Membangun Profesionalisme Pustakawan Abad Ke-21
Membangun Profesionalisme Pustakawan Abad Ke-21
Membangun
J. Perpus. Pertanian
profesionalisme
Pert. Vol. 23 No.Vol. 26 No.2014:
pustakawan
1 April 1abad
Juni...-...
2017: 39-45
ke-21 (Bambang Winarko) DOI: 10.21082/jpp.v26n1.2017.p39-45
Bambang Winarko
kompetensi profesional di bidang informasi ditentukan serta mengamati perpustakaan tempat bekerja dan
oleh pengetahuan, keterampilan, dan atribut pribadi. perpustakaan lain sampai ke taraf global dapat menjadi
Seseorang yang mempunyai kompetensi akan memiliki sarana untuk pengembangan diri pustakawan. Clausen
kepercayaan diri yang tinggi karena memiliki penge- (2012) menyatakan The American Library Association
tahuan, kemampuan, dan keterampilan di bidangnya, menganggap penting pustakawan dengan pendidikan
serta motivasi yang tinggi untuk melakukan sesuatu profesional setingkat master (S2).
yang terkait dengan bidang tersebut sesuai dengan tata
Profesionalitas ditentukan oleh pengetahuan dan
nilai atau ketentuan yang disyaratkan (Kismiyati 2006).
keterampilan yang dimiliki oleh pegawai dalam suatu
Atribut pribadi dalam hal ini terkait dengan cara lembaga. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
memperlakukan teman sejawat, atasan, dan pengguna (2012) menyatakan bahwa pustakawan adalah seseorang
secara hormat dan bermartabat seperti yang dinyatakan yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan pengelo-
oleh Kaser (2016). Dalam kaitannya dengan atribut laan dan layanan perpustakaan.
pribadi, Tanloet dan Tuamsuk (2011) menyatakan
Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang
pustakawan harus memiliki jiwa kepemimpinan, sikap mau
mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
melayani, moral dan etika profesional, motivasi untuk
yang dapat diobservasi melalui kemampuan dalam
mencapai sesuatu yang dituju, akuntabel, mampu
menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai
mengatur diri sendiri, dan mudah menyesuaikan diri.
dengan standar kinerja yang ditetapkan. Kompetensi
Selanjutnya Shahbazi dan Hedayati (2016) menyatakan
dibedakan menjadi kompetensi umum, kompetensi inti,
pustakawan perlu mempunyai kemampuan berkomuni-
dan kompetensi khusus. Kompetensi umum merupakan
kasi, bekerja dalam kelompok, mengatasi masalah,
kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap
fleksibel, mengatur waktu, serta disiplin dalam moral dan
pustakawan dan diperlukan untuk melaksanakan tugas.
etika profesi. Pustakawan juga harus profesional dalam
Dalam hal ini termasuk kemampuan mengoperasikan
bersikap, berbusana, berkepribadian, dan bermedia
komputer tingkat dasar, menyusun rencana kerja
sosial (Clausen 2012).
perpustakaan, dan membuat laporan kerja perpustakaan.
Profesionalisme menuntut pembelajaran secara Kompetensi inti harus dimiliki pustakawan dalam
terus-menerus (Bivens-Tatum 2008). Pembelajaran menjalankan tugas-tugas perpustakaan, meliputi seleksi
secara terus-menerus untuk meningkatkan kompetensi bahan perpustakaan, pengadaan bahan perpustakaan,
juga ditegaskan dalam pasal 203 Peraturan Pemerintah pengatalogan deskriptif, pengatalogan subjek, pera-
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai watan bahan perpustakaan, melakukan layanan sirkulasi
Negari Sipil dan pasal 33 Undang-Undang Nomor 43 dan referensi, penelusuran informasi sederhana,
Tahun 2007 tentang Perpustakaan yang menyatakan promosi perpustakaan, literasi informasi, dan meman-
bahwa setiap PNS dalam hal ini pustakawan mempunyai faatkan jaringan internet untuk layanan perpustakaan.
