Bahan Apbd
Bahan Apbd
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
STRATEGI OPTIMALISASI PENYERAPAN ANGGARAN
PADA DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR
KOTA BOGOR
Tugas Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional
pada
Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji luar komisi pada Ujian Tugas Akhir: Dr. A. Faroby Falatehan, SP, ME.
Judul Tugas Akhir : Strategi Optimalisasi Penyerapan Anggaran
Pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota
Bogor
Nama : Jimmy Ventius Parluhutan
NRP : H252130085
Program Studi : Manajemen Pembangunan Daerah
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si
Ketua Anggota
Diketahui oleh
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang pengumpulan datanya dilaksanakan sejak bulan Juni 2015
ini ialah kinerja penyerapan anggaran pemerintah daerah tidak optimal , dengan
judul Strategi Optimalisasi Penyerapan Anggaran Pada Dinas Bina Marga dan
Sumber Daya Air Kota Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim,
M.Ec.dan Bapak Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si selaku pembimbing yang telah
banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Unsur Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor, dan Unsur BPKAD
Kota Bogor yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala
motivasi, doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka berpikir 12
2. Tahapan analisis SWOT 16
3. Keadaan pegawai negeri sipil menurut pendidikan pada Dinas Bina
Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor Tahun 2014 23
4. Keadaan pegawai negeri sipil menurut golongan kepangkatan pada
Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor Tahun 2014 23
DAFTAR LAMPIRAN
1. Evaluasi faktor internal dan eksternal
2. Kuesioner analisis SWOT dalam penentuan strategi
optimalisasi penyerapan anggaran pada Dinas Bina Marga
dan Sumber Daya Air Kota Bogor
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kinerja serapan APBD Kota Bogor belum optimal, hal ini dibuktikan secara
ilmiah berdasarkan data Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Pemerintah Kota Bogor.
BPKAD (2015) menjelaskan bahwa selama kurun waktu lima tahun terakhir, periode
tahun 2010-2014, persentase penyerapan anggaran belanja APBD Kota Bogor terus
mengalami penurunan. Pada tahun 2010 tingkat penyerapan anggaran belanja APBD
sebesar 90.89% dari target anggarannya, dan pada tahun 2011 turun menjadi 90.77% ,
dan terus menurun setiap tahunnya sampai dengan tahun 2014, dengan rincian per
tahun masing-masing adalah 89.64% pada tahun 2012, 85.25% pada tahun 2013, dan
83.39% pada tahun 2014.
Tabel 1. Penyerapan anggaran belanja APBD Kota Bogor Tahun 2010 2014
Anggaran Realisasi
Tahun % Lebih/(Kurang)
(Rp.) (Rp.)
2010 1,052,577,506,898 956,682,804,942 90.89 (95,894,701,956)
2011 1,183,796,860,955 1,074,576,515,295 90.77 (109,220,345,660)
2012 1,401,329,094,935 1,256,205,808,990 89.64 (145,123,285,945)
2013 1,668,170,527,875 1,422,132,371,106 85.25 (246,038,156,769)
2014 1,992,827,363,625 1,661,818,048,779 83.39 (331,009,314,846)
Sumber: Diolah dari BPKAD Kota Bogor
Perumusan Masalah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut yang
sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, urusan pemerintahan konkuren
yaitu urusan pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan daerah provinsi
dan daerah kabupaten/kota, dan urusan pemerintahan umum yang menjadi kewenangan
Presiden sebagai kepala pemerintahan. Urusan pemerintahan konkuren yang
diserahkan ke daerah menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah, terdiri atas urusan
pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan.
Urusan pemerintahan wajib yang menjadi kewenangan kabupaten/kota meliputi:
pendidikan; kesehatan; pekerjaan umum dan penataan ruang; perumahan rakyat dan
kawasan permukiman; ketentraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat;
sosial; tenaga kerja; pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; pangan;
pertanahan; lingkungan hidup; administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
pemberdayaan masyarakat dan desa; pengendalian penduduk dan keluarga berencana;
perhubungan; komunikasi dan informatika; koperasi, usaha kecil, dan menengah;
penanaman modal; kepemudaan dan olahraga; statistik; persandian; kebudayaan;
perpustakaan; dan kearsipan.
Urusan pemerintahan pilihan, meliputi: kelautan dan perikanan; pariwisata;
pertanian; kehutanan; energi dan sumber daya mineral; perdagangan; perindustrian:
dan transmigrasi.
Tabel 2 menyajikan data penyerapan anggaran belanja APBD per SKPD di
lingkungan Pemerintah Kota Bogor dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sesuai dengan urusannya masing-masing. Berdasarkan data nampak bahwa
pencapaian target penyerapan belanja tertinggi pada tahun 2014 adalah
Kecamatan Tanah Sareal (98.92%), dan terendah adalah Rumah Sakit Umum Daerah
(49.07%), disusul oleh Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah
(64.48%), Sekretariat DPRD (67.09%), BPKAD (68.15%), dan Dinas Bina Marga &
SDA (74.12%).
3
Pada tahun 2013, pencapaian target penyerapan belanja tertinggi juga ditempati
oleh Kecamatan Tanah Sareal (96.87%), dan terendah adalah Dinas Bina Marga &
SDA (56.94%), BPKAD (69.01%), Sekretariat DPRD (77.61%), Dinas lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (82.31%), dan Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (83.42%).
Pada tahun 2012 pencapaian target penyerapan belanja tertinggi adalah
Sekretariat Dewan Pengurus KORPRI (98.95%) dan terendah adalah Kantor Kesatuan
Bangsa dan Politik (72.70%), Sekretariat DPRD (74.12%), BPKAD (74.34%), Dinas
Bina Marga & SDA (77.11%), dan Dinas Pertanian (78.35%).
Pencapaian target penyerapan belanja tertinggi pada tahun 2011 adalah
Kecamatan Bogor Selatan (99.21%) dan terendah adalah BPKAD (70.53%), Dinas
Bina Marga & SDA (71.64%), Sekretariat DPRD (72.51%), Dinas Pengawasan
Bangunan dan Permukiman (83.45%), dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(87.87%).
Pencapaian target penyerapan belanja tertinggi pada tahun 2010 adalah
Kecamatan Bogor Selatan (99.80%) dan terendah adalah Sekretariat DPRD (74.12%),
Dinas Bina Marga & SDA (78.56%), Dinas Pendapatan Daerah (80.48%), Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (84.38%), dan Dinas Pengawasan Bangunan dan
Permukiman (86.06%).
Jika ditarik rata-rata penyerapan anggaran dalam kurun waktu empat tahun
terakhir nyata bahwa Dinas Bina Marga dan sumber Daya Air dengan rata-rata
penyerapan sebesar 69.95% merupakan SKPD yang pencapaian target penyerapan
anggarannya terendah dibandingkan SKPD lainnya. Berdasarkan data yang tersaji,
untuk melakukan analisis lebih lanjut maka Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
Kota Bogor dipilih menjadi lokasi penelitian untuk dikaji Mengapa penyerapan
anggaran Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air lebih rendah dibandingkan
SKPD lainnya?
Kinerja belanja yang baik, yang selama ini menggunakan tolok ukur tingkat
penyerapan belanja, merupakan kondisi ideal yang ingin diwujudkan dalam
pengelolaan APBD Kota Bogor. Untuk mendorong tercapainya tujuan tersebut
Pemerintah Kota Bogor terus menata diri dengan dukungan perencanaan anggaran
yang lebih baik, penetapan anggaran yang dalam dua tahun terakhir lebih tepat waktu
namun demikian sulit diingkari bahwa saat ini kondisi penyerapan anggaran belanja
SKPD Kota Bogor belum sepenuhnya sesuai harapan ditandai dengan pergerakan
realisasi penyerapan belanja SKPD yang belum berjalan optimal dan masih tingginya
dana idle yang tidak tergunakan. Guna mengetahui faktor-faktor yang mendukung
terhadap penyerapan belanja Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, maka
pertanyaan kajian yang kedua adalah Faktor-faktor Apa Saja yang Mendukung
Rendahnya Penyerapan Anggaran Belanja pada Dinas Bina Marga dan Sumber
Daya Air? Pertanyaan kajian yang ketiga berbekal informasi dan hasil identifikasi
penyebab dan faktor-faktor yang mendukung rendahnya penyerapan anggaran
dimaksud adalah Bagaimana Strategi Mengoptimalkan Penyerapan Anggaran
Belanja pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air?
4
Tabel 2. Penyerapan anggaran belanja APBD Kota Bogor per SKPD Tahun 2010
2014
Tahun Rata-
No. Satuan Kerja Perangkat Daerah
2010 2011 2012 2013 2014 rata
1 Dinas Pendidikan 95.81% 95.24% 97.45% 92.94% 89.88% 93.88%
2 Dinas Kesehatan 97.09% 98.23% 82.95% 92.82% 76.08% 87.52%
3 Rumah Sakit Umum Daerah - - - - 49.07%
4 Dinas Binamarga dan Sumber Daya Air 78.56% 71.64% 77.11% 56.94% 74.12% 69.95%
5 Dinas Pengawasan Bangunan dan Pemukiman 86.08% 83.45% 93.63% 89.48% 82.13% 87.17%
6 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 84.38% 93.46% 97.54% 92.62% 91.80% 93.86%
7 Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 95.51% 91.41% 93.02% 82.31% 86.93% 88.42%
8 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup 98.12% 95.95% 93.78% 95.16% 91.84% 94.18%
9 Dinas Kebersihan dan Pertamanan - 88.73% 86.39% 87.63% 89.37% 88.03%
10 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 93.92% 95.78% 95.06% 87.90% 95.71% 93.61%
11 Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi 98.40% 97.76% 97.36% 95.95% 88.76% 94.96%
12 Kantor Koperasi dan UMKM - 89.14% 95.80% 95.54% 87.72% 92.05%
13 Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal 88.82% 96.82% 95.13% 91.77% 92.81% 94.13%
14 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 98.24% 97.34% 97.90% 94.87% 94.62% 96.18%
15 Kantor Pemuda dan Olah Raga - 90.93% 92.86% 91.69% 92.93% 92.10%
16 Satuan Polisi Pamong Praja 92.75% 97.57% 92.33% 88.79% 91.80% 92.62%
17 Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik 94.62% 96.70% 72.70% 83.42% 93.41% 86.56%
18 Sekretariat Daerah 97.52% 96.09% 94.55% 86.84% 85.75% 90.81%
19 Sekretariat DPRD 74.99% 72.51% 74.12% 77.61% 67.09% 72.83%
20 Inspektorat 99.00% 97.85% 94.31% 92.85% 94.14% 94.79%
21 Dinas Pendapatan Daerah 80.48% 93.21% 92.76% 92.96% 94.64% 93.39%
22 Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah - 70.53% 74.34% 69.01% 68.15% 70.51%
23 Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan 94.35% 92.71% 89.97% 83.89% 64.48% 82.76%
24 Sekretariat dewan Pengurus KORPRI - 97.97% 98.95% 93.00% 96.26% 96.54%
25 Kecamatan Bogor Utara 99.45% 98.67% 98.30% 96.72% 98.72% 98.10%
26 Kecamatan Bogor Selatan 99.80% 99.21% 98.44% 91.59% 87.44% 94.17%
27 Kecamatan Bogor Timur 99.39% 98.14% 98.65% 93.29% 82.53% 93.15%
28 Kecamatan Bogor Barat 98.09% 98.05% 98.42% 95.33% 94.53% 96.58%
29 Kecamatan Bogor Tengah 99.24% 98.37% 98.23% 96.31% 97.37% 97.57%
30 Kecamatan Tanah Sareal 99.23% 98.19% 98.44% 96.87% 98.92% 98.11%
31 Kantor Ketahanan Pangan 97.34% 96.03% 97.73% 96.71% 98.29% 97.19%
32 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana 98.76% 97.66% 89.05% 96.06% 95.84% 94.65%
33 Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah 97.82% 97.09% 96.56% 95.32% 83.92% 93.22%
34 Kantor Komunikasi dan Informatika - 96.08% 91.98% 96.11% 90.63% 93.70%
35 Dinas Pertanian 97.23% 93.53% 78.35% 94.57% 92.96% 89.85%
36 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 92.67% 87.87% 97.73% 88.90% 93.99% 92.12%
Sumber: Diolah dari BPKAD Kota Bogor.
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi penyebab rendahnya penyerapan anggaran belanja pada Dinas
Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mendukung rendahnya penyerapan anggaran
belanja pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor.
5
Manfaat Penelitian
1. Memberikan sumbangsih pemikiran berdasarkan kajian empiris dalam rangka
pengembangan ilmu pada Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah.
2. Kajian ini diharapkan dapat menjadi instrument informasi/masukan bagi
Pemerintah Kota Bogor dalam menentukan strategi dan program yang tepat untuk
mengoptimalkan penyerapan anggaran belanja pada SKPD di lingkungan
Pemerintah Kota Bogor.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Kebijakan fiskal yang baik dan penerapan sistem perencanaan dan penganggaran
dengan perspektif jangka menengah merupakan kunci bagi kepastian pendanaan
kegiatan pemerintah, dalam keadaan dimana dana yang tersedia sangat terbatas
sedangkan kebutuhan begitu besar. Alokasi sumber daya secara strategis perlu dibatasi
dengan pagu yang realistis agar tekanan pengeluaran/ belanja tidak merongrong
pencapaian tujuan-tujuan fiskal. Penyusunan dan penetapan APBN maupun APBD
harus menggunakan kerangka pengeluaran jangka menengah yang secara resmi disebut
sebagai Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM).
KPJM adalah merupakan pendekatan penyusunan anggaran berdasarkan
kebijakan, dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran
dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran. Berdasarkan pendekatan KPJM,
dimensi waktu perencanaan anggaran yang semula berbasis tahunan diubah menjadi
multi tahun (tahun jamak), sedangkan orientasi penyusunannya juga berubah dari
orientasi berdimensi selesai satu tahun menjadi pengguliran ke beberapa tahun ke
depan selama kebijakan masih berjalan dengan memanfaatkan prakiraan maju sebagai
angka dasar bagi penyusunan anggaran tahun berikutnya yang besarannya dapat
disesuaikan dengan menggunakan parameter.
12
3 METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Penelitian yang menjadi sumber data dan informasi utama penyusunan kajian ini
dibangun dalam kerangka berpikir dengan model yang dipresentasikan Gambar 1.
Kajian ini dilandasi oleh adanya informasi dan data awal bahwa terjadi
kesenjangan dari sisi kesesuaian realisasi dengan target anggaran (perencanaan) dalam
kinerja belanja Pemerintah Daerah Kota Bogor yang tercermin dari belum efektifnya
penyerapan belanja APBD Kota Bogor. Melalui desentralisasi fiskal khususnya belanja
daerah, APBD diharapkan dapat menjadi stimulus bagi kelancaran pelaksanaan
program-program pembangunan, terutama untuk dialokasikan pada program atau
kegiatan yang menjadi prioritas seperti program dan kegiatan pada bidang pendidikan,
kesehatan, dan infrastruktur. Dampak APBD terhadap peningkatan kualitas pelayanan,
baik yang dibebankan kepada belanja langsung maupun belanja tidak langsung
diharapkan meningkat menjadi lebih baik.
13
Penelitian dilaksanakan pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota
Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan landasan
pemikiran bahwa berdasarkan informasi dan data awal, persentase rata-rata penyerapan
anggaran belanja pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor dalam
kurun waktu empat tahun terakhir adalah yang terendah dibandingkan SKPD lainnya.
Waktu pengumpulan data bulan Juni sampai dengan September 2015.
Metode Penelitian
Permasalahan yang dikaji merupakan masalah yang bersifat sosial dan dinamis.
Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain
deskriptif untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah, menganalisis
dan menyajikan data hasil peneltian tersebut.
Dalam hal penelitian kualitatif, Creswell dalam Sugiyono (2014:228)
menyatakan bahwa:
...qualitative research is a means for exploring and understanding the meaning individuals or
groups ascribe to a social or human problem. The process of research involves emerging questions and
procedures; collecting data in the participants setting; analyzing the data inductively, building from
particulars to general themes; and making interpretations of the meaning of data. The final written report
ha a flexible writing structure.
Penelitian ini merupakan upaya untuk menangkap gejala-gejala berdasarkan
disiplin metodologi ilmiah dengan tujuan menemukan prinsip-prinsip baru sejalan
dengan. Sebagai upaya ilmiah, langkah-langkah penelitian perlu disusun dan dilakukan
secara sistematis. Dalam kerangka yang sistematis diperlukan suatu metode yang
menyangkut masalah kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi fokus
penelitian.
Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek sebagai sumber data yang digunakan dipilih secara
purposive dan bersifat snowball sampling. Subjek-subjek dimaksud adalah: Pemangku
jabatan struktural atau pemangku jabatan fungsional umum yang terlibat sebagai
14
adalah unsur manajemen yang secara langsung terlibat dalam proses manajemen
strategis.
Mengenai manajemen strategis, Hunger & Wheelen (2001:4) menyatakan
bahwa:
manajemen strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan
kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan,
perumusan strategi (perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang), implementasi strategi, dan
evaluasi serta pengendalian. Manajemen strategis menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang
dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan .
(1) (3)
Identifikasi faktor-Faktor (2)
Melakukan Menentukan faktor
internal dan eksternal strategis yang
yang mendukung komparasi dan
sinergitas antar mendukung
keberhasilan organisasi
faktor
(4)
Menetapkan alternatif
strategi untuk
mencapai tujuan
Gambar 2. Tahapan analisis SWOT
visi dan misinya. Faktor eksternal pada dasarnya adalah merupakan faktor yang ada
di sekeliling organisasi, yang terdiri atas kondisi politik, ekonomi, sosial budaya,
ketenteraman dan ketertiban, lingkungan fisik, lingkungan hidup, masyarakat, iptek,
demografi, stakeholders dll. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan
eksternal dimaksud, dilakukan dengan cara mendaftar kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman dengan mengisi format sebagaimana contoh Tabel 3.
Faktor eksternal
Peluang (O) Ancaman (T)
1 1
2 2
3 3
d.s.t. d.s.t.
Komparasi antar faktor ini menunjukkan seberapa penting atau menjadi kebutuhan
untuk pencapaian tujuan. Faktor yang telah dilakukan komparasi antar faktor
mempunyai nilai tertinggi dikatakan bahwa faktor tersebut sangat besar dalam
mendukung pencapaian tujuan. Hasil NF dari setiap faktor akan menghasilkan bobot
faktor (BF%), dimana:
NF
BF% = x 100% (1)
NF
Michael Arsmtrong dan Helen Murlis dalam LAN RI (2008:40), menyatakan bahwa:
Bobot suatu faktor dalam organisasi adalah ukuran relatif pentingnya keberadaan
suatu faktor dalam mencapai tujuan dan sasaran... Setelah diperoleh nilai faktor dan
bobot faktor, selanjutnya melakukan evaluasi faktor internal dan eksternal
sebagaimana Tabel 5.
Kelemahan (W)
1 .
2 .
Peluang (O)
1 .
2 .
Ancaman (T)
1 .
Dalam proses evaluasi faktor internal dan eksternal, pertama-tama unsur manajemen
akan menilai seberapa besar dukungan terhadap pencapaian tujuan dari faktor yang ada
pada internal dan eksternal. Nilai dukungan (ND) diperoleh melalui pembobotan
dengan menggunakan skala Likert. Dimana nilai yang diberikan pada suatu faktor
secara kualitatif seperti sangat baik, baik, cukup, kurang, buruk atau jelek dikonversi
ke dalam angka yakni: 5=sangat besar/tinggi; 4=besar/tinggi; 3=sedang/cukup;
2=rendah/kecil; dan 1=sangat rendah/kecil. Setelah nilai dukungan (ND) didapat,
selanjutnya menentukan nilai bobot dukungan (NBD) yang ditentukan dengan rumus:
19
NBD = ND x BF........................................................( 2 )
TNRK
NRK =
N-1 .................... ( 3 )
NBK = NRK x BF ( 4 )
Total nilai bobot (TNB) tiap faktor dapat dihitung dengan memakai rumus:
Ancaman (T)
1..
2..
dst.
Kekuatan (S)
1..
2..
dst.
Kelemahan (W)
1..
2..
dst.
TOTAL
a
AS: Attractiveness Score; bTAS: Total Attractiveness Score.
21
Tabel 7. Keadaan pegawai negeri sipil menurut pendidikan dan pangkat golongan
pada Dinas Bina Marga dan SDA Kota Bogor Tahun 2014
Golongan
No. Pendidikan Jumlah
IV III II I
1 SD / Sederajat 0 0 3 3 6
2 SMP / Sederajat 0 0 4 4 8
3 SMA / Sederajat 0 1 43 0 44
6 D.3 1 5 6 0 12
7 S.1 / D.4 4 22 0 0 26
8 S.2 1 10 0 0 11
JUMLAH 6 38 56 7 107
Sumber: Dinas Bina Marga dan SDA Kota Bogor
23
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Dinas Bina Marga dan Sumber
Daya Air Kota Bogor didukung oleh Sumber Daya Manusia dengan jumlah pegawai
seratus tujuh orang sebagaimana Tabel 7.
Keadaan pegawai negeri sipil pada Dinas Bina Marga dan SDA Kota Bogor jika
diklasifikasikan menurut tingkat pendidikan, pendidikan terendahnya adalah
SD/sederajat dan merupakan bagian terkecil dengan besaran 6% dari keseluruhan SDM
yang tersedia, sedangkan pendidikan tertingginya adalah pasca sarjana (S2) dengan
besaran 10% dari keseluruhan SDM yang tersedia. Adapun tingkat pendidikan SDM
pada Dinas Bina Marga dan SDA Kota Bogor yang terbanyak adalah pada jenjang
SMA/sederajat sebesar 41%.
10% 6% 8% SD / Sederajat
Keadaan pegawai negeri sipil pada Dinas Bina Marga dan SDA Kota Bogor jika
diklasifikasikan menurut golongan kepangkatan, golongan terendahnya adalah
golongan I (Juru) sebesar 7% dari keseluruhan SDM yang tersedia, sedangkan
golongan tertingginya adalah golongan IV (Pembina) sebesar 6% dari keseluruhan
SDM yang tersedia. Adapun golongan kepangkatan PNS pada Dinas Bina Marga dan
SDA Kota Bogor yang terbanyak adalah golongan II (Pengatur) sebesar 52%.
7% 6%
35% IV
III
52% II
I
Tabel 8. Kinerja pelayanan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Tahun 2010 -
2014
Capaian s/d Capaian s/d Capaian s/d Capaian s/d
No. Indikator
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
1 2 3 4 5 6
Program Pembangunan Jalan, Jembatan, dan Drainase
1. Ketersediaan lahan 0.87 Km 1.31 Km 1.94 Km 2.74 Km
2. Panjang jalan 0 Km 0.10 Km 1.44 Km 1.44 Km
terbangun
3. Pembangunan 3.55 Km 2 Km 1.36 Km 2.25 Km
drainase jalan (per
tahun kumulatif)
25
Tabel 8. Kinerja pelayanan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Tahun 2010 -
2014 (lanjutan)
Capaian s/d
Capaian s/d Capaian s/d Capaian s/d
No. Indikator Tahun
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
2010
1 2 3 4 5 6
4. Pembangunan 2 unit 0 unit 1 unit 1 unit
jembatan (per tahun)
5. Pembangunan trotoar 1514 m2 480 m2 5720 m2 3450 m2
(per tahun)
Program Peningkatan Jalan, Jembatan, dan Drainase
1. Ketersediaan lahan 0.49 Km 0.31 Km 0.44 Km 0.24 Km
(per tahun)
2. Peningkatan jalan 0 Km 0.10 Km 1.44 Km 1.44 Km
kumulatif
Program Pemeliharaan Jalan, Jembatan, dan Drainase
1. Panjang jalan 249.77 Km 260.40 Km 288.71 Km 321.10 Km
berkondisi baik
2. Panjang pedestrian/ 209.17 Km 218.40 Km 233.31 Km 249.40 Km
trotoar berkualitas
baik
3. Perbaikan/pemelihara 5 unit 21 unit 25 unit 26 unit
an jembatan (per
tahun)
Program Pembangunan Sistem Informasi/ Database Jalan, Jembatan, dan
Drainase
1. Leger Jalan 28.76% 44.4% 63.31% 63.31%
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana KeBina Margaan
1. Penyediaan sarana/ 40% 50% 60% 65%
instrument keBina
Margaan
Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau, dan Sumber
Daya Air lainnya
1. Ketersediaan lahan 6 situ = 6 situ = 6 situ = 6 situ =
16.40 Ha 16.40 Ha 16.40 Ha 16.40 Ha
2. Danau/Situ dan 4 situ 5 situ 6 situ 4 situ
kolam
3. Pembangunan 0 0 0 0
Danau/ situ dan
kolam retensi
Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan
Pengairan lainnya
1. Ketersediaan lahan 0 0 0 0
26
Tabel 8. Kinerja pelayanan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Tahun 2010 -
2014 (lanjutan)
Capaian s/d
Capaian s/d Capaian s/d Capaian s/d
No. Indikator Tahun
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
2010
1 2 3 4 5 6
2. Panjang saluran, 0 5.52 km 2.08 Km 5.90 Km
sungai dan jaringan
irigasi dengan
kapasitas memadai
(per tahun)
3. Panjang saluran dan 242.91 Km 271 Km 197.66 Km 174.54 Km
sungai berkondisi
baik
Program Pengendalian Banjir
1. Penurunan luas 52 Ha 42 Ha 38.5 Ha 32 Ha
kawasan rawan
genangan dan banjir
Sumber: Dinas Bina Marga dan SDA Kota Bogor
Berdasarkan data statistik yang tersedia, alokasi anggaran belanja langsung yang
diberikan kepada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air guna merealisasikan
Renstra Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air selama periode tahun 2010-2014
adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Alokasi anggaran belanja langsung Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
Kota Bogor Tahun 2010-2014
Anggaran %
Tahun Realisasi
(Rp.) Realisasi
2010 134,662,139,364 104,958,626,344 77.94
2011 94,920,780,875 66,675,969,688 70.24
2012 159,887,281,000 122,182,181,779 76.42
2013 209,454,481,577 117,000,421,803 55.86
2014 235,869,541,910 173,384,572,431 73.51
Sumber: Diolah dari BPKAD Kota Bogor
Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa anggaran belanja langsung Dinas Bina
Marga dan Sumber Daya Air mengalami kenaikan meskipun pada tahun 2011 sempat
turun signifikan sebesar 50.49% atau berkurang sejumlah Rp. 39,741,358,489,- dari
besaran anggaran pada tahun 2010 sejumlah Rp.134,662,139,364,- menjadi
Rp. 94,920,780,875,-. Penurunan anggaran pada tahun 2011 terkoreksi dengan
peningkatan anggaran sebesar 68.44% pada tahun 2012 atau bertambah sejumlah
Rp. 64,966,500,125,- dari anggaran sejumlah Rp. 94,920,780,875,- pada tahun 2011.
Trend kenaikan anggaran belanja langsung Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
berlanjut pada tahun 2013 yang mengalami kenaikan sebesar 31.00% dari besaran
anggaran pada tahun 2012. Pada tahun 2014, kenaikan anggaran belanja langsungnya
27
sebesar 12.61% dari besaran anggaran pada tahun 2013. Kenaikan tertinggi terjadi di
tahun 2012 (68.44% dari tahun 2011).
Seiring dengan kenaikan belanja langsung, sebagaimana data yang disajikan
Tabel 10., alokasi anggaran belanja modal yang merupakan salah satu komponen
belanja langsung disamping belanja pegawai (kegiatan) dan belanja barang dan jasa
pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air juga mengalami kenaikan dan sempat
turun pada tahun 2011 sebesar 37.53% atau berkurang sejumlah Rp. 42,501,996,489,-
dari besaran anggaran pada tahun 2010 sejumlah Rp. 113,245,421,364,-. Pada tahun
2012 belanja modal Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air kembali mendapat
alokasi anggaran dengan kenaikan sebesar 97.76% atau bertambah sejumlah Rp.
69,162,880,125,- dari anggaran tahun 2011 sejumlah Rp. 70,743,424,875,-. Pada tahun
2013, kenaikan belanja modal sebesar Rp. 45,286,593,537,- atau 32.37% dari alokasi
anggaran pada tahun 2012. Pada tahun 2014 kenaikan belanja modal sebesar
Rp. 22,667,130,313,- atau 12.24% dari alokasi anggaran pada tahun 2013.
Tabel 10. Alokasi anggaran belanja modal Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
Kota Bogor Tahun 2010-2014
Anggaran Realisasi %
Tahun
(Rp.) (Rp.) Realisasi
2010 113,245,421,364 85,014,088,939 75.07
2011 70,743,424,875 48,494,440,962 68.55
2012 139,906,305,000 103,201,197,718 73.76
2013 185,192,898,537 93,633,101,428 50.56
2014 207,860,028,850 147,899,754,863 71.15
Sumber: Diolah dari BPKAD Kota Bogor
4. Adanya mekanisme keperdataan dalam proses pengadaan lahan dan juga untuk
meminimalisir dampak pengadaan lahan pada masyarakat sehingga membutuhkan
waktu, dimana hal tersebut turut menyebabkan lambannya kinerja pembangunan
jalan dan jembatan;
5. Masih terdapat ketidaksinergian antara rencana pemeliharaan, peningkatan dan
pembangunan sebagai akibat dinamika perkembangan baik dalam perencanaan
maupun dalam pelaksanaan;
6. Keterbatasan sumber daya dan sumber pendanaan;
Keterbatasan sumber daya ini meliputi kurang tersedianya SDM yang memiliki
kualifikasi ahli pengadaan barang dan jasa. Dari jumlah 107 PNS yang ada pada
Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, yang pernah mengikuti diklat dan
memahami pengelolaan keuangan daerah hanya sejumlah 7 orang atau tidak
sampai 7% dari seluruh jumlah PNS yang ada. Hal ini berpengaruh pada
manajemen kas untuk menunjang pelaksanaan kegiatan yang terkait belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal di lingkungan Dinas Bina
Marga dan Sumber Daya Air. Alokasi waktu untuk melaksanakan kegiatan dalam
jumlah yang begitu besar yang harus dilaksanakan dalam satu tahun anggaran
menjadi salah satu kelemahan disamping ketersediaan SDM. Hal ini terjadi karena
dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air masih menggabungkan seluruh kegiatan
perencanaan dan pelaksanaan konstruksi dalam satu tahun anggaran sehingga jika
terjadi keterlambatan pada satu tahap akan mengganggu keseluruhan kegiatan
khususnya pada kegiatan-kegiatan yang tingkat ketergantungan pada
masyarakatnya sangat tinggi. Kegiatan yang tingkat ketergantungan pada
masyarakatnya sangat tinggi yang selama ini dihadapi adalah kegiatan-kegiatan
yang memerlukan pengadaan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada
yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda
yang berkaitan dengan tanah seperti yang terjadi dalam pembangunan jalan R3
yang terbentang dari Bogor Utara sampai dengan Bogor Timur yang sampai saat
ini belum tuntas pembayarannya, atau pembebasan lahan untuk peningkatan
simpang di beberapa titik Kota Bogor yang penuh dinamika dalam pembebasannya.
7. Masih dibutuhkan pengembangan organisasi yang dapat meningkatkan efisiensi
dan efektifitas
8. Masih terdapat sejumlah persoalan terkait potensi banjir yang belum terselesaikan
sebagai akibat belum terealisasinya pembangunan beberapa kolam retensi;
9. Penurunan kualitas saluran/badan air penerima (saluran, sungai dan situ) sebagai
akibat belum semua saluran, sungai dan situ dapat terkelola dengan anggaran yang
tersedia.
10. Kurangnya kesadaran masyarakat dan penyerobotan sempadan badan air oleh
masyarakat.
Menyikapi situasi dan kondisi tersebut, Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
Kota Bogor di masa mendatang terus mendorong hal-hal berikut:
1. Meningkatkan rasio kecukupan Sumber Daya termasuk sarana dan prasarana kerja
terhadap beban pelayanan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air yang semakin
meningkat dan semakin kompleks.
2. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya manusia di lingkungan
Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor.
3. Penguatan policy dan regulasi serta penegakan hukum.
29
Visi dan Misi Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor
Dalam upaya membangun sinergitas dengan visi dan misi Kota Bogor, maka
Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air menetapkan visinya, yaitu: Terwujudnya
Infrastruktur Jalan, Jembatan dan Sumber Daya Air Yang Handal, Ramah Lingkungan
dan Bernilai Tambah. Untuk mewujudkan Visi tersebut maka dikembangkan misi
sebagai berikut:
1. Mewujudkan infrastruktur jalan jembatan yang mantap dan mendukung penataan
dan pengembangan sistem transportasi dan rencana tata ruang wilayah Kota
Bogor 2011-2031
2. Mewujudkan kota bebas banjir serta menjamin ketersediaan air permukaan
melalui konservasi air permukaan dengan sistem tata air yang optimal.
Visi dan misi tersebut dioperasionalkan melalui strategi dan program,
sebagaimana disajikan dalam Tabel 11.
Tabel 11. Strategi dan program Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor
Tahun 2014 2019
Tabel 11. Strategi dan program Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor
Tahun 2014 2019 (lanjutan)
Pada tahun 2014, untuk melaksanakan program tersebut, Dinas Bina Marga dan
Sumber Daya Air melaksanakan 46 kegiatan (belanja langsung) dengan total pagu
anggaran belanja sejumlah Rp. 235,869,541,910 dan realisasi penyerapan anggarannya
sejumlah Rp. 173,384,572,431 atau sebesar 73.51%, dengan rincian sebagaimana
dimuat dalam Tabel 12.
Tabel 12. Penyerapan anggaran belanja langsung Dinas Bina Marga dan Sumber
Daya Air Kota Bogor per kegiatan Tahun 2014
Anggaran Realisasi
%
No. Kegiatan Belanja Belanja
Realisasi
(Rp.) (Rp.)
1 2 3 4 5
1. Pengelolaan rumah 1,170,445,000 1,150,414,265 98.29
tangga SKPD
2. Pengadaan inventaris 294,000,000 287,065,700 97.64
kantor
3. Pemeliharaan 294,000,000 287,363,560 97.74
rutin/berkala inventaris
kantor
4. Penyusunan 49,000,000 27,228,200 55.57
perencanaan dan
pelaporan SKPD
5. Perencanaan teknis 1,596,000,000 1,518,913,500 95.17
keBina Margaan
6. Pembangunan jalan 17,513,907,550 0 0.00
inner ring road
31
Tabel 12. Penyerapan anggaran belanja langsung Dinas Bina Marga dan Sumber
Daya Air Kota Bogor per kegiatan Tahun 2014 (lanjutan)
Anggaran Realisasi
%
No. Kegiatan Belanja Belanja
Realisasi
(Rp.) (Rp.)
1 2 3 4 5
7. DED Jalan K.S. Tubun 98,000,000 78,974,700 80.59
8. DED Pembangunan 98,000,000 95,580,550 96.51
jalan tembus Menteng
Asri Tentara Pelajar
9. DED Pembangunan 98,000,000 95,251,100 97.20
jalan tembus stoplate
Sukaresmi Jalan
Raya Pemda
10. Pembangunan Jalan R3 24,758,314,100 24,204,245,910 97.76
Section II
11. Pembangunan 10,000,000,000 0 0.00
Jembatan Sempur
12. Pembangunan 10,000,000,000 0 0.00
Jembatan Satu Duit
13. Perencanaan 741,051,200 448,005,990 60.46
pengadaan tanah
pembangunan jalan
14. Persiapan pengadaan 128,698,800 0 0.00
Tanah pembangunan
jalan
15. Pelaksanaan pengadaan 42,805,250,000 40,567,926,989 94.77
tanah pembangunan
jalan
16. Penyerahan hasil 300,000,000 200,148,800 66.72
pengadaan tanah
pembangunan jalan
17. Pembangunan tembok 1,770,387,500 1,713,473,350 96.79
penahan tanah (TPT) di
Kecamatan Tanah
Sareal
18. Pembangunan jalan, 21,931,500,000 12,343,673,573 56.28
trotoar, jembatan dan
drainase wilayah I
19. Pembangunan jalan, 2,487,620,000 2,442,880,575 98.20
trotoar, jembatan dan
drainase wilayah II
20. Pembangunan jalan, 2,970,146,250 2,853,896,828 96.09
trotoar, jembatan dan
drainase wilayah III
32
Tabel 12. Penyerapan anggaran belanja langsung Dinas Bina Marga dan Sumber
Daya Air Kota Bogor per kegiatan Tahun 2014 (lanjutan)
Anggaran Realisasi
%
No. Kegiatan Belanja Belanja
Realisasi
(Rp.) (Rp.)
1 2 3 4 5
21. Peningkatan jalan, 2,025,000,000 1,920,593,289 94.84
trotoar, jembatan dan
drainase wilayah I
22. Peningkatan jalan, 4,916,000,000 4,712,165,084 95.85
trotoar, jembatan dan
drainase wilayah II
23. Peningkatan jalan, 1,741,000,000 1,660,476,548 95.37
trotoar, jembatan dan
drainase wilayah III
24. Peningkatan Jalan 2,684,200,000 2,516,660,155 93.76
Raya Pemda-Batas
Kota
25. Preservasi rutin jalan, 5,749,700,000 5,426,427,920 94.38
trotoar, drainase dan
jembatan wilayah I
26. Preservasi rutin jalan, 5,762,900,000 5,576,110,160 96.76
trotoar, drainase dan
jembatan wilayah II
27. Preservasi rutin jalan, 8,223,100,000 7,451,242,090 90.61
trotoar, drainase dan
jembatan wilayah III
28. Preservasi jalan, 5,940,000,000 5,827,092,255 98.10
trotoar, drainase dan
jembatan wilayah I
29. Preservasi jalan, 3,539,500,000 3,493,757,391 98.71
trotoar, drainase dan
jembatan wilayah II
30. Preservasi jalan, 9,428,500,000 9,096,164,342 96.48
trotoar, drainase dan
jembatan wilayah III
31. Pemeliharaan alat berat 1,470,000,000 1,420,429,140 96,63
dan operasional alat
berat
32. Penyelenggaraan 73,618,060 33,920,538 46.08
pengujian tanah dan
bahan
33
Tabel 12. Penyerapan anggaran belanja langsung Dinas Bina Marga dan Sumber
Daya Air Kota Bogor per kegiatan Tahun 2014 (lanjutan)
Anggaran Realisasi
%
No. Kegiatan Belanja Belanja
Realisasi
(Rp.) (Rp.)
1 2 3 4 5
33. Normalisasi dan 1,134,000,000 1,109,841,850 97.87
pengendalian banjir
wilayah I
34. Pembangunan/ 4,106,200,000 4,018,344,950 97.86
peningkatan saluran,
sungai, situ wilayah I
35. Pembangunan/ 7,428,400,000 7,249,317,160 97.59
peningkatan saluran,
sungai, situ wilayah II
36. Pemeliharaan rutin 961,850,000 833,000,910 86.60
saluran, sungai dan situ
wilayah I
37. Pemeliharaan rutin 965,150,000 869,281,745 90.07
saluran, sungai dan situ
wilayah II
38. Penanganan pasca 6,418,878,450 6,221,811,164 96.93
bencana
39. Pembangunan/peningkata 2,998,500,000 2,927,246,085 97.62
n sarana dan prasarana
sumber daya air
40. Pengadaan peralatan 6,000,000,000 5,895,562,315 98.26
penunjang revitalisasi
sarana sumber daya air
41. Pembangunan TPT untuk 637,000,000 615,693,900 96.66
pengendalian banjir
42. Pembangunan TPT 2,061,725,000 2,027,568,650 98.34
penunjang kolam retensi
ciluar
43. Perencanaan pengadaan 427,001,200 173,673,200 40.67
tanah-pengendalian banjir
44. Persiapan pengadaan 102,998,800 0 0.00
tanah pengendalian
banjir
45. Pelaksanaan pengadaan 11,870,000,000 3,994,148,000 33.65
tanah pengendalian
banjir
46. Penyerahan hasil 100,000,000 0 0.00
pengadaan tanah
pengendalian banjir
Sumber: Dinas Bina Marga dan SDA Kota Bogor
34
Tabel 13. Rincian anggaran belanja langsung Dinas Bina Marga dan Sumber Daya
Air Kota Bogor berdasarkan jenis belanja Tahun 2014
%
Anggaran
Jenis Belanja Jenis Belanja
No. (Rp.)
1. Belanja Pegawai 4,983,224,200 2.11
2. Belanja Barang/Jasa 23,026,288,860 9.77
3. Belanja Modal 207,860,028,850 88.12
J u ml a h 235,869,541,910 100.00
Sumber: Dinas Bina Marga dan SDA Kota Bogor
Dari data tersebut terlihat bahwa 88.12% atau Rp. 207,860,028,850,- dari
Rp. 235,869,541,910,- anggaran belanja Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
dialokasikan untuk belanja modal yang penggunaannya berupa pengadaan tanah,
pembangunan jalan, trotoar, jembatan dan drainase, dan pemeliharaan barang publik
lainnya. Sedangkan porsi untuk belanja pegawainya berupa honor PNS dan non PNS
yang terlibat dalam kegiatan pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air adalah
sebesar 2.11% atau Rp. 4,983,224,200,- dari Rp. 235,869,541,910,- .
Sedangkan dari sisi realisasi belanja terhadap anggaran masing-masing jenis
belanja tersebut diperoleh data sebagaimana Tabel 14.
Tabel 14. Penyerapan anggaran belanja langsung Dinas Bina Marga dan Sumber
Daya Air Kota Bogor berdasarkan jenis belanja Tahun 2014
Anggaran Realisasi %
No. Jenis Belanja
(Rp.) (Rp.) Realisasi
1. Belanja Pegawai 4,983,224,200 4,162,301,490 83.53
2. Belanja Barang/Jasa 23,026,288,860 21,322,516,078 92.60
3. Belanja Modal 207,860,028,850 147,899,754,863 71.15
J u ml a h 235,869,541,910 173,384,572,431
Sumber: Dinas Bina Marga dan SDA Kota Bogor
Tabel 15. Penyerapan anggaran belanja langsung Dinas Bina Marga dan Sumber
Daya Air Kota Bogor per kegiatan periode Januari s.d. Juni 2015
Anggaran Realisasi
%
No. Kegiatan Belanja Belanja
Realisasi
(Rp.) (Rp.)
1 2 3 4 5
1. Pengelolaan rumah tangga 832,059,480 547,066,520 65.75
SKPD
2. Pengadaan inventaris 250,820,000 180,683,400 72.04
kantor
3. Pemeliharaan rutin/berkala 320,000,000 81,323,950 25.41
inventaris kantor
4. Penyusunan perencanaan 25,000,000 17,253,700 69.01
dan pelaporan SKPD
5. Kajian teknis kondisi 150,000,000 8,328,900 5.55
jembatan
6. Penyusunan leger jalan 100,000,000 7,838,400 7.84
7. Rehabilitasi/Pemeliharaan 1,200,000,000 787,029,000 65.59
alat-alat berat
8. Penyelenggaraan 75,000,000 21,029,000 28.04
pengujian tanah dan bahan
9. Perencanaan teknis sumber 200,000,000 76,308,700 38.15
daya air
10. Pemeliharaan rutin 801,280,000 208,881,400 26,07
saluran,sungai, dan situ
wilayah 1
11. Pemeliharaan rutin 1,025,000,000 363,717,550 35.48
saluran,sungai, dan situ
wilayah 2
12. Pembangunan/Peningkatan 2,400,000,000 43,518,000 1.81
saluran, sungai dan situ
wilayah 1
13. Pembangunan/Peningkatan 3,560,000,000 28,790,500 0.81
saluran, sungai dan situ
wilayah 2
14. Pembangunan/Perbaikan 480,000,000 9,791,800 2.04
turap kali cipakancilan
15. Pembangunan perbaikan 680,000,000 6,994,000 1.03
sodetan/TPT kali kandang
sapi Kec. Tanah Sareal
16 Pembangunan/peningkatan 22,467,500 0 0.00
saluran sungai, dan situ
wilayah 1
37
Tabel 15. Penyerapan anggaran belanja langsung Dinas Bina Marga dan Sumber
Daya Air Kota Bogor per kegiatan periode Januari s.d. Juni 2015 (lanjutan)
Anggaran Realisasi
%
No. Kegiatan Belanja Belanja
Realisasi
(Rp.) (Rp.)
1 2 3 4 5
17. DAK tambahan bidang 55,000,000,000 0 0.00
irigasi
18. Dokumen lingkungan 123,000,000 3,366,300 2.74
pembangunan kolam
retensi S.Ciluar/
S.Ciheuleut
19. Pembangunan kolam 6,000,000,000 0 0.00
retensi Kel. Tanah Baru
20. Pembangunan dinding 2,500,000,000 0 0.00
penahan tanah Kel. Ciluar
21. Pembangunan sumur 1,600,000,000 0 0.00
resapan
22. Normalisasi dan 4,686,440,000 18,029,500 0.38
pengendalian banjir
wilayah 1
23. Normalisasi dan 4,440,480,000 21,593,700 0.49
pengendalian banjir
wilayah 2
24. DED, Dokumen 300,000,000 20,920,800 6.97
lingkungan dan dokumen
kajian lalu lintas simpang
tidak sebidang Jl. RE.
Martadinata dan rel kereta
api
25. DED, dokumen 550,000,000 17,651,000 2.21
lingkungan dan Andal
Lalin pembangunan
Jembatan Satu Duit
26. Pembangunan jalan BIRR 10,000,000,000 5,742,464 0.06
27. Pembangunan jalan R3 25,000,000,000 0 0.00
Kota Bogor
28. Pembangunan jalan, 4,876,000,000 28,615,022 0.59
trotoar, dan drainase
wilayah I
29. Pembangunan jalan, 2,899,580,550 15,341,225 0.53
trotoar, dan drainase
wilayah II
30. Pembangunan jalan, 10,186,000,000 29,101,875 0.29
trotoar, dan drainase
wilayah III
38
Tabel 15. Penyerapan anggaran belanja langsung Dinas Bina Marga dan Sumber
Daya Air Kota Bogor per kegiatan periode Januari s.d. Juni 2015 (lanjutan)
Anggaran Realisasi
%
No. Kegiatan Belanja Belanja
Realisasi
(Rp.) (Rp.)
1 2 3 4 5
31. Pembangunan jalan, 30,679,000 30,679,000 100.00
trotoar, jembatan dan
drainase wilayah I
32. Peningkatan jalan, trotoar 2,910,000,000 26,649,353 0.92
dan drainase wilayah I
33. Peningkatan jalan, trotoar 5,517,000,000 34,524,415 0.63
dan drainase wilayah II
34. Peningkatan jalan, trotoar 3,405,000,000 33,680,475 0.99
dan drainase wilayah III
35. Pembangunan Jalan 480,000,000 15,050,144 3.14
Munjul Kel. Kayumanis
36. Perbaikan Jalan Kukupu 400,000,000 6,294,700 1.57
Kel. Cibadak
37. Perbaikan jalan Gg.Jarum 720,000,000 6,882,250 0.96
Kel. Cibadak
38. DED review jalan tembus 268,000,000 8,198,400 3.06
Air Mancur-Ahmad
Sobana-Tanah Baru
39. FS jembatan laying dari 100,000,000 3,414,000 3.41
Batutulis ke Pamoyanan
40. FS pengembangan 200,000,000 8,119,000 4.06
jaringan jalan
41. Perencanaan pengadaan 448,840,960 25,973,227 5.79
tanah
42. Persiapan pengadaan tanah 128,698,800 0 0.00
43. Pelaksanaan pengadaan 46,000,000,000 3,366,317,900 7.32
tanah
44. Penyerahan hasil 240,000,000 0 0.00
pengadaan tanah
45. Perencanaan teknis Bina 508,000,000 232,813,500 45.83
Marga
46. Pemeliharaan 400,000,000 0 0.00
trotoar/pedestrian
47. Preservasi rutin jalan, 4,655,000,000 1,183,173,771 25.42
trotoar, drainase dan
jembatan wilayah I
48. Preservasi rutin jalan, 4,442,000,000 1,151,504,988 25.92
trotoar, drainase dan
jembatan wilayah II
39
Tabel 15. Penyerapan anggaran belanja langsung Dinas Bina Marga dan Sumber
Daya Air Kota Bogor per kegiatan periode Januari s.d. Juni 2015 (lanjutan)
Anggaran Realisasi
%
No. Kegiatan Belanja Belanja
Realisasi
(Rp.) (Rp.)
1 2 3 4 5
49. Preservasi rutin jalan, 5,915,000,000 1,207,202,254 20.41
trotoar, drainase dan
jembatan wilayah III
50. Preservasi jalan, trotoar, 12,245,000,000 73,756,000 0.60
drainase, dan jembatan
wilayah I
51. Preservasi jalan, trotoar, 4,250,000,000 8,342,500 0.20
drainase, dan jembatan
wilayah II
52. Preservasi jalan, trotoar, 4,250,000,000 8,042,500 0.19
drainase, dan jembatan
wilayah III
53. DED jalan dan drainase 240,000,000 10,283,500 4.28
kawasan simpang Johar,
Abdulah Bin Nuh, Sholeh
Iskandar
Sumber: Data diolah
Tabel 16. Rincian anggaran belanja langsung Dinas Bina Marga dan Sumber Daya
Air Kota Bogor berdasarkan jenis belanja Tahun 2015
%
Anggaran
No. Jenis Belanja Jenis Belanja
(Rp.)
1. Belanja Pegawai 4,781,500,360 2.01
2. Belanja Barang/Jasa 18,422,900,880 7.74
3. Belanja Modal 214,831,945,050 90.25
J u ml a h 238,036,346,290 100.00
Sumber: Data diolah
Dari data tersebut terlihat bahwa peningkatan anggaran pada tahun 2015
merubah komposisi anggaran per jenis belanja dimana terjadi peningkatan persentase
alokasi belanja modal sebesar 2.13% dari semula 88.12% pada tahun 2014 menjadi
90.25% atau Rp. 214,831,945,050,- dari total jumlah anggaran Dinas Bina Marga dan
Sumber Daya Air pada tahun 2015 sebesar Rp. 238,036,346,290,-. Sedangkan porsi
untuk belanja pegawainya berupa honor PNS dan non PNS yang terlibat dalam
kegiatan pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air adalah sebesar Rp.
4,781,500,360,- dari Rp. 238,036,346,290,- atau 2.01% lebih rendah 0.10% dari
anggaran tahun 2014 sebesar 2.11%. Begitupun dengan porsi belanja barang/ jasa pada
tahun 2015 sebesar Rp. 18,422,900,880,- dari Rp. 238,036,346,290,- atau 7.74% lebih
rendah 2.03% dari anggaran tahun 2014 sebesar 9.77%.
Sedangkan dari sisi realisasi belanja pada semester I tahun 2015 terhadap
anggaran masing-masing jenis belanja tersebut diperoleh data sebagaimana disajikan
dalam Tabel 17.
Tabel 17. Penyerapan anggaran belanja langsung Dinas Bina Marga dan Sumber
Daya Air Kota Bogor berdasarkan jenis belanja periode Januari s.d. Juni
2015
Anggaran Realisasi %
No. Jenis Belanja
(Rp.) (Rp.) Realisasi
1. Belanja Pegawai 4,781,500,360 1,440,526,827 30.13
2. Belanja Barang/Jasa 18,422,900,880 4,465,941,633 24.24
3. Belanja Modal 214,831,945,050 4,083,350,123 1.90
J u ml a h 235,869,541,910 9,989,818,583
Sumber: Data diolah
Sampai dengan semester I tahun 2015 realisasi belanja pegawai dari anggaran
sejumlah Rp. 4,781,500,360,- yang dapat direalisasikan adalah sejumlah
Rp. 1,440,526,827,- atau 30.13%. Realisasi belanja barang/ jasa dari anggaran
sejumlah Rp. 18,422,900,880,- yang dapat direalisasikan adalah sejumlah
Rp. 4,465,941,633,- atau sebesar 24.24%. Belanja modal dari anggaran sejumlah
Rp. 214,831,945,050,- yang dapat direalisasikan adalah sejumlah Rp. 4,083,350,123,-
atau sebesar 1.90%.
41
b. Kelemahan ( Weaknesses)
1) Alokasi waktu kegiatan yang kurang memadai
Mengingat paket kegiatan pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
yang begitu banyak dengan alokasi waktu yang kurang memadai jika
pelaksanaannya dibatasi dalam satu tahun anggaran maka capaian target
kinerja kegiatannya terutama pada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
secara bertahap akan mengalami gangguan dan memungkinkan target
penyerapann anggarannya tidak tercapai.
2) Rendahnya kualitas SDM
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci
keberhasilan organisasi. SDM berkontribusi pada proses pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi organisasi. Harus diakui kontribusi SDM Dinas
Bina Marga dan Sumber Daya Air tidak menunjukkan signifikansi selama
ini dalam penyerapan anggaran. Sangat disayangkan, jumlah kegiatan dan
alokasi anggaran yang besar yang dipercayakan kepada Dinas Bina Marga
dan Sumber Daya Air tidak dibarengi banyaknya SDM berkualitas. Masih
rendahnya SDM inilah menyebabkan tidak optimalnya penyerapan
anggaran.
3) Kurangnya reward & punishment
Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi
seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Kedua
43
metode ini sudah cukup lama dikenal dalam dunia kerja. Reward artinya
ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep manajemen,
reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para pegawai.
Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang
dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka
melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain
motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya
untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat
dicapainya. Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi.
Jika reward merupakan bentuk reinforcement yang positif, maka
punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari
metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya
mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan
mesti bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah
yang lebih baik. Pada dasarnya keduanya sama-sama dibutuhkan dalam
memotivasi seseorang, termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam
meningkatkan kinerjanya. Keduanya merupakan reaksi dari seorang
pimpinan terhadap kinerja dan produktivitas yang telah ditunjukkan oleh
bawahannya; hukuman untuk perbuatan jahat dan ganjaran untuk perbuatan
baik. Melihat dari fungsinya itu, seolah keduanya berlawanan, tetapi pada
hakekatnya sama-sama bertujuan agar seseorang menjadi lebih baik,
termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam bekerja.
4) Kurangnya pemahaman terhadap sistem dan prosedur keuangan
Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah di lingkungan
Pemerintah Kota Bogor merupakan pedoman bagi para pejabat dan
pelaksana pengelola keuangan daerah agar keuangan daerah dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
5) Keterlambatan pelaksanaan lelang
Percepatan pelaksanaan pembangunan yang menjadi tanggung jawab
Pemerintah daerah kerap kali dihadapkan pada kondisi yang kurang
mendukung bagi percepatan pelaksanaan belanja daerah, hal ini antara lain
disebabkan oleh adanya keterlambatan pelaksanaan lelang. Berdasarkan hal
tersebut Pemerintah beberapa kali melakukan penyempurnaan terhadap
peraturan presiden tentang pengadaan barang dan jasa, yang ditekankan
kepada upaya untuk memperlancar pelaksanaan APBN dan APBD, dan
menghilangkan multitafsir yang menimbulkan ketidakjelasan bagi para
pelaku dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah.
6) Rendahnya kualitas data dasar kebutuhan pembangunan
Secara umum data dasar kebutuhan pembangunan bidang Bina Marga dan
SDA memiliki kualitas data yang rendah, seperti tidak lengkap, tidak
akurat, tidak konsisten, tidak up to dan lain-lain. Kondisi ini ternyata
memiliki dampak serta resiko yang signifikan terhadap kinerja dinas. Hal
ini dapat teridentifikasi dengan adanya kegiatan (proyek) yang tidak dapat
direalisasikan karena tidak terantisipasi sebelumnya dalam dokumen
rencana kerja SKPD.
44
Tabel 18. Identifikasi faktor strategis internal Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
Kota Bogor
Faktor internal
No. Strenghts (Kekuatan) No. Weaknesses (Kelemahan)
S1 Saranan prasarana yang memadai W1 Alokasi waktu Kegiatan yang kurang
memadai
S2 Adanya pengawasan melekat dari W2 Rendahnya kualitas SDM
pimpinan
S3 Hubungan kerja yang kondusif W3 Kurangnya reward & punishment
S4 Adanya rencana kerja yang jelas W4 Kurangnya pemahaman terhadap
sistem dan prosedur keuangan
S5 Adanya kewenangan bidang W5 Keterlambatan pelaksanaan lelang
kebinamargaan dan SDA
W6 Rendahnya kualitas data dasar
kebutuhan pembangunan
2. Faktor Eksternal
a. Peluang ( Opportunities)
1) Adanya peraturan perundang-undangan sebagai payung hukum
UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan menyatakan bahwa yang dimaksud dengan peraturan perundang-
undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau
pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. PNS maupun SKPD
dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Adanya diklat dan bimtek PNS
Pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun bimbingan teknis (bimtek),
merupakan kegiatan pelatihan dan pengembangan pengetahuan serta
kemampuan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi oleh setiap PNS maupun SKPD tertentu. Sehingga dengan
mengikuti Diklat maupun Bimtek diharapkan setiap PNS maupun SKPD
dapat mengambil sebuah manfaat dengan berorientasi pada kinerja.
Menghadapi kenyataan bahwa semakin tingginya tingkat kompetensi yang
dibutuhkan, maka tentunya Diklat dan Bimtek PNS telah menjadi sebuah
kebutuhan untuk individu ataupun lembaga pemerintahan.
3) Mekanisme rekrutmen PNS yang berkualitas
Selama ini, proses penyelenggaraan rekrutmen dan seleksi pengadaan PNS
sarat akan nuansa KKN, tertutup, kurang terbuka, kurang transparan, dan
akuntabel. Proses pengadaan PNS di sebagian besar lingkungan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah dinilai oleh berbagai kalangan masih kental
dengan hubungan kekerabatan, ikatan emosional, jaringan kewilayahan, dan
nuansa kekeluargaan. Pelaksanaan rekrutmen PNS yang terjadi selama ini
dipersepsikan masyarakat sangat tidak profesional. Hanya orang-orang
45
yang memiliki hubungan dan koneksi dengan orang dalam atau panitia
saja yang akan lulus menjadi PNS dengan imbalan materi berupa uang
tertentu sebagai kompensasi. Rekrutmen PNS melalui tes CPNS harus
memiliki tujuan sebagai proses penjaringan para calon penyelenggara
negara yang memiliki integritas dan kualitas yang unggul, melalui proses
rekruitmen transparan dan akuntabel. Untuk mewujudkan tujuan tersebut,
masyarakat harus dilibatkan sebagai pengawas eksternal mulai dari proses
pengumuman lowongan, hingga pada tahap akhir tes.
4) Adanya pengawasan eksternal
Pengawasan eksternal adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dari
luar organisasi sendiri. Seperti pengawasan dibidang keuangan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), inspektorat daerah, dan DPRD yang memiliki
kewenangan terhadap pengawasan pelaksanaan APBD sebagai pengawasan
keuangan eksternal tingkat kabupaten/kota. Dalam pengawasan keuangan
DPRD kabupaten/kota dalam melakukannya lewat dengar pendapat,
kunjungan kerja, panitia khusus dan pembentukan panitia kerja yang
dibentuk dengan peraturan tata tertib DPRD.Pengawasan Internal
Pemerintahan Daerah.
5) Respon positif dari masyarakat mengenai pengembangan sarana &
prasarana transportasi
Itikad baik pemerintah menyediakan sarana dan prasarana transportasi
untuk kenyamanan masyarakat (publik), ternyata tidak serta merta
mendapatkan respon positif dari masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa
pembangunan sarana dan prasarana transportasi terlebih yang memerlukan
pengadaan tanah sangat bergantung pada respon dan partisipasi masyarakat
khususnya yang terdampak langsung. Dalam hal respon masyarakat positif,
tentunya pembangunan sarana dan prasarana transportasi dapat
dilaksanakan dengan baik.
6) Adanya mekanisme perubahan anggaran
Perubahan anggaran (APBD) dapat diartikan sebagai upaya pemerintah
daerah untuk menyesuaikan rencana keuangannya dengan perkembangan
situasi dan kondisi yang terjadi. Perkembangan situasi dan kondisi tersebut
dapat berimplikasi pada meningkatnya anggaran penerimaan maupun
pengeluaran, atau sebaliknya. Namun, bisa juga untuk mengakomodasi
pergeseran-pergeseran dalam satu SKPD.
b. Ancaman ( Threats)
1) Kegagalan pembebasan lahan
Tanah merupakan modal dasar pembangunan. Hampir tidak ada kegiatan
pembangunan bidang Bina Marga dan SDA yang tidak memerlukan tanah.
Oleh karena itu tanah memegang peranan yang sangat penting, bahkan
menentukan berhasil tidaknya suatu pembangunan. Secara hakiki, makna
dan posisi strategis tanah dalam kehidupan masyarakat Indonesia, tidak saja
mengandung aspek fisik, tetapi juga aspek sosial, ekonomi, budaya, politik,
pertahanan keamanan dan aspek hukum. Tanah bagi masyarakat memiliki
makna multidimensional. Secara normatif, pengadaan tanah itu
berhubungan dengan kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara
memberikan ganti kerugian kepada yang melepaskan atau menyerahkan
46
Tabel 19. Identifikasi faktor strategis eksternal Dinas Bina Marga dan Sumber Daya
Air Kota Bogor
Faktor eksternal
No. Opportunities (Peluang) No. Threats (Ancaman)
O1 Adanya peraturan perundang- T1 Kegagalan pembebasan lahan
undangan sebagai payung hukum
O2 Adanya diklat dan bimtek PNS T2 Penyedia barang/jasa yang tidak
kompeten
O3 Mekanisme rekrutmen PNS yang T3 Regulasi yang berubah-ubah
berkualitas
O4 Adanya Pengawasan Eksternal T4 Peningkatan kemacetan lalu lintas
O5 Respon positif dari masyarakat T5 Adanya program/kegiatan yang
mengenai pengembangan sarana & tidak sesuai dengan usulan dinas
prasarana transportasi
O6 Adanya mekanisme perubahan T6 Adanya Upaya Kriminalisasi
anggaran
Dari hasil identifikasi telah diperoleh lima faktor kekuatan dan enam faktor
kelemahan. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan atau kelemahan organisasi ini,
kemudian dicoba untuk dianalisis antara satu faktor dengan faktor lainya, dengan
melakukan komparasi antar faktor. Misalnya faktor kekuatan a dibandingkan dengan
faktor kekuatan b, faktor mana yang lebih urgen. Demikian pula faktor kekuatan a
dengan faktor kekuatan c, faktor kekuatan a dengan faktor kelemahan d dan
seterusnya. Suatu faktor disebut penting terhadap pencapaian tujuan apabila memiliki
nilai lebih dari faktor yang lain. Sejauh mana pentingnya faktor yang teridentifikasi
ditindaklanjuti dengan melakukan komparasi antar faktor sebagaimana Tabel 20.
48
No Faktor internal a b c d e f g h i j k NF BF %
JUMLAH 3 2 1 0 10 9 8 7 6 5 4 55 100.00
Nilai Faktor
BF = x 100 %
Total Nilai Faktor
10
BF = x 100 %
55
BF = 18.18 %
Jadi faktor Adanya kewenangan bidang kebinamargaan dan SDA, dengan nilai
urgensi faktor sebesar 10 akan memiliki bobot faktor sebesar 18.18%.
Dari tabel 20, terlihat bahwa bobot faktor (BF) faktor internal: Adanya
kewenangan bidang kebinamargaan dan SDA merupakan faktor yang memiliki bobot
faktor paling tinggi, dengan bobot faktor sebesar 18.18%, dan bobot faktor kedua
terbesar adalah alokasi waktu kegiatan yang kurang memadai, dengan bobot faktor
sebesar 16.36%. Faktor dengan bobot faktor terendah/terkecil adalah adanya rencana
kerja yang jelas, dengan bobot faktor sebesar 0.00%. Faktor yang memiliki nilai
urgensi faktor paling tinggi atau paling rendah, faktor tersebut juga akan memiliki
bobot faktor paling tinggi atau paling rendah dibandingkan dengan faktor internal
lainnya.
Selesai dengan komparasi urgensi faktor internal, tahap selanjutnya adalah
mengulangi langkah-langkah dan melakukan proses seperti yang dilakukan diatas
terhadap faktor eksternal. Dari hasil identifikasi faktor strategis eksternal diperoleh
enam faktor kesempatan dan enam faktor ancaman. Faktor-faktor yang menjadi
kesempatan atau ancaman organisasi ini, kemudian dianalisis dengan proses yang sama
yang telah dilakukan terhadap faktor strategis internal di atas, dengan hasil
sebagaimana terlihat pada Tabel 21.
No Faktor eksternal a b c d e f g h i j k l NF BF
No Faktor eksternal a b c d e f g h i j k l NF BF
JUMLAH 10 2 1 6 7 0 11 6 6 4 4 9 66 100.00
Dari hasil komparasi antar faktor eksternal, diperoleh nilai urgensi tiap faktor
(NF) dimana faktor eksternal: Kegagalan pembebasan lahan merupakan faktor yang
memiliki nilai urgensi paling tinggi, dengan nilai urgensi faktor sebesar 11, dan nilai
urgensi kedua terbesar adalah adanya peraturan perundang-undangan sebagai payung
hukum, dengan nilai urgensi faktor sebesar 10. Sedangkan faktor dengan nilai urgensi
terendah/terkecil adalah Adanya mekanisme perubahan anggaran, dengan nilai urgensi
faktor sebesar 0. Dari dua belas faktor eksternal yang teridentifikasi, faktor kegagalan
pembebasan lahan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap
pencapaian tujuan pada Dinas Bina Marga dan SDA. Faktor adanya mekanisme
perubahan anggaran, bukanlah faktor yang menjadi kebutuhan atau setidaknya faktor
tersebut sangat kecil/rendah pengaruhnya dalam mencapai tujuan jika dibandingkan
dengan faktor eksternal lainnya.
Kegagalan pembebasan lahan merupakan faktor yang memiliki bobot faktor
paling tinggi dengan bobot faktor sebesar 16.67%, sedangkan faktor dengan bobot
faktor terendah/terkecil adalah adanya mekanisme perubahan anggaran, dengan bobot
faktor sebesar 0.00%.
Keberadaan suatu faktor dalam pencapaian suatu tujuan tidak cukup hanya
ditentukan dengan nilai urgensi faktor dan bobot faktor dari tiap-tiap faktor internal
dan eksternal tersebut, untuk itu perlu dilakukan penilaian lanjutan dengan
menggunakan format penilaian atau evaluasi faktor internal dan eksternal sebagaimana
Tabel Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (Lampiran 1.).
Dalam Lampiran 1 dukungan terhadap pencapaian tujuan dari faktor yang ada
pada internal dan eksternal tercermin dari nilai dukungan (ND) yang diperoleh melalui
pembobotan dengan menggunakan skala Likert. Responden penelitian yang merupakan
para pemangku kepentingan manajerial di lingkungan Dinas Bina Marga dan Sumber
Daya Air menetapkan nilai tertinggi yang diberikan pada faktor internal dan eksternal
adalah 5 untuk faktor-faktor: Adanya kewenangan bidang kebinamargaan dan SDA;
Alokasi waktu kegiatan yang kurang memadai; Kegagalan pembebasan lahan;
Penyedia barang/jasa yang tidak kompeten; dan Adanya upaya kriminalisasi. Kelima
faktor eksternal dan internal ini merupakan faktor pendukung utama baik dukungan
yang bersifat konstruktif maupun dukungan bagi perlambatan terhadap pencapaian
tujuan organisasi.
51
TNK
NRK =
N-1
Sebagai contoh, dari tabel pada lampiran 1 dapat dilihat bahwa untuk nomor urut
1 faktor internal (kekuatan): Sarana prasarana yang memadai, total nilai relatif
keterkaitan (TNK)-nya adalah sebesar 46, diperoleh dengan cara menjumlahkan
seluruh nilai relatif keterkaitan dengan faktor lain dalam tabel evaluasi faktor internal
dan eksternal. Jumlah faktor internal dan eksternal yang dinilai pada tabel evaluasi
faktor internal dan eksternal adalah 23, hal ini berarti N = 23 atau N 1 = 22.
NRK faktor-faktor sarana prasarana yang memadai dengan rumus tersebut dapat
dihitung sebagai berikut
46
NRK =
22
NRK = 2.09
Setelah NRK tiap faktor diketahui, nilai bobot keterkaitan (NBK) tiap faktor dihitung
dengan rumus: NBK = NRK x BF. NRK faktor Sarana prasarana yang memadai
diketahui sebesar 2.09, dan bobot faktor (BF) nya sebesar 5.45%, maka nilai bobot
keterkaitan (NBK) nya adalah: 2.09 x 5.45% =0.11. Contoh lain, dari tabel pada
lampiran 1 dapat dilihat bahwa untuk nomor urut 12 faktor eksternal (peluang):
Adanya peraturan perundang-undangan sebagai payung hukum dengan NRK sebesar
52
2.32, dan bobot faktor (BF) sebesar 15.15%, maka nilai bobot keterkaitan (NBK) nya
adalah: 2.32 x 15.15% = 0.35. NBK faktor yang lain dihitung dengan rumus yang
sama dan hasilnya sebagaimana tercatat pada kolom NBK tabel evaluasi faktor
internal dan eksternal (Lampiran 1).
Dari evaluasi ini terlihat bahwa dari 23 faktor yang dinilai keterkaitannya, faktor
adanya kewenangan bidang kebinamargaan dan SDA merupakan faktor yang memiliki
nilai bobot keterkaitan paling besar, yakni 0.63. Dari evaluasi ini juga terlihat dua
faktor yang memiliki nilai bobot keterkaitan paling kecil, yakni adanya rencana kerja
yang jelas, dan adanya mekanisme perubahan anggaran, dengan nilai bobot keterkaitan
masing-masing sebesar 0.00. Nilai bobot keterkaitan 0.00 dapat diartikan bahwa tidak
ada kaitan antara faktor Adanya rencana kerja yang jelas dengan faktor lainnya,
begitupun antara faktor Adanya mekanisme perubahan anggaran tidak ada kaitan
dengan faktor lainnya dalam tabel evaluasi faktor internal dan eksternal.
Kolom TNB pada tabel evaluasi faktor internal dan eksternal (Lampiran 1)
mencatat total nilai bobot (TNB) tiap faktor yang dihitung dengan memakai rumus:
TNB=NBD+NBK.
Dari tabel evaluasi faktor internal dan eksternal dapat dilihat bahwa untuk nomor
urut 1 faktor internal (kekuatan): Sarana prasarana yang memadai, NBD faktornya
diketahui sebesar 0.22 dan NBK nya sebesar 0.11, maka TNB faktor sarana prasarana
yang memadai adalah: 0.22 + 0.11 = 0.33. Demikian halnya TNB faktor lain yang
dihitung dengan rumus yang sama, hasilnya dapat dilihat pada kolom TNB tabel
evaluasi faktor internal dan eksternal.
Ringkasan hasil penilaian faktor internal berdasarkan tabel evaluasi faktor
internal dan eksternal (Lampiran 1) dapat dilihat dalam matriks ringkasan analisis
faktor strategis internal (IFAS) sebagaimana Tabel 22.
Strengths ( Kekuatan)
1. Saranan prasarana yang memadai 0.05 4 0.22
2. Adanya pengawasan melekat dari pimpinan 0.04 4 0.15
3. Hubungan kerja yang kondusif 0.02 4 0.07
4. Adanya rencana kerja yang jelas 0.00 4 0.00
5. Adanya kewenangan bidang
0.18 5 0.91
kebinamargaan dan SDA
Weaknesses (Kelemahan)
1. Alokasi waktu Kegiatan yang kurang
0.16 5 0.82
memadai
2. Rendahnya kualitas SDM 0.15 4 0.58
3. Kurangnya reward & punishment 0.13 4 0.51
53
Hal yang sama, ringkasan hasil penilaian faktor eksternal berdasarkan tabel
evaluasi faktor internal dan eksternal (Lampiran 1) dapat dilihat dalam matriks
ringkasan analisis faktor strategis eksternal (EFAS) sebagaimana Tabel 23.
Opportunities (Peluang)
1. Adanya peraturan perundang-undangan
sebagai payung hukum 0.15 4 0.61
Berdasarkan Tabel 24, maka disimpulkan bahwa terdapat empat faktor yang
mendukung rendahnya penyerapan anggaran belanja pada Dinas Bina Marga dan
Sumber Daya Air Kota Bogor, yaitu:
1. Adanya kewenangan bidang kebinamargaan dan SDA
2. Alokasi waktu kegiatan yang kurang memadai
3. Adanya peraturan perundang-undangan sebagai payung hukum
4. Kegagalan pembebasan lahan
55
Strategi
Setelah menganalisis faktor strategis internal dan eksternal Dinas Bina Marga
dan Sumber Daya Air Kota Bogor, yang menghasilkan kesimpulan faktor yang
mendukung rendahnya penyerapan anggaran belanja pada Dinas Bina Marga dan
Sumber Daya Air Kota Bogor, dengan pendekatan formulasi strategi matriks SWOT
dapat dibuat berbagai kemungkinan alternatif strategi.
Beberapa ahli menganggap, Matrik SWOT adalah alat untuk pencocokan yang
sangat penting bagi para manajer/pimpinan mengembangkan empat jenis strategi,
yakni:
1. Strategi SO (Kekuatan-Peluang):
Dalam strategi SO dapat diinteraksikan, dipadukan kekuatan kunci dan peluang
kunci sebagai suatu strategi ekspansi atau pengembangan, pertumbuhan, perluasan
dalam bidang tertentu, dalam mencapai tujuan atau peluang-peluang yang
menjanjikan.
2. Strategi WO (Kelemahan-Peluang):
Dalam strategi WO dapat diinteraksikan kekuatan kunci dan ancaman kunci
sebagai suatu strategi untuk melakukan mobilisasi kekuatan kunci, dalam
menciptakan diversifikasi, inovasi, pembaharuan, modifikasi di bidang tertentu
dalam upaya mengatasi ancaman kunci.
3. Strategi ST (Kekuatan-Ancaman):
Dalam strategi ST dapat diinteraksikan kelemahan kunci dan peluang kunci sebagai
suatu strategi untuk menciptakan stabilitas atau rasionalisasi dalam bidang tertentu
dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Strategi WT (Kelemahan-Ancaman):
Dalam strategi WT dapat diinteraksikan kelemahan kunci dan ancaman kunci
sebagai suatu strategi yang dapat menciptakan suatu keadaan yang defensif atau
survival, efisiensi yang menyeluruh atau rasionalisasi kegiatan operasional agar
dapat bertahan atau keadaan tidak semakin terpuruk akibat desakan yang kuat dari
ancaman kunci.
Alternatif strategi dengan pendekatan formulasi strategi matriks SWOT
dirancang dengan teknik menginteraksikan faktor-faktor strategis internal dan eksternal
yang telah diidentifikasi sebagaimana disajikan Tabel 25.
Berdasarkan matriks SWOT pada Tabel 25 tersedia delapan formulasi strategi,
yaitu:
1. Tingkatkan capaian kinerja maupun layanan dinas dengan mengoptimalkan
sumberdaya
2. Optimalkan sumberdaya untuk mengatasi kegagalan pencapaian target kinerja
3. Optimalkan kewenangan untuk mengatasi ketidakpastian
4. Hindari penyerapan anggaran yang menumpuk di akhir tahun
5. Atasi lemahnya metode penyusunan data dasar kebutuhan pembangunan
6. Hindari alokasi waktu kegiatan yang kurang memadai dan kegagalan pembebasan
lahan
7. Atasi keterbatasan SDM untuk menghindari kegagalan pencapaian target kinerja
8. Atasi rendahnya kualitas data dasar kebutuhan pembangunan untuk menghindari
program/kegiatan yang tidak sesuai
56
4 Adanya pengawasan
eksternal
6 Adanya upaya
kriminalisasi
57
WEAKNESSES (KELEMAHAN)
1. Alokasi waktu Kegiatan yang kurang memadai 0.16 3 0.48 3 0.48
2. Rendahnya kualitas SDM 0.15 3 0.45 3 0.45
3. Kurangnya reward & punishment 0.13 2 0.26 2 0.26
4. Kurangnya pemahaman terhadap sistem dan prosedur
0.11 2 0.22 2 0.22
keuangan
5. Keterlambatan pelaksanaan lelang 0.09 2 0.18 2 0.18
6.
Rendahnya kualitas data dasar kebutuhan pembangunan 0.07 1 0.07 2 0.14
TOTAL 4.82 4.54
58
WEAKNESSES (KELEMAHAN)
1. Alokasi waktu Kegiatan yang kurang memadai 0.16 3 0.48 4 0.64
2. Rendahnya kualitas SDM 0.15 3 0.45 3 0.45
3. Kurangnya reward & punishment 0.13 3 0.39 3 0.39
4. Kurangnya pemahaman terhadap sistem dan prosedur
0.11 4 0.44 1 0.11
keuangan
5. Keterlambatan pelaksanaan lelang 0.09 3 0.27 2 0.18
6.
Rendahnya kualitas data dasar kebutuhan pembangunan 0.07 1 0.07 2 0.14
TOTAL 4.41 4.88
Hasil analisis terhadap skor kemenarikan dari semua faktor strategis yang
dijelaskan dalam Tabel 26 menunjukkan bahwa total skor kemenarikan (TAS) pada
strategi Hindari alokasi waktu kegiatan yang kurang memadai dan kegagalan
pembebasan lahan adalah sebesar 4.88 lebih besar dari TAS strategi-strategi lainya
yaitu strategi Tingkatkan capaian kinerja maupun layanan dinas dengan
mengoptimalkan sumberdaya sebesar 4.82, strategi Optimalkan sumberdaya untuk
mengatasi kegagalan pencapaian target kinerja sebesar 4.54 dan strategi Hindari
penyerapan anggaran yang menumpuk di akhir tahun sebesar 4.41.
Berdasarkan hasil analisis data dari matriks perencanaan strategis kuantitatif
tersebut, maka dipilih satu strategi yang mendapatkan nilai tertinggi saja yang akan
dijalankan di Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air yaitu strategi Hindari alokasi
waktu kegiatan yang kurang memadai dan kegagalan pembebasan lahan.
59
Perancangan Program
Sebagai pedoman atau acuan guna menterjemahkan rumusan strategi ke dalam
tindakan strategik perlu disusun kebijakan operasional untuk menjamin strategi
terlaksanan dengan baik. Kebijakan operasional merupakan acuan, pedoman yang
memberikan arah program, kegiatan yang akan dilakukan dan sumber daya yang
diberdayakan dalam mencapai sasaran kinerja yang telah ditetapkan. Uraian tersebut
disajikan lebih rinci dalam Tabel 27.
3. Proses penganggaran
Kepala Bidang dan Kepala Seksi melakukan proses penghitungan alokasi
pendanaan masing-masing program dan kegiatan berdasarkan daftar prioritas yang
ada sesuai dengan sumber daya anggaran yang tersedia dengan mempertimbangkan
asumsi pendanaan tahun sebelumnya ditambah penyesuaian, atau bagi program
dan kegiatan yang baru memperhatikan identifikasi pendanaannya yang
menggunakan metodologi penilaian kebutuhan dan penilaian ekonomi.
4. Penetapan baseline anggaran
Baseline dalam konteks ini adalah seluruh biaya yang ditimbulkan untuk
melaksanakan kebijakan kepala dinas pada saat tahun anggaran ini dan tahun-tahun
berikutnya dalam kerangka perencanaan jangka menengah.
5. Penetapan prakiraan maju tahun jamak
Prakiraan maju tahun jamak yang disesuaikan dengan waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan suatu program dan kegiatan, sangat dibutuhkan sebagai
indikasi pendanaan jangka menengah. Tingkat akurasi yang baik dalam proyeksi
ketersediaan sumber daya akan memudahkan para perencana untuk mendisain
program dan kegiatan yang relatif lebih komprehensif, karena dimensi waktu
pencapaian sasaran secara konsisten akan dapat dilaksanakan secara
berkesinambungan, dan tidak hanya berorientasi hanya kepada satu tahun anggaran
semata.
Di samping itu, untuk membangun partisipasi masyarakat dalam pembangunan
dan meminimalkan kegagalan pembebasan lahan sebagai akibat penolakan atau adanya
keberatan dari warga, Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air perlu melakukan
program penguatan komunikasi dan layanan informasi melalui kegiatan penguatan
infrastruktur dan mekanisme pelayanan informasi publik sebagai garda terdepan
komunikasi, dan penyampaian informasi serta pembangunan opini publik.
Komunikasi yang efektif, dan penyebarluasan informasi serta pembangunan
opini publik, khususnya terkait informasi rencana pembangunan daerah merupakan
salah satu upaya yang harus dikelola secara profesional oleh Dinas Bina Marga dan
Sumber Daya Air guna menggerakkan partisipasi masyarakat dalam proses
pembangunan di bidang pekerjaan umum yang menjadi tanggung jawab Dinas Bina
Marga dan Sumber Daya Air. Sejauh mana masyarakat dapat turut serta atau
berpartisipasi dalam proses pembangunan, tentunya mempengaruhi kelancaran proses
pembangunan sebagaimana tercermin dari identifikasi faktor eksternal.
61
Simpulan
1. Penyerapan anggaran belanja APBD Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota
Bogor lebih rendah dibandingkan dengan SKPD lain karena adanya kegiatan yang
tidak berjalan sesuai ketetapan dalam APBD khususnya belanja modal program
pembangunan jalan, jembatan, dan drainase sebagai akibat adanya hambatan dalam
pembebasan lahan terkait pembangunan infrastruktur jalan baru di Kota Bogor
untuk menangani masalah transportasi yang merupakan pelaksanaan program
prioritas Walikota Bogor periode 2009-2014. Disamping hal itu alokasi waktu yang
dijadwalkan dalam satu tahun anggaran tidak memadai jika dibandingkan dengan
panjangnya tahapan implementasi kegiatan yang membutuhkan waktu yang tidak
cukup sedikit, seringkali menyebabkan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
tidak mampu merealisasikan kegiatan terutama belanja modal program
pembangunan jalan, jembatan, dan drainase.
2. Terdapat empat faktor strategis internal dan eksternal yang mendukung rendahnya
penyerapan anggaran belanja pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota
Bogor. Keempat faktor tersebut yaitu: 1) faktor kekuatan (S): adanya kewenangan
bidang kebinamargaan dan SDA, 2) faktor kelemahan (W): alokasi waktu kegiatan
yang kurang memadai, 3) faktor peluang (O): adanya peraturan perundang-
undangan sebagai payung hukum, 4) faktor ancaman (T): kegagalan pembebasan
lahan
3. Untuk mengoptimalkan penyerapan anggaran pada Dinas Bina Marga dan Sumber
Daya Air Kota Bogor, perlu dilakukan strategi Hindari alokasi waktu kegiatan
yang kurang memadai dan kegagalan pembebasan lahan yang diimplementasikan
melalui program; Pertama, Rasionalisasi target kinerja input dan output dengan
menerapkan KPJM, yang dilakukan melalui kegiatan evaluasi kebijakan berjalan;
penyusunan prioritas; proses anggaran; penetapan baseline anggaran; dan
penetapan prakiraan maju tahun jamak. Kedua, penguatan komunikasi dan layanan
informasi, yang dilakukan melalui penguatan infrastruktur dan mekanisme
pelayanan informasi publik
Saran
Kinerja penyerapan anggaran belanja merupakan salah satu indikator yang
digunakan oleh stake holder dalam mengukur kinerja instansi pemerintah, tidak
terkecuali Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, maka unsur Dinas Bina Marga dan
Sumber Daya Air Kota Bogor harus mengupayakan tercapainya kesesuaian rencana
anggaran yang telah ditetapkan dalam DPA-SKPD dengan realisasi penyerapan
anggaran yang optimal. Hal ini bisa ditempuh dengan menghindari alokasi waktu
kegiatan yang kurang memadai dan kegagalan pembebasan lahan, yang
diimplementasikan melalui program rasionalisasi target kinerja input dan output
dengan menerapkan KPJM; dan penguatan komunikasi dan layanan informasi.
62
Keterbatasan Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Adenk S. 2013. Analisis APBD Tahun 2012. Jurnal STIE Semarang Vol.5, No.1
Hal. 1-14 (ISSN:2252-7826). [internet]. [diacu 2015 Sept 01]; Tersedia dari:
https://www.jurnal.stiesemarang.ac.id/index.php/JSS/article/download/33/30 .
Astadi G N, Sutarja I N, dan Nadiasa M. 2015. Analisis Sistem Pengadaan Proyek
Konstruksi Terhadap Penyerapan Anggaran Pemerintah Kabupaten Badung. Jurnal
Spektran Vol.3, No.1 Hal. 82-89. [internet]. [diacu 2016 Februari 2]. Tersedia dari:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jsn/article/view/11982/8286
[BPKAD] Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bogor. 2015. Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Kota Bogor. Bogor (ID): BPKAD.
Chalid P. 2005. Keuangan Daerah, Investasi dan Desentralisasi. Jakarta (ID):
Kemitraan.
[Depkeu] Departemen Keuangan Republik Indonesia & Kementerian Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/ BAPPENAS. 2009. Pedoman Penerapan
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM). Jakarta (ID): Depkeu
[Disbima] Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor. 2014. Rencana
Strategis Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor 2015-2019. Bogor
(ID): Disbima
Hasanah E.U. , Sunyoto D. 2012. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta (ID):
CAPS.
Hunger JD, Wheelen TL. 2001. Manajemen Strategis. Yogyakarta (ID): ANDI.
[Kemendagri] Kementerian Dalam Negeri RI. 2011. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Jakarta (ID): Kemendagri
Kurrohman T. 2013. Evaluasi Pengganggaran Berbasis Kinerja Melalui Kinerja
Keuangan yang Berbasis Value For Money di Kabupaten/Kota di Jawa Timur.
Jurnal Dinamika Akuntansi Vol. 5, No.1 Hal. 1-11. [internet]. [diacu 2016 Februari
2]. Tersedia dari: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jda.
[LAN] Lembaga Administrasi Negara RI. 2008. Teknik-Teknik Analisis Manajemen.
Jakarta (ID): LAN.
Nurhayati S. 2008. Pendekatan QSPM Sebagai Dasar Perumusan Strategi Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi
Pembangunan Vol 9, No.1 Hal. 72-82 . [internet]. [diacu 2015 April 27]. Tersedia
dari: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=354825&val=8140&
title=PENDEKATAN%20QSPM%20SEBAGAI%20DASAR%20PERUMUSAN%
20STRATEGI%20PENINGKATAN%20PENDAPATAN%20ASLI%20DAERAH
%20KABUPATEN%20BATANG,%20JAWA%20TENGAH
Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.
64
Puspitasari NB, Rumita R, Pratama GY. 2013. Pemilihan Strategi Bisnis Dengan
Menggunakan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) dan Model MAUT
(Multi Attribute Utility Theory) (Studi Kasus pada Sentra Industri Gerabah
Kasongan, Bantul, Yogyakarta). Jurnal Teknik Industri Vol VIII, No.3
Hal. 171-180 [internet]. [diacu 2015 April 27]. Tersedia dari:
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgti/article/view/5385
Rozai A M, Subagiyo L. 2015. Optimalisasi Penyerapan Anggaran Dalam Rangka
Pencapaian Kinerja Organisasi (Studi Kasus Pada Inspektorat Kabupaten Boyolali).
Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia Vol. 9 No. 1 Hal. 72-89. [internet].
[diacu 2016 Februari 2]. Tersedia dari: http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/
Manajemen/article/view/1005/857
Sari D.P. 2012. Perhitungan Anggaran Biaya dan Perencanaan Instrumen Pengendalian
waktu, Biaya, dan Mutu Pada Pembangunan Rumah sakit Royal Surabaya Dengan
Menggunakan Steel Deck. Tugas Akhir. [internet]. [diacu 2015 Januari 21].
Tersedia dari: http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-27509-3109030017-
3109030045-abstract-idpdf.pdf
Shalikhah L. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kinerja Anggaran Pada
Pemerintah Kota Salatiga. Disertasi. [internet]. [diacu 2015 Maret 02]. Tersedia
dari: http://repository.uksw.edu/jspui/bitstream/123456789/5070/
3/T1_232010199_Full%20text.pdf
Sugiyono. 2014. Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung (ID):
Alfabeta.
Sumenge A S. 2013. Analisis Efektifitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Minahasa Selatan. Jurnal
EMBA Vol.1 No.3 Hal. 74-81. [internet]. [diacu 2016 Februari 2]. Tersedia dari:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/1941/1538
Susanto J. 2011. Perencanaan Struktur Gedung Sekolah 2 Lantai dan Rencana
Anggaran Biaya (RAB). Tugas Akhir. [internet]. [diacu 2015 Januari 21]. Tersedia
dari: http://eprints.uns.ac.id/9328/1/214571011201101111.pdf
65
RIWAYAT HIDUP