Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Perpustakaan

Membangun
J. Perpus. Pertanian
profesionalisme
Pert. Vol. 23 No.Vol. 26 No.2014:
pustakawan
1 April 1abad
Juni...-...
2017: 39-45
ke-21 (Bambang Winarko) DOI: 10.21082/jpp.v26n1.2017.p39-45

MEMBANGUN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN ABAD KE-21

Building Librarian Professionalism in the 22 st Century

Bambang Winarko

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian


Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122
Telp. (0251) 8321746, Faks. (0251) 83266561
E-mail: bwin64@yahoo.com, pustaka@litbang.pertanian.go.id

Diajukan: 16 Februari 2017; Diterima: 3 Mei 2017

ABSTRAK sebagai perpustakaan abad ke-21. Hal ini tidak terlepas


dari berbagai kelebihan yang dimiliki perpustakaan digital
Perpustakaan digital berkembang pesat dalam satu dekade terakhir. dibandingkan dengan perpustakaan konvensional. Saleh
Perkembangan tersebut menuntut pustakawan untuk meningkatkan
(2013) menyatakan bahwa kelebihan perpustakaan digital
profesionalisme sehingga dapat mengikuti perkembangan yang ada.
Pengembangan profesonalisme pustakawan meliputi peningkatan
dibandingkan dengan perpustakaan konvensional adalah
atribut pribadi dan kompetensi yang terkait dengan dasar-dasar hemat ruang, mempunyai akses ganda (multiple access),
pengetahuan tentang profesi, operasi komputer, sistem perpustakaan tidak dibatasi ruang dan waktu, koleksi dapat berbentuk
terintegrasi, pengorganisasian, alat klasifikasi, sumber-sumber multimedia, dan biaya murah.
informasi, manajemen informasi dan ilmu pengetahuan, pengkajian,
dan desain web. Strategi membangun profesionalisme pustakawan Ercegovac dalam Dewiyana (2006) menyatakan
dapat dilakukan melalui pendidikan formal dan nonformal, bahwa perpustakaan digital mempunyai peran penting
pertemuan ilmiah, pertemuan teknis, magang, forum komunikasi, dalam mendorong perubahan dalam layanan perpus-
dan jejaring perpustakaan.
takaan. Perubahan dalam layanan perpustakaan tersebut
Kata kunci: Pustakawan, profesionalisme, kompetensi, strategi meliputi perubahan format dan pengorganisasian
pengembangan koleksi, sistem informasi, akses informasi, dan pengguna
perpustakaan. Berbagai perubahan ini menuntut
pustakawan untuk terus meningkatkan profesionalisme
ABSTRACT
agar dapat mengikuti perubahan yang terjadi, termasuk
Digital library develops rapidly in the last decade. These developments meningkatkan kompetensi diri agar mampu memberikan
require librarians to increase their professionalism to keep up the layanan yang optimal.
existing developments. Development of librarian professionalism
includes enhancement of personal attributes and improvement of
competencies related to basic professional knowledge, computer PROFESIONALISME PUSTAKAWAN
operations, integrated library systems, organizing, classification tools,
information resources, information and knowledge management, Profesionalisme dapat dikatakan sebagai dedikasi
assessment, and web design. Strategy on librarian professional
terhadap suatu pekerjaan dan keinginan untuk melampaui
development can be done through formal and non-formal education,
scientific meetings, technical meetings, internships, communication tugas. Profesionalisme merupakan sikap untuk melakukan
forums and library networks. sesuatu yang terbaik untuk lembaga serta memperlakukan
teman sejawat, atasan, dan pengguna secara hormat dan
Keywords: Librarian, professionalism, competence, development
strategy bermartabat (Kaser 2016). Kata melakukan sesuatu yang
paling baik untuk lembaga mengandung makna adanya
tuntutan untuk melakukan yang terbaik bagi instansi
PENDAHULUAN
tempat pustakawan bekerja.
Perpustakaan konvensional yang berbasis bahan pustaka Untuk melakukan hal terbaik, pustakawan harus
cetak perlahan-lahan mulai ditinggalkan karena pemustaka mempunyai kompetensi dalam melakukan pekerjaan-
lebih tertarik untuk memanfaatkan perpustakaan digital nya. Tanloet dan Tuamsuk (2011) menyatakan bahwa

Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 21, Nomor 2, 2012 39


J. Perpus. Pert. Vol. 26 No. 1 Juni 2017: 39-45

kompetensi profesional di bidang informasi ditentukan serta mengamati perpustakaan tempat bekerja dan
oleh pengetahuan, keterampilan, dan atribut pribadi. perpustakaan lain sampai ke taraf global dapat menjadi
Seseorang yang mempunyai kompetensi akan memiliki sarana untuk pengembangan diri pustakawan. Clausen
kepercayaan diri yang tinggi karena memiliki penge- (2012) menyatakan The American Library Association
tahuan, kemampuan, dan keterampilan di bidangnya, menganggap penting pustakawan dengan pendidikan
serta motivasi yang tinggi untuk melakukan sesuatu profesional setingkat master (S2).
yang terkait dengan bidang tersebut sesuai dengan tata
Profesionalitas ditentukan oleh pengetahuan dan
nilai atau ketentuan yang disyaratkan (Kismiyati 2006).
keterampilan yang dimiliki oleh pegawai dalam suatu
Atribut pribadi dalam hal ini terkait dengan cara lembaga. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
memperlakukan teman sejawat, atasan, dan pengguna (2012) menyatakan bahwa pustakawan adalah seseorang
secara hormat dan bermartabat seperti yang dinyatakan yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan pengelo-
oleh Kaser (2016). Dalam kaitannya dengan atribut laan dan layanan perpustakaan.
pribadi, Tanloet dan Tuamsuk (2011) menyatakan
Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang
pustakawan harus memiliki jiwa kepemimpinan, sikap mau
mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
melayani, moral dan etika profesional, motivasi untuk
yang dapat diobservasi melalui kemampuan dalam
mencapai sesuatu yang dituju, akuntabel, mampu
menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai
mengatur diri sendiri, dan mudah menyesuaikan diri.
dengan standar kinerja yang ditetapkan. Kompetensi
Selanjutnya Shahbazi dan Hedayati (2016) menyatakan
dibedakan menjadi kompetensi umum, kompetensi inti,
pustakawan perlu mempunyai kemampuan berkomuni-
dan kompetensi khusus. Kompetensi umum merupakan
kasi, bekerja dalam kelompok, mengatasi masalah,
kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap
fleksibel, mengatur waktu, serta disiplin dalam moral dan
pustakawan dan diperlukan untuk melaksanakan tugas.
etika profesi. Pustakawan juga harus profesional dalam
Dalam hal ini termasuk kemampuan mengoperasikan
bersikap, berbusana, berkepribadian, dan bermedia
komputer tingkat dasar, menyusun rencana kerja
sosial (Clausen 2012).
