Anda di halaman 1dari 12

BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara yang terkenal dengan kekayaan sumber daya alam
yang tersedia,namun di lihat secara nyata,rakyat Indonesia banyak yang
menderita. Penderitaan ini seperti kemiskinan,kelaparan, dan kesengsaraan.
Penderitaan yang di jalani rakyat tidak lain dan tidak bukan adalah dampak dari
otonomi daerah yang kurang terstruktur. Hal ini di karenakan rendahnya moral
moral para pejabat yang memegang kekuasaan di Indonesia. Rendahnya moral
para pejabat yang ada di Indonesia menyebabkan Indonesia menempati rangking
ke-3 dalam Negara terkorup di dunia. Hal ini sangat mencoreng nama bangsa
Indonesia sebagai Negara yang memiliki kekayaan lebih.

Saat ini,korupsi di Indonesia sudah mencapai puncaknya,setiap pejabat tinggi


yang di periksa,pasti terlibat korupsi. Jika hal ini tidak di tanggapi dengan serius
maka Negara Indonesia tidak akan mencapai puncak emas seperti yang di cita
cita kan dalam penukaan undang undang dasar 1945.

Korupsi dapat terjadi didalam berbagai bidang mulai dari bidang


politik,pendidikan maupun kesehatan. Maka dari itu penulis akan membahas
tentang hal-hal yang berhubungan dengan sikap-sikap korupsi yang terjadi di
bidang kesehatan khususnya keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Korupsi ?
2. Apa saja Ciri-ciri dan Faktor penyebab korupsi ?
3. Bagaimana sikap korupsi dalam bidang keperawatan?
4. Bagaimana pencegahan korupsi dalam bidang keperawatan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dan faktor penyebab korupsi.
3. Untuk mengetahui sikap-sikap korupsi dalam bidang keperawatan.
4. Untuk mengetahui pencegahan korupsi dalam bidang keperawatan.

1
BAB II

Pembahasan

2.1 Pengertian Korupsi


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, korupsi
didefinisikan lebih spesifik lagi yaitu penyelewengan atau penyalahgunaan
uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dsb.) untuk keuntungan
pribadi atau orang lain.
Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata
bahasa Indonesia, adalah kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak
bermoral, kebejatan dan ketidakjujuran (S. Wojowasito-WJS
Poerwadarminta: 1978).
Pengertian lainnya, perbuatan yang buruk seperti penggelapan
uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya (WJS Poerwadarminta:
1976).
Jadi Korupsi adalah tindakan menguntungkan diri sendiri dan
orang lain yang bersifat busuk, jahat, dan merusakkan karena merugikan
negara dan masyarakat luas. Pelaku korupsi dianggap telah melakukan
penyelewengan dalam hal keuangan atau kekuasaan, pengkhianatan
amanat terkait pada tanggung jawab dan wewenang yang diberikan
kepadanya, serta pelanggaran hukum.

Pengertian korupsi menurut para ahli :

Henry Campbell Black, korupsi diartikan sebagai an act done with


an intent to give some advantage inconsistent with official duty and the
rights of others, (terjemahan bebasnya : suatu perbuatan yang dilakukan
dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak sesuai
dengan kewajiban resmi dan hak-hak dari pihak lain).
Menurut Black adalah perbuatan seseorang pejabat yang secara
melanggar hukum menggunakan jabatannya untuk mendapatkan suatu
keuntungan yang berlawanan dengan kewajibannya

