Anda di halaman 1dari 17

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak Asasi Manusia merupakan hak yang melekat pada manusia sejak manusia dalam
kandungan dan merupakan pemberian dari Tuhan. Hak tersebut harusnya dapat terjaga untuk
perdamaian dan kesejahteraan hidup bangsa. Namun, kesenjangan sosial ekonomi dewasa ini
semakin parah sehingga memicu sesorang untuk melakukan pelanggaran hukum demi memenuhi
syahwatnya. Pelanggaran HAM macam-macam bentuknya, ada kekerasan dalam rumah tangga
ada pula pemaksaan terhadap anak untuk mengemis, pelecehan seksual, penodaan agama, dan
lain sebagainya. Kasus-kasus pelanggaran HAM harus dapat dihapus, oleh karena itu Negara
Indonesia mempunyai aturan HAM dan agama Islam sendiri telah mengatur HAM yang
dituangkan dalam Al Quran, Hadist, dalil dan ijtihad ulama.
Islam mengatur keseluruhan aspek kehidupan tanpa terkecuali. Salah satunya adalah hidup
bermasyarakat. Islam telah menganjurkan musyawarah dan memerintahkannya dalam banyak ayat
dalam al-Quran, ia menjadikannya sesuatu hal terpuji dalam kehidupan individu, keluarga,
masyarakat dan negara; dan menjadi elemen penting dalam kehidupan umat. Musyawarah
(syura) adalah bentuk demokrasi dalam suatu penyelenggaraan negara. Istilah demokrasi dalam
islam tidak ada, namun praktik musyawarah merupakan bagian dari demokrasi. Demokrasi
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk
dijalankan oleh pemerintahnegara tersebut. Demokrasi dalam islam berarti keikutsertaan dalam
proses politik. Demokrasi sudah diajarkan oleh Rasulullah saat Perang Badar beliau
mendengarkan saran sahabatnya mengenai lokasi perang walaupun itu bukan pilihan yang
diajukan olehnya.Oleh karena itu, kita perlu mempelajari demokrasi yang sejalan dengan aturan
Islam.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah makalah ini adalah :
a. Bagaimana Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Islam ?
b. Bagaimana Demokrasi dalam Islam ?
c. Bagaimana ijtihad ulama mengenai HAM dan Demokrasi?
d. Bagaimana HAM dan Demokrasi dalam kehidupan sehari-hari ?
1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini adalah :
a. Untuk memahami Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Islam
b. Untuk memahami Demokrasi dalam Islam
c. Untuk memahami ijtihad ulama mengenai HAM dan Demokrasi
d. Untuk mengetahui HAM dan Demokrasi dalam kehidupan sehari-hari

1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah mampu menjalankan kehidupan dengan aturan HAM
dan demokrasi yang sejalan dengan agama islam yang telah diatur dalam Al Quran, hadist-
hadist, danijtihad ulama.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Islam

Prinsip Hak Asasi Manusia (HAM) adalah dasar pendirian suatu negara dimana setiap orang
harus tunduk , keamanan, dan kesejahteraan serta melindungi hak-hak kodrati rakyat. Gagasan
ini membawa manusia memperlakukan sesama manusia sesuai dengan ajaran Agama Islam.
Tuntutan moral tersebut diperlakukan untuk melindungi seseorang atau sekelompok orang yang
lemah (al-mustadafin) dari tindakan dzalim dan semena-mena, sehingga dalam konteks ini
HAM adalah penghormatan tertentu dan tanpa diskriminasi berdasarkan apapun dan alasan
apapun termasuk alasan kekuasaan sekalipun, serta pengakuan terhadap martabat manusia
sebagai makhluk di dunia yang memiliki kemuliaan.

Islam mengajarkan pentingnya penghormatan dan penghargaan terhadap sesama manusia,


karena Islam sebagai agama yang membebaskan dan memanusiakan manusia, hal ini tercermin
dalam Al Quran surah ke 49:13

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuk-suku supaya
kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.