perpustakaan, dan membuat laporan kerja perpustakaan.
Profesionalisme menuntut pembelajaran secara Kompetensi inti harus dimiliki pustakawan dalam
terus-menerus (Bivens-Tatum 2008). Pembelajaran menjalankan tugas-tugas perpustakaan, meliputi seleksi
secara terus-menerus untuk meningkatkan kompetensi bahan perpustakaan, pengadaan bahan perpustakaan,
juga ditegaskan dalam pasal 203 Peraturan Pemerintah pengatalogan deskriptif, pengatalogan subjek, pera-
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai watan bahan perpustakaan, melakukan layanan sirkulasi
Negari Sipil dan pasal 33 Undang-Undang Nomor 43 dan referensi, penelusuran informasi sederhana,
Tahun 2007 tentang Perpustakaan yang menyatakan promosi perpustakaan, literasi informasi, dan meman-
bahwa setiap PNS dalam hal ini pustakawan mempunyai faatkan jaringan internet untuk layanan perpustakaan.
hak dan kesempatan yang sama dalam peningkatan Kompetensi khusus bersifat spesifik, termasuk di
kompetensi. Selanjutnya, dalam pasal 7 Undang-Undang dalamnya merancang tata ruang dan perabot perpus-
Nomor 43 Tahun 2007 pemerintah wajib membina takaan, melakukan perbaikan bahan perpustakaan,
dan mengembangkan kompetensi dan profesionalitas membuat literatur sekunder, melakukan penelusuran
pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan. Seorang informasi kompleks, melakukan kajian perpustakaan, dan
profesional biasanya memiliki latar belakang pendidikan membuat karya tulis ilmiah. Selain ketiga kompetensi
D3 atau lebih dan dituntut terus belajar dan mengem- tersebut, terdapat kompetensi kunci yang merupakan
bangkan diri melalui pendidikan formal dan nonformal. sikap kerja yang harus dimiliki pustakawan untuk
Pengembangan diri melalui pendidikan formal dan mencapai kinerja yang dipersyaratkan dalam pelak-
nonformal ini sesuai dengan pasal 33 Undang-Undang sanaan setiap unit kompetensi (umum, inti, dan khusus).
Nomor 43 Tahun 2007 dan pasal 210 Peraturan
Shahbazi dan Hedayati (2016) membedakan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017, yang mengisyaratkan
pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh
peningkatan kompetensi melalui pendidikan formal
pustakawan menjadi pengetahuan dan keterampilan
dan nonformal (pelatihan) dengan jumlah jam minimal
komputer dasar, internet, databases, layanan digital,
20 jam per tahun. Melakukan pengamatan terhadap
desain dan manajemen situs, katologisasi digital, dan
diri sendiri sebagai bagian dari suatu perpustakaan
perangkat lunak perpustakaan.

40 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 21, Nomor 2, 2012


Membangun profesionalisme pustakawan abad ke-21 (Bambang Winarko)

PERPUSTAKAAN ABAD KE-21 abad ke-21 seperti sekarang. Setelah otomasi perpus-
takaan, kecenderungan layanan adalah akses dari
Perkembangan Perpustakaan Digital beberapa lokasi sekaligus, makin banyaknya sumber
informasi yang dapat diakses, makin dekatnya sumber
Perkembangan perpustakaan bergerak dari perpustakaan informasi asal, dan hilangnya peran perantara.
yang berbasis cetak ke arah perpustakaan digital. Choi
dan Rasmussen dalam Shahbazi dan Hedayati (2016) Pada saat ini, perpustakaan digital telah ber-
telah menganalisis iklan lowongan pekerjaan untuk kembang pesat sehingga pemustaka dapat melakukan
kategori pustakawan dan profesional informasi. Hasil akses dari lokasi yang berbeda. Pemustaka tidak perlu
analisis menunjukkan terdapat paradigma baru berupa hadir secara fisik ke perpustakaan, tetapi dapat
kebutuhan akan staf yang mempunyai kemampuan dalam memperoleh informasi dari tempat yang berbeda secara
koleksi, layanan, dan aplikasi teknologi digital. Sementara global dan real time. Seorang mahasiswa Indonesia
Ocholla dan Shongwe dalam Shahbazi dan Hedayati yang sedang mengikuti program master di Inggris,
(2016) menyatakan bahwa teknologi informasi sangat misalnya, dapat mengakses perpustakaan universitas-
memerlukan staf berlatar pendidikan S2 perpustakaan dan nya secara real time. Hal yang sama dapat dilakukan oleh
sistem informasi. Hal ini menunjukkan bahwa perpus- mahasiswa universitas yang sama yang berasal dari
takaan masa kini menuju ke arah perpustakaan digital. negara yang berbeda. Mereka dapat mengakses
informasi yang sama dari tempat yang berbeda.
Perubahan perpustakaan konvensional ke perpus-
takaan abad ke-21 dinyatakan oleh Worpole (2004). Dari sisi pemustaka, kemunculan perpustakaan abad
Perubahan tersebut dipengaruhi oleh perkembangan ke-21 memungkinkan mereka dapat mengakses sumber
pendidikan tinggi, mobilitas pemustaka yang semakin informasi yang lebih banyak. Bila dibandingkan dengan
tinggi, kemajuan teknologi, interaksi sosial, keber- perpustakaan konvensional, perpustakaan digital
lanjutan lingkungan, perkembangan ekonomi, demokrasi, membolehkan pemustaka untuk mengakses berbagai
pemerintahan, dan dukungan politik jangka panjang. database yang dilanggan oleh suatu perpustakaan
Pengaruh pendidikan tinggi, mobilitas yang semakin maupun sumber informasi lainnya. Dengan demikian,
tinggi, dan teknologi maju terasa sekali pada saat ini. pemustaka mendapatkan lebih banyak sumber informasi
yang dapat diakses.
Pendidikan tinggi mempunyai pengaruh yang besar
terhadap kemunculan perpustakaan abad ke-21. Pada perpustakaan konvensional, perpustakaan
Pendidikan tinggi berkaitan dengan dunia ilmiah. menyediakan publikasi bibliografis sebagai sumber
Perpustakaan merupakan sumber informasi ilmiah yang informasi bagi pemustaka dan pemustaka perlu meminta
mendukung sivitas akademika dalam melaksanakan informasi lengkap kepada pustakawan. Seandainya
kegiatan ilmiah, meliputi penelitian, pembuatan karya dokumen lengkapnya tersedia di perpustakaan tersebut,
tulis ilmiah, dan lain-lain. pemustaka akan mendapatkannya. Seandainya tidak
tersedia, pemustaka perlu menunggu artikel lengkap
Mobilitas pemustaka yang semakin tinggi juga melalui layanan pinjam antarperpustakaan atau layanan
berpengaruh besar terhadap kemunculan perpustakaan penyediaan dokumen. Pada perpustakaan digital,
digital. Semakin tinggi tingkat mobilitas pemustaka, pengguna dapat langsung mengakses informasi dan
semakin tinggi kebutuhan akan perpustakaan digital mencetak dokumen asalnya (dokumen lengkap) secara
untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Perpustakaan mandiri. Pustakawan lebih berperan dalam pengolahan
digital dapat dijangkau kapan pun dan di mana pun dan manajemen informasi, help deks, dan membimbing
melalui smartphone. pengguna jika diperlukan.
Teknologi maju merupakan pendukung utama
perpustakaan abad ke-21. Internet dan aplikasinya
seperti laman web, surat elektronik, dan lain-lain paling Tipe Perpustakaan Digital
berpengaruh terhadap kemunculan perpustakaan digital.
Perpustakaan digital yang dinyatakan sebagai sistem
Besser (1998) menyatakan otomasi perpustakaan perpustakaan terintegrasi oleh Shahbazi dan Hedayati
merupakan awal dari perubahan layanan perpustakaan (2016) merupakan perpustakaan digital yang sempurna.
pada era 1980-an. Pada perkembangan selanjutnya, Hal ini senada dengan yang dimaksud dengan
layanan otomasi ini berkembang menjadi perpustakaan perpustakaan digital oleh Kementerian Tenaga Kerja dan

Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 21, Nomor 2, 2012 41


J. Perpus. Pert. Vol. 26 No. 1 Juni 2017: 39-45

Transmigrasi RI (2012), yang mendefinisikan perpustakaan dan power point serta meningkatkan kemampuan
digital sebagai perpustakaan yang menyediakan sumber- dalam promosi dan pemasaran perpustakaan.
sumber informasi dalam format terbaca mesin yang dapat 3. Pengetahuan mengenai sistem perpustakaan
diakses melalui jarak jauh dengan menggunakan jaringan terintegrasi, pengorganisasian, dan alat klasifikasi.
komputer. Di perpustakaan, proses digitalisasi dimulai dari Pengetahuan ini akan membantu pustakawan dalam
katalog, monograf, pengindeksan majalah, layanan mengelola informasi mulai dari registrasi bahan
abstrak, layanan majalah dan koleksi referensi. pustaka hingga layanan kepada pemustaka.
4. Sumber-sumber informasi. Pengetahuan mendalam
Selain perpustakaan terintegrasi seperti di atas,
terhadap berbagai sumber informasi akan membantu
terdapat perpustakaan digital yang menyediakan artikel
pustakawan dalam melakukan layanan secara cepat,
dalam bentuk file yang dapat dipinjam untuk jangka
tepat, dan profesional. Pengetahuan ini juga
waktu tertentu, seperti i-Jak yang dimiliki oleh
diperlukan dalam membimbing pemustaka pemula
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan i-Tani yang dimiliki
agar pemustaka memperoleh pengetahuan tentang
oleh Kementerian Pertanian. Sumber-sumber informasi
sumber-sumber informasi secara luas.
digital lainnya dalam bentuk online database, online
5. Manajemen informasi dan ilmu pengetahuan.
journal, dan online repository juga merupakan bentuk
Kemampuan ini terkait dengan pemanfaatan
perpustakaan digital yang dapat dimanfaatkan pemus-
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk
taka untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Informasi
keperluan penelusuran dalam database dan internet,
digital seperti ini banyak dimiliki oleh perpustakaan
konsultasi, dan pemasaran informasi. Dengan
konvensional (hibrida) sebagai versi online dari koleksi
kemampuan ini, pustakawan akan terbiasa dengan
perpustakaan yang dilanggan.
databases, mesin pencari dan direktori web, layanan
web 2.0 (social networks, Wikis and Weblogs),
MEMBANGUN PROFESIONALISME layanan digital referensi, dan hak kekayaan
PUSTAKAWAN ABAD KE-21 intelektual.
6. Pengkajian. Umumnya pustakawan belum mampu
Membangun profesionalisme pustakawan pada abad ke- melakukan kegiatan pengkajian. Hal ini didasarkan
21 tidak dapat dipisahkan dari kompetensi yang harus atas pengalaman para pengelola terbitan berkala
dimiliki oleh pustakawan dan tren perpustakaan sebagai ilmiah di bidang perpustakaan yang umumnya
acuannya. Profesionalisme pustakawan, seperti yang mengalami hambatan kekurangan naskah layak terbit.
dinyatakan Tanloet dan Tuamsuk (2011), Kementerian Kalau dibandingkan antara jumlah pustakawan
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI (2012), dan Shahbazi dengan jumlah jurnal perpustakaan yang ada
dan Hedayati (2016) serta tren perpustakaan abad seharusnya hambatan tersebut tidak terjadi.
ke-21 oleh Besser (1998) dan Worpole (2004), dapat Kontribusi pustakawan Indonesia di level inter-
dikembangkan dengan meningkatkan kompetensi yang nasional pun masih sangat rendah. Peningkatan
terkait dengan: kemampuan pustakawan dalam pengkajian akan
membawa perubahan pada publikasi perpustakaan
1. Dasar-dasar pengetahuan profesi. Pengetahuan ini
di Indonesia dan perolehan angka kredit bagi
diperlukan agar pustakawan mengetahui apa dan
pustakawan yang bersangkutan.
bagaimana perpustakaan dijalankan sehingga mereka
7. Pengetahuan dasar-dasar desain web, perangkat
dapat melaksanakan kegiatan kepustakawanan
lunak desain web, DHTML/CSS, pendaftaran nama
secara benar.
hosting and domain, desain web page dengan
2. Operasi komputer. Kompetensi ini merupakan
Expression Web, FrontPage, atau Adobe Dream-
kebutuhan mutlak bagi pustakawan pada era perpus-
weaver akan sangat berguna bagi pustakawan.
takaan digital. Berbagai kegiatan perpustakaan telah
Namun, kompetensi ini tidak wajib dimiliki
dilakukan dengan memanfaatkan komputer dan
pustakawan dan lebih dibutuhkan oleh profesional
jejaring internet. Untuk itu pustakawan harus memiliki
informasi.
kemampuan mengenai dasar-dasar komputer dan
sistem operasinya, mengetik dengan cepat, dan word Peningkatan kompetensi pustakawan di atas
processor. Selanjutnya, pustakawan perlu menguasai apabila dapat dilaksanakan secara terintegrasi akan
software untuk menggambar, publikasi, photoshop, mampu meningkatkan profesionalisme pustakawan.

42 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 21, Nomor 2, 2012


Membangun profesionalisme pustakawan abad ke-21 (Bambang Winarko)

