Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TUGAS

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN


PERADABAN ISLAM
SEJARAH PERADABAN ISLAM

OLEH:
Ai Rian Julyanti (1508010017)
Ika Fadhilatul (1508010035)
Fitria Nurrul Khasanah (1508010055)
Kartika Wulandari (1508010057)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


FAKULTAS FARMASI
2017
Sejarah Peradaban Islam
A. Kebangkitan Peradaban Islam
Proses awal islam yaitu saat nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah
SWT. Awal mula kebangkitan peradaban Islam dapat ditelusuri dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan kegiatan intelektual di Baghdad dan Cordova. Pada masa
pemerintahan Al-Mamun (813-833 M), ia mendirikan Bait al-Hikmah di Baghdad yang
menjadi pusat kegiatan ilmiah. Pendirian sekolah yang terkenal ini melibatkan sarjana
Kristen, Yahudi, dan Arab, mengambil tempat sendiri terutama dengan pelajaran asing,
ilmu pengetahuan dan filosofi Yunani, hasil karya Galen, Hippocrates, Plato, Arsitoteles,
dan para komentator, seperti Alexander (Aphrodis), Temistenes, John Philoponos, dan
lain-lain.
Dalam masa itu, banyak karya Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab. Gerakan penerjemahan itu banyak dibantu oleh orang-orang Kristen, Majusi, dan
Shabiah. Di antara nama para penerjemah yang terkenal adalah Jurjis (George) ibn
Bakhtisyu (771 M), Bakhtisyu Ibnu Jurjis (801 M), Gibril, Yahya ibn Musawaih (777-
857 M), Hunain ibn Ishaq (w. 873 M), dan lainnya.
Dr. Abdul Halim Uwais menyebutkan bahwa peradaban Islam memiliki tiga sumber
utama, yaitu: Al-Quran, Sunnah dan Akidah Islam.
Dari asas di atas, terlihat bahwa dalam peradaban Islam tidak ada jurang pemisah
antara manusia yang menjadi unsur pembangun peradaban dengan Tuhan sebagai sumber
peradabannya. Sumber peradaban Islam sejalan dengan sumber pengetahuan yang
dibahas dalam epistemologi Islam. Selanjutnya, sumber ini juga menjadi cikal bakal
terbentuknya pandangan hidup Islam. Dari sini jugalah bermula segala kemajuan
peradaban Islam yang ditandai dengan berkembang pesatnya tradisi keilmuan.
Sementara itu di Cordova, aktivitas ilmiah mulai berkembang pesat sejak masa
pemerintahan Abdurrahman II (822-852 M). Ia mendirikan universitas, memperluas dan
memperindah masjid (Abdul Karim, 2007: 239). Cordova kemudian menjadi sangat maju
dan tampil sebagai pusat peradaban yang menyinari Eropa. Pada waktu itu, Eropa masih
tenggelam pada keterbelakangan dan kegelapan Abad Pertengahan. Dr. Muhammad
Sayyid Al-Wakil (1998: 321) menukil perkataan seorang penulis Amerika yang
menggambarkan keadaan Eropa pada masa itu, Jika matahari telah terbenam, seluruh
kota besar Eropa terlihat gelap gulita. Di sisi lain, Cordova terang benderang disinari
lampu-lampu umum. Eropa sangat kumuh, sementara di kota Cordova telah dibangun
seribu WC umum. Eropa sangat kotor, sementara penduduk Cordova sangat concern
dengan kebersihan. Eropa tenggelam dalam lumpur, sementara jalan-jalan Cordova telah
mulus. Atap istana-istana Eropa sudah pada bocor, sementara istana-istana Cordova
dihiasi dengan perhiasan yang mewah. Para tokoh Eropa tidak bisa menulis namanya
sendiri, sementara anak-anak Cordova sudah mulai masuk sekolah.