hak dan kesempatan yang sama dalam peningkatan Kompetensi khusus bersifat spesifik, termasuk di
kompetensi. Selanjutnya, dalam pasal 7 Undang-Undang dalamnya merancang tata ruang dan perabot perpus-
Nomor 43 Tahun 2007 pemerintah wajib membina takaan, melakukan perbaikan bahan perpustakaan,
dan mengembangkan kompetensi dan profesionalitas membuat literatur sekunder, melakukan penelusuran
pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan. Seorang informasi kompleks, melakukan kajian perpustakaan, dan
profesional biasanya memiliki latar belakang pendidikan membuat karya tulis ilmiah. Selain ketiga kompetensi
D3 atau lebih dan dituntut terus belajar dan mengem- tersebut, terdapat kompetensi kunci yang merupakan
bangkan diri melalui pendidikan formal dan nonformal. sikap kerja yang harus dimiliki pustakawan untuk
Pengembangan diri melalui pendidikan formal dan mencapai kinerja yang dipersyaratkan dalam pelak-
nonformal ini sesuai dengan pasal 33 Undang-Undang sanaan setiap unit kompetensi (umum, inti, dan khusus).
Nomor 43 Tahun 2007 dan pasal 210 Peraturan
Shahbazi dan Hedayati (2016) membedakan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017, yang mengisyaratkan
pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh
peningkatan kompetensi melalui pendidikan formal
pustakawan menjadi pengetahuan dan keterampilan
dan nonformal (pelatihan) dengan jumlah jam minimal
komputer dasar, internet, databases, layanan digital,
20 jam per tahun. Melakukan pengamatan terhadap
desain dan manajemen situs, katologisasi digital, dan
diri sendiri sebagai bagian dari suatu perpustakaan
perangkat lunak perpustakaan.
PERPUSTAKAAN ABAD KE-21 abad ke-21 seperti sekarang. Setelah otomasi perpus-
takaan, kecenderungan layanan adalah akses dari
Perkembangan Perpustakaan Digital beberapa lokasi sekaligus, makin banyaknya sumber
informasi yang dapat diakses, makin dekatnya sumber
Perkembangan perpustakaan bergerak dari perpustakaan informasi asal, dan hilangnya peran perantara.
yang berbasis cetak ke arah perpustakaan digital. Choi
dan Rasmussen dalam Shahbazi dan Hedayati (2016) Pada saat ini, perpustakaan digital telah ber-
telah menganalisis iklan lowongan pekerjaan untuk kembang pesat sehingga pemustaka dapat melakukan
kategori pustakawan dan profesional informasi. Hasil akses dari lokasi yang berbeda. Pemustaka tidak perlu
analisis menunjukkan terdapat paradigma baru berupa hadir secara fisik ke perpustakaan, tetapi dapat
kebutuhan akan staf yang mempunyai kemampuan dalam memperoleh informasi dari tempat yang berbeda secara
koleksi, layanan, dan aplikasi teknologi digital. Sementara global dan real time. Seorang mahasiswa Indonesia
Ocholla dan Shongwe dalam Shahbazi dan Hedayati yang sedang mengikuti program master di Inggris,
(2016) menyatakan bahwa teknologi informasi sangat misalnya, dapat mengakses perpustakaan universitas-
memerlukan staf berlatar pendidikan S2 perpustakaan dan nya secara real time. Hal yang sama dapat dilakukan oleh
sistem informasi. Hal ini menunjukkan bahwa perpus- mahasiswa universitas yang sama yang berasal dari
takaan masa kini menuju ke arah perpustakaan digital. negara yang berbeda. Mereka dapat mengakses
informasi yang sama dari tempat yang berbeda.
Perubahan perpustakaan konvensional ke perpus-
takaan abad ke-21 dinyatakan oleh Worpole (2004). Dari sisi pemustaka, kemunculan perpustakaan abad
Perubahan tersebut dipengaruhi oleh perkembangan ke-21 memungkinkan mereka dapat mengakses sumber
pendidikan tinggi, mobilitas pemustaka yang semakin informasi yang lebih banyak. Bila dibandingkan dengan
tinggi, kemajuan teknologi, interaksi sosial, keber- perpustakaan konvensional, perpustakaan digital
lanjutan lingkungan, perkembangan ekonomi, demokrasi, membolehkan pemustaka untuk mengakses berbagai
pemerintahan, dan dukungan politik jangka panjang. database yang dilanggan oleh suatu perpustakaan
Pengaruh pendidikan tinggi, mobilitas yang semakin maupun sumber informasi lainnya. Dengan demikian,
tinggi, dan teknologi maju terasa sekali pada saat ini. pemustaka mendapatkan lebih banyak sumber informasi
yang dapat diakses.
Pendidikan tinggi mempunyai pengaruh yang besar
terhadap kemunculan perpustakaan abad ke-21. Pada perpustakaan konvensional, perpustakaan
Pendidikan tinggi berkaitan dengan dunia ilmiah. menyediakan publikasi bibliografis sebagai sumber
Perpustakaan merupakan sumber informasi ilmiah yang informasi bagi pemustaka dan pemustaka perlu meminta
mendukung sivitas akademika dalam melaksanakan informasi lengkap kepada pustakawan. Seandainya
kegiatan ilmiah, meliputi penelitian, pembuatan karya dokumen lengkapnya tersedia di perpustakaan tersebut,
tulis ilmiah, dan lain-lain. pemustaka akan mendapatkannya. Seandainya tidak
tersedia, pemustaka perlu menunggu artikel lengkap
Mobilitas pemustaka yang semakin tinggi juga melalui layanan pinjam antarperpustakaan atau layanan
berpengaruh besar terhadap kemunculan perpustakaan penyediaan dokumen. Pada perpustakaan digital,
digital. Semakin tinggi tingkat mobilitas pemustaka, pengguna dapat langsung mengakses informasi dan
semakin tinggi kebutuhan akan perpustakaan digital mencetak dokumen asalnya (dokumen lengkap) secara
untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Perpustakaan mandiri. Pustakawan lebih berperan dalam pengolahan
digital dapat dijangkau kapan pun dan di mana pun dan manajemen informasi, help deks, dan membimbing
melalui smartphone. pengguna jika diperlukan.
Teknologi maju merupakan pendukung utama
perpustakaan abad ke-21. Internet dan aplikasinya
seperti laman web, surat elektronik, dan lain-lain paling Tipe Perpustakaan Digital
berpengaruh terhadap kemunculan perpustakaan digital.
Perpustakaan digital yang dinyatakan sebagai sistem
Besser (1998) menyatakan otomasi perpustakaan perpustakaan terintegrasi oleh Shahbazi dan Hedayati
merupakan awal dari perubahan layanan perpustakaan (2016) merupakan perpustakaan digital yang sempurna.
pada era 1980-an. Pada perkembangan selanjutnya, Hal ini senada dengan yang dimaksud dengan
layanan otomasi ini berkembang menjadi perpustakaan perpustakaan digital oleh Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI (2012), yang mendefinisikan perpustakaan dan power point serta meningkatkan kemampuan
digital sebagai perpustakaan yang menyediakan sumber- dalam promosi dan pemasaran perpustakaan.
sumber informasi dalam format terbaca mesin yang dapat 3. Pengetahuan mengenai sistem perpustakaan
diakses melalui jarak jauh dengan menggunakan jaringan terintegrasi, pengorganisasian, dan alat klasifikasi.
komputer. Di perpustakaan, proses digitalisasi dimulai dari Pengetahuan ini akan membantu pustakawan dalam
katalog, monograf, pengindeksan majalah, layanan mengelola informasi mulai dari registrasi bahan
abstrak, layanan majalah dan koleksi referensi. pustaka hingga layanan kepada pemustaka.
