MODALITAS RADIOLOGI
Gambar 3.1 Foto Polos Kepala Normal dari Proyeksi AP dan Lateral
42
43
abnormal. Hidrosefalus pada foto polos kepala akan memberikan gambaran ukuran
kepala yang lebih besar dari orang normal, pelebaran sutura, erosi dari sella tursica,
gambaran vena-vena kepala tidak terlihat dan memperlihatkan jarak antara tabula
eksterna dan interna menyempit. Selain itu, untuk kasus yang sudah lama sering
ditemukan gambaran impressiones digitate akibat peningkatan TIK. (27)
Pada foto polos kepala dapat menunjukkan erosi tulang penopang sekitar
tubercullum sellae atau copper beaten appearance ke bagian dalam calvarium.
Selain itu pada plain x-ray didaptkan gambaran tulang tipis disproporsi kraniofasial
dan sutura melebar.(16)
Gambar 3.2. Foto kepala pada anak dengan hidrosefalus.Tampak kepala yang
membesar kesemua arah. Namun, tidak terlihat vena-vena kepala pada foto diatas.
penetrasi oleh benda asing, atau trauma kepala pada anak-anak kurang dari 2
tahun,walaupun tanpa gejala neurologis. Pemeriksaan foto polos kepala untuk
melihat pergeseran (displacement) fraktur tulang tengkorak, tetapi tidak dapat
menentukan ada tidaknya perdarahan intrakranial. (23)
Garis sutura interna bersifat superimposisi pada sutura yang bergerigi,
sedangkan fraktur akan menyimpang dari itu di beberapa titik, dan pada hidrosefalus
gambaran sutura tampak melebar. (25)
b) Posisi objek:
(1) Tekan dagu, hingga Orbitomeatal Line (OML) tegak lurus terhadap
meja pemeriksaan. Jika pasien tidak kooperatif tekan leher pasien
sehingga Infraorbitomeatal Line (IOML) tegak lurus dengan meja
pemeriksaan. Tambahkan alat bantu radiolusent dibawah kepala jika
diperlukan
(2) Luruskan midsagital plane (MSP) terhadap sinar pusat sampai garis
tengah grid
(3) Pastikan kepala tidak ada rotasi
(4) Pastikan vertex tengkorak masuk luas lapangan sinar x
c) Sinar pusat:
(1) Sudutkan 300 terhadap OML atau 370 terhadap (IOML), jika dagu
pasien tidak memungkinkan untuk ditekan sehingga OML tegak lurus
terhadap kaset bahkan dengan alat bantu yang diletakkan di kepala,
maka IOML dapat di tempatkan tegak lurus terhadap kaset dengan
sinar pusat disedutkan 370 caudad. Sudut 300 antara OML dan kaset
untuk menampakkan gambaran anatomi yang sama.
(2) Titik bidik pada MSP 6,5 cm diatas glabella sampai melewati foramen
magnum
(3) Minimum Source image receptor distance (SID) 100 cm
d) Pernafasan
Pasien menahan nafas selama eksposi berlangsung
2) Proyeksi Lateral
Tujuan dilakukannya proyeksi lateral adalah untuk menampakkan patologi
fraktur, neoplasma dan osteitis, trauma rutine untuk menampakan tengkorak
kanan dan kiri, untuk mengambarkan udara pada sinus spenoid. Teknik
pemeriksaan cranium proyeksi lateral adalah sebagai berikut :
a) Posisi pasein:
Atur pasien dalam keadaan erect, recumbent semiprone
b) Posisi objek:
(1) Luruskan MSP sejajar dengan meja pemeriksaan
(2) Luruskan Interpupillary Line (IPL) tegak lurus dengan meja
pemeriksaan
46
(3) Fleksikkan leher hingga IOML tegak lurus terhadap tepi depan meja
pemeriksaan
c) Sinar pusat
(1) Arahkan sinar pusat tegak lurus kaset
(2) Titik bidik 5 cm superior EAM
(3) Minimum SID 100 cm
d) Pernafasan
Pasien tahan nafas selama ekposi berlangsung
f) Kriteria radiografi : Tampak cranium secara lateral, bagian dalam sella
tursica termasuk anterior dan posterior clinoid dan tampak dorsum sella.
