TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit yang dikarakteristikkan oleh
kecenderungan untuk mengefek tulang, sendi, dan jaringan lunak (Soumya, 2011).
Rematik atau pegal linu juga merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan
kerusakan tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang didekatnya,disertai proliferasi
dari tulang dan jaringan lunak di dalam dan sekitar daerah yang terkena (Priyanto,
2009).
Penyakit rematik dapat digolongkan kepada 2 bagian, yang pertama diuraikan
sebagai penyakit jaringan ikat karena ia mengefek rangka pendukung (supporting
framework) tubuh dan organ-organ internalnya. Antara penyakit yang dapat
digolongkan dalam golongan ini adalah osteoartritis, gout, dan fibromialgia.
Golongan yang kedua pula dikenali sebagai penyakit autoimun karena ia terjadi
apabila sistem imun yang biasanya memproteksi tubuh dari infeksi dan penyakit,
mulai merusakkan jaringan-jaringan tubuh yang sehat. Antara penyakit yang dapat
digolongkan dalam golongan ini adalah rheumatoid artritis, spondiloartritis, lupus
eritematosus sistemik dan skleroderma. (NIAMS, 2008)
Pada artrits gout nyeri dan inflamasi disebabkan oleh terjadinya proses
imunologik pada sinovia yang mengakibatkan terjadinya sinovitis dan pembentukan
pannus yang akhirnya menyebabkan kerusakan sendi. Pada artritis gout adanya
deposit Kristal asam urat pada sinovial/rongga sendi akan mengakibatkan terjadinya
inflamasi. (Nugroho, 2009).
Nyeri pada artritis gout bersifat persisten yaitu rasa nyeri yang hilang timbul.
Rasa nyeri akan menambahkan keluhan mudah lelah karena memerlukan energi fisik
dan emosional yang ekstra untuk mengatasi nyeri tersebut. Nyeri pada artritis
reumatoid bersifat persisten yaitu rasa nyeri yang hilang timbul. Rasa nyeri akan
menambahkan keluhan mudah lelah karena memerlukan energi fisik dan emosional
yang ekstra untuk mengatasi nyeri tersebut. Nyeri juga dapat menyebabkan pasien
menggunakan energi yang lebih besar dalam melaksanakan tugas-tugas dengan cara
yang begitu banyak menimbulkan nyeri. Serangan nyeri juga dapat menganggu tidur
pasien sehingga mempengaruhi tingkat keadaan mudah lelah (Brunner & Suddart,
20010).
2. Penyebab nyeri arthritis gout
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
berespons terhadap nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis
kelamin. Misalnya, menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan
tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi
yang sama.
c. Kebudayaan
Kebudayaan, keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang
diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap
nyeri.
d. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas tidak mendapat
perhatian maka rasa cemas dapat menimbulkan suatu masalah penatalaksanaan
nyeri yang serius. Nyeri yang tidak cepat hilang akan menyebabkan psikosis dan
gangguan kepribadian.
e. Pengalaman sebelumnya
Pengalaman sebelumnya, pengalaman nyeri sebelumnya tidak
selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah
pada masa yang akan datang. Keletihan dapatmeningkatkan persepsi nyeri. Rasa
kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan
kemampuan koping. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu mengalami
suatu periode tidur yang lelap dibandingkan pada akhir hari yang melelahkan.
f. Kelelahan
Keletihan dapat meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan
sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Nyeri
seringkali lebih berkurang setelah individu mengalami suatu periode tidur yang
lelap dibandingkan pada akhir hari yang melelahkan.
5. Penanganan Farmakologi
Terapi menggunakan obat umumnya bersifat simtomatik, yaitu menggunakan
analgetika dan antiinflamasi.
a. Analgetika
Beberapa obat yang efektif untuk rematik/pegal linu adalah;
1. Asetaminofen (parasetamol)
Merupakan obat yang penting untuk analgetik pada nyeri yang
ringan sampai sedang yang tidak disertai inflamasi. Obat ini bekerja
menghambat sintesis prostaglandin (PG) di sistem saraf pusat melalui
penghambatan COX, tetapi tidak menghambat PG di perifer (Priyatno,
2009).
2. Aspirin
Aspirin mempunyai 3 efek, analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi,
bahkan
pada dosis rendah juga bermanfaat sebagai antitrombosis. Efek analgetik dan
antiinflamasinya karena dapat menghambat prostaglandin dan juga
menghambat simulasi nyeri pada bagian subkortikal. Dapat menyebabkan
iritasi lambung dari derajat ringan hingga berat. Untuk meminimalisirnya obat
ini harus diminum bersama makan atau minum susu (Priyatno, 2009).
3. Capsaisin
Merupakan ekstrak etanol dari cabe merah yang dapat mengurangi nyeri
ketika dioleskan pada permukaan sendi yang terkena. Obat ini dapat dipakai
sendirian atau dikombinasikan dengan OAINS (Priyatno, 2009).
b. Antiinflamasi
Ada dua jenis antiinflamasi yang dapat dugunakan, yaitu;
1. Obat antiinflamasi non-steroid (OAINS)
OAINS mempunyai efek analgetika pada dosis rendah dan antiinflamasi
pada dosis yang lebih tinggi. Efek analgetik timbul 1-2 jam setelah pemakaian
dan efek Anti inflamasinya timbul pada waktu yang lebih lama.
Efekantiinflamasinya timbul karena OAINS dapat menghambat enzim
cyclooxygenase(COX) yang berfungsi dalam mengkonversi asam arakidonat
menjadi prostaglandin, tromboksan, dan prostasiklin. Mekanisme lain
kemungkinan mempengaruhi mediator inflamasi lain seperti bradikinin,
histamin, dan serotonin, serta memodulasi sel T, stabilisasi membran lisosom,
dan menghambat kemotaksis.Efek antipiretinya dikaitkan dengan
menghambat pirogen (IL-1) yang menginduksi PG di hipotalamus dan
resetting pada system termoregulator, menyebabkan vasodilatasi dan
peningkatan hilangnya panas (Priyatno, 2009).
2. Glukokortikoid
Glukokortikoid bekerja menghambat konversi fosfolipid menjadi asam
arakidonat dan asam arakidonat menjadi leukot rien melalui kemampuannya
mengikat enzim lipogenase. Leukotrien adalah zat kemotaktik yang akan
menyebabkan fagositosis berlebihan. Namun, penggunaannya tidak
dianjurkan karena terbukti tidak efektif dan pada pemakaian jangka panjang
berbahaya(Priyatno, 2009).
B. Terapi Rebusan Air Daun Sirsak
1. Definisi
Sirsak, nangka belanda, atau durian belanda (Annona muricata.) adalah tumbuhan
berguna yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Di
berbagai daerah Indonesia dikenal sebagai nangka sebrang, nangka landa (Jawa),
nangka walanda, sirsak (Sunda), nangka buris (Madura), srikaya jawa (Bali), boh lna
(Aceh), durio ulondro (Nias), durian betawi (Minangkabau), serta jambu landa (di
Lampung). Penyebutan "belanda" dan variasinya menunjukkan bahwa sirsak (dari
bahasa Belanda: zuurzak, berarti "kantung asam") didatangkan oleh pemerintah
kolonial Hindia-Belanda ke Nusantara, yaitu pada abad ke-19, meskipun bukan
berasal dari Eropa.
Tanaman ini ditanam secara komersial untuk diambil daging buahnya. Tumbuhan
ini dapat tumbuh di sembarang tempat, paling baik ditanam di daerah yang cukup
berair. Nama sirsak sendiei berasal dari bahasa Belanda Zuurzak yang berarti kantung
yang asam.
Tanaman ini ditanam secara komersial atau sambilan untuk diambil buahnya.
Pohon sirsak bisa mencapai tinggi 9 meter. Di Indonesia sirsak dapat tumbuh dengan
baik pada ketinggian 1000 m dari permukaan laut.
Buah sirsak bukan buah sejati, yang ukurannya cukup besar hingga 20-30cm
dengan berat mencapai 2,5 kg. Yang dinamakan "buah" sebenarnya adalah kumpulan
buah-buah (buah agregat) dengan biji tunggal yang saling berhimpitan dan kehilangan
batas antar buah.
Manfaat daun sirsak ternyata 10.000 kali lebih kuat kandungan dan
kemampuannya dari kemoterapi dalam mengobati kanker. Ini berdasarkan dari
penelitian yang telah dilakukan, pada masyarakat kuno daun sirsak sudah diketahui
manfaatnya dan banyak diguinakan untuk mengobati penyakit. Sekitar tahun 1965,
berbagai studi para ilmuwan membuktikan ekstrak daun sirsak memiliki khasiat yang
lebih baik dari kemoterapi, bahkan ekstrak tersebut bisa memperlambat pertumbuhan
kanker. Pada tahun 1976, National Cancer Institute telah melakukan penelitian ilmiah
dan hasilnya menyatakan batang dan daun sirsak efektif menyerang dan menghancurkan
sel-sel kanker. Ini karena kandungannya yang sangat tinggi senyawa proaktif bagi
tubuh, ini jarang ditemukan pada buah lainnya.
Negeri Ginseng Korea juga tak kalah dalam masalah penelitian, setelah
melakukan penelitian mereka menemukan bahwa ada satu senyawa kimia yang berperan
selektif membunuh sel kanker usus besar serta 10.000 kali lebih berpotensi sebagai obat
kemoterapi yang ditemukan dalam sirsak. Namun dibalik khasiatnya itu ternyata
senyawa ini selektif memilih sel target kanker sehingga tidak merusak sel-sel yang
sehat.
Manfaat daun sirsak telah diteliti juga baru-baru ini dalam sebuah studi, bahwa
daun pohon sirsak sangat efektif untuk kanker prostat, pankreas dan paru-paru. Hasil
penelitian ini ternyata sudah disimpan selama bertahun-tahun sejak zaman dulu, tapi
banyak orang yang tidak mengetahuinya, entah karena faktor apa. Bahkan berdasarkan
20 tes laboratorium tentang manfaat daun sirsak yang dilakukan sejak tahun 1970
menunjukkan hasil yang luar biasa, daun sirsak memiliki khasiat yang sangat baik,
sperti: - Menyerang sel-sel kanker secara efektif karena tidak membahayakan sel yang
sehat, serta tidak menyebabkan rasa mual ekstrim, kehilangan berat badan dan rambut
rontok. - Daun sirsak memiliki target yang efektif dan bisa membunuh sel-sel ganas
bagi 12 jenis kanker, termasuk kanker usus besar, payudara, prostat, paru-paru dan
kanker pankreas. - Mampu meningkatkan energi di dalam tubuh. - Menambah stamina
dan fitness. - Membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menghindari infeksi
yang mematikan. - Mampu mencegah radikal bebas, dan masih banyak lagi khasiat
lainnya.
4. Pengaruh daun sirsak terhadap penyakit Gout arthritis