Oleh :
Kelompok 5
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Ikan gurami merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke
wilayah Asia Tenggara dan Cina. Merupakan salah satu ikan labirinth dan secara
taksonomi termasuk famili Osphronemidae. Ikan gurami adalah salah satu komoditas
yang banyak dikembangkan oleh para petani hal ini dikarenakan permintaan pasar
cukup tinggi, pemeliharaan mudah serta harga yang relatif stabil.
Ikan gurame (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan air
tawar yang dibudidayakan di kolam dan merupakan ikan asli Indonesia yang
memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta salah satu jenis ikan yang senang tinggal
diperairan yang tenang, terbenam, dan dalam seperti kolam, rawa, telaga, danau serta
waduk.
Ikan gurami sangat potensial dibudidayakan diIndonesia. Banyak faktor yang
menjadikan prospek budidaya gurami menjadi sangat menjanjikan.Faktor pendukung
tersebut diantaranya adalah lahan untuk budidaya gurami masih sangat banyak
tersedia, benih dan pakannya mudah didapat, serta data tentang cara budidayanya
cukup memadai (Agromedia, 2007).
Selain dipasarkan di dalam negeri, Gurami juga berpotensi dipasarkan keluar
negeri. Selama ini, untuk memenuhi permintaan kebutuhan di dalam negeri, gurami
masih dipasok dari sentra penghasil gurami seperti jawa barat. Namun, Kebutuhan
gurami seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Jawa Timur, dan Nusa
Tenggara Barat. namun hingga saat ini untuk kebutuhan gurami di dalam negeri
masih saja belum terpenuhi seluruhnya (Agromedia, 2007).
BAB 2
ISI
2.2.2. Prasarana
Menurut Tirta dan Riski (2002), disamping wadah, ada beberapa peralatan
pendukung yang sangat penting dibutuhkan dalam usaha pembenihan gurami,
diantaranya :
a. Aerator atau Blower
Sistem pembenihan gurami yang menggunakan akuarium dipastikan
membutuhkan suplai oksigen yang cukup. Oleh karena itu, suplai oksigen dengan alat
bantu sangat diperlukan agar kebutuhan oksigen larva dan benih dalam akuarium
terpenuhi.
b. Instalasi Pipa dan Selang Plastik
Pembenihan gurami yang dilakukan di akuarium memerlukan berbagai alat
pendukung, berikut segala perlengkapannya :
1) instalasi pipa
2) instalasi selang plastik
3) batu aerasi atau batu apung
4) cabang pengatur selang dan pengatur oksigen
5) pemanas air (water heater)
6) kain pembersih
7) pompa air
8) bahan pembentuk sarang
9) rangka sarang
10) jaring kecil
11) kain happa
12) lampu
2.3. Pembenihan
2.3.1. Konstruksi Kolam Induk
Menurut Sitanggang dan Sarwono (2006), kolam penyimpanan induk paling
strategis terletak dekat rumah sehingga ikan terkontrol perkembangannya. Kedalaman
kolam penyimpanan induk sekitar 50 cm. Jika luasnya sekitar 10 m2, kolam induk itu
dapat diisi 10 ekor jantan dan 20 ekor betina. Agar ikan tidak melompat keluar, maka
dibagian pemasukan air ditutup anyaman bambu yang agak renggang. Untuk menjaga
kesehatan induk, sesekali dasar tebar harus dibersihkan jika lumpur sudah terlalu
tebal.
2.3.5. Pemijahan
Menurut Tirta dan Riski (2002), induk yang akan memijah biasanya akan
saling berkejar-kejaran terlebih dahulu. Selanjutnya kedua induk akan berdampingan.
Apabila pasangannya sudah siap melangsungkan pemijahan maka induk jantan akan
membuat sarang. Setelah sarang terbentuk maka proses pemijahan akan berlangsung.
Kedua induk akan melekukkan badannya lalu saling melilit. Selanjutnya induk betina
akan mengeluarkan telur. Telur akan berhamburan dan melayang-melayang di air.
Induk jantan akan memunguti telur-telur itu dengan mulutnya dan memasukkanya
kedalam sarang. Dalam satu kali peneluran, tergantung kondisinya, seekor induk
betina akan menghasilkan 2.00040.000 butir telur dan dalam satu tahun seekor
induk betina akan bertelur 23 kali. Telur didalam sarang akan dibuahi oleh induk
jantan dengan cara menyemprotkan spermanya ke telur-telur tersebut.
Menurut Khairuman dan Khairul (2003), keberhasilan proses pemijahan dapat
diamati, yakni dengan memperhatikan keadaan kolam sekitar sarang. Jika didaerah
tersebut tercium bau amis disertai dengan munculnya bintik-bintik minyak
dipermukaan air berarti telah terjadi proses pemijahan. Proses pemijahan akan
berlangsung terus-menerus hingga telur induk betina habis. Biasanya, proses ini
membutuhkan waktu 23 hari. Jika pemijahan telah selesai, sarang yang semula
terbuka akan ditutup oleh induk jantan sehingga bentuknya menjadi bulat.
2.3.8. Pendederan
Pendederan Ikan Gurami adalah kegiatan pemeliharaan benih atau larva
gurami mencapai ukuran tubuh tertentu.Dalam kegitan ini pendederan ini dilakukan
beberapa kali tahap seleksi atau penyaringan untuk memperoleh ukuran benih standar
yang dikenal dalam budi daya ikan gurami.Adapun jenis-jenis ukuran benih yang di
kenal dalam segmen pendederan gurami berturut-turut adalah biji oyong, daun kelor
(kuku kelingking), kuku jempol, silet, korek api, bungkus rokok, dan telapak
tangan.Dalam pendederan gurami, ada sejumlah tahapan sesuai dengan ukuran
standar yang ingin dicapai masing-masing petani. Seluruh tahap pendederan dari
ukurann terkecil (benih ukuran biji oyong atau gabah) hingga mencapai ukuran
terbesar (benih ukuran telapak tangan), membutuhkan waktu pemeliharaan. Berikut
ini tahap-tahapan pendederan gurami.
a.Pendederan I
Pendederan tahap pertama adalah kegiatan membersihkan benih gurami
ukuran biji oyong atau gabah hingga menjadi benih ukuran daun kelor (kuku
kelingking) memiliki panjang tubuh 0,5-1 cm, sedangkan benih gurami sebesar daun
kelor memilik panjang 1-2,5 cm. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan tahap ini
20-30 hari.Benih Gurami Ukuran Biji Oyong atau Gabah
b.Pendederan II
Pendederan tahap kedua adalah kegiatan membesarkan benih dari ukuran
daun kelor (kuku kelingking tangan) hingga ukuran jempol tangan.Ukuran daun kelor
atau atau kuku kelingking berukuran 1-2 cm. Ukuran kuku jempol untuk menyebut
benih ukuran 2,54 cm. Lama pemeliharaan tahap II adalah 20-30 hari.
c.Pendederan III
Pendederan tahap ketiga adalah kegiatana membersihkan benih dari ukuran
kuku jempol hingga mencapai ukuran silet. Gurami ukuran silet 21memiliki panjang
tubuh 5 cm dan berat 5 gram. Lama pemeliharaan tahap ini sekitar 30-40 hari.
d.Pendederan IV
Pendederan tahap keempat adalah kegiatanmembesarkan benih dari ukuran
silet menjadi ukuran bungkus korek api. Ukuran benih 5-7 cm dengan bobot 10-15
gram. Lama pendederan tahap ini 40-50 hari.
e.Pendederan V
Pendederan tahap kelima adalah kegiatan membersihkan benih dari bungkus
korek api hingga bungkus rokok. Ukuran benih 12-15 cm. Lama pemeliharaan tahap
ini 40-15 hari.
f.Pendederan VI
Pendederan tahap keenam merupakan tahap terakhir. Pada tahap ini
pendederan bertujuan membesarkan benih dari ukuran bungkus rokok hingga menjadi
benih ukuran telapak tangan.Ukuran benih 15-20 cm. Lama pemeliharaan pendederan
tahap ini sekitar 20-30 hari. Setelah mencapai ukurang telapak tangan, benih sudah
mulai dibesarkan di segmen pembesaran
BAB 3
ANALISA USAHA
b. Nilai Sisa
Nilai sisa merupakan nilai barang yang digunakan dalam kegiatan usaha yang
tidak habis terpakai. Perhitungan nilai sisa berdasarkan penaksiran setelah barang
invetasi tersebut berakhir umur ekonomisnya.
4.1.2 Arus Biaya (Outflow)
a. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada awal usaha dan umumnya
memiliki umur ekonomis lebih dari 1 tahun. Biaya yang dikeluarkam tersebut
dibutuhkan untuk membangun sarana dan prasarana guna menunjang keperluan usaha
pembenihan ikan gurami.
b.Biaya Operasional
i. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan tanpa pengaruh dari volume
penjualan yang ada di usaha pembenihan gurami. Komponen-komponen biaya tetap
yang terdapat di kolam gurami milik Bapak Ibrahim terdiri dari biaya perawatan
kolam, biaya perawatan motor, pajak bumi bangunan, pulsa dan abodemen listrik.
4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan adalah
1. Pembenihan ikan gurami harus memenihi syarat syarat agar pembenihan
dapat berjalan dengan lancar.
2. Pemilihan induk gurami harus yang terbaik agar telur yang dihasilkan
berkualitas baik dan dapat terbuahi.
3. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembenihan harus lengkap dan
memadai untuk menunjang keberhasilan pembenihan ikan gurami.
4. Perairan yang paling optimal untuk budidaya gurami adalah dataran yang
terletak pada ketinggian antara 50 400 meter Diatas Permukaan Laut
(DPL). Ikan ini masih bertoleransi sampai pada ketinggian 600 meter DPL.
5. Suhu air di lingkungan atau habitat hidupnya, suhu yang ideal berada pada
kisaran 24 280 C. Ikan gurami sangat peka terhadap suhu rendah.
6. Analisa usaha yang dibutuhkan harus teliti dan pendapatan harus lebih besar
dibandingkan dengan pengeluaran karena dapat menyebabkan kerugian.
DAFTAR PUSTAKA
Bugri NJ. 2006. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Benih Ikan Gurami LAC. Ukuran 2 cm [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Saparinto C. 2011. Panduan Lengkap Gurame. Jakarta : Penebar Swadaya. Sari YD.
2006. Interaksi Optimal Perikanan Tangkap dan Budidaya (Studi Kasus :
Perikanan Kerapu di Perairan Kepulaian Seribu, Kabupaten Kepulauan
Seribu, Provinsi DKI Jakarta) [Tesis]. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Sitepu, V. 2013. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Gurami
Kelompok Tani Mina Makmur, Kecamatan dramaga, Kabupaten Bogor.
[Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.