Dalam kekuasaan Negara sepanjang dilakukan untuk menciptakan perdamaian dalam Islam,
para fuqaha (ahli fiqih) berbeda pendapat dalam mengartikan hak. Ada ulama yang mengartikan
hak mencakup hal-hal materi, misalnya hak atas harta benda dan segala sesuatu yang melalui
akad. Ulama lain mengartikan hak mencakup hal-hal non materi, misalnya hak Allah dan hak
hamba. Para fuqaha membagi masalah hak dalam agama menjadi dua, yaitu hak Allah (haqq-u
Allah) dan hak hamba (haqq-u al-ibad). Disebut hak Allah , karena mengandung manfaat dan
risiko yang besar. Sedangkan hak hamba disebut hak pribadi, karena hak itu berkaitan dengan
kemaslahatan seseorang.
Menurut para ahli, hak memiliki unsur-unsur dalam penegakkannya, yaitu pemilik hak, ruang
lingkup penerapannya, dan pihak yang bersedia dalam penerapannya. Ketiga unsur tersebut
menyatu dalam pengertian dasar tentang hak. Hak merupakan nilai-nilai normatif yang dimiliki
dan melekat secara pribadi. Bertujuan untuk melindungi hak persamaan dan hak kebebasan
dalam proses interaksi antara individu atau hubungannya dengan lembaga.

2.2 Ijtihad Ulama tentang HAM

Prinsip-prinsip hak asasi manusia menjadi tujuan dari syariat islam (maqoshid al-Syariaat)
yang telah dirumuskan oleh Imam al-Ghazali dan Abu Ishaq as-Syatibi (Ahmad al-Mursi Husain
Jauhar, 2009 : XV). Prinsip tersebut terangkum dalam dalam al-dlaruriat al-khamsah (lima
prinsip dasar) atau disebut juga al huquq al insaniyah fi al Islam (hak asasi manusia dalam
Islam). Konsep ini ini mengandung lima prinsip dasar yang harus di jaga dan di hormati oleh
setiap individu, yakni:

1. Hifdzu al-Din (penghormatan atas kebebasan beragama)

Islam memberikan penghormatan dan kebebasan berkeyakinan dan beribadah. Setiap pemeluk
agama berhak atas agama dan madzhabnya. Seseorang tidak boleh dipaksa untuk meninggalkan
agamanya menuju agama atau madzhab lainya dan tidak seorangpun boleh memaksa dan
menekan orang lain untuk berpindah dari keyakinanya untuk masuk Islam (Q.S. al-Baqoroh :
256).

2. Hifdzu al-Mal (penghormatan atas harta benda)

Dalam ajaran islam harta adalah milik Allah SWT yang dititipka-Nya pada Alam dan manusia
sbagai anugerah. Seluruh bumi beserta segala yang terkandung di dalamnya, dan apa yang
berada di atasnya telah dijadikan Allah SWT untuk seluruh manusia.
Artinya : Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk-Nya. ( Q.S.al-Rahman : 10)

Artinya : Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari
hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di
antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.(
Q.S.al-Hadid : 7)

3. Hifdzu al-Nafs wa al-Ird (penghormatan atas jiwa, hak hidup dan kehormatan individu)

Dalam ajaran Islam, penghormatan atas jiwa, hak hidup dan kehormatan individu merupakan hak
dasar dan tumpuan dari semua hak. Hak-hak lain tidak akan ada dan relevan tanpa perlindungan
hak hidup. Maka perlindungan al-Quran terhadap hak ini sangat jelas dan tegas :

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah
Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada
mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian
banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat
kerusakan dimuka bumi.( Q.S al-Maidah : 32)

Karena penghargaan yang tinggi terhadap jiwa dan kehidupan maka al-Quran memberikan
sangsi yang tegas terhadap siapapun yang mengingkarinya. Qishas atau hukuman mati terlahir
dari spirit perlindungan ini. Al-Quran menegaskan :

Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang
berakal, supaya kamu bertakwa. (Q.S. al-Baqoroh : 179 )

4. Hifdzu al-Aql (penghormatan atas kebebasan berfikir)

Penghormatan atas kebebasan berfikir serta hak atas pendidikan merupakan penjabaran yang
amat penting dari prinsip hifdz al-aql. Menjaga akal budi dari zat-zat yang memabukan
merupakan perlindungan primer, maka pendidikan merupakan pemenuhan hak-hak sekunder
untuk pengembanganya. Tanpa pendidikan yang memadai akal sebagai anugerah penting dari
Tuhan kurang bernilai dan menyia-nyiakan anugerah Tuhan.

