Anda di halaman 1dari 31

MATERI

IN HOUSE TRAINING
SEKOLAH KRISNA EFATA GOMBONG

2-3 OKTOBER 2017

METODE
PEMBELAJARAN
Metode Pembelajaran

Bagaimana Metode Mengajar yang Efektif dan Efisien?

Metode dapat diartikan secara sederhana sebagai cara atau teknik


penyampaian materi pelajaran kepada siswa.

Tentu saja berbagai cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk
mengajar di ruang kelas. Namun demikian cara-cara menyampaikan
pelajaran tersebut dipilih guru setelah melalui pertimbangan yang
matang.

Sampai saat ini cukup banyak jenis metode mengajar dalam


pendidikan. Mulai dari metode yang sederhana sampai metode yang
rumit untuk diterapkan. Metode yang paling sering digunakan guru
antara lain; ceramah, tanya jawab, latihan, diskusi, dan sosio drama.

Ada pun metode yang cukup rumit antara lain; eksperimen, proyek,
pemecahan masalah, demonstrasi, tugas dan resitasi, dan lain
sebagainya.
Semua metode yang disebutkan di atas bagus untuk diterapkan dalam
pembelajaran. Masalahnya adalah efektivitas dan efisiensi dari
metode yang dipilih. Guru perlu memilih metode yang aplicable,
efektif dan efisien dalam pembelajaran.

Pertimbangan dalam memilih metode mengajar salah satunya


memenuhi kriteria efektivitas dan efisiensi.
Bagaimana karakter metode pembelajaran yang efektif dan efisien?

Berdasar pengalaman emperik, metode mengajar dikatakan efektif


dan efisien apabila sesuai dengan:

1. Karakter siswa
Siswa pada jenjang SD dan SMP atau SMA/K memiliki karakter
berbeda. Perbedaan itu antara lain, latar belakang kemampuan
berpikir, daya serap, minat dan kemauan belajar, dan lain sebagainya.

2. Dinamika kelas
Sebuah kelas memiliki dinamika tersendiri. Kelas yang dihuni banyak
siswa lebih memungkinkan menggunakan metode ceramah, pemberian
tugas, dan tanya jawab. Namun demikian keberhasilan menggunakan
metode ini tergantung pada kemampuan guru mengelola kelas dan
keterampilan berceramah

3. Struktur kurikulum
Metode pembelajaran akan efektif bila disesuaikan dengan struktur
kurikulum dan perencanaan yang telah disusun oleh guru dalam
perangkat mengajar. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai, materi pelajaran dan alokasi waktu yang tersedia
dalam satu kali pertemuan.

4. Kemampuan guru
Metode yang dipilih boleh jadi sangat bagus secara teori namun
belum tentu bisa diterapkan dengan baik oleh guru. Oleh sebab itu
pemilihan metode hendaknya mempertimbangkan apakah guru
menguasai metode tersebut atau belum.
Kesimpulannya adalah, metode mengajar yang efektif dan efisien
adalah metode yang dapat diterapkan secara nyata dalam
pembelajaran. Selain itu proses mengajar berjalan lancar dan
menyenangkan. Hasil belajar siswa dapat dicapai secara optimal dan
memuaskan.
Pentingnya Menguasai Karakter Siswa

Karakter siswa dalam sebuah kelas akan berbeda satu sama lainnya.
Jika kelas dihuni oleh 30 siswa maka karakter yang akan muncul juga
sebanyak itu. Karakter siswa dalam pembahasan ini adalah tipe
belajar, minat dan kemauan belajar, serta sikap dan tingkah laku
siswa yang sering muncul.

Menguasai berbagai karakter siswa termasuk salah satu strategi


sukses mengajar yang bersifat non-teknis. Hal ini sering luput dari
perhatian guru. Kebanyakan guru terpaku pada strategi mengajar
yang bersifat teknis.

Selain karena sistem manajemen pendidikan di sekolah, juga karena


anggapan bahwa keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh strategi
teknis semata. Misalnya, strategi perencanaan pembelajaran tertulis,
penilaian pembelajaran, dan lain sebagainya. Namun suatu saat guru
akan tercengang jika menghadapi masalah dalam pembelajaran karena
kurang mempertimbangkan strategi non teknis, menguasai karakter
siswa misalnya.

Apa pentingnya guru menguasai karakter siswa? Secara umum,


menguasai karakter siswa bertujuan:

(a) mempermudah guru dalam memberikan pelayanan kepada siswa.


Mengajar itu berarti, memberikan pelayanan terbaik kepada siswa
melalui interaksi timbal-balik melalui proses belajar dan mengajar.
Dengan memahami karakter siswa, corak dan nuansa pembelajaran
diarahkan sesuai dengan karakteristik siswa dalam satu kelas.
(b) mempertimbangkan strategi dan metode yang akan diterapkan
dalam pembelajaran.
Tidak satu pun metode pembelajaran yang dianggap paling bagus
kecuali yang sesuai dengan karakteristik siswa. Ini sudah sering
ditulis dalam berbagai artikel di blog ini. Maka strategi guru yang
utama adalah memahami minat, kemauan dan kemampuan siswa dalam
kelas.

(c) mempermudah guru untuk mengurangi hambatan yang mungkin


timbul dalam mengajar.
Prilaku menyimpang yang akan ditunjukkan siswa sudah diperkirakan
sebelumnya oleh guru setelah menguasai karakter siswanya.
Diperkirakan maksudnya, guru sudah memiliki konsep alternatif
pemecahan masalah yang mungkin timbul selama pembelajaran. Jika
siswa bertindak begini, maka ini jalan keluarnya.

Jika ternyata siswa benar-benar menunjukkan perilaku menyimpang


dan menghambat jalannya pembelajaran, guru tak perlu lagi banyak
kehilangan waktu. Membuang waktu untuk menasehati apalagi untuk
memarahi siswa.
Mengapa Bosan dalam Belajar?

Mengapa bosan belajar? Setiap manusia akan mengalami kebosanan


terhadap sesuatu. Tidak pandang status, pangkat dan kedudukan,
jenis kelamin, usia dan sebagainya.

Artinya, siapapun memiliki rasa bosan. Itu hal yang lumrah


terjadi. Kata orang pintar,kebosanan itu merupakan kondisi
psikologis yang bersifat alamiah.
Anak-anak, remaja, dan orang dewasa berpeluang untuk merasa jenuh
alias bosan. Anak-anak merasa bosan bermain, misalnya. Siswa di
sekolah bosan belajar. Orang tua bosan bekerja. Bosan bekerja
artinya bosan mencari uang! Bosan dengan uang berarti bosan hidup.

Pembahasan kita difokuskan pada bosan belajar! Mengapa siswa


bosan belajar? Lazimnya pekerjaan atau aktivitas rutin dan monoton
cenderung mendatangkan kejenuhan. Kegiatan siswa di sekolah atau
di rumah cenderung itu ke itu juga. Di sekolah belajar. Di rumah juga
belajar plus membuat pekerjaan rumah yang segudang. Itu
berlangsung setiap hari, setiap minggu bahkan setiap bulan.

Belajar itu wajib bagi siswa dan berlangsung setiap hari. Datang ke
sekolah, duduk mendengar guru menenrangkan pelajaran. Kemudian
sampai di rumah harus mengerjakan pekerjaan rumah ( PR ) yang
diberikan oleh guru. PR itu seabrek banyaknya.

Setiap siswa mempunyai ambang batas kebosanan yang berbeda. Ada


tipe siswa yang mudah bosan alias pembosan. Ada pula yang tidak
mudah bosan. Ini hanya dua karakter berbeda terhadap rasa bosan.
Kadang-kadang batas kebosanan itu tergantung pada bagaimana
siswa dalam meredakan atau mengatasi kebosanannya sendiri.

Kayaknya rasa bosan itu seperti virus yang mudah menyerang


manusia. Kalau sudah dihinggapi virus bosan, semuanya jadi
malas. Malas belajar di sekolah maupun di rumah. Resikonya
tentu sudah pasti ada.

Nilai hasil belajar tidak akan memuaskan. Bahkan bisa banyak


mata pelajaran yang tidak tuntas. Resikonya bisa tidak naik
kelas. Bosan belajar berarti bosan naik kelas!
Tips Jitu Meredakan Kebosanan Belajar

Bosan merupakan kondisi psikologis yang bersifat alamiah.

Artinya, siapa pun akan dapat mengalami kebosanan atau kejenuhan


terhadap sesuatu maupun dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.

Boleh jadi, sesuatu yang monoton, tanpa variasi, atau kegiatan rutin
yang menjadi penyebab kebosanan itu.

Namun demikian setiap orang juga mempunyai ambang kebosanan yang


berbeda. Si A orangnya tipe mudah bosan alias pembosan. Si B
orangnya tidak mudah bosan.

Dua orang ini jelas mempunyai karakter yang berbeda terhadap rasa
bosan. Kadang-kadang ambang batas kebosanan tergantung pada
bagaimana seseorang dalam meredakan atau mengatasi kebosanannya
sendiri.
Kebosanan dalam belajar sering dialami oleh siswa dan mahasiswa.
Kebosanan ini tidak saja di sekolah, di rumah pun kadang-kadang bisa
diserang rasa bosan. Emangnya bosan itu sejenis virus? Ya, bisa
begitu. Namanya virus bosan, hehe

Kalau bosan itu ibarat virus, maka itu harus diantisipasi dan diatasi
agar tidak berkembang dan menimbulkan sesuatu yang merugikan.
Bosan belajar menyebabkan prestasi belajar menurun. Bisa jadi tidak
naik kelas, peringkat menurun, bahkan bisa gagal ujian nasional.
Berikut ini adalah tips meredakan kebosanan belajar:

1. Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan


Suasana belajar menyenangkan itu akan terwujud bila tempat belajar
bersih, rapi dan teratur. Bersih dari kotoran dan sampah. Buku dan
alat tulis disusun teratur, meja belajar dihias serapi mungkin. Buku
catatan perlu dirapikan dan dihias seindah mungkin agar betah
membacanya.
Mungkin ada yang senang belajar sambil dengar musik. Tentu hal ini
dapat dilakukan dengan memutar musik lembut dari lagu kesukaan
kita. Itu dapat kita ciptakan sendiri sesuai kreativitas masing-
masing.

2. Cara belajar yang bervariasi


Cara belajar bervariasi ditekankan pada proses belajar dimana ada
variasi antara membaca buku sumber belajar dengan mengerjakan
tugas atau pekerjaan rumah. Atau bisa juga sekali-sekali mengajak
teman untuk datang belajar ke rumah untuk berdiskusi, melibatkan
orang tua dalam menyelesaikan pekerjaan rumah, dll.

3. Melakukan penyegaran
Jangan belajar melulu, perlu adanya waktu untuk penyegaran.
Mengendorkan saraf yang tegang dengan main-main di depan rumah,
nonton televisi. Tentunya, menggunakan waktu malam minggu untuk
tidak belajar melainkan main bersama teman. Atau bisa juga
berkunjung ke objek wisata alam yang terdekat di sekitarnya.

4. Ingat cita-cita
Siswa sering bilang, cita-citanya masih di ujung pena. Itu artinya
siswa sedang memperjuangkan cita-citanya untuk menggapai masa
depan yang lebih cerah. Jika bosan belajar besar kemungkinan cita-
cita itu akan terkendala.

5. Menyukai semua mata pelajaran


Semua mata pelajaran yang dipelajari di sekolah sama pentingnya.
Mata pelajaran itu mengandung berbagai disiplin ilmu yang
bermanfaat. Hanya karakter mata pelajaran yang berbeda, seperti
antara mata pelajaran eksakta dengan sosial, budaya dll.

6. Isi aktivitas dengan hobi dan kesukaan yang bermanfaat


Kegiatan ngeblog termasuk bermanfaat untuk mengembangkan
kreativitas dan kemampuan siswa untuk menulis, berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain. Begitu pula aktivitas di dunia maya
lainnya seperti facebook-an dan twitter-an. Tentu dengan catatan
tidak terlalu menyita waktu siswa.
Strategi Mengelola Kelas dengan Baik

Mengelola kelas dengan baik bukanlah pekerjaan mudah. Kesulitan


mengelola kelas bukan hanya dirasakan oleh guru baru. Guru yang
sudah berpengalaman sekian tahun mengajar pun tak luput dari
permasalahan ini.

Segudang teori pengelolaan kelas yang sudah didapat guru kadang-


kadang tidak mumpuni ketika mempraktikkannya di depan kelas.
Banyak sekali kendala yang ditemui saat guru berhadapan dengan
siswa.

Kendala mengelola kelas akan berpengaruh pada efektifitas dan


efisiensi pembelajaran. Banyak waktu belajar terbuang sia-sia karena
adanya gangguan oleh prilaku siswa yang menyimpang. Guru terpaksa
menghabiskan waktu untuk memarahi atau menegur perilaku siswa
yang menyimpang.

Begitu pula suasana pembelajaran sering terganggu oleh suasana


gaduh. Siswa benar-benar tidak memikirkan dan terlibat
pembelajaran yang berlangsung. Guru asyik menerangkan pelajaran di
depan kelas sementara siswa asyik pula bercengkrama dengan
temannya.

Mengapa perlu mengelola kelas dengan baik?

Mengelola kelas berarti mengkondisikan kelas untuk menciptakan


pembelajaran yang efektif dan efisien. Ciri-ciri pembelajaran efektif
dan efisien adalah: (a) proses belajar menyenangkan dan tidak
monoton, (b) materi pelajaran (meskipun kadang-kadang sulit) sangat
dirasakan oleh siswa manfaatnya.
Bagaimana mengelola kelas dengan baik? Berikut ini adalah strategi
penting dalam mengelola kelas belajar:

1. Mengelola kelas itu seni dan keterampilan


Banyak orang menganggap cara dan gaya berbicara di depan kelas
tidak banyak berpengaruh terhadap pengelolaan kelas. Ini adalah
kekeliruan besar pada anggapan ini. Mengajar itu mengandung
sentuhan nilai seni dan keterampilan. Maka tak salah jika guru
dikatakan sebagai seniman pembelajaran.