2
S Hornby istilah korupsi diartikan sebagai suatu pemberian atau
penawaran dan penerimaan hadiah berupa suap (the offering and accepting
of bribes), serta kebusukan atau keburukan (decay).
David M. Chalmer menguraikan pengertian korupsi dalam
berbagai bidang, antara lain menyangkut masalah penyuapan yang
berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi dan menyangkut
bidang kepentingan umum.
Wertheim yang menggunakan pengertian yang lebih spesifik.
Menurutnya, seorang pejabat dikatakan melakukan tindak pidana korupsi,
adalah apabila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan
memengaruhinya agar mengambil keputusan yang menguntungan
kepentingan si pemberi hadiah. Kadang kadang pengertian ini juga
mencakup perbuata menawarkan hadiah, atau bentuk balas jasa yang lain.
Robert Klitgaard memahami bahwa korupsi ada manakala
seseorang secara tidak halal meletakkan kepentingan pribadi di atas
kepentingan rakyat, serta cita-cita yang menurut sumpah akan dilayaninya.
Korupsi muncul dalam banyak bentuk dan membentang dari soal sepele
sampai pada soal yang amat besar. Korupsi dapat menyangkut
penyalahgunaan instrument-instrument kebijakan seperti soal tarif, pajak,
kredit, sistem irigasi, kebijakan perumahan, penegakan hukum, peraturan
menyangkut keamanan umum, pelaksanaan kontrak, pengambilan
pinjaman dan sebagainya. Di samping itu, ditegaskan pula bahwa korupsi
itu dapat terjadi tidak saja di sektor pemerintahan, tapi juga di sektor
swasta, bahkan sering terjadi sekaligus di kedua sektor tersebut.
John A Gardiner dan David J Olson dalam bukunya Theft of the
City, korupsi menyangkut segi segi moral, sifat dan keadaan yang
busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintahan, penyelewengan
kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, faktor ekonomi dan politik,
serta penempatan keluarga dan klik, golongan ke dalam kedinasan
dibawah kekuasaan jabatannya.
David H Baley mengatakan, korupsi sementara dikaitkan dengan
penyuapan adalah suatu istilah umum yang meliputi penyalahgunaan

3
wewenang sebagai akibat pertimbangan keuntungan pribadi yang tidak
selalu berupa uang. Batasan yang luas dengan titik berat pada
penyalahgunaan wewenang memungkinkan dimasukkannya penyuapan,
pemerasan, penggelapan, pemanfaatan sumber dan fasilitas yang bukan
milik sendiri untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan nepotisme ke
dalam korupsi.

2.2 Ciri-ciri dan Faktor Penyebab Korupsi


2.2.1 Ciri-ciri Korupsi
Ciri ciri korupsi, Syed Hussein Alatas memberikan ciri-ciri
korupsi, sebagai berikut :
(1) Ciri korupsi selalu melibatkan lebih dari dari satu orang. Inilah
yang membedakan antara korupsi dengan pencurian atau
penggelapan.
(2) Ciri korupsi pada umumnya bersifat rahasia, tertutup terutama
motif yang melatarbelakangi perbuan korupsi tersebut.
(3) Ciri korupsi yaitu melibatkan elemen kewajiban dan
keuntungan timbal balik. Kewajiban dan keuntungan tersebut
tidaklah selalu berbentuk uang.
(4) Ciri korupsi yaitu berusaha untuk berlindung dibalik
pembenaran hukum.
(5) Ciri korupsi yaitu mereka yang terlibat korupsi ialah mereka
yang memiliki kekuasaan atau wewenang serta mempengaruhi
keputusan-keputusan itu.
(6) Ciri korupsi yaitu pada setiap tindakan mengandung penipuan,
biasanya pada badan publik atau pada masyarakat umum.
(7) Ciri korupsi yaitu setiap bentuknya melibatkan fungsi ganda
yang kontradiktif dari mereka yang melakukan tindakan tersebut.

4
(8) Ciri korupsi yaitu dilandaskan dengan niat kesengajaan untuk
menempatkan kepentingan umum di bawah kepentingan pribadi.

2.2.2 Faktor Penyebab Korupsi

1. FAKTOR POLITIK

Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi.


Hal ini dapat dilihat ketika terjadi instabilitas politik, kepentingan
politis para pemegang kekuasaan, bahkan ketika meraih dan
mempertahankan kekuasaan.
Perilaku korup seperti menyuap, politik uang merupakan
fenomena yang sering terjadi. Menurut Susanto korupsi pada level
pemerintahan adalah dari sisi penerimaan, pemerasan uang suap,
pemberian perlindungan, pencurian barang-barang publik untuk
kepentingan pribadi, tergolong korupsi yang disebabkan oleh
konstlelasi politik (Susanto: 2002).
Penelitian James Scott (Mochtar Masoed: 1994)
mendeskripsikan bahwa dalam masyarakat dengan ciri
pelembagaan politik eksekutif dimana kompetisi politik dibatasi
pada lapisan tipis elit dan perbedaan antar elit lebih didasarkan
pada klik pribadi dan bukan pada isi kebijakan, yang terjadi
umumnya desakan kulturan dan struktural untuk korupsi itu betul-
betul terwujud dalam tindakan korupsi pada pejabatnya.
Robert Klitgaard (2005) menjelaskan bahwa proses
terjadinya korupsi dengan formulasi M+D-A=C. Simbol M adalah
monopoly, D adalah discretionary (kewenangan), A adalah
accountability (pertanggungjawaban). Penjelasan atas simbol
tersebut dapat dikatakan bahwa korupsi adalah hasil dari adanya
monopoli (kekuasaan) ditambah dengan kewenangan yang begitu
besar tanpa pertanggung -jawaban.
2. FAKTOR HUKUM

5
Faktor hukum dapat dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari
aspek perundang-undangan dan sisi lain lemahnya penegakan
hukum.
Penyebab keadaan ini sangat beragam, namun yang dominan
adalah: Pertama, Tawar-menawar dan pertarungan kepentingan
antara kelompok dan golongan di parlemen, sehingga muncul
aturan yang bias dan diskriminatif. Kedua, praktik politik uang
dalam pembuatan hukum berupa suap menyuap, utamanya
menyangkut perundang-undangan dibidang ekonomi dan bisnis.
Akibatnya timbul peraturan yang elastis dan multi tafsir serta
tupang-tindih dengan aturan lain sehingga mudah dimanfaat untuk
menyelamatkan pihak-pihak pemesan.
Selaras dengan hal itu Susila (dalam Hamzah: 2004)
menyebut tindakan korupsi mudah timbul karena ada kelemahan di
dalam peraturan perundang-undangan, yang mencakup: adanya
peraturan perundang-undangan yang bermuatan kepentingan
pihak-pihak tertentu, kualitas peracuran perundang-undangan
kurang memadai, peraturan kurang disosialisasikan, sanksi yang
terlalu ringan, peraturan sanksi yang tidak konsisten dan pandang
bulu, lemahnya lembaga evaluasi dan revisi peraturan perundang-
undangan.
Kenyataan bahwa berbagai produk hukum di masa Orde
Baru sangat ditentukan oleh konstelasi politik untuk
melanggengkan kekuasaan di era Reformasi pun ternyata masih
sajaterjadi. Banyak produk hukum menjadi ajang perebutan
legitimasi bagi berbagai kepentingan kekuasaan politik, untuk
tujuan mempertahankan dan mengakumulasi kekuasaan.
Dari beberapa hal yang disampaikan, yang paling penting
adalah budaya sadar akan aturan hukum. Dengan sadar hukum,
maka masyarakat akan mengerti konsekuensi dari apa yang ia
lakukan. Kemampuan lobi kelompok kepentingan dan pengusaha
terhadap pejabat publik dengan menggunakan uang sogokan.,

6
hadiah, hibah dan berbagai bentuk pemberian yang mempunyai
motif koruptif, masyakat hanya menikmati sisa-sisa hasil
pembangunan.
Fakta ini memperlihatkan bahwa terjadinya korupsi sangat
mungkin karena aspek peraturan perundang-undangan yang lemah
atau hanya menguntungkan pihak tertentu saja. Disamping tidak
bagusnya produk hukum yang dapat menjadi penyebab terjadinya
korupsi, praktik penegakan hukum juga masih dilihat berbagai
permasalahan yang menjauhkan hukum dari tujuannya. Secara
kasat mata, publik dapat melihat banyak kasus yang menunjukkan
adanya diskriminasi dalam proses penegakan hukum termasuk
putusan-putusan pengadilan.
3. FAKTOR EKONOMI
Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab
terjadinya korupsi. Hal ini dapat dijelaskan dari pendapatan atau
gaji yang tidak mencukupi kebutuhan. Selain rendahnya gaji atau
pendapatan, banyak aspek ekonomi lain yang menjadi penyebab
terjadinya korupsi, di antaranya adalah kekuasaan pemerintah yang
disatukan dengan faktor kesempatan bagi pegawai pemerintah
untuk memenuhi kekayaan mereka dan kroninya.
Terkait faktor ekonomi dan terjadinya korupsi, banyak
pendapat menyatakan bahwa kemiskinan merupakan akar masalah
korupsi. Pernyataan tidak benar sepenuhnya, sebab banyak korupsi
yang dilakukan oleh pemimpin Asia dan Afrika, dan mereka tidak
tergolong orang miskin. Dengan demikian korupsi bukan
disebabkan oleh kemiskinan, tapi justru sebaliknya, kemiskinan
disebakan oleh korupsi (Pope: 2003)
4.FAKTOR ORGANISASI
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi yang luas,
termasuk sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat.
Organisasi yang menjadi korban korupsi atau dimana korupsi

7
terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena membuka
peluang atau kesempatan untuk melakukan korupsi.
Aspek-aspek terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi
meliputi: kurang adanya teladan dari pemimpin, tidak adanya
kultur organisasi yang benar, sistem akuntabilitas dalam instansi
kurang memadai, manajemen cenderung menutupi didalam
organisasinya.
Di banyak negara berkembang muncul pandangan bahwa
korupsi adalah akibat dari perilaku-perilaku yang membudaya.
Anggapan ini lama-lama akan berubah jika uang pelicin yang
diminta semakin besar, atau konsumen tahu bahwa kelangkaan
yang melandasi uang semir sengaja diciptakan atau justru prosedur
dan proses yang lebih baik bisa diciptakan.

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PENYEBAB


KORUPSI
Dari beberapa uraian diatas, tindak korupsi pada dasarnya
bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri. Perilaku korupsi
menyangkut beberapa hal yang bersifat kompleks. Faktor-faktor
penyebabnya bisa dari internal pelaku-pelaku korupsi, tapi bisa
juga berasal dari situasi liungkungan ytanng kondusif bagi seorang
untuk melakukan korupsi. Dengan demikian secara garis besar
penyebab korupsi dapat di kelompokkan menjadi dua yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.

FAKTOR INTERNAL, MERUPAKAN FAKTOR PENDORONG


KORUPSI DARI DALAM DIRI, YANG DAPAT DIRINCI
MENJADI:
Aspek Perilaku Individu
Sifat tamak/rakus manusia
Moral yang kurang kuat
Gaya hidup konsumtif

8
Aspek Sosial

FAKTOR EKSTERNAL, PEMICU PERILAKU KORUP YANG


DISEBABKAN OLEH FAKTOR DI LUAR DIR PELAKU.
Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak
korupsi yang dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi .
akibat sikap menutup ini pelanggaran korupsi justru terus berjalan
dengan berbagai bentuk. Oleh karena itu sikap masyarakat yang
berpotensi menyuburkan tindak korupsi terjadi karena:
Nilai-nilai di masyakat kondusif untuk terjadinya korupsi.
Korupsi bisa ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya,
masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang
dimilikinya.
Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi
adalah masyarkata sendiri. Anggapan umum terhadap peristiwa
korupsi, sosok yang paling dirgikan adalah negara. Padahal bila
negara merugi, esensinya yang paling rugi adalah masyarakat juga.
Masyarakat kurang menyadari dirinya terlibat korupsi.
Setiap perbuatan korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal
ini kuurang disadari oleh masyarakat.
Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa
dicegah dan diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda
pencegahan dan pemberantasan. Pada umumnya masyarakat
berpandangan bahwa masalah korupsi adalah tanggungjawab
pemerintah semata.
Aspek ekonomi
Pendapatan tidak menutupi kebutuhan. Dalam tentang
kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak
dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka peluang bagi
seseorang untuk mengambil jalan pintas diantaranya dengan
melakukan korupsi.

9
Aspek Politis
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu
proses yang dulakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar
bertingkah laku unuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah
laku sesuai harapan masyarakat. Dengan demikian instabilitas
politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan
kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi.
Aspek Organisasi
Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
Tidak adanya kultur organisasi yang benar
Kurang memadainya sistem akuntabilitas
Kelemahan sistem pengendalian manajemen
lemahnya pengawasan

2.3 Sikap-sikap Korupsi dalam Bidang Keperawatan


Hal-hal yang berhubungan dalam sikap korupsi pada seorang
perawat yaitu:
(a). Tidak mengerjakan kewajibannya sama sekali; dalam konteks
ini apabila seorang perawat tidak mengerjakan semua tugas dan
kewenangan sesuai dengan fungsi, peran, maupun tindakan
keperawatan.
(b). Mengerjakan kewajiban tetapi terlambat; dalam hal ini apabila
kewajiban sesuai fungsi tersebut dilakukan terlambat yang
mengakibatkan kerugian pada pasien. Contoh kasus seorang
perawat yang tidak membuang kantong urine pasien dengan kateter
secara rutin setiap hari. Melainkan 2 hari sekali dengan ditunggu
sampai penuh. Sehingga dari tindakan tersebut mengakibatkan
pasien mengalami infeksi saluran kencing (ISK) dari kuman yang
berasal dari urine yang tidak dibuang.

10
(c). Mengerjakan kewajiban tetapi tidak sesuai dengan yang
seharusnya; suatu tugas yang dikerjakan asal-asalan. Sebagai
contoh seorang perawat yang mengecilkan aliran air infus pasien di
malam hari, tidak siap tanggap menjaga pasien rawat inap yang
dalam penjagaan dan tanggungjawabnya di malam hari hanya
karena tidak mau terganggu istirahatnya.
2.4 Pencegahan korupsi dalam bidang kesehatan

Pencegahan lebih baik dibanding dengan Pengobatan. Oleh


karena itu, diperlukan pencegahan korupsi di sektor kesehatan
melalui berbagai cara, antara lain:
1. Pembangunan karakter tenaga kesehatan, pimpinan
pemerintahan dan politik, serta konsultan, yang dimulai sejak masa
kecil;

2. Rekrutmen pimpinan lembaga kesehatan dan rumah sakit dan


serta SDMnya harus dilakukan secara baik ,dan transparan;

3. Pendampingan kegiatan yang potensi korupsi sejak awal


perencanaan, terutama pada proyek-proyek di sektor kesehatan
yang rentan menjadi proyek yang dapat dirancang untuk dikorupsi;

4. Cermat dalam melakukan kegiatan, termasuk administrasi


perkantoran;

5. Dokter, tenaga kesehatan, manajer RS harus memahami


peraturan dan perundangan mengenai korupsi melalui pendidikan
dan pelatihan

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korupsi adalah tindakan menguntungkan diri sendiri dan
orang lain yang bersifat busuk, jahat, dan merusakkan karena
merugikan negara dan masyarakat luas. Pelaku korupsi dianggap
telah melakukan penyelewengan dalam hal keuangan atau
kekuasaan, pengkhianatan amanat terkait pada tanggung jawab dan
wewenang yang diberikan kepadanya, serta pelanggaran hukum.
Dan salah satu penyebab dari korupsi ini adalah sifat
manusia yang kurang puas atau rakus, mempunyai sifat yang
konsumtif dan adanya kesempatan untuk melakukan korupsi
tersebut.

3.2 Saran
Korupsi ini bersifat jahat karena merugikan orang
banyakdan negara. Orang yang melakukan korupsi ini akan diberi
hukuman penjara dan denda. Seharusnya kita dapat menahan diri
untuk tidak melakukan hal ini, seperti dengan menguatkan iman
atau mendekatkan diri pada Allah SWT agar negara kita ini dapat
terhindar dari semua permasalahan korupsi agar terciptanya negara
yang aman dan makmur.

12

Anda mungkin juga menyukai