5. Hifdzu al-Nasl (keharusan untuk menjaga keturunan)

Dalam ajaran Islam menjaga dan memelihara keturunan di manifestasikan dengan disyariatkan
lembaga pernikahan. Islam memandang lembaga pernikahan sebagai cara melindungi eksistensi
manusia secara terhormat dan bermartabat. Islam tidak menganjurkan, meski tidak
mengharamkan secara mutlak hidup celibat/membujang. Bagi yang menjalankan pernikahan
secara penuh tanggungjawab dijanjikan dengan kemuliaan. Sebab dengan pernikahan yang
penuh tanggungjawab dan harmonis, generasi manusia yang saleh dapat dibina dari satu generasi
kegenerasi secara berkesinambungan. Pernikahan merupakan peristiwa kontraktual dan sakral.
Hampir setiap keyakinan agama termasuk ajaran Islam mengatur secara serius mengurus
pernikahan sampai detail, bukan sekedar syarat dan rukunnya melainkan sekaligus prosesinya.
Memiliki keturunan melalui jalinan pernikahan yang sah untuk melanjutkan keturunan manusia
secara terhormat dan bermartabat.

2.3 Demokrasi dalam Islam


Menurut asal kata, demokrasi berarti rakyat berkuasa atau government or rule by the
people. Kata ini berasal dari bahasa Yunani: demos berarti rakyat dan kratos/kratein berasal
kekuasaan/berkuasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa demokrasi
berarti: (1) bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta memerintah dengan
perantara wakilnya ataui pemerintahan rakyat; (2) gagasan atau pandangan hidup yang
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga.
Demokrasi dalam islam terus berkembang karena pengaruh hubungan Islam dengan Barat dan
reaksi intelektual muslim dengan konsep demokrasi , R. William Liddle dan Syaiful Mujani
membagi kedalam tiga kelompok pemikiran. Pertama, Islam dan demokrasi adalah dua sistem
politik yang berbeda. Islam tidak bisa disubordinasikan ke dalam demokrasi. Islam merupakan
sistem politik yang self-sufficient. Kedua, Islam merupakan sistem politik demokratis jika
demokrasi didefinisikan secara substansif, yakni kedaulatan di tangan rakyat, dan Negara
merupakan terjemahan dari kedaulatan rakyat ini. Ketiga, Islam adalah sistem nilai yang
membenarkan dan mendukung sistem politik demokratis seperti yang dipraktikan negara-negara
maju. Perwujudan nilai-nilai demokrasi secara suubstansial direfleksikan ke dalam sikap
egalitarian dan prinsip musyawarah pada komunitas muslim.
Secaraa etimologis, Islam tidak mengenal istilah demokrasi. Islam hanya mengenal istilah
musyawarah sebagai fondasi utama dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu, islam mengenalkan
gagasan demokrasi yakni gagasan yang mengharuskan seluruh proses politik melandaskan diri
pada partisipasi, kebebasan, dan persamaan.
Terdapat dua ayat Al Quran yang menerangkan tentang musyawarah. Salah satu diantaranya
adalah Allah SWT menyebut orang yang bermusaywarah sebagai umat yang terpuji, sedangkan
ayat lain menyebitkan bahwa Allah SWT memerintahkan agar umat melakukan musyawarah.
Ayat yang pertama tersebut adalah firman Allah SWT:

Dan bagi orang-orang yang menerima seruan Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarah diantara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
rezeki yang kami berikan kepada mereka (QS. Asy-Syura/42:38)

Sedangkan ayat yang kedua adalah firman Allah SWT:

