Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN

PEMBENIHAN IKAN GURAMI

Oleh :
Kelompok 5

Riri Damayanti : 05051181419024


Depi Maswala : 05051181520011
Fiar Martha Adi : 05051181520031
Maleakhi Roby Reanando : 05051281520026
Sri Handayani : 05051281520040
M Fatur Rohman : 05051381520023

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Indralaya, 5 November 2017

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

Ikan gurami merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke
wilayah Asia Tenggara dan Cina. Merupakan salah satu ikan labirinth dan secara
taksonomi termasuk famili Osphronemidae. Ikan gurami adalah salah satu komoditas
yang banyak dikembangkan oleh para petani hal ini dikarenakan permintaan pasar
cukup tinggi, pemeliharaan mudah serta harga yang relatif stabil.
Ikan gurame (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan air
tawar yang dibudidayakan di kolam dan merupakan ikan asli Indonesia yang
memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta salah satu jenis ikan yang senang tinggal
diperairan yang tenang, terbenam, dan dalam seperti kolam, rawa, telaga, danau serta
waduk.
Ikan gurami sangat potensial dibudidayakan diIndonesia. Banyak faktor yang
menjadikan prospek budidaya gurami menjadi sangat menjanjikan.Faktor pendukung
tersebut diantaranya adalah lahan untuk budidaya gurami masih sangat banyak
tersedia, benih dan pakannya mudah didapat, serta data tentang cara budidayanya
cukup memadai (Agromedia, 2007).
Selain dipasarkan di dalam negeri, Gurami juga berpotensi dipasarkan keluar
negeri. Selama ini, untuk memenuhi permintaan kebutuhan di dalam negeri, gurami
masih dipasok dari sentra penghasil gurami seperti jawa barat. Namun, Kebutuhan
gurami seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Jawa Timur, dan Nusa
Tenggara Barat. namun hingga saat ini untuk kebutuhan gurami di dalam negeri
masih saja belum terpenuhi seluruhnya (Agromedia, 2007).
BAB 2
ISI

2.1. Biologi Ikan Gurami


Gurami merupakan ikan asli perairan Indonesia yang diperkirakan sudah
dipelihara sejak zaman Raja Galuh di Priangan Timur, yang sekarang menjadi
Kabupaten Ciamis. Pada saat itu gurami hanya dinikmati oleh kalangan kerajaan.
Pemeliharaan gurami lalu menyebar ke berbagai daerah di Ciamis seperti Cikoneng,
Cijeunjing, Purbaratu, Sadanaya, Bojongnangka, Sikamenak, Cibodas, Galunggung,
Kawalu, lalu ke Singaparna di Tasikmalaya (Agromedia, 2007).
Gurami (Osphronemus goramy) adalah sejenis ikan air tawar yang populer dan
disukai sebagai ikan konsumsi di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di samping itu, di
negara-negara lainnya gurami juga sering dipelihara dalam akuarium. Umumnya
dikenal dengan nama gurami, ikan ini juga memiliki beberapa sebutan lokal seperti
gurame (Sunda.), grameh (Jawa.), kalui (Jawa Barat.), ikan kali (Palembang.), dan
lain-lain.
Menurut Khairuman dan Khairul Amri (2003), morfologi ikan gurami adalah
sebagai berikut:
a. Bentuk tubuh gurami agak panjang, tinggi, dan pipih kesamping. Panjang
maksimum mencapai 65 cm dengan tinggi badan 22,1 kali dari panjang tubuh
gurami pada umumnya.
b. Gurami memiliki garis lateral (garis gurat sisi) tunggal, lengkap, dan tidak
terputus.Dengan bentuk sisik stenoid (tidak membulat secara penuh) dan
berukuran besar.
c. Ikan ini memiliki gigi pada rahang bawah.
d. Di daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat. Sirip ekornya membulat dan
mempunyai sepasang sirip perut yang telah mengalami modifikasi menjadi
sepasang benang yang panjang dan berfungsi sebagai alat peraba.
e. Gurami muda memiliki dahi berbentuk normal atau rata. Semakin dewasa, ukuran
dahi menjadi semakin tebal dan tampak menonjol. Pada tubuh gurami muda
terlihat jelas 810 buah garis tegak atau vertikal. Garis ini akan hilang setelah ikan
menginjak dewasa.
Di alam, gurami mendiami perairan yang tenang dan tergenang seperti rawa-
rawa, situ dan danau. Kehidupannya yang menyukai perairan bebas arus itu terbukti,
ketika gurami Sangat mudah dipelihara di kolam-kolam tergenang (Sitanggang dan
Sarwono, 2006).
Perairan yang paling optimal untuk budidaya gurami adalah dataran yang
terletak pada ketinggian antara 50 400 meter Diatas Permukaan Laut (DPL). Ikan
ini masih bertoleransi sampai pada ketinggian 600 meter DPL. Yang menjadi patokan
utama adalah suhu air di lingkungan atau habitat hidupnya, suhu yang ideal berada
pada kisaran 24 280 C. Ikan gurami sangat peka terhadap suhu rendah.