Strategi Membangun Profesionalime Selain oleh PPID Perpustakaan Nasional RI,


Pustakawan pelatihan perpustakaan juga banyak diselenggarakan
oleh perguruan tinggi dan lembaga pemerintah lainnya,
Profesionalisme menuntut pembelajaran secara terus- seperti: (1) Program Studi Perpustakaan dan Informasi
menerus. Tyasdjaja dalam Suryantini et al. (2007) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan
menyatakan bahwa pustakawan/petugas perpustakaan Indonesia, yang menyelenggarakan pelatihan dengan
harus mempunyai keahlian di bidang perpustakaan. materi Kurikulum dan Pembelajaran di Perpustakaan,
Keahlian tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan, Literasi Informasi di Perpustakaan, dan Implementasi
pelatihan atau bimbingan khusus. Strategi membangun Literasi Informasi (Prodi Perpustakaan dan Informasi
profesionalisme pustakawan dapat dilakukan melalui 2013); (2) Perpustakaan Universitas Airlangga bekerja
berbagai cara sebagai berikut. sama dengan Yayasan Pendidikan Muhammadiyah
Wilayah Jawa Timur yang melakukan pelatihan
Pendidikan Formal manajemen perpustakaan sekolah, dan (3) UPT Balai
Informasi TeknologiLIPI Bandung yang menyeleng-
Lembaga pendidikan perpustakaan mampu menghasil- garakan Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan Digital
kan sumber daya manusia (SDM) pengelola informasi (Balai Informasi Teknologi 2012).
yang kompeten dan profesional. Tiga puluh satu
program studi di berbagai perguruan tinggi di Indonesia
menyelenggarakan pendidikan kepustakawanan, mulai Pertemuan Ilmiah dan Pertemuan Teknis
D2 hingga S2, bahkan di luar negeri sampai S3 (Anna, nd.).
Kementerian Pertanian, melalui Badan Litbang Pertanian Pertemuan ilmiah dapat berupa Focus Group Discussion
telah meningkatkan kompetensi SDM perpustakaan (FGD), seminar, simposium, dan lokakarya. Dalam
melalui jalur pendidikan formal. Petugas belajar Badan pertemuan ilmiah ini pustakawan dapat berperan secara
Litbang Pertanian yang mengambil pendidikan formal aktif sebagai pembicara, narasumber, atau moderator.
perpustakaan untuk jenjang D2 sebanyak 11 orang (50%), Ketiga peran tersebut mampu meningkatkan kompetensi
D3 7 orang (31,82%), S1 3 orang (13,64%), dan S2 1 orang pustakawan karena dalam pertemuan ilmiah terdapat
(4,54%) (Suryantini et al. 2007). proses pembelajaran dan pembentukan jejaring antar-
peserta. Pustakawan dapat membagi pengetahuan yang
dimilikinya dan menyerap ilmu dari peserta lainnya. Sering
Pendidikan Nonformal (Pelatihan)
kali dari pertemuan ilmiah, pustakawan memperoleh
Pelatihan perpustakaan merupakan salah satu sarana gagasan untuk melakukan pengkajian dan menyusun
pendidikan nonformal untuk meningkatkan kompetensi karya tulis ilmiah (KTI).
pustakawan. Pusat Pendidikan dan Latihan Perpustakaan Pertemuan teknis juga mampu meningkatkan
Nasional Republik Indonesia merupakan salah satu profesionalisme pustakawan. Sosialisasi, temu teknis,
instansi di bawah Perpustakaan Nasional RI yang bimbingan teknis, dan pendampingan merupakan ajang
menyelenggarakan pelatihan perpustakaan dengan bagi pustakawan untuk meningkatkan kompetensinya.
cakupan wilayah kerja seluruh Indonesia. Pusdiklat Dengan mengikuti pertemuan tersebut, pustakawan
Perpustakaan Nasional RI membedakan diklat akan menerima hal-hal baru yang mungkin belum
perpustakaan menjadi dua, yaitu diklat teknis dan diklat diketahui sehingga dapat menambah wawasan dan
fungsional. Diklat teknis perpustakaan meliputi Diklat pengetahuan pustakawan. Pertemuan teknis juga mampu
Teknis Pengenalan Perpustakaan, Diklat Pengelolaan memperluas jaringan antarpeserta pertemuan.
Informasi, Diklat Manajemen Perpustakaan, Diklat
Penyuluh Minat Baca, Diklat Kepala Perpustakaan
Sekolah, Diklat TOT Perpustakaan, Diklat Pelestarian Magang
Bahan Perpustakaan, Diklat Tenaga Ahli Perpustakaan,
dan Diklat Pengembangan Koleksi Bahan Pustaka. Magang merupakan bentuk lain dari pelatihan yang dapat
Sementara diklat fungsional meliputi Diklat Calon diikuti oleh pustakawan. Berbeda dengan pelatihan,
Pustakawan Tingkat Ahli (CPTA), Diklat Alih Jalur magang dapat dilakukan dengan jumlah peserta sedikit
Pustakawan, dan Diklat Tim Penilai Pustakawan (PPID (bahkan satu orang) dalam kurun waktu yang relatif lama
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, nd.). (1 minggu hingga 3 bulan). Melalui magang, pustakawan

Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 21, Nomor 2, 2012 43


J. Perpus. Pert. Vol. 26 No. 1 Juni 2017: 39-45

dapat memperoleh hasil yang lebih mendalam dan Membangun profesionaliesme pustakawan berarti
keterampilan tertentu karena dilakukan secara intensif meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan atribut
dan biasanya dengan praktik. Beberapa perpustakaan pribadi. Profesionalisme dapat dibangun melalui
seperti (1) perpustakaan Ali Alatas (Perpustakaan Ali peningkatan kompetensi yang terkait dengan dasar-
Alatas 2017), (2) Perpustakaan Tim Nasional Percepatan dasar pengetahuan profesi, operasi komputer, sistem
Penanggulangan Kemiskinan (Tim Nasional Percepatan perpustakaan terintegrasi, pengorganisasian, alat klasifi-
Penanggulangan Kemiskinan 2013), dan (3) Perpustakaan kasi, sumber-sumber informasi, manajemen informasi dan
Universitas Kristen Maranatha (Perpustakaan Universitas ilmu pengetahuan, pengkajian, serta dasar-dasar desain
Kristen Maranatha 2017) memberikan kesempatan magang web. Strategi membangun profesionalisme pustakawan
kepada pustakawan, calon pustakawan, dan mahasiswa dapat dilakukan melalui pendidikan formal dan non-
perpusdokinfo. formal, pertemuan ilmiah, pertemuan teknis, magang,
serta forum komunikasi dan jejaring perpustakaan.

Forum Komunikasi dan Jejaring Perpustakaan


DAFTAR PUSTAKA
Forum komunikasi pustakawan dan jejaring perpustakaan
mampu membuka dan menambah wawasan pustakawan Anna, N.E.V. nd. Peran lembaga pendidikan ilmu perpustakaan
dalam bidang tertentu. Komunikasi antarpustakawan dan informasi dalam mempersiapkan kompetensi lulusan.
http://web.unair.ac.id/admin/file/
berkembang pesat melalui media sosial sehingga mereka
f_23160_seminar_lembaga_pendidikan_
mampu berkomunikasi secara real time, di antaranya dan_kompetensi_perpus_unair.pdf [2 Mei 2017].
melalui e-mail, facebook, tweeter, whatsapp, dan media Balai Informasi Teknologi. 2012. Pelatihan Pengelolaan
sosial lainnya. Berbagai informasi yang mampu mening- Perpustakaan Digital. http://bit.lipi.go.id/index.php/2012/64-
katkan kompetensi pustakawan, seperti peraturan dan pelatihan-pengelolaan-perpustakaan-digital [2 Mei 2017].
informasi teknis kepustakawanan, dapat disebarkan Besser, H. 1998. The shape of the 21st century library. M. Wolf et
al. (Eds.), Information Imagineering: Meeting at the Interface,
melalui media sosial tersebut. Chicago: American Library Association. pp. 133146. http:/
Jejaring perpustakaan juga dapat dibangun melalui /besser.tsoa.nyu.edu/howard/Papers/peters.html [4 Mei
2017].
forum komunikasi perpustakaan, baik yang bersifat
Bivens-Tatum, W. 2008. Marks of Professionalism. http://
nasional maupun internasional. Forum komunikasi yang blogs.princeton.edu/librarian/2008/04/marks_of_
bersifat nasional di antaranya adalah Forum Komunikasi professionalism/ [13 April 2017].
Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri, Forum Clausen, K. 2012. The Importance of Professionalism. http://
Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia, Forum hacklibraryschool.com/ 2012/10/19/to-be-or-not-to-be-the-
Perpustakaan Khusus Indonesia, Forum Perpustakaan importance-of-professionalism/ [13 April 2017].
Dewiyana, H. 2006. Kompetensi dan kurikulum perpustakaan:
Umum, dan Forum Perpustakaan Veteriner Kementerian
Paradigma baru dan dunia kerja di era globalisasi informasi.
Pertanian. Sementara forum yang bersifat internasional Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi 2(1): 22
di antaranya The International Association of 31.
University Libraries, Association of Caribbean Kaser, G. 2016. Professionalism in the 21st Century Library. Public
University, Research and Institutional Libra- Libraries Online. http://Publiclibrariesonline. Org/2016/06/
Professionalism-In-The-21st-Century-Library/ [15 April
ries (ACURIL), International Federation of Library
2017].
Associations and Institutions (IFLA), dan Special Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 2012. Keputusan
Libraries Association (SLA). Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 83 Tahun 2012 tentang Penetapan Rancangan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa
KESIMPULAN Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan, dan Perorangan
Lainnya Bidang Perpustakaan menjadi Standar Kompetensi
Profesionalisme merupakan sikap untuk melakukan Kerja Nasional Indonesia. Jakarta: Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi RI.
sesuatu yang paling baik untuk lembaga serta Kismiyati, T. 2006. Standar kompetensi pustakawan. Media
memperlakukan teman sejawat, atasan, dan pelanggan Pustakawan 13(2): 26.
secara hormat dan bermartabat. Profesionalisme Perpustakaan Ali Alatas. nd. Magang. https://alialatas.kemlu.go.id/
pustakawan sangat diperlukan pada era perpustakaan magang [4 Mei 2017].
digital.

44 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 21, Nomor 2, 2012


Membangun profesionalisme pustakawan abad ke-21 (Bambang Winarko)

Perpustakaan Universitas Airlangga. nd. Kegiatan. http:// IT-based LIS jobs in 2013. The Journal of Academic
www.lib.unair.ac.id/index.php? Itemid=356&lang= Librarianship. p. 199. http://dx.doi.org/10.1016/j.acalib.
id&option=com_content&catid=12&id=1017: pelatihan- 2016.06.014 [21 Maret 2017].
perpustakaan-sekolah&view=article [4 Mei 2017]. Suryantini, H., T. S. Sundari, dan S. Triani. 2007. Efektivitas pola
Perpustakaan Universitas Kristen Maranatha. 2017. Pembukaan pembinaan sumber daya perpustakaan. Jurnal Perpustakaan
Lowongan Magang di Perpustakaan 2017. http:// Pertanian 16(1): 110.
www.maranatha.edu/scholarship/pembukaan-lowongan- Tanloet, P. and K. Tuamsuk. 2011. Core competencies for
magang-di-perpustakaan-2017/ [3 Mei 2017]. information professionals of Thai Academic Libraries in the
Prodi Perpustakaan dan Informasi. 2013. Materi Pelatihan. http:/ next decade (A.D. 2010-2019). The International Information
/p2m.risettekpend.org/ [4 Mei 2017]. & Library Review 43: 122129.
PPID Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. nd. Layanan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 2013.
Diklat Perpustakaan. http://ppid.perpusnas.go.id/node/14 Dibutuhkan untuk magang: Tim Nasional Percepatan
[13 April 2017]. Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). http://dibutuhkan
Saleh, A.R. 2013. Pengembangan Perpustakaan Digital: Teori dan pustakawan.wordpress.com/2013/07/23/dibutuhkan-untuk-
praktik tahap demi tahap. Bogor: Rumah Q-ta Production. magang-tim-nasional-percepatan-penanggulangan-
http://www.researchgate.net/profile/Abdul_Saleh3/ kemiskinan-tnp2k/#more-630 [4 Mei 2017].
publication/303805197_Pengembangan_perpustakaan_ Worpole, K. 2004. 21st Century Libraries: Changing forms, changing
digital_teori_dan_praktik_tahap_demi_tahap/links/ futures. London: Building Future.
5753bdbe08ae17e65ec6d325.pdf [ 21 Maret 2017].
Shahbazi, R. and A. Hedayati. 2016. Identifying digital librarian
competencies according to the analysis of newly emerging

Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 21, Nomor 2, 2012 45

Anda mungkin juga menyukai