3) Proyeki AP
Ketika pasien tidak dapat diposisikan PA dan AP axial proyeksi yang dapt
mengambarkan kreteria yang serupa adalah proyeksi AP. Tujuan dilakukannya
proyeksi AP adalah untuk menampakkan patologi fraktur, neoplasma dan
osteitis. teknik pemeriksaan cranium proyeksi AP adalah sebagai berikut :
a) Posisi pasien
Atur pasien dalam posisi supine
b) Posisi objek:
(1) Posisi pasien supine dengan MSP tubuh pada pertengahan kaset
diatas meja pemeriksaan
(2) Memastikan MSP kepala dan OML tegak lurus kaset
c) Sinar pusat:
(1) Pusat sinar tegak lurus kaset/pada glabela
(2) Minimum SID 100 cm
d) Pernafasan
Pasien tahan nafas selama ekposi berlangsung
f) Kreteria radiograf: kreteria radiograf proyeksi AP sama dengan proyeksi
PA. Tampak tulang frontal , crita galli, internal auditory canal, frontal
dan anterior sinus etmoid, dan sayap spenoid dan dorsum sella
4) Proyeksi PA
Tujuan dilakukannya proyeksi PA adalah untuk menampakkan patologi fraktur,
neoplasma dan osteitis. Teknik pemeriksaan cranium proyeksi PA adalah
sebagai berikut :
47
a) Posisi pasien
Atur pasien dalam posisi berdiri atau prone
b) Posisi objek:
(1) Letakkan hidung pasien dan dahi pada meja pemeriksaan
(2) Fleksikan leher sehingga OML tegak lurus terhadap kaset
(3) MSP tubuh diatur tepat dipertengahan kaset
c) Sinar pusat:
(1) Pusat sinar tegak lurus kaset/sejajar OML keluar pada glabela
(2) Minimum SID 100 cm
d) Pernafasan
Pasien tahan nafas selama ekposi berlangsung
f) Kreteria radiograf: Tampak tulang frontal , crita galli, internal auditory canal,
frontal dan anterior sinus etmoid, dan sayap spenoid dan dorsum sella
3.2 USG
Ultrasonography (USG) adalah pemeriksaan dalam bidang penunjang
diagnostik yang memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi yang tinggi
dalam menghasilkan imajing. (27)
Komponen Ultrasonografi terdiri atas:
1. Transduser
Tranduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang
akan diperiksa, seperti pada bagian kepala atau dinding perut. Di dalam
transduser terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan
gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang diterima masih
dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal
disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang
elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan
dalam bentuk gambar.
2. Monitor yang digunakan dalam USG
3. Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah
data yang diterima dalam bentuk gelombang.
48
3.3 CT-Scan
Computed tomography (CT) Scan merupakan alat diagnostik dengan teknik
radiografi yang menghasilkan gambar potongan tubuh secara melintang berdasarkan
penyerapan sinar-x pada irisan tubuh yang ditampilkan pada layar monitor TV
hitam putih. (27)
Computed tomography (CT) biasa juga disebut computerize axial
tomography (CAT), computer-assisted tomography, atau body section
roentgenography yang merupakan suatu proses yang menggunakan digital
processing untuk menghasilkan suatu gambaran internal tiga dimensi suatu obyek
dari satu rangkaian sinar x yang menghasilkan gambar dua dimensi. Kata
"tomography" diperoleh dari Yunani tomos (irisan) dan graphia (gambarkan).
Alat ini pada umumnya digunakan dalam dunia kedokteran sebagai alat
diagnostik dan sebagai pemandu untuk interventional prosedur. Kadang-Kadang
material seperti barium atau intravenous iodinated contrast dimasukkan ke tubuh
pasien yang berguna dalam mempermudah proses scanning seperti untuk melihat isi
perut atau bagian tubuh yang sukar untuk digambarkan dengan cara scanning.
Penggunaan contrast material dapat juga membantu khususnya guna memperoleh
informasi fungsional tentang jaringan/tisue pada tubuh pasien. (27)
Posisi Objek : Kepala hiperfleksi dan diletkkan pada head holder. Kepala
diposisikan sehingga mid sagital plane tubuh sejajar dengan lampu indikator
longitudinal dan interpupilary line sejajar dengan lampu indikator horizontal. Lengan
pasien diletakkan diatas perut atau disamping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan
dahi dan tubuh pasien sebaiknya difikasasi dengan sabuk khusus pada head holder
dan meja pemeriksaan. Lutut diberi pengganjal untuk kenyamanan pasien.