2.2. Sarana dan Prasarana Produksi


Persiapan kolam pada kegiatan pembenihan ikan gurami memerlukan sarana
dan prasarana untuk mendukung dalam kegiatan pembenihan ikan gurami.
2.2.1. Sarana
Menurut Tirta dan Riski (2002), wadah yang dibutuhkan dalam usaha
pembenihan gurami ini bermacam-macam bentuk dan jumlahnya, sesuai dengan
fungsi dari masing-masing wadah tersebut. Wadah yang biasa digunakan dalam
kegiatan usaha pembenihan ikan gurami yaitu sebagai berikut :
a. Akuarium
Akuarium yang digunakan dalam usaha pembenihan gurami dapat berfungsi
sebagai tempat penetasan telur dan tempat pembesaran larva (pendederan) menjadi
benih ukuran tertentu.
b. Ember atau Baskom
Ember atau baskom yang digunakan dapat berfungsi sebagai tempat
pemindahan telur dari kolam pemijahan ke kolam penetasan.
c. Bak Pemeliharaan Cacing
Cacing sutera (Tubifex sp.) merupakan pakan larva dan juga pakan benih
gurami. Bak ini dibuat dengan sistem air mengalir.
d. Bak Fiber
Bak fiber biasa digunakan untuk menampung air yang akan diisikan ke
akuarium. Bentuk bak fiber disesuaikan dengan kebutuhan penggunaanya.

2.2.2. Prasarana
Menurut Tirta dan Riski (2002), disamping wadah, ada beberapa peralatan
pendukung yang sangat penting dibutuhkan dalam usaha pembenihan gurami,
diantaranya :
a. Aerator atau Blower
Sistem pembenihan gurami yang menggunakan akuarium dipastikan
membutuhkan suplai oksigen yang cukup. Oleh karena itu, suplai oksigen dengan alat
bantu sangat diperlukan agar kebutuhan oksigen larva dan benih dalam akuarium
terpenuhi.
b. Instalasi Pipa dan Selang Plastik
Pembenihan gurami yang dilakukan di akuarium memerlukan berbagai alat
pendukung, berikut segala perlengkapannya :
1) instalasi pipa
2) instalasi selang plastik
3) batu aerasi atau batu apung
4) cabang pengatur selang dan pengatur oksigen
5) pemanas air (water heater)
6) kain pembersih
7) pompa air
8) bahan pembentuk sarang
9) rangka sarang
10) jaring kecil
11) kain happa
12) lampu

2.3. Pembenihan
2.3.1. Konstruksi Kolam Induk
Menurut Sitanggang dan Sarwono (2006), kolam penyimpanan induk paling
strategis terletak dekat rumah sehingga ikan terkontrol perkembangannya. Kedalaman
kolam penyimpanan induk sekitar 50 cm. Jika luasnya sekitar 10 m2, kolam induk itu
dapat diisi 10 ekor jantan dan 20 ekor betina. Agar ikan tidak melompat keluar, maka
dibagian pemasukan air ditutup anyaman bambu yang agak renggang. Untuk menjaga
kesehatan induk, sesekali dasar tebar harus dibersihkan jika lumpur sudah terlalu
tebal.

2.3.2. Persiapan Kolam


Menurut Jangkaru (2007), kolam harus dikeringkan terlebih dahulu,selain
untuk mematikan bibit hama dan penyakit, juga untuk memberikan rangsangan bau
sangit pada induk-induk gurami.
Pada saat pengeringan, pematang kolam diperbaiki dengan membabat rumput
yang masuk ke kolam agar diketahui kebocoran pematang. Kebocoran pematang bisa
menyebabkan benih ikan berenang dan akan hanyut terbawa aliran air.
Kolam pemijahan setelah dikeringkan siap diisi air dengan kualitas yang baik
yaitu jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan terbebas dari hama serta bibit penyakit.
Ketinggian air kolam kurang lebih 0,75-1 meter.
Kolam pemijahan yang telah terisi air kemudian dibiarkan minimum 4 hari.
Selama itu, dilakukan pemasangan kerangka sarang sebagai tempat untuk meletakan
bahan pembentuk sarang. Kerangka ini dapat berupa sosog, ranting-ranting pohon
atau kayu dan bambu yang cukup ditancapkan. Sebagai tempat sarang dapat pula
dilakukan pembuatan lubang-lubang di dinding pematang kolam. Kerangka sarang
ini diletakan dipinggir dan ditengah kolam.
Bahan pembentuk sarang diletakan dikolam sebelum induk dimasukkan.
Semakin banyak bahan sarang yang disediakan akan semakin baik. Bahan sarang
yang diberika dapat berupa ijuk, tali rapia dan rumput kering. Bahan sarang
diletakkan ditempat khusus atau diletakkan begitu saja, ditengah atau dipinggir kolam
(Tirta dan Riski, 2002 ).

2.3.3. Persyaratan Induk


Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan untuk menghasilkan induk
gurami yang berkualitas prima. Syarat-syarat tersebut meliputi umur dan keadaan
fisik ikan. Umur induk betina yang baik antara 3 7 tahun. Untuk induk jantan,
umurnya antara 2 3 tahun. Semakin tua dari umur yang telah ditetapkan tersebut,
Semakin sedikit produksi telur dan sperma yang dihasilkan oleh gurami. Perbedaan
induk jantan dan betina tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Induk Jantan dan Betina


Induk Jantan Induk Betina

- Dahi menonjol - Dahi datar

- Dagu tebal ( lebih menonjol ) - Dagu tidak menebal

- Perut meruncing - Perut membundar

- Susunan sisik normal (rebah) - susunan sisik agak membuka

- Gerakan lincah - Gerakan agak lamban

Sumber: Tirta dan Riski, (2002)


Adapun persyaratan induk ikan gurami sesuai Standar Nasional Indonesia
harus memenuhi kriteria kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut :
a. Kriteria kualitatif
1. Warna badan kecoklatan dan bagian perut berwarna putih keperakan atau
kekuning-kuningan.
2. Bentuk tubuh pipih vertikal.
3. Kesehatan anggota atau tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan
bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh bebas dari jasad pathogen, insang
bersih, tubuh tidak bengkak/memar, dan tidak berlumut, tutup insang normal dan
tubuh berlendir.
b. Kriteria kuantitatif sifat reproduksi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria kuantitatif induk siap dipijahkan.


Jenis Kelamin
No. Kriteria Satuan
Jantan Betina
1 Umur Bulan 24- -
2 Panjang Standar Cm 30 35 31 35
3 Bobot badan Kg/ekor 1.5 - 2.0 2.0 - 2.5
4 Fekuinditas Butir/kg - 1.500 - 2.500
5 Diameter telur mm - 1.4 - 1.9
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, (2000)

Namun demikian, dalam pemijahan sebaiknya menggunakan induk yang


sudah mencapai berat sekitar 3 kg (betina) dan 4-5 kg (jantan). Induk betina dapat
menghasilkan telur sebanyak 1.500 2.500 butir/kg induk.

2.3.4. Perawatan Induk


Hal-hal yang paling utama dilakukan dalam upaya perawatan induk yakni
pemberian pakan. Pakan untuk induk berupa daun talas, seekor induk rata-rata
menghabiskan sehelai daun talas tiap harinya. Air kolam harus dijaga kebersihannya
agar tidak mengganggu kesehatan induk ikan gurami tetap terjaga. Suasana disekitar
kolam diusahakan jangan terlalu ramai agar induk tidak terganggu dan merasa
nyaman saat ada dikolam pemeliharaan induk, serta kolam persiapan induk juga
diusahakan harus terbebas dari hama pengganggu (Tirta dan Riski, 2002).

2.3.5. Pemijahan
Menurut Tirta dan Riski (2002), induk yang akan memijah biasanya akan
saling berkejar-kejaran terlebih dahulu. Selanjutnya kedua induk akan berdampingan.
Apabila pasangannya sudah siap melangsungkan pemijahan maka induk jantan akan
membuat sarang. Setelah sarang terbentuk maka proses pemijahan akan berlangsung.
Kedua induk akan melekukkan badannya lalu saling melilit. Selanjutnya induk betina
akan mengeluarkan telur. Telur akan berhamburan dan melayang-melayang di air.
Induk jantan akan memunguti telur-telur itu dengan mulutnya dan memasukkanya
kedalam sarang. Dalam satu kali peneluran, tergantung kondisinya, seekor induk
betina akan menghasilkan 2.00040.000 butir telur dan dalam satu tahun seekor
induk betina akan bertelur 23 kali. Telur didalam sarang akan dibuahi oleh induk
jantan dengan cara menyemprotkan spermanya ke telur-telur tersebut.
Menurut Khairuman dan Khairul (2003), keberhasilan proses pemijahan dapat
diamati, yakni dengan memperhatikan keadaan kolam sekitar sarang. Jika didaerah
tersebut tercium bau amis disertai dengan munculnya bintik-bintik minyak
dipermukaan air berarti telah terjadi proses pemijahan. Proses pemijahan akan
berlangsung terus-menerus hingga telur induk betina habis. Biasanya, proses ini
membutuhkan waktu 23 hari. Jika pemijahan telah selesai, sarang yang semula
terbuka akan ditutup oleh induk jantan sehingga bentuknya menjadi bulat.

2.3.6. Penetasan Telur


Dalam kondisi alamiah, telur-telur dalam sarang akan menetas dalam waktu
3036 jam. Setelah menetas anak ikan (larva ikan) masih tetap tersimpan dalam
sarang. Menurut Jangkaru (2007), penetasan telur gurami dapat dilakukan dalam
kolam pemijahan, kolam penetasan, sawah, paso, maupun baskom (bak plastik).
Macam-macam tempat penetasan telur yang pada umum dilakukan antara lain :
a.Penetasan Telur di Kolam Pemijahan
Penetasan telur dalam kolam pemijahan dilakukan tanpa mengangkat atau
memindahkan sarang atau induknya dari dalam kolam. Induk tetap berada didalam
sarangnya karena diperlukan untuk merawat dan menjaga telur serta larva.
b.Penetasan Telur di Kolam Penetasan
Persiapan yang dilakukan sebelum mulai menetaskan telur di dalam kolam
penetasan adalah membersihkan dan menjemur kolam serta melappisi dasar kolam
dengan kerikil-kerikil halus. Gunanya supaya telur, larva, dan benih tidak terbungkus
lumpur.
Setelah persiapan kolam penetasan selesai, sarang buatan yang telah berisi
telur, dapat diangkat secara perlahan-lahan. Idealnya sarang diangkat setelah 2 4
hari dari proses pemijahan. Telur-telur tersebut akan menetas setelah tiga hari
kemudian.
c.Penetasan Telur di dalam Akuarium
Penetasan dalam akuarium merupakan cara yang dianggap paling
efektifkarena pengontrolannya lebih ketat dan sarana pendukungnya amat memadai,
sehingga tingkat keberhasilanya lebih tinggi.
d.Penetasan Telur dalam Baskom
Baskom yang digunakan dapat berbahan dari plastik, fiber, karet maupun
papan. Untuk skala industri, baskom-baskom untuk penetasan ini sebaiknya diberi
naungan. Jenis naungan yang digunakan dapat berupa rumbia, plastik, genting, atau
jenis atap lainnya.

2.3.7. Pemeliharaan Larva


Menurut Jangkaru (2007), fase larva merupakan masa kritis dalam daur hidup
ikan sehingga tingkat kematian atau mortalitas pada fase ini sangat tinggi. Banyak
faktor yang menyebabkan tingkat mortalitas pada fase larva menjadi tinggi. Faktor
penyebab tersebut dapat digolongkan dalam faktor internal dan eksternal. Faktor
internal berasal dari proses perkembangan biologi larva itu sendiri. Sedangkan faktor
eksternal antara lain penyakit, hama, kualitas air, cuaca dan pakan.

2.3.8. Pendederan
Pendederan Ikan Gurami adalah kegiatan pemeliharaan benih atau larva
gurami mencapai ukuran tubuh tertentu.Dalam kegitan ini pendederan ini dilakukan
beberapa kali tahap seleksi atau penyaringan untuk memperoleh ukuran benih standar
yang dikenal dalam budi daya ikan gurami.Adapun jenis-jenis ukuran benih yang di
kenal dalam segmen pendederan gurami berturut-turut adalah biji oyong, daun kelor
(kuku kelingking), kuku jempol, silet, korek api, bungkus rokok, dan telapak
tangan.Dalam pendederan gurami, ada sejumlah tahapan sesuai dengan ukuran
standar yang ingin dicapai masing-masing petani. Seluruh tahap pendederan dari
ukurann terkecil (benih ukuran biji oyong atau gabah) hingga mencapai ukuran
terbesar (benih ukuran telapak tangan), membutuhkan waktu pemeliharaan. Berikut
ini tahap-tahapan pendederan gurami.
a.Pendederan I
Pendederan tahap pertama adalah kegiatan membersihkan benih gurami
ukuran biji oyong atau gabah hingga menjadi benih ukuran daun kelor (kuku
kelingking) memiliki panjang tubuh 0,5-1 cm, sedangkan benih gurami sebesar daun
kelor memilik panjang 1-2,5 cm. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan tahap ini
20-30 hari.Benih Gurami Ukuran Biji Oyong atau Gabah
b.Pendederan II
Pendederan tahap kedua adalah kegiatan membesarkan benih dari ukuran
daun kelor (kuku kelingking tangan) hingga ukuran jempol tangan.Ukuran daun kelor
atau atau kuku kelingking berukuran 1-2 cm. Ukuran kuku jempol untuk menyebut
benih ukuran 2,54 cm. Lama pemeliharaan tahap II adalah 20-30 hari.
c.Pendederan III
Pendederan tahap ketiga adalah kegiatana membersihkan benih dari ukuran
kuku jempol hingga mencapai ukuran silet. Gurami ukuran silet 21memiliki panjang
tubuh 5 cm dan berat 5 gram. Lama pemeliharaan tahap ini sekitar 30-40 hari.
d.Pendederan IV
Pendederan tahap keempat adalah kegiatanmembesarkan benih dari ukuran
silet menjadi ukuran bungkus korek api. Ukuran benih 5-7 cm dengan bobot 10-15
gram. Lama pendederan tahap ini 40-50 hari.
e.Pendederan V
Pendederan tahap kelima adalah kegiatan membersihkan benih dari bungkus
korek api hingga bungkus rokok. Ukuran benih 12-15 cm. Lama pemeliharaan tahap
ini 40-15 hari.
f.Pendederan VI
Pendederan tahap keenam merupakan tahap terakhir. Pada tahap ini
pendederan bertujuan membesarkan benih dari ukuran bungkus rokok hingga menjadi
benih ukuran telapak tangan.Ukuran benih 15-20 cm. Lama pemeliharaan pendederan
tahap ini sekitar 20-30 hari. Setelah mencapai ukurang telapak tangan, benih sudah
mulai dibesarkan di segmen pembesaran
BAB 3
ANALISA USAHA

4.1. Analisis Finansial


4.1.1. Arus Manfaat (Inflow)
a. Penerimaan Penjualan

b. Nilai Sisa
Nilai sisa merupakan nilai barang yang digunakan dalam kegiatan usaha yang
tidak habis terpakai. Perhitungan nilai sisa berdasarkan penaksiran setelah barang
invetasi tersebut berakhir umur ekonomisnya.
4.1.2 Arus Biaya (Outflow)
a. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada awal usaha dan umumnya
memiliki umur ekonomis lebih dari 1 tahun. Biaya yang dikeluarkam tersebut
dibutuhkan untuk membangun sarana dan prasarana guna menunjang keperluan usaha
pembenihan ikan gurami.
b.Biaya Operasional
i. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan tanpa pengaruh dari volume
penjualan yang ada di usaha pembenihan gurami. Komponen-komponen biaya tetap
yang terdapat di kolam gurami milik Bapak Ibrahim terdiri dari biaya perawatan
kolam, biaya perawatan motor, pajak bumi bangunan, pulsa dan abodemen listrik.

ii. Biaya Variabel


Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan dan dipengaruhi oleh
volume produksi dari usaha yang dijalankan.
4.1.3. Kriteria Kelayakan Investasi