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Seandainya kamu bersikap keras dan berlaku kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan bagi mereka dan
bermusyawarah dengan mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu(QS.
Ali Imran/3:159)
Makna mufakat sebenarnya lebih mengacu kepada adanya keharusan satu keputusan
sebagai hasil musyawarah, namun dengan tetep membuka pintu bagi kemungkinan keputusan itu
terjadi karena suara terbanyak. Hal ini sebagaiman Hadis Nabi:
Ikutilah kelompok yang paling besar.
Prinsip demokrasi dalam islam adalah musyawarah (Syura), Aladalah (keadilan), Al
Musawah (kesejajaran), Al Amanah (dapat dipercaya), Al Masuliyyah (tanggung jawab), dan Al
Hurriyyah (kebebasan). Dasar dilaksanakannya musyawarah berdasarkan firman ALLAH SWT
dalam Al-Quran Surah Ali Imran ayat 159 dan QS. Asy-Syuura ayat 38.

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya

Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat,
sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka
Prinsip keadilan artinya dalam menegakkan hukum termasuk rekrutmen dalam berbagai jabatan
pemerintahan harus dilakukan secara adil dan bijaksana. Tidak boleh kolusi dan nepotis. Arti
pentingnya penegakan keadilan dalam sebuah pemerintahan ini ditegaskan oleh Allah SWT
dalam surat An-Nahl ayat 90 :

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran
Prinsip kesejajaran, artinya tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi dari yang lain sehingga
dapat memaksakan kehendaknya. Penguasa tidak bisa memaksakan kehendaknya terhadap
rakyat, berlaku otoriter dan eksploitatif. Kesejajaran ini penting dalam suatu pemerintahan demi
menghindari dari hegemoni penguasa atas rakyat.
Prinsip amanah (dapat dipercaya) artinya seorang yang telah diberikan kepercayaan (misalnya
diberikan jabatan tertentu) harus melaksanakankepercayaan tersebut dan mempertanggung
jawabkannya. Persoalan amanah ini terkait dengan sikap adil seperti ditegaskan Allah SWT
dalam Surat an-Nisa:58.
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat
Prinsip tanggung jawab sebagaimanadijelaskan diatas bahwa kekuasaan dan jabatan itu adalah
amanah yang harus diwaspadai, bukan nikmat yang harus disyukuri, maka rasa tanggung jawab
bagi seorang pemimpin atau penguasa harus dipenuhi. Dan kekuasaan sebagai amanah ini
mememiliki dua pengertian, yaitu amanah yang harus dipertanggungjawabkan di depan rakyat
dan juga amanah yang harus dipertanggung jawabkan di depan Tuhan.
Prinsip kebebasan, artinya bahwa setiap orang, setiap warga masyarakat diberi hak dan
kebebasan untuk mengeksperesikan pendapatnya. Sepanjang hal itu dilakukan dengan cara yang
bijak dan memperhatikan al-akhlaq al-karimah dan dalam rangka al-amr bi-l-maruf wa an-
nahy an al-munkar, maka tidak ada alasan bagi penguasa untuk mencegahnya. Bahkan yang
harus diwaspadai adalah adanya kemungkinan tidak adanya lagi pihak yang berani melakukan
kritik dan kontrol sosial bagi tegaknya keadilan. Jika sudah tidak ada lagi kontrol dalam suatu
masyarakat, maka kezaliman akan semakin merajalela.

2.4 Ijtihad Ulama tentang Demokrasi


Berikut adalah pandangan beberapa ulama mengenai demokrasi:
1. Al-Maududi
Dalam hal ini al-Maududi secara tegas menolak demokrasi. Menurutnya, Islam tidak mengenal
paham demokrasi yang memberikan kekuasaan besar kepada rakyat untuk menetapkan segala
hal. Demokrasi adalah buatan manusia sekaligus produk dari pertentangan Barat terhadap agama
sehingga cenderung sekuler. Karenanya, al-Maududi menganggap demokrasi modern (Barat)
merupakan sesuatu yang berssifat syirik. Menurutnya, Islam menganut paham teokrasi
(berdasarkan hukum Tuhan). Tentu saja bukan teokrasi yang diterapkan di Barat pada abad
pertengahan yang telah memberikan kekuasaan tak terbatas pada para pendeta.
2. Mohammad Iqbal
Kritikan terhadap demokrasi yang berkembang juga dikatakan oleh intelektual Pakistan
3. Yusuf al-Qardhawi
Menurut beliau, substansi demokrasi sejalan dengan Islam. Hal ini bisa dilihat dari beberapa
hal, misalnya dalam demokrasi proses pemilihan melibatkan banyak orang untuk mengangkat
seorang kandidat yang berhak memimpin dan mengurus keadaan mereka. Tentu saja mereka
tidak akan memilih sesuatu yang tidak mereka sukai. Demikian juga dengan Islam. Islam
menolak seseorang menjadi imam shalat yang tidak disukai oleh makmum di belakangnya
Usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tiran juga sejalan dengan Islam.
Bahkan amar makruf dan nahi mungkar serta memberikan nasihat kepada pemimpin adalah
bagian dari ajaran Islam.Pemilihan umum termasuk jenis pemberian saksi. Karena itu,
barangsiapa yang tidak menggunakan hak pilihnya sehingga kandidat yang mestinya layak
dipilih menjadi kalah dan suara mayoritas jatuh kepada kandidat yang sebenarnya tidak layak,
berarti ia telah menyalahi perintah Allah untuk memberikan kesaksian pada saat
dibutuhkan.Penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak bertentangan dengan
prinsip Islam, contohnya dalam sikap Umar yang tergabung dalam syura. Mereka ditunjuk Umar
sebagai kandidat khalifah dan sekaligus memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi
khalifah berdasarkan suara terbanyak. Sementara lainnya yang tidak terpilih harus tunduk dan
patuh. Jika suara yang keluar tiga lawan tiga, mereka harus memilih seseorang yang diunggulkan
dari luar mereka yaitu Abdullah ibn Umar.
4. SalimAlial-Bahnasawi
Menurut beliau, demokrasi mengandung sisi yang baik yang tidak bertentangan dengan islam
dan memuat sisi negatif yang bertentangan dengan Islam. Sisi baik demokrasi adalah adanya
kedaulatan rakyat selama tidak bertentangan dengan Islam. Sementara, sisi buruknya adalah
penggunaan hak legislatif secara bebas yang bisa mengarah pada sikap menghalalkan yang
haram dan menghalalkan yang haram, oleh karena itu, ia menawarkan adanya islamisasi sebagai
berikut:
a. Menetapkan tanggung jawab setiap individu di hadapan Allah.
b. Wakil rakyat harus berakhlak Islam dalam musyawarah dan tugas-tugas lainnya.
c. Mayoritas bukan ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak ditemukan dalam
Alquran dan Sunnah
d. Komitmen terhadap islam terkait dengan persyaratan jabatan sehingga hanya yang bermoral
yang duduk di parlemen.

2.5. HAM dan Demokrasi dalam Kehidupan Sehari-hari


2.5.1. Penerapan HAM dalam Kehidupan Sehari-hari
Berikut merupakan dalil Al Quran, hadist mengenai HAM:

1. Hak Atas keadilan, Surat An-Nahl Ayat 90 :

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran . (An-Nahl : 90)

Imam Ali As-Shabuni berkata dalam Shafwah At-Tafasir-nya bahwa Allah SWT
menyuruh kita untuk berakhlak mulia dengan adil kepada seluruh manusia dan berbuat baik
(ihsan) kepada semua makhluk. Allah melarang kita dari perbuatan dan perkataan yang keji.
Ibnu Masud berkata : ayat ini merupakan ayat yang paling mencakup akan poin-poin kebaikan
yang mesti dilaksanakan, dan kejelekan-kejelekan yang mesti dijauhi . Kata fahsyaa(keji)
berarti segala sesuatu yang benar-benar dipandang jelek menurut agama, seperti syirik dan zina.
Kata Munkar berarti segala sesuatu yang melawan fitrah manusia. Kata Baghy (permusuhan)
berarti kezaliman dan melampaui batas-batas kebenaran dan keadilan.

Keadilan merupakan cita-cita dasar Islam dan merupakan disiplin mutlak untuk menegakkan
kehormatan manusia. Islam mewajibkan kita untuk berlaku adil kepada siapa pun dan di mana
pun. Misalnya kita temukan ayat yang menganjurkan berbuat baik dan berlaku adil kepada ahli
kitab (Al-Mumtahinah : 8) bahkan kepada musuh sekali pun (Al-Maidah : 2). Di sini kita dapat
melihat penghargaan Islam akan keadilan dan kesetaraan di tengah pluralitas.
2. Hak Memperoleh Pekerjaan Yang Layak, Surat Al-Mulk Ayat 15 :

Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan Hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan . (Al-Mulk : 15)

Tuhan telah menundukkan dan menjadikan bumi ini tempat yang mudah bagimu, Ia
telah menjadikan bumi sebagai tempat bersinggah yang tenang. Janganlah merasa risau dan
bimbang dengan gunung-gunung yang terpancung, temukanlah mata air di dalamnya untuk kamu
minum, juga bagi ternakmu, kebunmu dan buah-buahan milikmu. Telusurilah jalan-jalannya,

jelajahilah ke seluruh penjurunya sesuka hatimu, sisirlah seluruh wilayahnya, untuk


mendapatkan bermacam-macam penghidupan dan perniagaan. Makanlah apa-apa yang telah
disediakan Tuhanmu di sana, rezeki yang amat luas menantimu di dalam sana, dengan anugrah
Allah SWT. Bumi diciptakan Allah untuk kebaikan manusia tetapi manusia harus mengambil
inisiatif sendiri secara bebas untuk menentukan pilihan terhadap pekerjaanya.

Hadis pertama diriwayatkan Imam al-Bukhory dan Muslim.

Tidak halal darah seorang Muslim melainkan disebabkan oleh tiga hal : orang yang pernah
menikah berzina, jiwa (dibalas) dengan jiwa, dan orang yang melepaskan agamanya (Islam),
memecah belah agama."(HR. Imam al-Bukhory dan Muslim)
Hadis kedua diriwyatkan Arbaah
Barang siapa yang menjatuhkan dirinya kedalam bukit hingga ia mati, maka didalam neraka jahannam
tiada henti-hentinya menjatuhkan diriny adari atas bukit itu untuk selama-lamanya. Dan barang siapa
yang meneguk racun hingga ia mati, maka didalam neraka jahannam racun itu berada ditangannya; ia
meneguknya tiada henti-hentinya untuk selama-lamanya. Dan barang siapa yang membunuh dirinya
dengan besi tajam, maka didalam neraka besi tajam itu berada ditangannya yang ia tusuk-tusukkan
kedalam perutnya tiada henti-hentinya, untuk selama-lamanya. (HR. Arbaah)
Berikut merupakan dalil Al Quran, hadist mengenai Demokrasi:

1. Surah Ali Imran Ayat 159 tentang Musyawarah

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang
bertawakal kepada-Nya. (QS Ali Imran: 159).

Isi kandungan Al Quran Surah Ali Imran Ayat 159 tersebut adalah :
a. Surah Ali Imran Ayat 159 menyebutkan tiga hal secara berurutan untuk dilakukan sebelum
bermusyawarah yaitu sebagai berikut.
Bersikap lemah lembut. Orang yang melakukan musyawarah harus menghindari tutur kat;
yang kasar serta sikap keras kepala. Jika tidak, maka mitra musyawarah akan pergr.
menghindar.
Memberi maaf dan bersedia membuka diri. Kecerahan pikiran hanya dapat hadir
bersamaan dengan sirnanya kekerasan hati serta kedengkian dan dendam.
Memohon ampunan Allah sebagai pengiring dalam bertekad, kemudian bertawakal
kepada- Nya atas keputusan yang dicapai.
b. Yang diharapkan dari musyawarah adalah mufakat untuk kebenaran karena Nabi
Muhammad saw. pernah bersabda, Umatku tidak akan sepakat dalam kesesatan. Dengan
demikian, bila dalam satu musyawarah terjadi mufakat, maka hal itu merupakan tanda-tanda
kebenaran dalam mencari jalan keluar.
c. Di dalam bermusyawarah, kadang terjadi perselisihan pendapat atau perbedaan. Berbeda
pendapat merupakan sunnatullah dan rahmat serta diridai Allah swt. Beda pendapat terjadi
akibat perbedaan sudut pandang, tetapi hendaknya masing-masing pihak tidak menyalahkan
dan mencari-cari kesalahan pihak lain.
2. Surah An Nahl Ayat 125 tentang Anjuran Berdiskusi

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cam yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk. (QS An Nahl: 125).
Isi kandungan Surah An Nahl Ayat 125 , adalah sebagai berikut:

Kita diperintahkan untuk menyeru (menyampaikan) kepada jalan Allah dengan hikmah yaitu
perkataan yang tegas dan benar atau dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil.
Dakwah kadang menggunakan metode diskusi. Dalam proses diskusi, sering terjadi
perbedaan pendapat. Oleh karena itu, jika ingin membantah, maka bantahlah dengan cara
yang baik dan berilah pelajaran yang baik, rasional, efektif, dan efisien disertai dengan
argumentasi yang baik pula.
Pada dasarnya manusia itu mempunyai perbedaan, termasuk pendapat. Akan tetapi, di bali-
hal itu ada hikmah serta kandungan rahasianya. Berdialoglah atau berdiskusilah dengan
kepala dingin, bijaksana, penuh hati-hati, sating pengertian, dan tunjukkan sikap yang
Islami. Ali bin Abi Thalib pernah memberikan nasihat, lihatlah apa yang dikatakan dan
jangan melihat siapa yang mengatakan. Kita harus dapat bertindak demokratis, bijaksana,
tidak keras kepala untuk menyalahkan atau menyanggah, tetapi dapat bersikap sabar
sehingga orang lain dapat mengerti atau memahami apa yang kita maksudkan.
Allah Maha Mengetahui orang yang tersesat dari jalan-Nya. Demikian pula Allah swt. lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Oleh karena itu, hendaknya kita
senantiasa harus berprasangka baik terhadap siapa saja ketika berdiskusi.
Hadist pertama yang diriwayatkan imam Ibnu Majah

Hadis kedua yang diriwayatkan imam Thabari


BAB 3. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
a. HAM dalam Islam berfungsi untuk memberi penghormatan tertentu dan tanpa diskriminasi
berdasarkan apapun dan alasan apapun termasuk alasan kekuasaan sekalipun, serta
pengakuan terhadap martabat manusia sebagai makhluk di dunia yang memiliki kemuliaan,
sebagaimana tertera dalam Al Quran surah ke 49:13.
b. Demokrasi dalam Islam yaitu gagasan yang mengharuskan seluruh proses politik
melandaskan diri pada partisipasi, kebebasan, dan persamaan. Prinsip demokrasi dalam
islam adalah musyawarah (Syura), Aladalah (keadilan), Al Musawah (kesejajaran), Al
Amanah (dapat dipercaya), Al Masuliyyah (tanggung jawab), dan Al Hurriyyah
(kebebasan). Dasar dilaksanakannya musyawarah berdasarkan firman ALLAH SWT dalam
Al-Quran Surah Ali Imran ayat 159 dan QS. Asy-Syuura ayat 38.

3.2. Saran
Saran penulis adalah HAM dan Demokrasi dapat dilaksanakan di kehidupan sehari-hari
sesuai syariat Islam. Sehingga terwujud kehidupan sosial yang diharapkan sesuai pandangan
Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Musa, Ali Masykur.2014.Membumikan Islam Nusantara: Respons Islam Terhadap Isu - Isu
Aktual. Jakarta: Serambi.
Hidayat, K dan Urbaningrum, A. 2011. Islam & hak asasi manusia dalam pandangan
Nurcholish Madjid. Jakarta: Garmedia Pustaka Utama.
Afriatin, Toto Suryanaet al. 1996. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya:
Tiga Mutiara.
https://fillah.wordpress.com/2007/06/25/pandangan-dan-fatwa-ulama-tentang-demokrasi-dan-masuk-
dalam-pemerintahan/
http://biosaefful.blogspot.co.id/2012/07/memahami-konsep-islam-tentang-demokrasi.html
http://bdkbandung.kemenag.go.id/jurnal/259-hak-asasi-manusia-dalam-persfektif-alqur-an-alhadits-
dan-ijtihad-ulama

Anda mungkin juga menyukai