B. Sejarah Peradaban Islam (Khulafaur Rasyiddin, Bani Umayyah, Bani Abasiyah,
Turki Utsmani)
a. Masa Khulafaur Rasyidin
1) Nasa khalifah Abu Bakar as-Siddiq (632-634)
Masa awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang orang
murtad. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatian untuk memerangi para
pemberontak. Dalam penumpasan banyak umat Islam yang gugur, terdiri dari sahabar
Rasulullah an para hafidz Al-quran.Umar bin Khatab menyarankan Abu Bakar untuk
mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran. Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih
seperti pada Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya.
Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid, atau keimanan,
akhlak,, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya.
i. Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah
adalah Allah.
ii. Pendidikan akhlak, seperti adab masuk rumah orang.
iii. Kesehatan seperti tentang kebersihan.
2) Masa Umar bin Khatab (13-23 H: 634-644 M)
Pada masa khalifah Umar bin Khatab, kondisi pilitik dalam keadaan stabil, usaha
perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah islam pada masa
Umar bin Khatab meliputi Semenanjung Arabia, Palestina, Syria, Irak, Persia, dan
mesir. (Badri, 2001).
Pada masa khalifah Umar bin Khatab, mata pelajaran yang diberikan adalah
membaca dan menulis Al-Quran dan menghapalnya serta belajar pokok-pokok agama
Islam.Pendidikan pada masa umar bin Khatab lebih maju dibandingkan dengan
sebelumnya. Tuntunan untuk belajar bahasa arab juga mulai tampak. (Mohammad,
2001) .
3) Masa Khalifah Usman bin Affan (23-35 H: 644-656 M)
Usman bin Affan adalah termasuk saudagar besar dan kaya dan sangat pemurah
menafkahkan kekayaannya untuk kepentingan umat Islam. Pada masa khalifah
Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan islam tidak jauh berbeda dengan masa
sebelumnya. Dalam masa pemerintahan usman bin Affan tidak banyak terjadi
perkembangan pendidkan Islam, kalau dibandingkan masa kekhalifahan Umar bin
Khatab, sebab pada masa khalifah Usman pendidikan diserakanh saja kepada
masyarakat. (Mohammad, 2001) .

Proses pelaksanaan pola pendidikan di masa Usman ini lebih ringan dan lebih
mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam
dan dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada msa itu para sahabat
bias memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada
masyarakat.Namun apabila dilihat dari segi kondisi pemerintahan Usman banyak
timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai akibat ketidaksenangan mereka
terhadap kebijakan Usman yang mengangkat kerabatnya dalam jabatan pemerintahan.

4) Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib (35-40 H: 656-661 M)


Pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di masa ia
berkuasan pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali
berkuasa, kegiatan pendidikan Islam membuat hambatan dan ganggguan. Pada masa
pemerintahan Ali terjadi peperangan dengan Aisyah (isti Nabi) beserta Talhahdan
Abdullah bin Zubair karena kesalahpahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap
Usman, peperangan diantara mereka disebut Perang Jamal (unta).(Asrobah, 2001).
Muawiyah sebagai gubernur di Damaskus memberontak untuk menggulingkan
kekuasaannya. Peperangan ini disebut dengan peperangan Shiffin. Muawiyah
bersikap curang saat tahkim sehingga mereka mendirikan pemerintahan tandingan di
Damaskus.Sementara itu tentara yang awalnya menentang keputusan Ali dengan cara
tahkim, meninggalkan Ali dan membuat kelompok tersendiri yaitu Khawarij. .
(Mohammad, 2001) .
Pada masa itu Ali tidak sempat memikirkan masalah pendidikan sebab
keseluruhan perhatiannya ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi
masyarakat islam. Sehingga pola pendidikan pada masa khulafaurasidin tidak jauh
berbeda dengan masa Nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-
ajaran Islam yang berseumber pada Al-Quran dan hadist Nabi.