*Net Present Value (NPV)


NPV digunakan dalam kriteria investasi untuk melihat hasil manfaat bersih
dari suatu usaha atau proyek. Nilai NPV yang dihasilkan dari kegiatan budidaya
pembenihan ikan gurami adalah Rp 1.823.916.516,60, hal ini mendeskripsikan bahwa
usaha pembenihan ikan gurami di kolam gurami menghasilkan manfaat bersih
sebesar Rp 1.823.916.516,60 selama 10 tahun dengan discount rate yang digunakan
sebesar 7%. Usaha pembenihan ikan gurami ini dikatakan layak karena manfaat
bersih yang dihasilkan lebih dari nol.
*Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Nilai Net B/C yang dihasilkan dari analisis di kolam gurami menghasilkan
angka 1,64. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 biaya yang dikeluarkan
menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp. 1,64. Hasil ini menyatakan bahwa usaha
pembenihan ikan gurami layak dijalankan karena nilai Net B/C lebih dari satu.
* Internal Rate of Return (IRR)
IRR digunakan untuk menghitung kembali hasil pengembalian dari usaha
yang dilakukakn terhadap investasi yang telah ditanamkan pada usaha pembenihan
ikan gurami. Dari analisis yang dilakukan, IRR untuk kolam gurami memiliki nilai
17%. Nilai tersebut menjelaskan bahwa hasil dari usaha pembenihan tersebut mampu
mengembalikan 17% dari modal yang dikeluarkan. Nilai IRR kolam dinyatakan layak
karena berada di atas tingkat diskonto 7%.
*Payback Periode (PP)
Jangka waktu pengembalian investasi yang telah ditanamkan adalah 6 tahun 8 bulan.
Nilai ini dinyatakan layak karena jangka waktu pengembalian tidak melewati umur
bisnis yang 10 tahun.
4.1.4. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan suatu kajian analisis dalam kriteria kelayakan
investasi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu ketidakpastian dalam suatu
usaha. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan untuk menganalisis sensitivitas
dalam suatu usaha, diantaranya adalah peningkatan biaya pakan, penurunan produksi
atau penurunan harga jual.
BAB 4
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan adalah
1. Pembenihan ikan gurami harus memenihi syarat syarat agar pembenihan
dapat berjalan dengan lancar.
2. Pemilihan induk gurami harus yang terbaik agar telur yang dihasilkan
berkualitas baik dan dapat terbuahi.
3. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembenihan harus lengkap dan
memadai untuk menunjang keberhasilan pembenihan ikan gurami.
4. Perairan yang paling optimal untuk budidaya gurami adalah dataran yang
terletak pada ketinggian antara 50 400 meter Diatas Permukaan Laut
(DPL). Ikan ini masih bertoleransi sampai pada ketinggian 600 meter DPL.
5. Suhu air di lingkungan atau habitat hidupnya, suhu yang ideal berada pada
kisaran 24 280 C. Ikan gurami sangat peka terhadap suhu rendah.
6. Analisa usaha yang dibutuhkan harus teliti dan pendapatan harus lebih besar
dibandingkan dengan pengeluaran karena dapat menyebabkan kerugian.
DAFTAR PUSTAKA

Bugri NJ. 2006. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Benih Ikan Gurami LAC. Ukuran 2 cm [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Departemen Kelautan dan Perikanan.2011. Statistik Perikanan Indonesia. Jakarta.


Ervina, S. 2011. Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Ikan gurami (Studi
Kasus di Perusahaan Mekar Tambak Sari, Kecamatan Sawangan, Kota Depok)
[Skripsi].Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Gittinger JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Jakarta : Universitas


Indonesia.

Roheni A. 2006. Kelayakan Investasi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Mas di


Desa Sumurgintung Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang.[Skripsi]. Bogor.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor.

Saparinto C. 2011. Panduan Lengkap Gurame. Jakarta : Penebar Swadaya. Sari YD.
2006. Interaksi Optimal Perikanan Tangkap dan Budidaya (Studi Kasus :
Perikanan Kerapu di Perairan Kepulaian Seribu, Kabupaten Kepulauan
Seribu, Provinsi DKI Jakarta) [Tesis]. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Sitepu, V. 2013. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Gurami
Kelompok Tani Mina Makmur, Kecamatan dramaga, Kabupaten Bogor.
[Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai