Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

PERCOBAAN IV
HEMOLISIS

OLEH

NAMA : ERNITA
STAMBUK : F1D1 15 019
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN PEMBIMBING : SULHADANA

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Darah juga dikategorikan sebagai jaringan penyambung terspesialisasi

(plasma) yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu plasma darah dan unsur-unsur

struktural darah. Plasma darah adalah bagian darah yang mengandung larutan

elektrolit dan protein sedangkan unsur-unsur struktural darah adalah bagian darah

yang bukan berupa cairan yang terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Darah

juga mengatur keseimbangan pH di dalam tubuh, mengatur keseimbangan air di

dalam tubuh, mengatur suhu tubuh, sebagai pertahanan terhadap infeksi, dan transpor

hormon dalam pengaturan metabolisme dan transpor metabolit.

Enzim sel darah merah umumnya memiliki membran sel yang dapat memiliki

berfungsi bermacam terhadap sel darah itu sendiri. Fungsi membran sel salah satunya

adalah sebagai barier semipermeabel yang memungkinkan molekul berukuran kecil

dapat keluar masuk keadalam sel. Sel darah merah dalam berbagai kondisi larutan

memiliki karakteristik yang berbeda pada kondisi larutan yang berbeda. Kondisi

yang berbeda bergantung pada permeabilitas membran sel terhadap lingkungannya.

Kondisi lingkungan merupakan hal yang penting bagi darah, dalam

keadaan tertentu darah dapat mengalami berbagai proses perubahan kimiawi karena

kondisi larutan atau cairan yang berada di sekelilingnya. Darah

berada dalam lingkungan yang hipotonis maka darah akan mengalami hemolisis,

sedangkan bila darah berada dalam lingkungan yang hipertonis maka darah akan
mengalami krenasi. Hemolisis adalah kerusakan atau penghancuran sel darah

merah karena gangguan integritas membran sel darah merah yang menyebabkan

pelepasan hemoglobin. Krenasi yaitu peristiwa berkerutnya sel darah merah

diakibatkan sitoplasmanya etrtarik keluar sel karena perbedaan tekanan osmosis

dalam sel dan diluar sel. Berdasarkan uraian di atas maka dilaksanakan praktikum

hemolisis.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat pada praktikum ini adalah bagaimana cara

mendemonstrasikan peristiwa hemolisis dan krenasi?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah untuk mengetahui cara

mendemonstrasikan peristiwa hemolisis dan krenasi.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah dapat mengetahui

cara mendemonstrasikan peristiwa hemolisis dan krenasi.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sel Darah Merah

Sel-sel darah merah merupakan suatu bentuk kompleks khelat yang dibentuk

oleh logam Fe (besi) dengan gugus haemo dan globin sintesa dari kompleks tersebut

melibatkan 2 enzim, yaitu enzim ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidrase) atau asam

amino levulinat dehidrase dan enzim ferrokhelatase. Enzim ALAD adalah enzim jenis

sitoplasma. Enzim ini akan bereaksi secara aktif pada tahap awal sintesa dan selama

sirkulasi sel darah merah berlangsung. Sistim hematopoetik sangat peka terhadap efek

Pb. Efek hematotoksisitas Pb adalah menghambat sebagian besar enzim yang

berperan dalam biosintesa heme. Enzim yang terlibat dalam heme, enzim

aminolevulinik acid dehydrogenase (-ALAD) dan ferrochelatase termasuk enzim

yang paling rentan terhadap efek penghambatan Pb (Novianti, 2006).

Eritrosit mempunyai membran sel yang bersifat permeabel selektif terhadap

lingkungan sekelilingnya (misalnya cairan) yang berada diluar eritrosit, dan

mempunyai batas-batas fisiologis terhadap tekanan osmosis dari luar eritrosit.

Tonisitas eritrosit babi sangat penting diketahui karena erat kaitannya dengan terapi

infus pada hewan sakit atau kekurangan cairan. Untuk mengetahui tonisitas dari

eritrosit, maka dilakukan uji fragilitas/uji hemolisis. Fragilitas eritrosit merupakan

reaksi membran eritrosit untuk melawan tekanan osmosis media di sekelilingnya,

untuk mengetahui berapa besar fragilitas atau kerapuhan dinding eritrosit dapat

diketahui dengan menaruh eritrosit dalam berbagai larutan (biasanya NaCl) dengan
tekanan osmosis yang beragam. Konsentrasi larutan dengan tekanan osmosis tertentu

akan menyebabkan lisis eritrosit ().

B. Hemolisis dan Krenasi

Osmosis memainkan peranan yang sangat penting pada tubuh mahluk hidup,

misalnya pada membran sel darah merah. Sel darah merah jika dimasukkan dalam

suatu larutan hipertonik lebih pekat, air yang terdapat dalam sel darah akan ditarik

keluar dari sel sehingga sel mengerut dan rusak. Peristiwa ini disebit krenasi,

sebaliknya jika sel darah merah dimasukkan dalam larutan yang hipertonik lebih

encer, air dari larutan tersebut akan ditarik masuk ke dalam sel adarh sehingga sel

mengembang dan pecah, proses ini disebut hemolisis. Orang yang mengonsumsi

terlalu banyak makanan berkadar garam tinggi, jaringan sel dan jaringan antarselnya

akan mengandung banyak air yang akan menyebabkan pembengkakan tubuh yang

disebut edemia (Aryuliana, dkk., 2004).

Medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis karena penambahanlarutan

NaCl hipotonis medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam

eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit

menggembung dan akan mengalami hemolisis. Sebaliknya bila eritrosit berada pada

medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar

eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput atau krenasi. Hemolisis maksimum

eritrosit terjadi pada konsentrasi NaCl yang samadan hasilnya menunjukkan bahwa
eritrosit merespon dengan solusi hipotonik sebelum dilakukan transportasi (Damanik,

dkk., 2014).

Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit sehingga hemoglobin bebeas ke

dalam medium sekelilingnya. Kerusakan membran eritrosit dapat di sebabkan oleh

antara lain pemberian larutan hipotonis dalam darah, penurunan tekanan permukaan

membrane eritrosit, zat atau unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh

karena ketuaan dalam sirkulasi darah. Medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis,

misalnya karena penambahan larutan NaCl hipotonis, cairan akan masuk ke dalam

eritrosit melalui membrane eritrosit yang bersifat semipermeabel, dan menyebabkan

sel eritrosit menggembun, selanjutnya dapat menyebabkan sel eritrosit pecah,

akibatnya hemoglobin akan bebas dalam medium sekelilingnya (Siswanto, dkk.,

2014).

D. Gejala Akibat Hemolisis

Penurunan kadar hemoglobin akan mengakibatkan anemia. Hemolisis dapat

terjadi perlahan-lahan, sehingga dapat diatasi oleh mekanisme kompensasi tubuh,

tetapi dapat juga secara tiba-tiba sehingga segera menurunkan kadar hemoglobin.

Peningkatan hasil pemecahan eritrosit dalam tubuh. Hemolisis berdasarkan tempatnya

dapat diabagi menjadi hemolisis ekstravaskuler dan hemolisis intravaskuler.

Hemolisis ekstravaskuler terjadi pada sel makrofag dari sistem retikulo endothelium

terutama pada lien, hepar, dan sumsum tulang belakang karena sel ini mengandung

enzim heme orygenase. Lisis terjadi karena kerusakan membran, presipitasi


hemoglobin dalam sitoplasma dan menurunnya fleksibilitas eritrosit. Hemolisis

intravaskuler menyebabkan lepasanya hemoglobin bebas ke dalam plasma.

Hemoglobin bebas ini akan diikat hepatoklobinsehingga kadar hepatoglobin plasma

akan menurun. Kapasitas hepatoglobin dilampaui maka terjadilah hemoglobin bebas

dalam plasma yang disebut sebagai hemoglobinemia (Handayani, dkk., 2005).


DAFTAR PUSTAKA

Aryuliana, D., Muslim, C., Manaf, S., dan Winarni, E., 2004, Biologi 2, Erlangga,
Jakarta.

Damanik, M.N.V., Siswanto, Sulabda, I.Y., 2014, Hemolisis Eritrosit Babi Landrace
Jantan yang Dipotong di Rumah Pemotongan Hewan Pesanggaran
Denpasar, Jurnal Indonesia Medicus Veterinus, 3(3): 238

Handayani, Haribowo, W., dan Sulistyo, A., 2005, Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Novianti, T., 2006, Analisis Kolerasi Ativitas Masyarakat Perkotaan Pengguna


Kendaraan Bermotor dengan Jumlah Sel Darah Merah yang Mengalami
Hemolisis, Indonesian Journal Of Nurzing Health Science, 1(1): 12

Siswanto, Sulabda, I.Y., dan Soma, I.G., 2014, Keperluan Sel Darah Merah Sapi Bali,
Jurnal Veteriner, 15(1): 64-67
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 8 Oktober, pada pukul

07:30-09:10 WITA dan bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Kegunaan


No. Nama Alat Kegunaan
1 2 3
1. Tabung uji Untuk tempat mencampurkan larutan
2. Blod lanset Untuk mengambil sampel darah
3. Kaca objek Untuk menempatkan objek pengamatan
4. Kaca penutup Untuk menutup objek saat pengamatan
5. Kamera Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan
6. Mikroskop Untuk mengamati objek pengamatan
Kertas putih Sebagai latar belakang saat membandingkan
7.
kejernihan larutan sampel
C. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini tercantum dalam Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan Kegunaan


No. Nama Bahan Kegunaan
1 2 3
1. NaCl 0,9% Sebagai larutan uji
2. NaCl 3% Sebagai larutan uji
3. Aquades Sebagai larutan kontrol
4. Sampel darah Sebagai objek pengamatan
5. Tissue Untuk memberishkan alat
6. Air Untuk membersihkan alat
D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Menambahkan 3-5 tetes darah dalam tabung uji yang berisi 2 mL NaCl 0,9%

3. Menambahkan 3-5 tetes darah dalam tabung uji kedua berisi 2 mL aquades.

4. Menambahkan 3-5 tetes darah dalam tabung uji ketiga berisi 2 ml NaCl 3%.

5. Membandingkan kecerahan dari ketiga larutan dalam tabung tersebut dengan

mengamatinya dengan latar belakang kertas putih.

6. Mengambil sampel larutan dari masing-masing tabung uji dengan pipet,

meneteskan pada masing-masing pada kaca objek yang bersih.

7. Menutup dengan kaca penutup dan mengamati di bawah mikroskop dengan

perbesaran tinggi.

8. Mendokumentasikan penampakan sel darah merah pada ketiga preparat yang

diamati

Anda mungkin juga menyukai