Potongan Axial V
Menggambarkan jaringan otak dalam ventrikel medial tiga. Kriteria gambar
yang tampak :
55
Gambar 3.9 Posisi irisan otak, irisan CT-Scan dan Jaringan Otak Potongan Axial V
Gambar 3.10 Posisi irisan otak, irisan CT-Scan dan Jaringan Otak Potongan Axial VII
a. Bola mata / occular bulb
b. Nervus optic kanan
c. Optic chiasma
d. Lobus temporal
e. Otak tengah
f. Cerebellum
g. Lobus oksipitalis
h. Air cell mastoid
i. Sinus ethmoid dan atau sinus sphenoid
57
Gambar 3.11 CT Scan kepala potongan axial pada pasien hidrosefalus komunikan,
tampak dilatasi pada sistem ventrikel dan disertai dengan brain atrofi.
3.4 MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran
penampang tubuh berdasarkan prinsp resonansi magnetic inti atom hydrogen. Teknik
penggambaran MRI relative kompleks karena gambaran yang dihasilkan tergantung
pada banyaknya parameter. Alat tersebut mempunyai kemampuan membuat
gambaran ptongan coronal, sagittal, aksial dan obliq tanpa banyak memanipulasi
tubuh pasien. (37)
Gambar 3.12 Anatomi deep gray matter A) MRI potongan axial menunjukkan nucleus
kaudatus (c), putamen (p), globus palidus (g), kornu anterior (panah hitam panjang) dan
kornu posterior (tanda panah hitam pendek) dari kapsula interna. Thalamus dan
periaqueductal gray matter membatasi ventrikel ketiga. Forniks anterior (asterisk) dan
komisura posterior (panah putih) serta pulvinar thalamic gray (Pu). B) Di bawah Thalamus
(T) tampak nucleus subthalamic (panah hitam) dan substansia nigra (panah putih).
Hippocampus (H) tampak di aspek lateral. Thalamus bergabung di midline pada massa
intermedia, terlihat kolumna forniseal (di bawah asterisk) di atas thalami.
58
Gambar 3.13 MRI kepala potongan axial, tampak dilatasi dari ventrikel.
Gambar 3.14 MRI kepala potongan sagital tampak obstruksi foramen luscha dan
magendie. Tampak dilatasi ventrikel lateralis dan quartus serta peregangan corpus
callosum.
3.4.3 Tipe-tipe MRI
MRI bila ditinjau dari tipenya terdiri dari : (37)
1. MRI yang memiliki kerangka terbuka (open gantry) dengan ruang yang
luas
60
resolusi yang tinggi dan kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan
CT-Scan dalam mendeteksi lesi-lesi patologis di daerah white matter.
2. MRI mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas.
3. Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi,
perfusi dan spektroskopi yang tidak dapat dilakukan dengan CT-Scan.
4. Mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa
merubah posisi pasien.
5. MRI tidak menggunakan radiasi pengion.
MRI tidak menggunakan sinar X, sehingga pasien tidak terpapar radiasi.
Namun, dalam pemeriksaan pasien harus berada dalam alat sekitar 30 menit
sehingga memerlukan waaktu yang cukup lama. Kadang dibutuhkan obat penenang
dan penjelasan yang baik untuk mengatasi kecemasan pasien. (27)
Selain yang tersebut diatas, keuntungan lain dari penggunaan MRI adalah :
Tidak terpapar oleh radiasi
Diferensiasi yang lebih baik antara abu-abu dan putih sehingga sangat baik pada
diagnosa beberapa penyakit neurologis
Gambaran lebih baik pada fossa posterior
Gambaran lebih baik pada medula spinalis
Visualisasi lebih baik secara noninvasif menggunakan MRI nonangiografi.
MRI bersasaran (targeted MRI) sebagai salah satu imaging molekuler
Molekuler imaging adalah karakterisasi dan pengukuran invivo proses biologis pada
tingkat molekuler dan seluler dimana teknik imaging ini mengajukan untuk
memprob abormalitas molekuler yang merupakan dasar penyakit dan bukan
menggambarkan efek akhir dari perubahan molekuler. Untuk membuat image
molekul spesifik in vivo beberapa kriteria kunci secara umum harus dipenuhi yaitu :
a. Ketersediaan probe afinitas tinggi dengan farmakodinamika yang reasonable
b. Kemampuan probe ini untuk mengatasi hambatan pengiriman biologis
(vaskuler, interstitiel, dan membran sel)
c. Pemakaian strategi amflipikasi (kimiawi dan biologis)
d. Ketersediaan teknik imaging yang sensitif, cepat dan beresolusi tinggi.
63