2014-2-02341-SP Bab2001
2014-2-02341-SP Bab2001
PENDAHULUAN
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
...(2.1)
dimana :
= Tegangan (N/m2)
F = Gaya (N)
A = Luas Penampang (m2)
Secara umum sifat tegangan memiliki dua buah kondisi, pertama adalah
kondisi dimana suatu material mengalami pertambahan panjang akibat tegangan tarik
3
dan mengalami perpendekan panjang akibat tegangan kompresional (tekan). Berikut
adalah sebuah ilustrasi untuk lebih menjelaskan kedua sifat tegangan tersebut :
Tegangan Kompresional
2. Tegangan Geser
Tegangan geser adalah tegangan yang terjadi pada suatu benda akibat adanya
gaya geser atau gaya yang diberikan tegak lurus dengan penampang benda.
3. Tegangan Momen
Tegangan momen adalah tegangan yang terjadi pada suatu benda akibat gaya
yang mengakibatkan benda melekuk atau melengkung.
4. Tegangan Puntir
Tegangan puntir adalah tegangan yang terjadi pada suatu benda akibat gaya
putar yang mengakibatkan benda menjadi terpuntir.
...(2.2)
dimana :
5
= Regangan (m/m)
L = Perubahan Panjang (m)
L0 = Panjang Awal (m)
...(2.3)
dimana :
E = Modulus Elastisitas (N/m2)
= Tegangan (N/m2)
= Regangan (m/m)
dimana :
= Angka Poisson (non-dimensional)
h = Regangan Horizontal (m/m)
v = Regangan Vertikal (m/m)
Dengan adanya angka poisson, modulus elastisitas dapat dibagi menjadi tiga
macam, mereka adalah Modulus Young, Modulus Geser, dan Modulus Bulk. Berikut
adalah penjelasan lebih lanjut untuk ketiga jenis modulus elastisitas tersebut :
1. Modulus Young
Modulus young adalah modulus elastisitas secara umum dimana penggunaan
regangan hanya pada satu dimensi saja yaitu regangan panjang.
Regangan
Tegangan
Tegangan
Modulus Young
Regangan
2. Modulus Geser
Modulus geser adalah modulus elastisitas dengan regangan berupa regangan
geser yang menunjukkan pergerakan benda yang saling bergesekkan. Berikut adalah
persamaan matematis untuk modulus geser :
...(2.5)
dimana :
G = Modulus Geser (N/m2)
E = Modulus Young (N/m2)
= Angka Poisson (non-dimensional)
7
3. Modulus Bulk
Modulus bulk adalah modulus elastisitas dengan regangan berupa regangan
volume. Berikut adalah persamaan matematis untuk modulus geser :
...(2.6)
dimana :
K = Modulus Bulk (N/m2)
E = Modulus Young (N/m2)
= Angka Poisson (non-dimensional)
Untuk beberapa material, berikut adalah contoh nilai modulus young, modulus
geser dan modulus bulk yang dimiliki beberapa material tersebut :
Tabel TINJAUAN PUSTAKA.1 Daftar Nilai Modulus Elastisitas Untuk Beberapa
Material
Modulus Young Modulus Geser Modulus Bulk
Material
kPa
Besi 100 x 106 40 x 106 90 x 106
Baja 200 x 106 80 x 106 140 x 106
Kuningan 90 x 106 35 x 106 75 x 106
Aluminium 70 x 106 25 x 106 70 x 106
Beton 20 x 106 - -
Marmer 50 x 106 - 70 x 106
Granit 45 x 106 - 45 x 106
Nylon 5 x 106 - -
Tulang 15 x 106 80 x 106 -
Air - - 1 x 106
Sumber: : https://www.academia.edu/7008985/modulus_elastisitas_tegangan_regangan_dan_rasio_poisson (oleh:
Kurnia Utami)
Hubungan tegangan dan regangan secara garis kurva dalam grafik pada
umumnya memiliki dua kondisi garis, yaitu garis linear dan non-linear. Berikut
adalah contoh gambar grafik untuk keadaan yang dimaksud :
Pada Gambar 2.6 dapat kita lihat garis linear adalah garis yang dimulai dari
keadaan awal hingga titik leleh, sedangkan bagian garis non-linear dimulai dari titik
9
leleh hingga titik putus. Pada Gambar 2.6 juga dapat dilihat adanya bagian daerah
elastis dan bagian daerah inelastis. Pengertian dari adanya kedua jenis daerah
tersebut adalah dimana daerah elastis berarti benda akan kembali ke bentuk atau
kondisi semula apabila benda tersebut hanya mengalami tegangan dan regangan di
daerah elastis, sedangkan apabila benda telah mengalami tegangan dan regangan
yang berada di dalam daerah inelastis maka benda tidak akan kembali lagi ke bentuk
atau kondisi semula.