b. Masa Bani Umayyah
Bentuk pemerintahan adalah kerajaan, kekuasaan bersifat feudal, atau turun-
temurun. Untuk mempertahankan kekuasaan, khalifah berani bersikap otoriter, adanya
unsur kekerasan, diplomasi yang diiringi dengan tipu daya, serta hilangnya msyawarah
dalam pemilihan khalifah. Umayyah berkuasa kurang lebih selama 91 tahun dan dengan
14 orang khilafah. Reformasi cukup banyak terjadi, terkait a\pada bidang pengembangan
dan kemajuan pendidikan Islam. Perkembangan ilmu tidak hanya dalam bidang agama
semata melainkan juga dalam aspek teknologinya. Semenara system pendidikan masih
sama ketika masa Rasul dan khulafaur rasyidin, yaitu kuttab yang pelaksanaannya
berpusat di masjid, istana serta rumah guru. (Ahmad, 2004).
Pada masa bani Umayyah peradaban Islam sudah bersifat internasional yang
meliputi tiga benua, yaitu sebagian Eropa, sebagian Afrika, dan sebagian besar Asia yang
kesemuanya itu dipersatukan dengan bahsaa Arab sebagai bahasa resmi Negara.
c. Masa Bani Abbasiyah

Para ahli sejarah menyebut bahwa sebelum muncul sekolah dan universitas, sebagai
lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam sesungguhnya sudah berkembang
lembaga-lembaga pendidikan Islam non formal, diantaranya adalah masjid. Bahkan di
masa Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah, masjid yang didirikan oleh penguasa
umumnya dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas pendidikan seperti tempat belajar,
ruang perpustakaan dan buku-buku dari berbagai macam disiplin keilmuan yang
berkembang pada saat itu.

Islam mengalami kemajuan dalam bidang pendidikan, terutama pada masa Dinasti
Abbasiyah. Pada saat itu, mayoritas umat muslim sudah bisa membaca dan menulis dan
dapat memahami isi dan kandungan Al-Quran dengan baik.
d. Masa Turki Utsmani
Turki Utsmani adalah keraaan Islam yang terbesar dan terlama, dikenal juga
dengan imperium islam. Dengan wilayahnya yang luas membentang dari Afrika Utara,
Jazirah Arab, BAhkan hingga Asia Tengah, Turki Utsmani menyimpan keberagaman
bangsa, budaya dan agama, Turki utsmani berkuasa selama kurang lebih 6 abad berturut-
turut. Turki Utsmani mencapai kegemilangannya pada saat kerajaan ini dapat
menaklukan pusat peradaban dan pusat agama Nasrani di Bizantium dan menaklukan
Konstatinopel pada tahun 1453 M pada saat pemerintahan Sultan Muhammad II yang
bergelar Al-Fatih (sang penakluk). (Munir, 2010)
Tempat pendidikan secara umum pada masa dinasti utsmaniah tidak terlalu
memfokuskan perhatian terhadap ilmu pengetahuan, sehingga mengakibatkan bidang
ilmu pengetahuan kurang begitu menonjol, tidak seperti dinasti islam sebelumnya, akan
tetapi ada beberapa titik kemajuan pada masa sultan Muhammad Al-Fatih yaitu dia
mengarahkan segenap daya upayanya untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan
pembangunan madrasah serta akademi-akademi. (Munir, 2010)
C. Sumbangan Peradaban Islam Terhadap Perkembangan Ilmu Pegetahuan
Melalui interaksinya dengan Dunia Islam, Eropa menyadari keterbelakangan dan
ketertinggalan mereka. Interaksi tersebut menyebabkan adanya sentuhan peradaban Islam
terhadap mereka. Proses persentuhan itu terjadi melalui konflik-konflik bersenjata,
seperti dalam Perang Salib, maupun melalui cara-cara damai seperti di Andalusia.Ketika
Eropa masih larut dalam keterbelakangannya, Andalusia telah tumbuh dalam kemajuan
dan kegemilangan peradaban. Ustadz Muhammad Al-Husaini Rakha mengatakan, Di
antara bukti kebesaran peradaban Spanyol bahwa di Cordova saja terdapat lima puluh
rumah sakit, sembilan ratus toilet, delapan ratus sekolah, enam ratus masjid, perpustakaan
umum yang memuat enam ratus ribu buku dan tujuh puluh perpustakaan pribadi lainnya.