4. Sumber-sumber informasi. Pengetahuan mendalam
Selain perpustakaan terintegrasi seperti di atas,
terhadap berbagai sumber informasi akan membantu
terdapat perpustakaan digital yang menyediakan artikel
pustakawan dalam melakukan layanan secara cepat,
dalam bentuk file yang dapat dipinjam untuk jangka
tepat, dan profesional. Pengetahuan ini juga
waktu tertentu, seperti i-Jak yang dimiliki oleh
diperlukan dalam membimbing pemustaka pemula
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan i-Tani yang dimiliki
agar pemustaka memperoleh pengetahuan tentang
oleh Kementerian Pertanian. Sumber-sumber informasi
sumber-sumber informasi secara luas.
digital lainnya dalam bentuk online database, online
5. Manajemen informasi dan ilmu pengetahuan.
journal, dan online repository juga merupakan bentuk
Kemampuan ini terkait dengan pemanfaatan
perpustakaan digital yang dapat dimanfaatkan pemus-
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk
taka untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Informasi
keperluan penelusuran dalam database dan internet,
digital seperti ini banyak dimiliki oleh perpustakaan
konsultasi, dan pemasaran informasi. Dengan
konvensional (hibrida) sebagai versi online dari koleksi
kemampuan ini, pustakawan akan terbiasa dengan
perpustakaan yang dilanggan.
databases, mesin pencari dan direktori web, layanan
web 2.0 (social networks, Wikis and Weblogs),
MEMBANGUN PROFESIONALISME layanan digital referensi, dan hak kekayaan
PUSTAKAWAN ABAD KE-21 intelektual.
6. Pengkajian. Umumnya pustakawan belum mampu
Membangun profesionalisme pustakawan pada abad ke- melakukan kegiatan pengkajian. Hal ini didasarkan
21 tidak dapat dipisahkan dari kompetensi yang harus atas pengalaman para pengelola terbitan berkala
dimiliki oleh pustakawan dan tren perpustakaan sebagai ilmiah di bidang perpustakaan yang umumnya
acuannya. Profesionalisme pustakawan, seperti yang mengalami hambatan kekurangan naskah layak terbit.
dinyatakan Tanloet dan Tuamsuk (2011), Kementerian Kalau dibandingkan antara jumlah pustakawan
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI (2012), dan Shahbazi dengan jumlah jurnal perpustakaan yang ada
dan Hedayati (2016) serta tren perpustakaan abad seharusnya hambatan tersebut tidak terjadi.
ke-21 oleh Besser (1998) dan Worpole (2004), dapat Kontribusi pustakawan Indonesia di level inter-
dikembangkan dengan meningkatkan kompetensi yang nasional pun masih sangat rendah. Peningkatan
terkait dengan: kemampuan pustakawan dalam pengkajian akan
membawa perubahan pada publikasi perpustakaan
1. Dasar-dasar pengetahuan profesi. Pengetahuan ini
di Indonesia dan perolehan angka kredit bagi
diperlukan agar pustakawan mengetahui apa dan
pustakawan yang bersangkutan.
bagaimana perpustakaan dijalankan sehingga mereka
7. Pengetahuan dasar-dasar desain web, perangkat
dapat melaksanakan kegiatan kepustakawanan
lunak desain web, DHTML/CSS, pendaftaran nama
secara benar.
hosting and domain, desain web page dengan
2. Operasi komputer. Kompetensi ini merupakan
Expression Web, FrontPage, atau Adobe Dream-
kebutuhan mutlak bagi pustakawan pada era perpus-
weaver akan sangat berguna bagi pustakawan.
takaan digital. Berbagai kegiatan perpustakaan telah
Namun, kompetensi ini tidak wajib dimiliki
dilakukan dengan memanfaatkan komputer dan
pustakawan dan lebih dibutuhkan oleh profesional
jejaring internet. Untuk itu pustakawan harus memiliki
informasi.