Selain kondisi elastis dan inelastis terdapat juga kondisi necking. Kondisi
necking ini adalah kondisi yang hanya timbul apabila benda mengalami tegangan
tarik, berikut adalah ilustrasi untuk kondisi necking tersebut :
Necking
Dengan adanya kondisi linear dan non-linear tersebut, perlu diketahui bahwa
konsep modulus elastisitas hanya berlaku pada bagian linear dan tidak berlaku pada
bagian non-linear. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa nilai modulus elastisitas
hanya menggambarkan kekakuan suatu benda sebelum melewati batas titik leleh dari
benda tersebut.
Sampel yang digunakan pada pengujian triaxial test merupakan jenis sampel
yang tidak terganggu (undisturbed sample), hal ini dikarenakan untuk mengetahui
kondisi tanah asli maka tanah sampel yang diuji harus terjamin kesesuaiannya
dengan keadaan asli yang ada di lapangan. Pengambilan sampel yang akan dilakukan
pengujian triaxial test ini dilakukan dengan selongsong yang dimasukkan ke dalam
tanah dan diambil tanah tersebut. Adapun pada umumnya pengambilan sampel ini
juga dibarengi dengan dilakukannya proses pengambilan data borelog yang
merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui karekteristik tanah secara
continue disetiap lapisannya hingga kedalaman tertentu. Sampel yang digunakan
berbentuk silinder dan pada umumnya ukuran sampel tersebut berdiameter 38 mm
dan tinggi 76 mm.
Proses pengujian triaxial test terbagi menjadi tiga kondisi. Pembagian ini
berdasarkan pada kondisi konsolidasi dan keadaan aliran air pada sampel selama
11
pengujian berlangsung. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut untuk ketiga kondisi
pengujian triaxial test tersebut :
Pada penelitian ini, jenis pengujian yang digunakan adalah jenis consolidated
undrained triaxial test dengan data mentah berupa data bacaan deformation, load
dial, dan pore pressure. Pada umumnya pengujian triaxial test ini dilakukan terhadap
tiga buah sampel untuk menghasilkan satu data. Ketiga sampel tersebut dibedakan
hanya pada besaran nilai tegangan keliling (3) yang diberikan. Adapun besaran
tegangan keliling yang diberikan tidak sembarangan melainkan terdapat suatu kaidah
atau aturan tertentu guna menghasilkan data yang bersifat representatif. Aturan
tersebut adalah nilai tegangan keliling berikutnya merupakan dua kali dari nilai
tegangan keliling sebelumnya, sebagai contoh apabila tegangan keliling nomor satu
(3-1) adalah 50 kPa, maka nilai untuk tegangan keliling nomor dua ( 3-2) adalah 100
kPa, dan nilai tegangan keliling nomor tiga (3-3) adalah 200 kPa. Berikut adalah
contoh grafik hasil pengujian triaxial test yang merupakan grafik hubungan antara
tegangan dan regangan :
Gambar TINJAUAN PUSTAKA.11 Contoh Grafik Hasil Pengujian Triaxial Test
Dari Gambar 2.11, dapat dilihat bahwa terdapat tiga buah kurva yang
menandakan tiga nilai tegangan keliling yang berbeda-beda seperti telah dijelaskan
sebelumnya. Sebelum grafik hasil tersebut dapat dibuat, perlu dilakukan beberapa
tahap perhitungan terhadap data mentah yang telah diperoleh yaitu deformation, load
dial, dan pore pressure. Berikut adalah tahap-tahap perhitungan yang dilakukan guna
menghasilkan grafik hubungan antara deviatoric stress dan axial strain :
Data awal sebelum pembebanan (loading) dijalankan :
Initial Sample Diameter (D0) Initial Sample Area (A0);
Initial Sample Heght (H0);
Cell Pressure (CP);
Back Pressure (BP);
Load Ring Calibration (Rc);
Deformation Gauge Calibration (Dc);
Pore Pressure (u).
