IN HOUSE TRAINING
SEKOLAH KRISNA EFATA GOMBONG
METODE
PEMBELAJARAN
Metode Pembelajaran
Tentu saja berbagai cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk
mengajar di ruang kelas. Namun demikian cara-cara menyampaikan
pelajaran tersebut dipilih guru setelah melalui pertimbangan yang
matang.
Ada pun metode yang cukup rumit antara lain; eksperimen, proyek,
pemecahan masalah, demonstrasi, tugas dan resitasi, dan lain
sebagainya.
Semua metode yang disebutkan di atas bagus untuk diterapkan dalam
pembelajaran. Masalahnya adalah efektivitas dan efisiensi dari
metode yang dipilih. Guru perlu memilih metode yang aplicable,
efektif dan efisien dalam pembelajaran.
1. Karakter siswa
Siswa pada jenjang SD dan SMP atau SMA/K memiliki karakter
berbeda. Perbedaan itu antara lain, latar belakang kemampuan
berpikir, daya serap, minat dan kemauan belajar, dan lain sebagainya.
2. Dinamika kelas
Sebuah kelas memiliki dinamika tersendiri. Kelas yang dihuni banyak
siswa lebih memungkinkan menggunakan metode ceramah, pemberian
tugas, dan tanya jawab. Namun demikian keberhasilan menggunakan
metode ini tergantung pada kemampuan guru mengelola kelas dan
keterampilan berceramah
3. Struktur kurikulum
Metode pembelajaran akan efektif bila disesuaikan dengan struktur
kurikulum dan perencanaan yang telah disusun oleh guru dalam
perangkat mengajar. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai, materi pelajaran dan alokasi waktu yang tersedia
dalam satu kali pertemuan.
4. Kemampuan guru
Metode yang dipilih boleh jadi sangat bagus secara teori namun
belum tentu bisa diterapkan dengan baik oleh guru. Oleh sebab itu
pemilihan metode hendaknya mempertimbangkan apakah guru
menguasai metode tersebut atau belum.
Kesimpulannya adalah, metode mengajar yang efektif dan efisien
adalah metode yang dapat diterapkan secara nyata dalam
pembelajaran. Selain itu proses mengajar berjalan lancar dan
menyenangkan. Hasil belajar siswa dapat dicapai secara optimal dan
memuaskan.
Pentingnya Menguasai Karakter Siswa
Karakter siswa dalam sebuah kelas akan berbeda satu sama lainnya.
Jika kelas dihuni oleh 30 siswa maka karakter yang akan muncul juga
sebanyak itu. Karakter siswa dalam pembahasan ini adalah tipe
belajar, minat dan kemauan belajar, serta sikap dan tingkah laku
siswa yang sering muncul.
Belajar itu wajib bagi siswa dan berlangsung setiap hari. Datang ke
sekolah, duduk mendengar guru menenrangkan pelajaran. Kemudian
sampai di rumah harus mengerjakan pekerjaan rumah ( PR ) yang
diberikan oleh guru. PR itu seabrek banyaknya.
Boleh jadi, sesuatu yang monoton, tanpa variasi, atau kegiatan rutin
yang menjadi penyebab kebosanan itu.
Dua orang ini jelas mempunyai karakter yang berbeda terhadap rasa
bosan. Kadang-kadang ambang batas kebosanan tergantung pada
bagaimana seseorang dalam meredakan atau mengatasi kebosanannya
sendiri.
Kebosanan dalam belajar sering dialami oleh siswa dan mahasiswa.
Kebosanan ini tidak saja di sekolah, di rumah pun kadang-kadang bisa
diserang rasa bosan. Emangnya bosan itu sejenis virus? Ya, bisa
begitu. Namanya virus bosan, hehe
Kalau bosan itu ibarat virus, maka itu harus diantisipasi dan diatasi
agar tidak berkembang dan menimbulkan sesuatu yang merugikan.
Bosan belajar menyebabkan prestasi belajar menurun. Bisa jadi tidak
naik kelas, peringkat menurun, bahkan bisa gagal ujian nasional.
Berikut ini adalah tips meredakan kebosanan belajar:
3. Melakukan penyegaran
Jangan belajar melulu, perlu adanya waktu untuk penyegaran.
Mengendorkan saraf yang tegang dengan main-main di depan rumah,
nonton televisi. Tentunya, menggunakan waktu malam minggu untuk
tidak belajar melainkan main bersama teman. Atau bisa juga
berkunjung ke objek wisata alam yang terdekat di sekitarnya.
4. Ingat cita-cita
Siswa sering bilang, cita-citanya masih di ujung pena. Itu artinya
siswa sedang memperjuangkan cita-citanya untuk menggapai masa
depan yang lebih cerah. Jika bosan belajar besar kemungkinan cita-
cita itu akan terkendala.
Seni mengelola kelas meliputi cara dan gaya guru berbicara saat
mengajar. Termasuk didalamnya gerak-gerik anggota tubuh yang akan
menarik perhatian siswa saat menerima pelajaran. Intonasi dan nada
sewaktu berbicara sangat menentukan kejelasan materi yang
disampaikan guru.
Setujukah sobat kalau admin katakan kalau guru itu seorang seniman?
Admin memang kurang memahami karakter seorang seniman.
Seorang guru menenteng tas besar dan berat memasuki kelas. Ada
laptop, buku pegangan guru dan sejumlah buku perangkat
pembelajaran di dalam tas itu. Di dalam kelas semua isi tas
dikeluarkan dan memenuhi meja guru di depan kelas.
Namun apa hendak dinyana, RPP itu hanya menjadi agenda benda
mati belaka. Bahkan hanya sekadar bukti fisik bahwa guru sudah
merancang pembelajaran atau menyusun persiapan pembelajaran..
Akan tetapi bukan mustahil guru yang sudah puluhan tahun mengajar
masih mengalami kendala dalam mengelola kelas. Pembelajaran
berlangsung sering gaduh. Siswa berbuat sekehendak hatinya di
ruang kelas. Namun sangat disayangkan, sebagian guru masih tertutup
dan malu mengakui hal ini. Mungkin karena merasa kredibilitas
sebagai guru senior akan menurun.
Sebenarnya, kendala guru dalam mengelola kelas itu tetap ada karena
yang dihadapi guru bukanlah benda mati melainkan individu yang baru
berkembang dan bersifat dinamis. Berikut ini penyebab utama
sulitnya mengelola kelas:
Guru tidak akan merasa asing dengan metode pembelajaran yang ada
dalam dunia pendidikan di Indonesia. Banyak sekali metode yang
sudah diketahui dan dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran.
Misalnya; metode ceramah, diskusi, tanya jawab, eksperimen,
demonstrasi, pemberian tugas, resitasi dan lain sebagainya.
Tipe belajar siswa tidak sama antara seorang siswa dengan siswa lain.
Begitu pula karakter siswa yang mengisi sebuah ruang kelas.
Heterogenitas tipe belajar siswa dalam ruangan kelas mengharuskan
guru memahami berbagai strategi dan metode pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran.
Di sisi lain cara ini akan mengharuskan guru lebih banyak membuang
waktu hanya untuk mencatatkan materi kepada siswa, kemudian siswa
menghafalnya di rumah. Dengan memahami tipe belajar siswa seperti
itu berarti guru telah memperlakukan siswa sesuai kemampuan dan
kodratnya.
1. Tipe Increamental
Tipe belajar ini dimiliki oleh siswa pada umumnya, dimana mereka
dapat menerima informasi belajar secara selangkah demi selangkah.
Mulai dari materi yang termudah ke materi yang tersulit. Untuk
memahami pelajaran berikutnya, siswa harus paham terlebih dahulu
materi sebelumnya. Ini menjadi pedoman bagi guru dalam merancang
pembelajaran berikutnya.
2. Tipe Intuitif
Anak cerdas termasuk tipe belajar ini. Mereka mampu belajar tidak
berurutan, menerima dan mensintesakan informasi belajar dengan
cepat dan tepat. Mampu menghubungkan satu materi pelajaran
terdahulu dengan pelajaran yang sedang dibahas.
3. Tipe Sensory Specialist
Siswa mampu mempelajari sesuatu berdasarkan indra tertentu saja.
Misalnya menggunakan indra penglihatan, atau indra pendengaran
saja.
5.Tipe Emosional
Siswa tipe ini suka melibatkan hubungan emosional dengan teman.
Oleh sebab itu mereka suka berdiskusi dan berbagi dengan teman di
kelompoknya. Metode pembelajaran yang sesuai dengan mereka
adalah metode diskusi kelompok.
7.Tipe elektrik
Siswa tipe elektrik dapat menerima informasi belajar dalam berbagai
situasi. Mereka dapat menerima pelajaran dengan metode dan media
belajar apapun. Tipe elektrik merupakan gabungan dari semua tipe
belajar yang ada.
Cara Siswa Menerima Informasi Belajar
Cara belajar siswa akan berbeda satu sama lainnya. Begitu pula
kemampuan dalam menerima informasi belajar. Ini tergantung pada
tipe belajar siswa.
Kenyataanya, tidak ada siswa yang tergantung hanya pada satu tipe
belajar saja. Seorang siswa pasti memiliki satu atau lebih tipe
belajar. Berdasarkan 7 tipe belajar siswa, maka cara siswa menerima
informasi belajar dikelompokkan menjadi 4 cara, yaitu:
1. Cara melihat
Siswa yang menggunakan cara ini akan dapat belajar dengan baik bila
melihat langsung apa yang sedang dibahas. Misalnya, pembahasan
sistem pencernaan makanan akan dapat dipahami oleh siswa bila
melihat gambar atau carta sistem pencernaan manusia atau
hewan. Media belajar sangat penting bagi siswa yang belajar cara ini.
2. Cara mendengar
Siswa menerima informasi belajar dengan cara mendengarkan
penjelasan guru atau media belajar audio.
3. Cara merasakan
Mereka dapat belajar dengan baik menggunakan indera peraba dan
perasa, serta merasakan secara langsung. Mengapa tubuh manusia
kedinginan? Karena suhu di luar tubuh lebih rendah daripada dalam
tubuh. Begitu pula saat mempelajari bagian-bagian alat perasa (lidah).
Misalnya ujung lidah untuk merasakan rasa asin.
4. Cara melakukan
Penyerapan informasi belajar dengan baik bila siswa melakukan dan
mengalaminya secara langsung. Misalnya, kegiatan praktikum yang
dilakukan di laboratorium sekolah. Materi pelajaran yang bersifat
teori tidak bias dipahami oleh siswa tanpa melakukan praktik
langsung.
Manfaat Media dalam Proses Belajar Siswa
Semua yang ada di ruang kelas, benda maupun manusia, bisa dijadikan
sebagai media jika yang lebih canggih dan bagus tidak dimiliki
sekolah. Apa yang dimiliki guru dari ujung rambut ke ujung kaki,
begitu pula siswa, bisa dimanfaatkan sebagai media meskipun dalam
bentuk sederhana.
Contoh, guru atau siswa punya kaca mata? Nah kaca mata itu
termasuk media belajar. Papan tulis juga bisa dijadikan media. Guru
bisa berkreasi melukis atau menggambar objek sesuatu yang
berkaitan dengan materi pelajaran. Begitu seterusnyaMengapa
perlu hal ini dilakukan guru?