Orang-orang Eropa aktif berinteraksi dengan orang-orang Arab dan mengambil
ilmu dari mereka serta mengambil manfaat dari peradaban mereka. Orang-orang Eropa
datang ke Andalusia untuk belajar di universitas-universitas umat Islam. Di antara
mereka terdapat para tokoh gereja dan para bangsawan. Sebagai contoh salah seorang
yang sangat luar biasa kepandaiannya pada abad X bernama Gerbert dAurillac. Ia
menjadi paus Perancis pertama di bawah gelar Sylvester II. Ia menghabiskan tiga tahun di
Toledo dengan para ilmuwan Muslim. Ia belajar matematika, astronomi, kimia, dan
pelajaran-pelajaran lainnya. Beberapa wali gereja/pendeta tinggi dari Perancis, Inggris,
Jerman dan Italia juga lama belajar di Universitas Muslim Spanyol (Bammate, 2000: 49).
Ada kasus menarik yang dialami oleh Frederik II (1211-1250) Kaisar Jerman
yang juga menjadi raja Napels dan Scilia. Ia merupakan seorang yang berjiwa besar dan
berpengetahuan tinggi. Ia dituduh orang masuk Islam dengan diam-diam karena kaisar itu
lebih suka tinggal di Italia Selatan dalam lingkungan alam Timur daripada di Jerman
yang belum maju. Di Napels didirikannya sebuah universitas dengan tujuan
memindahkan pengetahuan Arab ke Italia (Romein, 1956: 58).Selain Frederik II, raja
bangsa Eropa lainnya yang menaruh minat sangat besar terhadap kemajuan ilmu
pengetahuan kaum Muslimin adalah George III, raja Inggris. Dengan resmi, ia menulis
surat kepada Hisyam III khalifah kaum Muslim di Andalusia agar diizinkan mengirimkan
delegasinya untuk belajar di sekolah umat Islam Andalusia. (Al-Wakil, 1998: 319-
320).Dari abad IX hingga XI, sudah ada hasil karya di berbagai bidang, di antaranya
filsafat, medis, sejarah, agama, astronomi dan geografi banyak ditulis dalam bahasa Arab
daripada bahasa lainnya.
Pada abad XII diterjemahkan kitab Al-Qann karya Ibnu Sina[2] mengenai
kedokteran. Pada akhir abad XIII diterjemahkan pula kitab Al-Hawiy karya Ar-Razi yang
lebih luas dan lebih tebal daripada Al-Qann. Kedua buku ini hingga abad XVI masih
menjadi buku pegangan bagi pengajaran ilmu kedokteran di perguruan-perguruan tinggi
Eropa. Buku-buku filsafat bahkan terus berlangsung penerjemahannya lebih banyak
daripada itu. Bangsa Barat belum pernah mengenal filsafat-filsafat Yunani kuno kecuali
melalui karangan dan terjemahan-terjemahan para ilmuwan Muslim (As-Sibai, 2002:
41). Tercatat di antara nama-nama para penerjemah Eropa itu adalah Gerard (Cremona)
yang menerjemahkan fisika Aristoteles dari teks bahasa Arab, Campanus (Navarra),
Abelard (Bath), Albert dan Daniel (Morley) Michel Scot, Hermann The Dalmatian, dan
banyak lainnya (Bammate, 2000: 49).
Banyak orang Barat yang jujur mengakui bahwa pada Abad Pertengahan, kaum
Muslim adalah guru-guru bangsa Eropa selama tidak kurang dari enam ratus tahun.
Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan buku-buku bangsa Arab (Islam), terutama
buku-buku keilmuan, hampir menjadi sumber satu-satunya bagi pengajaran di banyak
perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Dapat dikatakan bahwa pengaruh
bangsa Arab dalam beberapa bidang ilmu, seperti ilmu kedokteran, masih berlanjut
hingga sekarang. Buku-buku karangan Ibnu Sina pada akhir abad yang lalu masih
diajarkan di Montpellier. Lebon juga mengatakan bahwa hanya buku-buku bangsa
Arablah yang dijadikan sandaran oleh Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Arnold de
Philippe, Raymond Lull, San Thomas, Albertus Magnus, serta Alfonso X dari Castella.