...(2.7)
...(2.8)
...(2.9)
...(2.10)
Yield
Gradient = Stiffness
Regangan,
Tegangan Efektif,
Tangent
Secant
Regangan,
E50
50
50 Regangan,
Berdasarkan Gambar 2.14, nilai modulus elastisitas E50 dapat disajikan dalam
bentuk persamaan matematis seperti berikut :
...(2.11)
Oleh karena jenis tanah bervariasi berdasarkan ukuran butiran tanah seperti
gravel, sand, silt, dan clay, berbeda pula nilai modulus elastisitas E50 untuk beberapa
19
ukuran butiran tanah tersebut. Berikut adalah kisaran nilai modulus elastisitas E 50
tanah :
Tabel TINJAUAN PUSTAKA.3 Daftar Nilai Modulus Elastisitas E50 Untuk Tanah
Berbutir Kasar (MPa)
USCS Description Loose Medium Dense
GW, SW Gravels / Sand, well-graded 30 80 80 160 160 320
SP Sand, uniform 10 30 30 50 50 80
GM, SM Gravel / Sand, silty 7 12 12 20 20 30
Sumber : Obrzud & Truty 2012, compiled from Kezdi 1974 and Prat et al. 1995
Tabel TINJAUAN PUSTAKA.4 Daftar Nilai Modulus Elastisitas E50 Untuk Tanah
Berbutir Halus (MPa)
Very Soft Stiff to
USCS Description Medium Hard
to Soft Very Stiff
ML Silt with slight plasticity 2,5 8 10 15 15 40 40 80
ML, CL Silt with low plasticity 1,5 6 6 10 10 30 30 60
Clay with low-medium
CL 0,5 5 58 8 30 30 70
plasticity
CH Clay with high plasticity 0,35 4 47 7 20 2 32
OL Organic Silt - 0,5 5 - -
OH Organic Clay - 0,5 4 - -
Sumber : Obrzud & Truty 2012, compiled from Kezdi 1974 and Prat et al. 1995
Seperti diketahui sebelumnya bahwa setiap data pengujian consolidated
undrained triaxial test menggunakan tiga buah sample yang dibedakan berdasarkan
besaran nilai tegangan keliling yang diberikan. Dengan adanya tiga buah sampel ini
mengartikan akan terdapat tiga buah kurva yang masing-masing kurva memiliki nilai
modulus elastisitas E50, sehingga akan terdapat tiga nilai modulus elastisitas E 50
untuk satu data. Dalam aplikasinya, hanya dibutuhkan satu buah nilai modulus
elastisitas E50 untuk satu data yang berarti harus ada nilai modulus elastisitas E50 yang
mampu merepresentasikan ketiga nilai yang ada. Modulus elastisitas E 50 tersebut
adalah E50ref, yang dimana ref mengartikan reference / referensi terhadap tekanan 1
atm (100 kPa). Berikut adalah sebuah ilustrasi grafik yang digunakan untuk mencari
nilai modulus elastisitas E50ref dari tiga buah nilai E50 :
E50ref
...(2.12)
dimana :
(1 3) = Deviatoric Stress, (kPa)
= Axial Strain (m/m)
a dan b = Konstanta yang diperoleh dari data triaxial test
...(2.13)
Tegangan Deviatoric, q
Ei = 1/a
Regangan Aksial,
b
1
Regangan Aksial,
...(2.14)
dimana :
(1 3)f = Compressive Strength, (kPa)
(1 3)ult = Nilai Asymptote Tegangan, (kPa)
Rf = Failure Ratio
Selain adanya asymptote pada Gambar 2.17, terdapat dua parameter yang dapat
diformulasikan. Kedua parameter tersebut adalah initial tangent modulus dan
ultimate deviatoric stress. Berikut adalah persamaan untuk dua parameter tersebut :
Initial Tangent Modulus
...(2.15)
...(2.16)
...(2.17)
Kurva hubungan tegangan dan regangan dari hasil metode hiperbolik dan
metode grafik atau metode menggunakan data hasil pengujian triaxial test
selanjutnya disajikan menjadi satu grafik sehingga dapat terlihat seperti berikut :
Tegangan Deviatoric, q
(1 3)ult
(1 3)f
Hyperbola
1
Ei
Actual
Regangan Aksial,
Selain Gambar 2.19, grafik kurva hubungan antara metode hiperbolik dan
metode grafik dapat juga dilihat melalui gambar berikut :
Hyperbolic Curve
Untuk interpretasi nilai konstanta a dan b seperti pada Gambar 2.20, berikut
adalah contoh proses penentuan nilai kedua konstanta tersebut berdasarkan data
pengujian triaxial test :
/q = a + b.
...(2.18)
29
...(2.19)
...(2.20)
...(2.21)
...(2.22)
dimana :
Ei = Initial Tangent Modulus (kPa)
Pa = Atmospheric Pressure (100kPa)
3 = Confining Pressure (kPa)
K = Modulus Number
n = Modulus Exponent
Log (Ei/Pa)
Persamaaan umum :
...(2.23)
...(2.24)
...(2.25)
Persamaan umum :
...(2.26)
...(2.27)
...(2.28)
...(2.29)
...(2.30)
...(2.31)
...(2.32)
33
35