kemampuan mengenai dasar-dasar komputer dan
sistem operasinya, mengetik dengan cepat, dan word Peningkatan kompetensi pustakawan di atas
processor. Selanjutnya, pustakawan perlu menguasai apabila dapat dilaksanakan secara terintegrasi akan
software untuk menggambar, publikasi, photoshop, mampu meningkatkan profesionalisme pustakawan.
dapat memperoleh hasil yang lebih mendalam dan Membangun profesionaliesme pustakawan berarti
keterampilan tertentu karena dilakukan secara intensif meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan atribut
dan biasanya dengan praktik. Beberapa perpustakaan pribadi. Profesionalisme dapat dibangun melalui
seperti (1) perpustakaan Ali Alatas (Perpustakaan Ali peningkatan kompetensi yang terkait dengan dasar-
Alatas 2017), (2) Perpustakaan Tim Nasional Percepatan dasar pengetahuan profesi, operasi komputer, sistem
Penanggulangan Kemiskinan (Tim Nasional Percepatan perpustakaan terintegrasi, pengorganisasian, alat klasifi-
Penanggulangan Kemiskinan 2013), dan (3) Perpustakaan kasi, sumber-sumber informasi, manajemen informasi dan
Universitas Kristen Maranatha (Perpustakaan Universitas ilmu pengetahuan, pengkajian, serta dasar-dasar desain
Kristen Maranatha 2017) memberikan kesempatan magang web. Strategi membangun profesionalisme pustakawan
kepada pustakawan, calon pustakawan, dan mahasiswa dapat dilakukan melalui pendidikan formal dan non-
perpusdokinfo. formal, pertemuan ilmiah, pertemuan teknis, magang,
serta forum komunikasi dan jejaring perpustakaan.
Perpustakaan Universitas Airlangga. nd. Kegiatan. http:// IT-based LIS jobs in 2013. The Journal of Academic
www.lib.unair.ac.id/index.php? Itemid=356&lang= Librarianship. p. 199. http://dx.doi.org/10.1016/j.acalib.
id&option=com_content&catid=12&id=1017: pelatihan- 2016.06.014 [21 Maret 2017].
perpustakaan-sekolah&view=article [4 Mei 2017]. Suryantini, H., T. S. Sundari, dan S. Triani. 2007. Efektivitas pola
Perpustakaan Universitas Kristen Maranatha. 2017. Pembukaan pembinaan sumber daya perpustakaan. Jurnal Perpustakaan
Lowongan Magang di Perpustakaan 2017. http:// Pertanian 16(1): 110.
www.maranatha.edu/scholarship/pembukaan-lowongan- Tanloet, P. and K. Tuamsuk. 2011. Core competencies for
magang-di-perpustakaan-2017/ [3 Mei 2017]. information professionals of Thai Academic Libraries in the
Prodi Perpustakaan dan Informasi. 2013. Materi Pelatihan. http:/ next decade (A.D. 2010-2019). The International Information
/p2m.risettekpend.org/ [4 Mei 2017]. & Library Review 43: 122129.
PPID Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. nd. Layanan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 2013.
Diklat Perpustakaan. http://ppid.perpusnas.go.id/node/14 Dibutuhkan untuk magang: Tim Nasional Percepatan
[13 April 2017]. Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). http://dibutuhkan
Saleh, A.R. 2013. Pengembangan Perpustakaan Digital: Teori dan pustakawan.wordpress.com/2013/07/23/dibutuhkan-untuk-
praktik tahap demi tahap. Bogor: Rumah Q-ta Production. magang-tim-nasional-percepatan-penanggulangan-
http://www.researchgate.net/profile/Abdul_Saleh3/ kemiskinan-tnp2k/#more-630 [4 Mei 2017].
publication/303805197_Pengembangan_perpustakaan_ Worpole, K. 2004. 21st Century Libraries: Changing forms, changing
digital_teori_dan_praktik_tahap_demi_tahap/links/ futures. London: Building Future.
5753bdbe08ae17e65ec6d325.pdf [ 21 Maret 2017].
Shahbazi, R. and A. Hedayati. 2016. Identifying digital librarian
competencies according to the analysis of newly emerging