ABSTRACT
The water content is one very important characteristic in food, water can
affect the appearance, texture and taste of food. High water levels resulted perishable
foodstuffs for the growth of bacteria, molds and yeasts. Practicum aims to determine
the amount of water in the samples tested. The method used in the analysis of water
content is thermogravimetri method to sample the low moisture content (dry), and
methods for sample thermovolumetri onion and sauce.
Based on the results of lab work that has been done moisture content (wb) and
(db) on banana flour is 8.26% and 9,005%, the water content of the cookies is 2.91%
(wb) and 2,995% (db), the water content of biscuits is 2:59% (wb ) and 2.65% (db),
kadra water on the chips is 1.59% (wb) and 1.61% (db), and the average water
content egg noodles is 11.89% (wb) and 13.49% (db). The average moisture content
of onion and sauce was 75.2% and 39.455%.
Keywords: Water content, Thermogravimetri, Thermovolumetri
PENDAHULUAN
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar
air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan
kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen (Syarief, 1993). Proses
pengeringan air yang terkandung dalam bahan tidak dapat seluruhnya diuapkan
(Kusumah, 1989).
Kadar air merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan
pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa bahan
pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet
bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri,
kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada
bahan pangan (Winarno, 2000).
Kadar air perlu diukur untuk menentukan umur simpan suatu bahan pangan.
Dengan demikian, suatu produsen makanan olahan dapat langsung mengetahui umur
simpan produknya tanpa harus menunggu sampai produknya busuk.
Metode yang digunakan dalam menentukan kadar air pada praktikum kali ini
adalah metode thermogravimetri dan metode destilasi (Azeotroph). Prinsip kerja
thermogravimetri yaitu menguapkan air dari bahan dengan cara memberikan energy
panas pada suhu tertentu, kehilangan bobot selama penguapan merupakan jumlah dari
kadar air bahan tersebut. Metode destilasi menggunakan pelarut yang tidak
bercampur dalam air dan mempunyai titik didih sedikit diatas titik didih air, sehingga
ketika dilakukan destilasi, air akan terkumpul dan jatuh dalam tabung Aufhauser. Hal
ini dapat terjadi karena berat jenis air lebih besar dari pada berat jenis pelarut.
Pengukuran kandungan air dalam bahan pangan dilakukan dengan cara
diantaranya cara titrasi, destilasi dan gravimetrik yang bertujuan untuk memberikan
batasan minimal atau rentang besarnya kandungan air dalam bahan, dimana nilai
maksimal atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurniaan dan
kontaminasi (Ditjen POM, 2000). Air yang terukur dalam pengukuran kadar air ini
adalah air bebas dan air teradsorbsi (Legowo, 2004).
METODOLOGI
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah aufhauser, cawan
alumunium, cawan porselen, desikator, heating mantle, klem x, kondensor, krustang,
labu didih, oven, penjepit cawan, selang, statif, tanur, dan timbangan analitik.
Bahan baku yang digunakan saat praktikum dengan metode thermogravimetri
yaitu biskuit, cookies, keripik, mie telur, dan tepung pisang. Sedangkan bahan
destilasi yaitu bawang merah dan saus. Bahan kimia yang digunakan adalah toluene
dan xylen, yang digunakan untuk menentukan kadar air dengan metode destilasi.
Metode analisis yang dilakukan ada 2 yaitu metode thermogravimetri dan
destilasi. Penentuan kadar air dengan metode thermogravimetri dilakukan dengan
langkah yaitu cawan kosong dipanaskan dalam oven pada suhu 105C selama 10
menit untuk cawan alumunium, dan 20 menit untuk cawan porselen. Kemudian
didinginkan dalam desikator selama 15 menit, tujuannya untuk mencegah terjadinya
penyerapan air dari lingkungan oleh sampel dan mendinginkan cawan sebelum
penimbangan dilakukan, karena penimbangan dengan cawan panas akan
mempengaruhi keakuratan dari neraca analitik tersebut. Selanjutnya ditimbang
sampai diperoleh berat konstan (a), pengkonstanan berat cawan bertujuan untuk
menghilangkan kandungan air yang terdapat pada cawan tersebut. Sebanyak 1-2 gram
sampel halus ditimbang dalam cawan yang telah konstan(b). Kemudian cawan dan
sampel dikeringkan dalam oven bersuhu 105oC selama 5 jam (tergantung oven), dan
didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Setelah itu, cawan dan sampel
ditimbang sampai beratnya konstan/tetap (c). Berat sampel yang konstan
menunjukkan bahwa semua air dalam sampel sudah tidak ada yang dapat diuapkan
lagi.
Langkah selanjutnya kemudian dilakukan perhitungan kadar air sampel yang
meliputi persen kadar air berdasarkan basis kering, persen kadar air berdasarkan basis
basah, dan total solid.
Kadar Air wet basis (% wb) = 100%
Kadar Air dry basis (% db) = 100%
()()
Kadar air (%) = x 100
a = berat awal sampel (g)
b = berat konstan sampel (g)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan kadar air (wb) dan (db)
pada tepung pisang adalah 8.26% dan 9.005%, kadar air pada cookies adalah 2.91%
(wb) dan 2.995% (db), kadar air biskuit adalah 2.59 % (wb) dan 2.65% (db), kadra
air pada keripik yaitu 1,59% (wb) dan 1,61% (db), dan rata-rata kadar air mie telur
adalah 11,89% (wb) dan 13,49% (db). Rata-rata kadar air bawang merah dan saus
adalah 75,2% dan 39,455%. Kenaikan sedikit kandungan air pada bahan kering dapat
mengakibatkan kerusakan, baik akibat reaksi kimiawi maupun pertumbuhan mikroba.
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan segala kenikmatan, baik nikmat iman, kesehatan dan
kekuatan didalam menyusun jurnal ilmiah ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Yana Cahyana, Ibu Tia Amina Setiawati, dan Ibu Elazmanawati
Lembong selaku Dosen Pengampu praktikum. Dan terima kasih kepada asisten dosen
yang telah mau meluangkan waktunya dan berbagi ilmu disela kesibukan.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, D., dan F. Nugroho. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Laboratorium Air. UMS,
Surakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia. Syarat Mutu Kue
Kering (Cookies). SNI 01-2973-1992. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 1995. Tepung Pisang. SNI 01-3841-1995. Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. SNI Keripik Singkong. SNI 01-4305-1996. Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 2000. Standar Nasional Indonesia Mie Instan. SNI 01-
3551-2000. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Ditjen POM. 2000. Komposisi Bahan Makanan Departemen Kesehatan R.I. Bhatara
Karya Aksara, Jakarta.
Kusumah dan Andarwulan. 1989. Prinsip Teknologi Pangan. Rajawali Press, Jakarta.
Legowo, A. M. dan Nurwantoro. 2004.Analisis Pangan. Program Studi Teknologi
Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.
Sudarmadji, S., Bambang H., dan Suhardi. 2010. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Penerbit Angkasa, Bandung.
Sutardi dan R. K. Kapti. 1994. Kajian Penggunaan Pepaya dan Ubi jalar Sebagai
Bahan Campuran Saus Tomat. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Syarief, R. dan H. Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan, Jakarta.
Winarno, F.G . 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Winarno, F.G. 2000. Metode Penelitian. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.