Orang Eropa juga memanfaatkan keunggulan ilmu orang Muslim dalam beberapa
keperluan mereka. Vasco da Gama misalnya, yang merintis jalan bagi Eropa menuju
Semenanjung Harapan, setelah menemukan jalan tersebut ia bertemu dengan seorang
pelaut Muslim Arab yang bernama Ibnu Majid. Maka Ibnu Majid memperlihatkan
kepadanya beberapa alat untuk mengarungi laut yang dimilikinya, seperti kompas dan
sejenisnya. Lalu Ibnu Majid meninggalkan Vasco da Gama sebentar. Kemudian ia masuk
ke ruangannya dan kembali menemui Vasco da Gama bersama alat-alat yang
membuatnya terkagum-kagum. Selanjutnya, Vasco da Gama menawarkan kepada Ibnu
Majid agar menjadi guidenya menuju gugusan pulau India Timur Quthb.
D. Sebab Runtuhnya Peradaban Islam
a.Khulafaur Rasyidin
Setelah utsman wafat, masyarakat beramai-ramai melantik ali bin abi thalib
sebagai khalifah, dari situlah timbul permasalahan ketika ali mulai mengeluarkan
kebijaksanaan baru sebagai khalifah. Ali mennonaktifkan gubernur yang diangkat oleh
utsman, dia yakin pemberontakan-pemberontakan yang terjadi karena keteledoran para
gubernur. Kemudian menarik tanah yang dihadiahkan utsman untuk penduduk dengan
menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dengan menyerahkan hasil
pendapatannya ke negara dan memakai system distribusi pajak tahunan kepada orang-
orang islam sebagaimana yang pernah di terapkan oleh ummar. Ali memerintah hanya
6 tahun selama masa pemerintahanya dia mengalami pemberontakan yaitu
pemberontakan thalahah, zubai dan aisyah. Mereka meminta dipecahkan siapa yang
membunuh utsman pada kala itu ditumpahkan secara zalim dan menghukum orang
yang membunuh utsman. Namun ali tiddak mau menghukum para pembunuh utsman
karna ali ingin menghindari perang, dengan mengirim surat kepada thalhah dan zubair
dengan berunding secara damai. Namun ajakan tsb ditolak akhirnya perperangan
terjadi dengan dasyat (Perang Jamal) karena aisyah dalam pertempuran tsb
menggunakan unta dan berhail mengalahkannya. Dan thalhah dan zubair terbunuh
kemudian aisyah di tawan dimekah. Kebijakan ali juga menakibatkan timbulnya
perlawanan dari para gubernur damaskus, muawiyah yang mendukung bekas pejabat
yang merasa kehilangakn kedudukan. Setelah berhasil memadamkan perang tersebut
al bergerak dari kufah menuju damaskus pasukan tsb bertemu dengan pasukan
muawiyah di shiffin, pertempuran terjadi yang di sebut perang shifin dan diakhiri
dengan tahkim, tetapi tahkim tiidak menyelesaikan masalah malah menyebabkan
timbulnya golongan khawarij orang yang keluar dari barisan ali. Muawiyah menyusup
dari barisan ali keadaan tsb tidak menguntungkan ali munculnya khawarij
menyebabkan tentara semakin lemah, sementara muawiyah semakin kuat. Pada
tangga; 20 ramadhan 20 H (660 M), Ali terbunuh oleh anggota khawarij yaitu
Abdullah bin muljam. Akhirnya berakhir sudah khulafaur rasidin.
b.Bani Ummayah
Ada beberapa factor yang menyebabkan runtuhnya bani ummayah antara lain:
1.Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah suatu yang baru bagi
tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas,
ketidak jelasan system pergantian kekhalifah ini menyebabkan terjadinya
perselisihan atau persaingan yang tidak sehat dikalangan keluarga istana.
2.Latar belakang terbentuknya dinasti bani ummayah tidak bias dipisahkan dari
konfik-konflik politik yang terjadi di masa Ali Bin Abi Thalib Syah (pengikut Ali)
dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka, seperti dimasa
awal dan akhir maupun cara tersembunyi seperti dimasa pertengahan kekuasaan bani
ummayah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan
pemerintah
3.Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis. Antar suku Arabia Utara
(Bani Qayas) dan Arabia Selatan (Bani Kal)
c.Bani Abbasiyah
Kemunduran dan kehancuran Dinasti Abbasiyah yang menjadi awal
kemunduran dunia Islam terjadi dengan proses kausalitas sebagaimana yang dialami
oleh dinasti sebelumnya. Konflik internal, ketidak mampuan khalifah dalam
mengkonsolidasi wilayah kekuasaannya, dan budaya yang mulai bermunculan di Bani
Abbasiyah. faktor-faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba.
Faktor-faktor penyebab runtuhnya dinasti abbasiyah:
1. Faktor Internal
a. Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan
b. Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil Yang Memerdekakan Diri
c. Kemerosotan Perekonomian
Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang
kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal penuh
dengan harta. Perekonomian masyarakat sangat maju terutama dalam bidang pertanian,
perdagangan dan industri. Tetapi setelah memasuki masa kemunduran politik,
perekonomian pun ikut mengalami kemunduran yang drastis. Setelah khilafah
memasuki periode kemunduran ini, pendapatan negara menurun sementara pengeluaran
meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan oleh makin
menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu
perekonomian rakyat.
2. Faktor eksternal
a. Perang Salib
Kekalahan tentara Romawi telah menanamkan benih permusuhan dan kebencian
orang-orang kristen terhadap ummat Islam. Kebencian itu bertambah setelah Dinasti
Saljuk yang menguasai Baitul Maqdis menerapkan beberapa peraturan yang
dirasakan sangat menyulitkan orang-orang Kristen yang ingin berziarah kesana. Oleh
karena itu pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II menyerukan kepada ummat kristen
Eropa untuk melakukan perang suci, yang kemudian dikenal dengan nama Perang
Salib.
b. Serangan Mongolia ke Negeri Muslim dan Berakhirnya Dinasti Abbasiyah
Orang-orang Mongolia adalah bangsa yang berasal dari Asia Tengah. Sebuah
kawasan terjauh di China. Terdiri dari kabilah-kabilah yang kemudian disatukan oleh
Jenghis Khan (603-624 H). Sebagai awal penghancuran Bagdad dan Khilafah Islam,
orang-orang Mongolia menguasai negeri-negeri Asia Tengah Khurasan dan Persia
dan juga menguasai Asia Kecil. Pada bulan September 1257, Hulagu mengirimkan
ultimatum kepada Khalifah agar menyerah dan mendesak agar tembok kota sebelah
luar diruntuhkan. Tetapi Khalifah tetap enggan memberikan jawaban. Maka pada
Januari 1258, Hulagu khan menghancurkan tembok ibukota. Sementara itu Khalifah
al-Mutashim langsung menyerah dan berangkat ke base pasukan mongolia. Setelah
itu para pemimpin dan fuqaha juga keluar, sepuluh hari kemudian mereka semua
dieksekusi. Dan Hulagu beserta pasukannya menghancurkan kota Baghdad dan
membakarnya. Pembunuhan berlangsung selama 40 hari dengan jumlah korban
sekitar dua juta orang. Dan Dengan terbunuhnya Khalifah al-Mutashim telah
menandai babak akhir dari Dinasti Abbasiyah.
d.Turki Ustmani
Faktor-Faktor penyebab hancurnya Turki Usmani antara lain:
1. Kelemahan para Sultan dan sistem birokrasi
Ketergantungan sistem birokrasi sultan Usmani kepada kemampuan seorang sultan dalam
mengendalikan pemerintahan menjadikan institusi politik ini menjadi rentang terhadap
kejatuhan kerajaan. Seorang sultan yang cukup lemah cukup membuat peluang bagi
degradasi politik di kerajaan Turki Usmani. Masing-masing kelompok membuat kualisi
dengan janji kemakmuran, Sultan dikondisikan dengan lebih suka menghabiskan
waktunya di istana dibanding urusan pemerintahan agar tidak terlibat langsung dalam
politik yang mereka rancang.
2. Kemerosotan kondisi sosial ekonomi
Perubahan mendasar terjadi terjadi pada jumlah penduduk kerajaan sebagaimana terjadi
pada struktur ekonomi dan keuangan. Kerajaan akhirnya menghadapi problem internal
sebagai dampak pertumbuhan perdagangan dsn ekonomi internasional. Kemampuan
kerajaan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mulai melemah, pada saat bangsa
Eropa telah mengembangkan struktur kekuatan ekonomi dan keuangan bagi kepentingan
mereka sendiri. Perubahan politik dan kependudukan saling bersinggungan dengan
perubahan penting di bidang ekonomi. Desentralisasi kekuasaan dan munculnya
pengaruh pejabat daerah memberikan konstribusi bagi runtuhnya ekonomi tradisional
kerajaan Turki Usmani.
3. Munculnya kekuatan Eropa
Munculnya politik baru di daratan Eropa dapat dianaggap secara umum faktor yang
mempercepat proses keruntuhan kerajaan Turki Usmani. Konfrontasi langsung pada
dengan kekuatan Eropa berawal pada abad ke XFI, ketika masing-masing kekuatan
ekonomi berusaha mengatur tata ekonomi dunia. Ketika kerajaan Usmani sibuk
membenahi Negara dan masyarakat, bangsa Eropa malah menggalang militer, Ekonomi
dan tekhnologi dan mengambil mamfaat dari kelemahan kerajaan Turki Usmani.
4. Pemberontakan-pemberontakan internal.
Pemberontakan-pemberontakan terjadi dimana-mana, mulai dari Makkah, Wahabiyah,
Druze dan pemberontakan di Wilayah pusat kekuasaan telah memperlemah kekuatan
militer dan politik.
E. Membangkitkan Kembali Peradaban Islam
Ibnu Khaldun sempat menjelaskan ihwal kebangkitan suatu peradaban, jika umat Islam
ingin membangun kembali peradabannya, mereka harus menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tanpa ini, kebangkitan Islam hanya akan menjadi utopia belaka.Menurut Ibnu
Khaldun, wujud suatu peradaban merupakan produk dari akumulasi tiga elemen penting.
Selain ketiga hal diatas, dalam mengembalikan kemajuan kemajuan peradaban islam
perlu adanya perhatian khusus serta dukungan kuat dari seluruh umat islam terhadap ilmu
pengetahuan. Menurut Prof.Dr.Abdus Salam dalam bukunya Sains Dunia Islam
menyebutkan bahwa salah satu penyebab kemunduruan keilmuan dalam islam adalah
sikap acuh umat islam sendiri terhadap Sains (ilmu pemgetahuan).
DAFTAR PUSTAKA
Al Usairy, Ahmad. 004. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga XX, Penj. Samson
rahman, Jakarta: Akbar.
Asrohah, Hanum. 2001. Sejarah peradaban Islam, Jakarta: Wacana Ilmu.
Dr. BadriYatim, M.A. 1993. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), Jakarta : Rajawali
Perss.
Peoradisastra, S.I. 2008.Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern Cetakan ketiga.
Jakarta:Komunitas Bambu.

Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag,2007. Sejarah Pendidikan Islam (Mene;usuri Jejak Sejarah
Pendidikan Era Rosulullah Sampai Indonesia), Jakarta : Kencana Media Group.
Samsul, Munir Amin. 2010. Sejarah peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Supardi, Mohammad. 2001. Konsep pendidikan dalam Al-Quran. Jakarta, Penerbit: Salam.
Yatim, Badri. 2001. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Wacana Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai