4256 - CSS Ulkus Aftosa
4256 - CSS Ulkus Aftosa
ULKUS AFTOSA
Oleh :
Preseptor :
dr. Novialdi, Sp.THT-KL(K)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan
Aftosa. Referat ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
sebagai preseptor. Penulis menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan,
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
membaca demi kesempurnaan referat ini. Penulis juga berharap referat ini dapat
Aftosa terutama bagi diri penulis dan bagi rekan-rekan sejawat lainnya.
Penulis
I
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN
2.2.1 Definisi 6
2.2.2 Epidemiologi 7
2.2.4 Klasifikasi 11
2.2.6 Diagnosis 13
2.2.9 Tatalaksana 16
2.2.10 Komplikasi 18
II
2.2.11 Prognosis 18
3.1 Kesimpulan 19
3.2 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
III
DAFTAR GAMBAR
IV
DAFTAR TABEL
V
BAB 1
PEBDAHULUAN
aphthous recurrent (SAR) atau canker sores merupakan lesi mukosa oral yang
paling sering terjadi.1 Ulkus aftosa adalah lesi yang sering terjadi pada mukosa
mulut, terjadi secara berulang, multipel, berukuran kecil atau ulkus yang lebih
besar, dan memiliki dasar kuning serta terdapat halo eritematos disekeliling ulkus,
Prevalensi ulkus aftosa adalah 25% dari seluruh populasi di dunia. Insiden
prevalensi Ulkus aftosa adalah 4%.3 Pada pasien dengan ulkus aftosa sebanyak
80% terjadi pada usia kurang dari 30 tahun.4 Etiologi ulkus aftosa hingga saat ini
masih tidak diketahui dengan pasti. Terdapat beberapa faktor yang dianggap
lain-lain.2
Ulkus aftosa merupakan penyakit yang relatif ringan karena tidak bersifat
membahayakan jiwa dan tidak menular, namun bagi sebagian orang ini sangat
Pada umumnya pasien ulkus aftosa tidak memerlukan terapi karena sifat
1
rasa sakit sehingga memungkinkan asupan makanan yang adekuat, mengurangi
mencegah rekurensi.6
mandiri dan tuntas. Oleh karena itu, penulis tertarik mengangkat topik ini sebagai
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Rongga mulut merupakan sebuah bagian tubuh yang terdiri dari: lidah
bagian oral (dua pertiga bagian anterior dari lidah), palatum durum (palatum
keras), dasar dari mulut, trigonum retromular, bibir, mukosa bukal, alveolar
ridge, dan gingiva. Tulang mandibula dan maksila adalah bagian tulang yang
Rongga oral adalah jalan masuk sistem pencernaan dan berisi organ
aksesoris yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Rongga oral utama
dibatasi oleh gigi dan gusi di anterior, palatum durum dan palatum mole di bagian
3
Gambar 2.2 Cavum oral9
anterior dari atap rongga mulut dan palatum mole di bagian posterior atap ronga
mulut. Palatum durum merupakan sekat yang terbentuk dari tulang yang
memisahkan antara rongga mulut dan rongga hidung. Palatum durum dibentuk
oleh tulang maksila dan tulang palatin yang dilapisi oleh membran mukosa.
4
bagian orofaring dan nasofaring. Palatum mole terbentuk dari jaringan otot yang
sama halnya dengan paltum durum, juga dilapisi oleh membran mukosa.7
Secara anatomi, bibir dibagi menjadi dua bagian yaitu bibir bagian atas
dan bibir bagian bawah. Bibir bagian atas terbentang dari dasar hidung pada
bagian superior sampai ke lipatan nasolabial pada bagian lateral dan batas bebas
dari sisi vermilion pada bagian inferior. Bibir bagian bawah terbentang dari
bagian atas sisi vermilion sampai ke bagian komisura pada bagian lateral dan ke
orbikularis oris, dan membran mukosa yang tersusun dari bagian superfisial
tersusun atas epitel pipih yang tidak terkeratinasi. Epitel-epitel pada bagian ini
melapisi banyak pembuluh kapiler sehingga memberikan warna yang khas pada
banyak kelenjar liur minor. Folikel rambut dan kelejar sebasea juga terdapat pada
bagian kulit pada bibir, namun struktur tersebut tidak ditemukan pada bagian
vermilion.7,8
Lidah merupakan organ muskular yang aktif. Dua pertiga bagian depan
yang berguna untuk perasa. Ada 4 papila di lidah, yaitu papila filiformis, papila
fungiformis, papila foliata dan papila sirkumfalata. Setiap bagian lateral dari lidah
memiliki komponen otot-otot ekstrinsik dan intrinsik yang sama. Otot ekstrinsik
lidah terdiri dari otot hyoglossus, otot genioglossus dan otot styloglossus
5
longitudinalis inferior, otot transversus linguae, dan otot verticalis linguae. Otot
lidah dipersarafi oleh saraf lingualis dan saraf glosofaringeus pada 1/3 lidah
bagian belakang. Korda timpani mempersarafi cita rasa pada lidah di 2/3 bagian
depan, sedangkan saraf glosofaringeus mempersarafi cita rasa pada lidah di 1/3
belakang.7,8
2.2.1. Definisi
terjadi pada mukosa mulut yang biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan
permukaan yang agak cekung. Bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun
kelompok. Stomatitis yang terjadi berulang pada rongga mulut disebut Reccurent
Apthous Stomatitis (RAS).3,7 Manifestasi klinis dari RAS adalah ulser tunggal
atau multipel, dangkal, bulat, lonjong dan sakit. Hipotesis dari terjadinya RAS
6
karena alergi, faktor genetik, kekurangan nutrisi, kelainan hematologi, hormonal,
2.2.2. Epidemiologi
dengan prevalensi kejadian di dunia sekitar 20%.2 Negara dengan prevalensi ulkus
aftosa tertinggi yaitu Perancis Selatan dan Amerika Selatan dengan angka
kejadian terbanyak pada wanita dewasa muda. Di Amerika Serikat angka kejadian
kejadian lebih rendah terjadi pada perokok dan pada orang dengan status sosial
ekonomi tinggi.10
Sampai saat ini, etiologi ulkus aftosa masih belum diketahui dengan pasti.
Ulser bukan karena satu faktor saja tetapi multifaktorial yang memungkinkannya
berkembang menjadi ulkus. Ulkus aftosa biasanya pertama kali muncul di masa
kecil dan mereda pada dekade ketiga kehidupan. Ada beberapa faktor-faktor
1. Genetik
Penelitian melaporkan bahwa 30% - 40% dari pasien dengan ulkus aftosa
mempelajari 1.303 anak -anak dari 530 keluarga dan menunjukkan bahwa
anak-anak dari orang tua yang positif ulkus aftosa memiliki predisposisi
anak yang orang tuanya ulkus aftosa positif memiliki 90% kesempatan
untuk terkena ulkus aftosa, sementara anak-anak dari orang tua yang sehat
7
hanya memiliki 20% kemungkinan untuk terkena penyakit ini. Faktor
2. Trauma
Ulkus dapat terbentuk pada daerah bekas terjadinya luka penetrasi akibat
sekelompok ulkus terjadi setelah adanya trauma ringan pada mukosa mulut.
Umumnya ulkus terjadi karena tergigit saat berbicara, kebiasaan buruk, atau
3. Gangguan imunologi
Tidak ada teori yang seragam tentang adanya imunopatogenesis dari ulkus
lokal pada mukosa. Respon imun itu berupa aksi sitotoksin dari limfosit dan
ulkus aftosa. Menurut Martinez dkk, pada ulkus aftosa terdapat adanya
8
4. Alergi makanan
ulkus aftosa. Dalam uji kasus, terbukti efektivitas diet eliminasi pada pasien
dengan tersangka atau alergi makanan yang dicurigai, seperti alergi untuk
susu sapi, keju, biji-bijian dan telur. Telah terbukti bahwa 33,3% pasien
ulkus aftosa menunjukkan reaksi alergi positif terhadap vanillyn. Selain itu
juga terbukti bahwa Sodium lauril sulfat (SLS) yaitu deterjen yang ada di
dalam pasta gigi, juga disebutkan sebagai salah satu agen penyebab
5. Psikologis
lingkungan yang terjadi terus menerus yang berpengaruh terhadap fisik dan
emosi. Stres dinyatakan merupakan salah satu faktor yang berperan secara
Faktor nutrisi lain yang berpengaruh pada timbulnya ulkus aftosa adalah
kekurangan zat besi serum, asam folat atau vitamin B12, dan seng
75% pasien dengan ulkus aftosa, perbaikan klinis setelah diberikan terapi
9
memberikan hasil yang cukup baik, yaitu ulserasi sembuh dan rekuren
berkurang.
7. Ketidakseimbangan hormon
Pada wanita, sering terjadinya ulkus aftosa di masa pra menstruasi bahkan
yang berlebihan terhadap jaringan mulut dan rentan terhadap iritasi lokal
diderita dan perlu dilakukan evaluasi serta pengujian oleh dokter. Beberapa
9. Obat obatan
10
Penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID), beta blockers, agen
seseorang pada resiko yang lebih besar untuk terjadinya ulkus aftosa.
2.2.4. Klasifikasi
Ulkus aftosa diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu tipe minor, tipe mayor,
tipe herpetiform.
11
2.2.5. Gejala Klinis
Gejala klinis ulkus aftosa penting untuk diketahui karena tidak ada metode
ulkus aftosa. Ulkus aftosa diawali gejala prodormal yang digambarkan dengan
rasa sakit dan terbakar selama 24-48 jam sebelum terjadi ulser. Ulser ini
aftosa. Pada waktu prodromal, pasien akan merasakan sensasi mulut terbakar
2. Tahap pre-ulserasi, terjadi pada 18-72 jam pertama perkembangan lesi ulkus
aftosa. Pada tahap ini, makula dan papula akan berkembang dengan tepi
ini.
3. Tahap ulseratif akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu. Pada
tahap ini papula-papula akan berulserasi dan ulser itu akan diselaputi oleh
berkurang.
4. Tahap penyembuhan, terjadi pada hari ke - 4 hingga 35. Ulser tersebut akan
12
meninggalkan jaringan parut dimana lesi pernah muncul. Semua lesi
2.2.6. Diagnosis
Pada anamnesis biasanya pasien mengeluhkan rasa nyeri terbakar pada mulut 2-48
jam sebelum ulkus muncul. Perlu juga ditanyakan onset, durasi, frekuensi,
keluhan lain yang menyertai, riwayat mengalami hal yang sama sebelumnya.
kriteria dari ulkus aftosa dan apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan
Apabila pasien datang dengan keluhan adanya ulkus pada mulutnya, yang
Dimanakah lokasi ulkus tersebut? (Pada ulkus akibat trauma, umumnya pada
Berapa lama durasi dari ulkus tersebut? (Pada ulkus dengan kausa lokal,
Apakah ulkus tersebut setelah diobati dapat muncul kembali (rekuren atau
ditanyakan riwayat pasien sebelum dan selama timbulnya ulkus, sebagai berikut:3
13
Riwayat trauma:
Tergigit secara tidak sengaja Pada pasien yang mengalami trauma kronis,
Paparan dengan benda panas (makanan atau cairan panas), bahan kimia
(menahan obat kumur di dalam mulut dalam waktu yang lama), dan radiasi
Penggunaan aplikasi orthodontis, paling sering gigi palsu, terutama yang baru
Riwayat merokok
imunosupresan
Riwayat keganasan:
Apakah ditemukan pada bagian tubuh yang lain seperti kulit atau genital?
14
2.2.7. Diagnosis Banding
1. Kandidiasis oral
rongga mulut, kandida albikan dapat melekat pada mukosa labial, mukosa
2. Traumatic ulcer
Lesi pada ulkus apthosa baisanya berbentuk bulat atau oval dan biasanya
mengenai mukosa non keratin seperti bukal dan labial, sedangkan pada
tarumatic ulcer irreguler dan dapat mengenai palatum, gingiva, dan lidah.
3. Behcets Syndrome
Secara klasik digambarkan sebagai trias gejala yang meliputi ulcer oral
rekuren, ulser genital rekuren, dan lesi pada mata. Behcets syndrome
pembuluh darah kecil dan sedang dan inflamasi dari epitel yang
Infeksi herpes rekuren dalam rongga mulut muncul pada pasien yang
15
5. Erytema Multiforme
membran mukosa yang menyebabkan berbagai macam lesi kulit. Lesi pada
tuberkulosis, dermatosis)
sistemik lainnya.
mikroba dicurigai.
terjadi indurasi, terdapat lesi di kulit lainnya ataupun terkait dengan lesi
sistemik.11
2.2.9. Tatalaksana
Tatalaksana yang baku untuk pengobatan ulkus aftosa belum ada karena
etiologi pasti belum diketahui. Tujuan dari terapi atau tatalaksana pasien ulkus
dapat diberikan secara topikal maupun sistemik disesuaikan dengan tipe ulkus
16
aftosa. Untuk memudahkan penatalaksaan, dapat dibagi ulkus aftosa menjadi tiga
tipe.11,12
Pada tipe pertama, ulkus aftosa/ episode ulkus aftosa yang terjadi hanya
beberapa hari (<3hari) dan terjadi hanya beberapa kali dalam setahun. Pada tipe
ini, gejala nyeri tidak menonjol. Terapi farmakologis tidak dibutuhkan dan hanya
Pada tipe kedua, ulkus aftosa terjadi selama 3-10 hari dan terjadi hampir
setiap bulan. Pada tipe ini, selain menghindari faktor predisposisi dapat diberikan
juga cuci mulut Chlorhexidine atau Dexamethasone 0,05 mg/mL. Pilihan lain
Pada tipe ketiga, ulkus terjadi hampir terus-menerus dan disertai nyeri.
Pada tipe ini diberikan pengobatan oral kortikosteroid jika pengobatan topikal
Terapi bisa diberikan untuk mengurangi faktor resiko yang terjadi pada,
seperti pemberian preparat besi untuk yang memiliki gejala anemia defisiensi besi,
vitamin B-12, dan asam folat yang mana bisa diberikan di pelayanan primer.
Saran dari klinisi pelayanan primer untuk menjaga kebersihan mulut, mengurangi
17
2.2.10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada ulkus aftosa yaitu stomatitis aftosa
aftosa mayor (cancer sores) dapat menyebabkan timbulnya scar oral. Lesi yang
AIDS yang resisten terhadap terapi steroid topikal, sehingga diberikan steroid
sistemik yang memiliki efek samping lebih tinggi, seperti terjadinya infeksi
opportunistik.15
2.2.11. Prognosis
Penyebab infeksius ulkus afatosa biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan, atau
penyebab tersebut.
18
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
aphthous recurrent (SAR) atau canker sores merupakan lesi mukosa oral yang
paling sering terjadi.1 Ulkus aftosa adalah lesi yang sering terjadi pada mukosa
mulut, terjadi secara berulang, multipel, berukuran kecil atau ulkus yang lebih
besar, dan memiliki dasar kuning serta terdapat halo eritematos disekeliling ulkus,
diberikan terapi steroid, disertai terapi untuk mengurangi gejala, terapi penunjang,
dan edukasi kepada pasien untuk menghindari faktor resiko. Komplikasi yang
sering terjadi adalah ulkus aftosa rekuren dan keganasan (malignancy), timbulnya
scar pada ulkus aftosa mayor, dehidrasi, defisiensi nutrisi, dan infeksi
opportunistik.
19
3.2 Saran
mengetahui dan bisa menatalaksana ulkus aftosa yang paling sering terjadi
diberikan.
20
Daftar Pustaka
1. Mirowski GW. Aphthous stomatitis. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1075570-overview diakses tanggal
14 Oktober 2017
2. Tarakji B, Giath G, Sadeq A.A.M. Et.al (2015). Guideline for the
Diagnosis and Treatment of Recurrent Aphthous Stomatitis for Dental
Practitioners. Journal of International Oral Health. 7(5):74-80.
3. Paleri, Vinidh., dkk (2010). Evaluation Of Oral Ulceration In Primary
Care. UK: British Medical Journal 5 Juni 2010 Volume 340.
4. Crispian S, Meir G, Francina L.N (2005). The Diagnosis and Management
of recurrent aphthous stomatitis. American Dental Associaton. JADA,
vol.134. February
5. Gandolfo S, Scully C, Carrozzo M (2005). Oral Medicine. Edinburg. New
York. Oxford. St Louis. Sydney Toronto: Churchill livingstone.
6. Wulandari E.A.T, Titiek S (2008). Tatalaksana sar minor untuk
mengurangi rekurensi dan keparahan (laporan kasus). Indonesian Journal
of Dentistry; 15 (2): 147-154.
7. Scully, C dan Felix, D.H (2015). Aphthous And Other Common Ulcers.
UK: British Dental Journal. Volume 199 No. 5.
8. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi (2004). Edisi I. EGC Jakarta
9. Paulsen F, Waushcke J (2011).Sobotta Atlas of Human Anatomy Latin
Nomenclatur. Vol 3. Ed 15th. Elsevier Urban & Fisher: Munich
10. Gandolfo S, Scully C, Carrozzo M (2005). Oral Medicine. Edinburg. New
York. Oxford. St Louis. Sydney Toronto: Churchill livingstone.
11. Scully, C., Gorsky, dan Lozada-Nur, F (2003). The Diagnosis And
Management Of Recurrent Aphthous Stomatitis: A Consensus Approach.
US: JADA.
12. Article R (2015) Guideline for the Diagnosis and Treatment of Recurrent
Aphthous Stomatitis for Dental Practitioners ;7(November 2014):74-80.
13. Gandolfo, Sergio dkk. Oral Medicine (2006) Ed ke-2. Churchill
Livingstone: Elsevier;1, 26-29.
14. Langlais RP MC (2012). Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang
Lazim. Jakarta: Hipokrates
15. Plewa C (2015). Aphthous ulcers follow up. USA: Medscape
16. Burkhard, Nancy (2009). Aphthous Ulcers. ProQuest: RDH Magazine.
21