Seni mengelola kelas meliputi cara dan gaya guru berbicara saat
mengajar. Termasuk didalamnya gerak-gerik anggota tubuh yang akan
menarik perhatian siswa saat menerima pelajaran. Intonasi dan nada
sewaktu berbicara sangat menentukan kejelasan materi yang
disampaikan guru.

2. Mengelola kelas itu memerlukan perencanaan


Guru itu disainer pembelajaran. Memang, pembelajaran itu sudah
dirancang sebelumnya. Rancangan itu berupa persiapan tertulis
sebagai panduan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Guru sudah memperkirakan segala kemungkinan yang terjadi selama
pembelajaran berlangsung.

Waktu pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran dari menit


awal sampai menit akhir. Kemungkinan gangguan dari prilaku siswa
yang menyimpang sudah diantisipasi oleh guru sehingga waktu tidak
habis untuk memarahi dan menegur siswa.
3. Mengelola kelas adalah mengatasi masalah belajar
Guru sebagai pelaksana pembelajaran perlu memusatkan segenap
perhatiannya kepada proses pembelajaran agar terjadi pembelajaran
yang efektif dan efisien. Salah satu bentuk perhatian guru adalah
persiapan pembelajaran yang matang, baik secara administratif
maupun sikap mental guru.
Guru Itu Seniman Pembelajaran (?)

Setujukah sobat kalau admin katakan kalau guru itu seorang seniman?
Admin memang kurang memahami karakter seorang seniman.

Namun secara kelaziman, seorang seniman selalu berusaha


menghasilkan karya-karya terbaik untuk pemirsanya. Merancang,
sesuatu sebaik mungkin supaya hasilnya memuaskan.

Begitu pula seorang guru, berusaha sebaik mungkin untuk


menciptakan suatu pembelajaran agar dapat menarik minat muridnya
untuk belajar. Kegiatan itu dimulai dari merancang pembelajaran
atau disain pembelajaran. Melaksanakan hasil rancangan dan berakhir
pada kegiatan penilaian.

Yang dirancang guru adalah tujuan yang hendak dicapai, materi


pelajaran, strategi dan metode pembelajaran. Kemudian merumuskan
bagaimana bentuk penilaian terhadap kegiatan pembelajaran. Itu
semua adalah rancangan administratif

Tidak cukup sampai disana. Rancangan itu belum berarti apa-apa


tanpa didukung faktor non teknis lainnya. Yang admin maksud
adalah penampilan guru ketika berada di depan siswa dalam
melaksanakan semua rancangan yang telah didisain. Guru bukanlah
sebagai robot pintar ketika berada di depan kelas.

Bagaimanapun, ketika guru mulai berdiri di depan kelas maka ketika


itu pula sekian pasang mata mengamati dan memperhatikan performa
guru. Mulai dari puncak kepala sampai sepatu.
Jika ada yang janggal dengan penampilan guru maka menurunlah
perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran dengan ikhlas. Berikut ini
adalah beberapa poin penentu penampilan guru di depan kelas:

1. Nada dan intonasi suara


Kita dapat bayangkan jika suara guru terlalu lembut ketika
menerangkan pelajaran. Suaranya sayup-sayup sampai ke bagian
belakang ruang kelas. Jika kapasitas murid sangat padat, suasana
belajar cenderung tidak kondusif.

Selain itu intonasi suara juga berpengaruh. Intonasi suara monoton,


akan membuat siswa gerah. Jadi, seni pada intonasi dan nada
suara akan berpengaruh terhadap pembelajaran.

2. Cara dan gaya guru berbicara


Ini menjadi faktor penting dalam melaksanakan pembelajaran.
Apakah cara guru berbicara terkesan ketus atau bersahabat. Apakah
gaya guru berbicara tergambar sikap otoritas dan berkuasa atau
demokratis dan toleransi.

3. Antusiasme guru saat mengajar


Dapat juga dibayangkan bagaimana kalau wajah guru terlihat muram,
lesu tidak bersemangat. Atau terkesan angker dan menakutkan.
Sebaliknya, antusiasme guru akan terlihat dari air muka yang cerah,
ceria dan penuh semangat.
4. Rasa humoris yang tinggi
Umumnya siswa suka pada guru yang punya sense of humour.
Pembelajaran akan berjalan dalam suasana menggairahkan meskipun
kadang-kadang materi pelajaran terasa agak sulit. Disinilah seninya
para guru menciptakan suasana humoris di tengah pembelajaran.
Guru Itu Disainer Pembelajaran

Seorang guru menenteng tas besar dan berat memasuki kelas. Ada
laptop, buku pegangan guru dan sejumlah buku perangkat
pembelajaran di dalam tas itu. Di dalam kelas semua isi tas
dikeluarkan dan memenuhi meja guru di depan kelas.

Dalam pemandangan sehari-hari di sekolah, itu tidak lagi menjadi hal


yang asing. Konon itu menjadi salah satu ciri khas guru profesional.
Sebaliknya akan menjadi asing bila seorang guru tidak membawa
perangkat apapun ke dalam kelas.
Yang dibawa guru ke dalam kelas hanya alat tulis dan beberapa
catatan kecil di kantong celana. Ini menjadi salah satu tanda guru
tidak profesional alias amatiran. Benarkah?

Memang, mengajar itu sebenarnya adalah menerapkan rancangan


atau disain pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Rancangan
pembelajaran tersebut disusun dalam bentuk perangkat tertulis yang
dikenal dengan perangkat mengajar.

Namun dalam praktik sehari-hari, sering kali terjadi penyimpangan


antara disain pembelajaran dengan pelaksanaannya. Proses yang
dijalankan guru tidak sesuai dengan disain yang telah dibuat
sebelumnya. Mengapa?

Penyebab kegagalan guru tidak dapat melaksanakan programnya


dengan baik karena kondisi kelas kurang kondusif. Untuk memarahi
dan menasihati siswa saja, sudah habis waktu sekian menit. Hal ini
dialami oleh guru yang kurang mampu menguasai dinamika kelas
dengan baik.
Guru sudah capek menyusun perangkat pembelajaran dalam bentuk
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kegiatan perancangan yang
dilakukan antara lain; menetapkan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai, materi pelajaran, strategi dan metode, serta penilaian
pembelajaran.

Namun apa hendak dinyana, RPP itu hanya menjadi agenda benda
mati belaka. Bahkan hanya sekadar bukti fisik bahwa guru sudah
merancang pembelajaran atau menyusun persiapan pembelajaran..

Sebagai disainer pembelajaran, semestinya guru tidak hanya terampil


mendisain rancangan pembelajaran untuk melahirkan perangkat
mengajar yang bagus. Yang lebih penting lagi adalah guru terampil
mendisain perangkat yang dapat diterapkan di ruang kelas.

Agar dapat dilaksanakan dalam pembelajaran di kelas, disain


pembelajaran yang dibuat guru harus mempertimbangkan kondisi
sekolah, karakter siswa dan lingkungan belajar. Jika tidak, perangkat
pembelajaran yang bagus tidak memiliki kekuatan apa-apa untuk
mengembangkan potensi siswa dalam pembelajaran
Mengapa Sulit Mengelola Kelas (?)

Dalam praktiknya, pengelolaan kelas dalam melaksanakan


pembelajaran, diyakini tidak semudah membalik telapak tangan.
Terutama sekali bagi calon guru yang sedang praktik lapangan atau
guru yang baru terjun ke lembaga sekolah.

Akan tetapi bukan mustahil guru yang sudah puluhan tahun mengajar
masih mengalami kendala dalam mengelola kelas. Pembelajaran
berlangsung sering gaduh. Siswa berbuat sekehendak hatinya di
ruang kelas. Namun sangat disayangkan, sebagian guru masih tertutup
dan malu mengakui hal ini. Mungkin karena merasa kredibilitas
sebagai guru senior akan menurun.

Sebenarnya, kendala guru dalam mengelola kelas itu tetap ada karena
yang dihadapi guru bukanlah benda mati melainkan individu yang baru
berkembang dan bersifat dinamis. Berikut ini penyebab utama
sulitnya mengelola kelas:

1. Kurang menguasai materi pelajaran


Proses belajar yang tersendat-sendat menjadi indikator utama
kurangnya penguasaan guru terhadap materi yang akan diajarkan. Hal
ini dapat merusak konsentrasi dan kesiapan siswa menerima
pelajaran. Bahkan, siswa akan terpancing untuk melakukan perbuatan
iseng yang mengganggu proses belajar.

Indikator lainnya adalah guru melakukan kesalahan yang berulang-


ulang dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini akan berdampak
buruk terhadap kepercayaan siswa atas kebenaran materi pelajaran
yang disampaikan guru. Bahkan bisa berakibat menurunnya rasa
hormat siswa kepada gurunya.

2. Strategi dan metode yang kurang tepat


Kendala lain yang masih berasal dari guru, dan menjadi kendala dalam
mengelola pembelajaran adalah strategi dan metode mengajar yang
digunakan kurang tepat. Dalam hal ini, diartikan bahwa strategi dan
metode yang digunakan guru tidak sesuai dengan materi pelajaran
atau kondisi siswa. Akibatnya, pengelolaan kelas dalam pembelajaran
akan terganggu. Prilaku siswa yang menyimpang sangat mudah
berawal dari strategi dan metode mengajar yang kurang tepat. Siswa
merasa pembelajaran yang sedang berlangsung tidak ada manfaatnya
karena tidak bisa diterima dengan baik.

3. Kapasitas kelas yang melebihi


Kita dapat bayangkan, mengelola orang dewasa dalam satu ruangan
dengan kapasitas padat sudah bukan main sulitnya. Apalagi yang
dihadapi siswa yang memiliki kelakuan dan tabiat yang heterogen.Jika
melebihi kapasitas ini, niscaya akan mengganggu pengelolaan kelas.
Persoalan-persoalan akan banyak muncul apabila suatu kelas diisi oleh
banyak siswa.

4. Hubungan komunikasi yang tidak harmonis


Kendala yang tak dapat dianggap sepele adalah hubungan
komunikasi yang kurang harmonis antara guru dan siswa. Hubungan
yang kurang harmonis dapat memicu terkendalanya pengelolaan kelas
oleh seorang guru. Jika seorang guru menganggap sepi kehadiran satu
atau dua orang siswa dalam kelas, akan berdampak buruk terhadap
keamanan kelas. Siswa yang dianggap sepi kehadirannya oleh guru
akan memancing terhambatnya kelancaran pembelajaran.
4 Pertimbangan Memilih Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah teknik atau cara yang digunakan oleh


guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa di ruang
kelas. Teknik atau cara yang digunakan guru sangat menentukan
keberhasilan proses pembelajaran.

Guru tidak akan merasa asing dengan metode pembelajaran yang ada
dalam dunia pendidikan di Indonesia. Banyak sekali metode yang
sudah diketahui dan dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran.
Misalnya; metode ceramah, diskusi, tanya jawab, eksperimen,
demonstrasi, pemberian tugas, resitasi dan lain sebagainya.

Metode ceramah merupakan metode paling popular di kalangan guru.


Namun sebagian guru menganggap bahwa metode ini dianggap kurang
baik dalam pembelajaran. Guru lebih mendominasi pembelajaran
ketimbang siswa dan mengurangi kadar aktivitas siswa dalam belajar.
Hal ini ada juga benarnya, barangkali.

Metode pembelajaran yang diidolakan adalah metode eksperimen.


Jika tidak mungkin melakukan eksperimen digunakan metode
demonstrasi karena keterbatasan alat-alat praktikum misalnya. Ada
pula yang beranggapan metode pemberian tugas dan resitasi sangat
bagus dalam pembelajaran. Hal ini juga ada benarnya.

Suatu metode pembelajaran dikatakan efektif dan efisien dalam


membelajarkan siswa sehingga menguasai materi pelajaran. Atau
dengan kata lain, seberapa besar penyerapan informasi belajar oleh
siswa melalui metode pembelajaran yang digunakan.
Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih suatu metode pembelajaran, yaitu:

1. Karakter materi pelajaran


Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tersendiri sehingga
perlu disampaikan kepada siswa dengan menggunakan metode
tertentu. Termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai dari materi pelajaran tersebut. Misalnya mata pelajaran
bersifat eksakta lebih tepat menggunakan metode eksperimen atau
demonstrasi.

2. Ketersediaan sarana belajar


Alat, sarana dan media yang tersedia di sekolah sangat
mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran. Metode eksperimen
atau demonstrasi tidak mungkin digunakan jika penunjang metode
tersebut tidak tersedia.

3. Kemampuan dasar siswa


Kemampuan dasar siswa di sekolah pedesaan berbeda dengan di
perkotaan. Ini menjadi pertimbangan guru dalam memilih metode
pembelajaran. Menggunakan metode resitasi dan tugas, misalnya, bisa
berjalan baik bila kemampuan dasar siswa berdiskusi cukup memadai.
Selain itu perlu keterampilan siswa berbicara dalam sebuah diskusi.

4. Alokasi waktu pembelajaran


Alokasi waktu yang tersedia dan tercantum dalam kurikulum perlu
dipertimbangkan oleh guru. Jika waktu tersedia terbatas maka guru
akan memilih metode sederhana seperti ceramah, tanya jawab dan
diskusi.
Memahami 2 Tipe Belajar Siswa

Pada umumnya kelompok belajar di Indonesia dirancang bersifat


heterogen. Artinya, sebuah kelas dihuni oleh siswa dengan berbagai
tipe belajar dan karakter. Ada siswa dengan tipe belajar cepat.
Sementara yang lainnya memiliki tipe lambat bahkan sangat lambat.
Oleh sebab itu, dalam pembahasan artikel kali ini hanya menyorot 2
tipe belajar siswa yang mudah dikenal oleh guru.

Tipe belajar siswa tidak sama antara seorang siswa dengan siswa lain.
Begitu pula karakter siswa yang mengisi sebuah ruang kelas.
Heterogenitas tipe belajar siswa dalam ruangan kelas mengharuskan
guru memahami berbagai strategi dan metode pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran.

1. Siswa yang lamban belajar


Keluhan guru yang sering terdengar adalah lambannya siswa
menerima materi pelajaran yang diajarkan. Siswa yang lambat
menerima pelajaran kadang-kadang membuat kesal. Sudah
berulangkali dan disampaikan secara baik, namun ketika ditanyakan
kembali mereka tidak sanggup menjawabnya.

Seakan mereka mudah lupa terhadap informasi belajar yang sudah


diterimanya. Masuk di telinga kanan, keluar di telinga kiri. Kondisi ini
tidak mungkin dibiarkan berlarut-larut.
Materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa yang lamban
belajar tidak cukup dengan penjelasan verbal semata. Melainkan juga
dicatatkan di papan tulis bahkan didiktekan perlahan-lahan.

Di sisi lain cara ini akan mengharuskan guru lebih banyak membuang
waktu hanya untuk mencatatkan materi kepada siswa, kemudian siswa
menghafalnya di rumah. Dengan memahami tipe belajar siswa seperti
itu berarti guru telah memperlakukan siswa sesuai kemampuan dan
kodratnya.

2. Siswa yang cepat menerima informasi belajar


Siswa dengan tipe cepat menerima informasi bahan belajar membuat
guru merasa puas dan senang. Tugas guru mengajar semakin
ringan. Waktu belajar dapat digunakan seefektif dan seefisien
mungkin.

Tipe belajar ini, siswa cukup mendengar penjelasan guru kemudian


mengambil kesimpulan sendiri dan menyalinnya ke buku catatan
secara mandiri. Menghadapi tipe anak cepat menerima pelajaran akan
membuat guru lebih kreatif dan leluasa menerapkan strategi dan
metode pembelajaran.

Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru perlu


memahami tipe belajar siswa sebelum menjalankan proses belajar dan
mengajar di ruang kelas. Dengan memahami tipe belajar tersebut,
guru akan dapat memperlakukan siswa sesuai dengan kondisi masing-
masing siswa.
7 Tipe Belajar Siswa yang Perlu Diketahui

Siswa termasuk kelompok individu unik dan penuh dinamika sesuai


tahap perkembangan psikologisnya. Memiliki karakter yang berbeda
sehingga perlu kejelian dalam mengatasi setiap masalah yang dihadapi
siswa.

Pemahaman terhadap karakter siswa merupakan langkah strategis


bagi guru dalam merancang perangkat mengajar. Sebab, dalam dalam
kelas heterogen pastilah dihuni oleh siswa dengan karakter berbeda
satu sama lainnya.

Berbagai tipe belajar siswa hanyalah bagian dari unsur karakteristik


siswa yang perlu mendapat perhatian guru. Pada artikel sebelumnya
sudah disinggung masalah tipe belajar siswa secara umum, namun kali
ini akan dikupas lebih rinci. Ada 7 tipe belajar siswa berdasarkan
pendapat Grafer, yaitu :

1. Tipe Increamental
Tipe belajar ini dimiliki oleh siswa pada umumnya, dimana mereka
dapat menerima informasi belajar secara selangkah demi selangkah.
Mulai dari materi yang termudah ke materi yang tersulit. Untuk
memahami pelajaran berikutnya, siswa harus paham terlebih dahulu
materi sebelumnya. Ini menjadi pedoman bagi guru dalam merancang
pembelajaran berikutnya.

2. Tipe Intuitif
Anak cerdas termasuk tipe belajar ini. Mereka mampu belajar tidak
berurutan, menerima dan mensintesakan informasi belajar dengan
cepat dan tepat. Mampu menghubungkan satu materi pelajaran
terdahulu dengan pelajaran yang sedang dibahas.
3. Tipe Sensory Specialist
Siswa mampu mempelajari sesuatu berdasarkan indra tertentu saja.
Misalnya menggunakan indra penglihatan, atau indra pendengaran
saja.

4.Tipe Sensory generalis


Siswa tipe ini mampu belajar harus menggunakan media belajar.
Mereka sangat peka menrima pelajaran melalui media gambar, tulisan
dan berbagai media 2 atau 3 dimensi.

5.Tipe Emosional
Siswa tipe ini suka melibatkan hubungan emosional dengan teman.
Oleh sebab itu mereka suka berdiskusi dan berbagi dengan teman di
kelompoknya. Metode pembelajaran yang sesuai dengan mereka
adalah metode diskusi kelompok.

6.Tipe Emosional Neutral Learning


Siswa tipe ini akan dapat belajar berdasarkan fakta-fakta yang
mereka temukan di sekitar lingkungan mereka.

7.Tipe elektrik
Siswa tipe elektrik dapat menerima informasi belajar dalam berbagai
situasi. Mereka dapat menerima pelajaran dengan metode dan media
belajar apapun. Tipe elektrik merupakan gabungan dari semua tipe
belajar yang ada.
Cara Siswa Menerima Informasi Belajar

Cara belajar siswa akan berbeda satu sama lainnya. Begitu pula
kemampuan dalam menerima informasi belajar. Ini tergantung pada
tipe belajar siswa.

Kenyataanya, tidak ada siswa yang tergantung hanya pada satu tipe
belajar saja. Seorang siswa pasti memiliki satu atau lebih tipe
belajar. Berdasarkan 7 tipe belajar siswa, maka cara siswa menerima
informasi belajar dikelompokkan menjadi 4 cara, yaitu:

1. Cara melihat
Siswa yang menggunakan cara ini akan dapat belajar dengan baik bila
melihat langsung apa yang sedang dibahas. Misalnya, pembahasan
sistem pencernaan makanan akan dapat dipahami oleh siswa bila
melihat gambar atau carta sistem pencernaan manusia atau
hewan. Media belajar sangat penting bagi siswa yang belajar cara ini.

2. Cara mendengar
Siswa menerima informasi belajar dengan cara mendengarkan
penjelasan guru atau media belajar audio.

3. Cara merasakan
Mereka dapat belajar dengan baik menggunakan indera peraba dan
perasa, serta merasakan secara langsung. Mengapa tubuh manusia
kedinginan? Karena suhu di luar tubuh lebih rendah daripada dalam
tubuh. Begitu pula saat mempelajari bagian-bagian alat perasa (lidah).
Misalnya ujung lidah untuk merasakan rasa asin.
4. Cara melakukan
Penyerapan informasi belajar dengan baik bila siswa melakukan dan
mengalaminya secara langsung. Misalnya, kegiatan praktikum yang
dilakukan di laboratorium sekolah. Materi pelajaran yang bersifat
teori tidak bias dipahami oleh siswa tanpa melakukan praktik
langsung.
Manfaat Media dalam Proses Belajar Siswa

Media berperan untuk mengantarkan/menyampaikan pesan informasi


kepada siswa. Informasi dalam hal ini adalah sejumlah ilmu dan
pengetahuan yang bersumber dari proses belajar yang berlangsung di
ruang kelas.

Sering guru berfikir, membicarakan media belajar selalu menyangkut


media yang canggih dan mahal. Ketika ditanya oleh pengawas sekolah,
guru menjawab media belajar terbatas. Ini merupakan akibat
persepsi keliru terhadap media penyampai pesan informasi belajar.

Semua yang ada di ruang kelas, benda maupun manusia, bisa dijadikan
sebagai media jika yang lebih canggih dan bagus tidak dimiliki
sekolah. Apa yang dimiliki guru dari ujung rambut ke ujung kaki,
begitu pula siswa, bisa dimanfaatkan sebagai media meskipun dalam
bentuk sederhana.

Contoh, guru atau siswa punya kaca mata? Nah kaca mata itu
termasuk media belajar. Papan tulis juga bisa dijadikan media. Guru
bisa berkreasi melukis atau menggambar objek sesuatu yang
berkaitan dengan materi pelajaran. Begitu seterusnyaMengapa
perlu hal ini dilakukan guru?

Media sangat bermanfaat dalam proses belajar siswa di kelas.


Diantara sekian banyak manfaat, berikut ini disajikan beberapa poin
saja:
1. Memperjelas informasi belajar sehingga mudah dipahami siswa
Bagian materi pelajaran yang bersifat verbalisme, berisi uraian
kalimat dan penjelasan belaka, akan lebih mudah dipahami oleh siswa
melalui bantuan gambar, model, tabel, grafik, dan lain sebagainya.

2. Membuat materi pelajaran yang bersifat abstrak menjadi lebih


konkrit
Mata pelajaran tertentu mungkin berisi penjelasan abstrak dan susah
dicerna oleh fikiran siswa. Dengan bantuan media yang sesuai, siswa
akan dapat memahami materi pelajaran tersebut.

3. Menarik minat siswa untuk memahami sesuatu


Media belajar dapat menarik minat siswa. Jika siswa sudah berminat
dan termotivasi oleh media, misalnya gambar yang unik, siswa akan
mudah menangkap materi pelajaran.

4. Meningkatkan konsentrasi siswa dalam belajar


Media berpotensi untuk mengarahkan konsentrasi belajar anak. Siswa
yang semula acuh tak acuh, bisa saja menjadi berkonsentrasi
mendengar penjelasan guru.

5. Menjadi hiburan belajar


Penggunaan media belajar akan dapat menjadi bahan penyegaran bagi
siswa dalam proses belajar. Misalnya, penggunaan telepon seluler
guru untuk memutar lagu-lagu perjuangan, lagu-lagu daerah, dan lain
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai