
(MgSO4). Air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap,
karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Untuk
membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan dengan cara kimia, yaitu
dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu.
Kesadahan tetap dapat dikurangi dengan penambahan larutan soda- kapur (terdiri dari
larutan natrium karbonat dan magnesium hidroksida) sehingga terbentuk endapan kaslium
karbonat (padatan/endapan) dan magnesium hidroksida (padatan/endapan) dalam air.
Ketika kesadahan kadarnya adalah lebih besar dibandingkan penjumlahan dari kadar
alkali karbonat dan bikarbonat, yang kadar kesadahannya eqivalen dengan total kadar
alkali disebut kesadahan karbonat; apabila kadar kesadahan lebih dari ini disebut
kesadahan non-karbonat.
Ketika kesadahan kadarnya sama atau kurang dari penjumlahan dari kadar alkali
karbonat dan bikarbonat, semua kesadahan adalah kesadahan karbonat dan kesadahan
nonkarbonat tidak ada. Kesadahan mungkin terbentang dari nol ke ratusan miligram per
liter, bergantung kepada sumber dan perlakuan dimana air telah subjeknya.

Proses Pelunakan Air Sadah


Proses pelunakan air sadah dikenal sebagai suatu proses yang bertujuan untuk
mengurangi kandungan kapur dalam air. Pelunakan air sadah adalah pengurangan ion-ion
penyebab utama kesadahan yaitu kalsium dan magnesium sehingga tidak mengganggu lagi.
Selain kalsium dan magnesium ion-ion strontium, besi, barium,dan mangan juga berperan
sebagai penyebab kesadahan. Pelunakan air bertujuan untuk mencegah pemakaian sabun
lebih banyak dan juga berfungsi mencegah terbentuknya kerak pada dinding pipa yang
disebabkan oleh endapan kalsium karbonat (CaCO3).
1. Proses pelunakan air melalui pengendapan

24
Pada proses ini keadaan harus dibuat sedikit jenuh, karena dalam keadaan tidak jenuh
terjadi reaksi yang mengakibatkan karat terhadap pipa.Kerak tipis akibat keadaan sedikit
jenuh itu justru melindungi dinding dari kontak dengan air yang tidak jenuh (agresif). Ion
Mg2+ akan bereaksi dengan OH- membentuk garam yang terlarut sampai batas kejenuhan
dan mengendap sebagai Mg(OH)2 bila titik kejenuhan dilewati.
Proses pengendapan dapat dipercepat dengan menggunakan tawas. Tawas
menurunkan pH larutan dan merubah perbandingan CO2n/HCO3-, sehingga diperlukan
tambahan untuk menetralkan larutan tersebut. Pengendapan air sadah dapat juga
dilakukan dengan menggunakan soda (Na2CO3) dan kapur Ca(OH)2, sehingga ion-ion
Ca2+ dan Mg2+ dapat diendapkan.

2. Proses pelunakan melalui pertukaran ion


Bahan yang digunakan dalam proses terdiri dari zeolit atau resin sintetik yang
dimasukkan kedalam suatu kolom dimana air sadah dialirkan melalui senyawa
tersebut.Zeolit adalah senyawa zat kimia alumino-silikat berhidrat dengan kation
natrium,kalium dan barium. Salah satu sifat Zeolit adalah mudah melepas kation dan
diganti dengan kation lainnya, misal zeolit melepas natrium dan digantikan dengan
mengikat kalsium atau magnesium. Sifat ini yang menyebabkan zeolit dimanfaatkan
untuk melunakkan air sadah.
Proses pelunakan kesadahan dengan zeolit berlangsung sangat cepat (10-20 menit)
dan dengan efisiensi tinggi. Namun demikian proses ini mempunyai keterbatasan-
keterbatasan seperti, tidak dapat dilakukan bersamaan dengan proses lain, air baku tidak
boleh keruh, instalasi dan operasi rumit mungkin pula harganya mahal.

3. Proses pemanasan, untuk mengurangi kesadahan sementara


Proses pemanasan hanya untuk menurunkan kesadahan yang sifatnya sementara, dan
dapat diterapkan dalam skala rumah, seperti merebus air sampai mendidih Semakin lama
pemanasan setelah air mendidih, dan penyimpanan air yang mendidih dalam thermos,
penurunan kesadahan akan semakin besar. Untuk membersihkan kerak/endapan dalam
thermos dapat diatasi dengan pemberian/perendaman dengan larutan garam dapur (NaCl)
jenuh.

25
Keuntungan yang dapat diperoleh dari air sadah sebagai berikut :
Mempunyai rasa yang lebih baik daripada air lunak.
Menyediakan kalsium yang diperlukan tubuh, misalnya untuk pembentukan gigi dan
tulang.
Senyawa timbal (dari pipa air) lebih sukar larut dalam air sadah. Timbal merupakan
racun bagi tubuh.

Kerugian yang ditimbulkan air sadah sebagai berikut :


Memboroskan sabun
Scum dapat meninggalkan noda pada pakaian, sehingga pakaian menjadi kusam.
Menimbulkan batu ketel
Batu ketel adalah sejenis karang yang terbentuk pada dasar ketel. Adanya batu ketel
mengakibatkan penghantaran panas dari ketel ke air berkurang, sehingga akan
memboroskan penggunaan bahan bakar. Selain itu, batu ketel dapat menyumbat pipa
saluran air panas, misalnyapada radiator.
Dalam tubuh, kesadahan yang tinggi bisa menghasilkan endapan Ca oksalat yang
mengendap pada ginjal/saluran ginjal.

26
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA AIR
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA

Surakarta, 28 Oktober 2017

A. Sampel No. 8
B. Kimia Air
Data titrasi kimia air
No. Bahan / Zat Vol. Sampel Lar. Standar Vol. Titran Paraf
1 Kesadahan Total 10,0 mL Na2EDTA 0.0147 N 7,20 mL
2 Kesadahan Total 10,0 mL Na2EDTA 0.0147 N 7,30 mL
3 Kesadahan Total 10,0 mL Na2EDTA 0.0147 N 7,30 mL
Pengenceran Sampel: -
C. Data Pembakuan (Standarisasi)
Prosedur Standarisasi
1. Pipet 10,0 ml ZnSO4.7H2O 0,0100 N masukan dalam Erlenmeyer
2. Tambahan 2ml buffer pH 10
3. Tambahan 3 tetes indikator EBT
4. Titrasi dengan Na2EDTA standar dari merah anggur menjadi biru terang

Berat (gram) Pemipetan


Vol. Titran
No. Bahan / Zat Dilarutkan ZnSO4.7H2O Paraf
(Na2EDTA ....N)
dalam 1 Liter 0,0100 N
1 ZnSO4.7H2O 10,0 mL 6,80 mL

0,0100 M
2 , , 10,0 mL 6,80 mL
BM = 246,48
= 2,4648 gr/L
3 Val = - 10,0 mL 6,80 mL
Rata Rata Vol. Titran 6,80 mL

Perhitungan Pembakuan

1. Normalitas/Molaritas Standar Primer (ZnSO4.7H2O)



=

2,4648
=
246,48

27
= 0,0100

2. Normalitas/Molaritas Standar Sekunder (Na2EDTA)


M (ZnSO4.7H2O) 1 = 0,0100 M
V (ZnSO4.7H2O) 1 = 10,0 mL
M (Na2EDTA) 2 = ?
V (Na2EDTA) 2 = 6,80 mL

1 1 = 2 2
0,0100 10,0 = 2 6,80
2 = 0,0147

28
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA AIR
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA

Surakarta, 31 Oktober 2017

Sampel No. 8

1. Penetapan Kadar
Kesadahan Total
2. Metode
Kompleksometri
3. Prinsip Penetapan
Kadar kesadahan total ditentukan dengan cara titrasi langsung menggunaan Na2EDTA
pada pH 10 menggunakan indicator EBT.
4. Reaksi Kimia
Ca2+/Mg + EBT Ca/MgEBT
Ca/MgEBT + EDTA Ca/MgEDTA + EBT
5. Prosedur Pemeriksaan
a. Pipet 10,0 mL sampel air, masukkan dalam Erlenmeyer
b. Tambahkan 2ml buffer pH 10
c. Tambahkan 2 3 tetes indikator EBT
d. Titrasi dengan larutan Na2EDTA 0,0147 N dari merah anggur menjadi biru terang
Indikator yang dipakai : EBT (Eriochrome Black T) rentang pH 7.0-11.0
Perubahan Warna : merah anggur menjadi biru terang
6. Data Percobaan
No. Bahan / Zat Vol. Sampel Lar. Standar Vol. Titran
1 Kesadahan Total 10,0 mL Na2EDTA 0.0147 N 7,30 mL
2 Kesadahan Total 10,0 mL Na2EDTA 0.0147 N 7,30 mL
3 Kesadahan Total 10,0 mL Na2EDTA 0.0147 N 7,30 mL

7. Perhitungan Kadar
Kesetaraan = 1ml Na2EDTA 100,08 Kesadahan
1000 100,08
=
. 1

29
1000 (7,20 0,0147) 100,08
1 = = 1059,24672 /
10,0 1
1000 (7,30 0,0147) 100,08
2 = = 1073,95848 /
10,0 1
1000 (7,30 0,0147) 100,08
3 = = 1073,95848 /
10,0 1

9. Kadar Rata-Rata
1059,24672 + 1073,95848 + 1073,95848
=
3
= 1069,05456 /
= 1069,06 /

8. Kesimpulan
Dalam sampel No 8 yang diperiksa, kadar kesadahan total sampel adalah 1069,06 mg/L.

30
BAB VII
DO (DISOLVED OXIGEN)

Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari
fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan
dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Untuk mengetahui kualitas
air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia
seperti oksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen ) maka kualitas
air semakin baik.jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang
tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi
Besarnya kandungan oksigen diperairan berhubungan dengan parameter perairan lainnya
seperti apabila suhu tinggi maka kandungan DO turun, apabila tekanan naik maka DO turun,
apabila salinitas naik maka DO turun, dan apabila tingkat kejenuhan perairan naik maka
kandungan oksigen terlarut yang ada pada air akan turun.
Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua
jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga
dibutuhkan untuk oksidasi bahan bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik.
Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas
dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut.
Kecepatan difusi oksigen dari udara tergantung dari beberapa faktor seperti kekeruhan
air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arcs, gelombang dan pasang surut.
bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan
berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaaan, kadar oksigen akan
lebih tinggi, karena adanya proses difusi antar air dengan udara bebas serta adanya proses
fotosintesis.
Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena
proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk
pernapasan dan oksidasi bahan bahan organik dan anorganik. Keadaan oksigen terlarut
berlawanan dengan keadaan BOD, semakin tinggi BOD semakin rendah oksigen terlarut.
Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada lems, stadium dan
aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak. Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum
adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun. Idealnya,
31
kandungan oksigen terlarut dan tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan
sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %.
Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer
(sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Difusi oksigen
dari atmosfer ke dalam air dapat terjadi secara langsung pada kondisi air diam (stagnant) atau
terjadi karena agitasi atau pergolakan massa air akibat adanya gelombang atau ombak dan air
terjun.
Kadar oksigen yang terlarut dalam perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu,
salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude)
serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil. Kadar oksigen
juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada percampuran
(mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah
(effluent) yang masuk ke badan air.
Oksigen terlarut akan menurun apabila banyak limbah, terutama limbah organik, yang
masuk ke perairan. Hal ini dikarenakan oksigen tersebut digunakan oleh bakteri-bakteri
aerobik dalam proses pemecahan bahan-bahan organik yang berasal dari limbah yang
mencemari perairan tersebut

32
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA AIR
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA

Surakarta, 4 November 2017

A. Sampel No. 8
B. Kimia Air
Data titrasi kimia air
No. Bahan / Zat Vol. Sampel Lar. Standar Vol. Titran Paraf
1 DO 115,76 mL Na2S2O3 0,0196 N 6,70 mL
2 DO 115,76 mL Na2S2O3 0,0196 N 6,70 mL
Vol Tabung Winkler : 119,76 mL
Vol Sampel : 117,7 4 = 115,76 mL
Pengenceran Sampel: -
C. Data Pembakuan (Standarisasi)
Prosedur Standarisasi
1. Pipet 10,0 mL KIO3 0,0200 N masukan dalam Erlenmeyer
2. Tambahan 4 mL H2SO4 (2N)
3. Tambahkan 10 mL KI, tutup plastik
4. Titasi dengan larutan standar Na2S2O3 sampai warna kuning pucat
5. Tambahan 2 mL indikator amylum 1%, buka plastik
6. Titrasi dengan Na2S2O3 jstandar sampai warna biru hilang

Berat (gram) Pemipetan


Vol. Titran
No. Bahan / Zat Dilarutkan KIO3 Paraf
(Na2S2O3 ....N)
dalam 1 Liter 0,0200 N
1 10,0 mL 10,10 mL
KIO3 0,0200 N
2 BM = 214 , 10,0 mL 10,20 mL

Val = -6
3 = 0,7133 gr/L 10,0 mL 10,30 mL
Rata Rata Vol. Titran 10,20 mL

33
Perhitungan Pembakuan

1. Normalitas/Molaritas Standar Primer (KIO3)



=

0,7133
= 6
214
= 0,0200

2. Normalitas/Molaritas Standar Sekunder (Na2EDTA)


N (KIO3) 1 = 0,0200 N
V (KIO3) 1 = 10,0 mL
M (Na2S2O3) 2 = ?
V (Na2S2O3) 2 = 10,20 mL

1 1 = 2 2
0,0200 10,0 = 2 10,20
2 = 0,0196

34
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA AIR
PRODI D III ANALIS KESEHATAN
STIKES NASIONAL SURAKARTA

Surakarta, 7 November 2017

Sampel No. 8

1. Penetapan Kadar
DO (Disolved Oxigen) / Oksigen Terlarut
2. Metode
Iodometri
3. Prinsip Penetapan
Penambahan larutan Mn2+ kedlam sampel pada suasana basa kuat dan adanya onsigen
terlarut akan mengosidasi secara cepat sejumlah ekivalen Mn(OH)2 yang terdispresi akan
menjadi MnO2 dengan valensi tinggi, adanya ion I- akan mengoksidasi MnO2 menjadi
Mn(OH)2 yang bervalensi (II), kelebihan I2 dititrasi dengan larutan standar
Na2S2O3menggunnaan indicator amylum 1%
4. Reaksi Kimia
MnCI2 + NaOH ==> Mn(OH)2 + 2 NaCI
Mn(OH)2 + O2==> 2 MnO2 + 2 H20
MnO2 + 2 KI + 2 H2O ==>Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH
I2 + 2 Na2S2O3==>Na2S4O6 + 2 NaI
5. Prosedur Pemeriksaan
a. Bilas botol winkler/ erlenmeyer tutup asah dengan sedikit sampel
b. Isi botol dengan sampel sampai penuh, tutup dengan tutup kaca, bolak-balik
c. Tambahkan 2,0 mL MnSO4 20%
d. Tambahkan 2,0 mL reagen O2
e. Ganti tutup kaca dengan plastic yang diikat karet, bolak-balik botol, biarkan 10menit
ditempat gelap
f. Tuang 2/3 isi botol winkler ke Erlenmeyer dan tutup dengan tutup plastik, 1/3 isi
yang ada pada botol winkler juga ditutup plastik.
g. Pada botol winkler tambahkan 2 mL H2SO4 (P.A) dan 10 mL KI, tutup kembali
dengan plastik

35
h. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,0196 N sampai warna kuning pucat
i. Tambahkan 2 mL indikator amylum 1%
j. Lanjutkan titrasi sampai wana biru tepat hilang
k. Lakukan langkah g-j pada sampel yang berada di Erlenmeyer tanpa meng0 buret
terlebih dahulu
Indikator yang dipakai : Amylum 1%
Perubahan Warna : biru menjadi tidak berwarna
6. Data Percobaan
No. Bahan / Zat Vol. Sampel Lar. Standar Vol. Titran
1 DO 115,76 mL Na2S2O3 0,0196 N 6,70 mL
2 DO 115,76 mL Na2S2O3 0,0196 N 6,60 mL

7. Perhitungan
8000
=
.
(6,70 0,0196) 8000
1 = = 9,0753282654 /
115,76
(6,60 0,0196) 8000
2 = = 8,9398756047 /
115,76
8. Kadar Rata-Rata
9,0753282654 + 8,9398756047
=
2
= 9,007601935 /
= 9,01 /
9. Kesimpulan
Dalam sampel No. 8 yang diperiksa, kadar Oksigen terlarut sampel adalah 9,01 mg/L.

36
DAFTAR PUSTAKA

Keenan, Charles. W. et. al. 1991. Ilmu Kimia UniversitasErlangga. Jakarta

Day, Underwood 1999. Analisis Kimia kuantitatif. Edisi VI. Erlangga. Jakarta

Harjadi, W 1990. Ilmu Kimia AnalitikDasar. Gramedia. Jakarta.

Irfab, Anshory. 2000.Ilmu Kimia. Erlangga: Jakarta

Paramita, 2009. Paramita. Kamus Kimia, BumiAksara, Jakarta.

Syanas, 2002. Kimia Analitik. EGC. Jakarta.

Syukir, 1999. Kimia Dasar 2. Bandung. ITB.

Khopkar, S.M. 1990. KonsepDasar Kimia Analisa. Jakarta. Universitas Indonesia Pers

Basset,J et al. 1994. Buku Ajar Vogel; Kimia AnalisisKuantitatifAnorganik.


PenerbitBukuKedokteran ECG. Jakarta

iii
LAMPIRAN

1. Daftar Indikator Titrasi

iv
2. Alat-Alat
No. Gambar Nama Alat Fungsi

Digunakan pada
1 Botol Winkler pemeriksaan
Oksigen terlarut.

Digunakan untuk
tempat larutan
2 Buret
standar sekunder
untuk titrasi.

v
Digunakan untuk
memindahkan
3 Corong
cairan dari becker
glass ke buret.

Digunakan untuk
tempat cairan,
4 Becker Glass baik larutan
standar maupun
sampel.

Digunakan untuk
mengukur
5 Gelas Ukur indikator maupun
larutan yang akan
digunakan.

vi
Digunakan untuk
membuat larutan
6 Labu Takar standar primer
yang akan
digunakan.

Digunakan untuk
memipet sampel
7 Pipet Volume atau larutan
standar secara
tepat.

Digunakan untuk
8 Erlenmeyer tempat titrasi atau
mereaksikan.

Digunakan untuk
menghisap sampel
atau larutan
9 Rubber Bulp
standar dengan
menggunakan
pipet volume.

vii
3. Proses Titrasi

Gambar - Cara Titrasi

Hasil Titran Argentometri Mohr

Hasil Titran Alkalimetri

viii

Anda mungkin juga menyukai