abstract
1. Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) masih tetap menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti India. TB pada anak membentuk sebuah kelompok yang signifikan
dengan penyakit ekstrapulmonal yang muncul pada sekitar 20% kasus yang positif. TB
kutis terhitung sebanyak 1.5% dari total kasus TB ekstrapulmonal.1 Di India prevalensi
TB kutis anak berkisar antara 18% hingga 54% dari berbagai studi kasus yang
dilaporkan.2 Di India timur, terdapat kekurangan dari penelitian pada TB kutis anak.
Selain itu, TB kutis memiliki spektrum klinis yang luas dan munculan atipikal yang
bervariasi menyerupai kelainan kulit yang lain dengan bukti non sugestif-histopatologi
dan mikrobiologi sehingga sangat penting bagi dokter untuk mendiagnosa kasus seperti
itu lebih awal dan memulai terapi dengan anti-tubercular therapy (ATT). Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi profil klinis dari TB kutis anak di pusat
pelayanan kesahatan tersier di India timur.2
Sebuah studi prospektif dilakukan di Departemen Kulit & Kelamin dan Pediatri, Rumah
Sakit IMS & HUM, Bhubaneswar, Odisha, untuk jangka waktu 5 tahun dari tahun 2009
hingga 2013. Semua kasus TB kulit diidentifikasi. Pasien TB kutis dengan usia 14 tahun
dilibatkan dalam penelitian setelah dilakukan informed consent pada walinya.
Anamnesis detail dicatat dan pemeriksaan lokal dan sistemik telah dilakukan bersamaan
dengan pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan histopatologi kulit, test, chest X-ray dan
USG abdomen dan pelvis pada semua pasien. Pasien yang teridentifikasi dengan
keterlibatan ekstrakutan dirujuk ke departemen khusus untuk tatalaksana lebih lanjut.
Pasien dengan TB kutis murni memulai terapi ATT di bawah kategori III dimulai dengan
2 bulan fase intensif yaitu tiga kali seminggu meminum isoniazid, rifampisin,
pirazinamid dan etambutol, dan dilanjutkan dengan4 bulan fase pemeliharaan yaitu tiga
kali seminggu meminum isoniazid dan rifampisin.
3. Hasil
Teridentifikasi 128 kasus TB kutis selama waktu penelitian, di mana 44 (34.38%) pasien
berusia 14 tahun, dengan kebanyakan dari mereka berusia 6-10 tahun (Tabel 1).
Perbandingan laki-laki dan wanita adalah 1.2:1. Dari 44 anak, 40 (90.91%) orang
tergolong ke dalam status sosio-ekonomi yang rendah, sedangkan 4 (9.09%) orang
tergolong ke dalam status sosio-ekonomi yang sedang. Riwayat TB pada keluarga
ditemukan pada 6 (13.64%) pasien.
Tipe klinis yang teridentifikasi pada anak adalah lupus vulgaris [18 (40,91%)]
(Gambar. 1), liken skrofulosorum [13 (29,55%)], TB kutis verukosa[7 (15,91%)]
(Gambar. 2), Skrofuloderma [5 (11,36%)] (Gambar. 3), TB gumosa[2 (4,55%)]
(Gambar. 4), TB milier [1 (2,27%)] (Gambar. 5) dan tuberkulid papulonekrotika [ 1
(2,27%)]. Beberapa jenis klinis (Gambar. 6) terlihat pada 7 pasien.
Lokasi tersering yang terlibat (Tabel 2) pada anak-anak adalah ekstremitas [25
(56,82%)], diikuti oleh badan [14 (31,82%)] dan kepala & leher [6 (13,64%)].
Keterlibatan difus beberapa lokasi terlihat pada 2 (4,55%) pasien.
Tes Mantoux (Tabel 3) positif pada 39 (88.64%) pasien (Gambar 7) dan riwayat
vaksinasi BCG didapatkan pada 36 (81.82%) pasien. Fokus TB yang sistemik ditemukan
pada 7 (15.91%) pasien pada kulitnya. Seorang pasien dengan TB milier dan HIV
dirujuk ke pusat ART untuk tatalaksana lebih lanjut. Bukti histopatologi-klinis
ditemukan pada 37 (84,09%) dari 44 pasien, meskipun respon terapi ATT pasti untuk
semua kasus.
4. Diskusi
Epidemiologi TB kutis dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti virulensi basil, status
imun pejamu, rute infeksidan resistensi obat. Transmisi terutama melalui inhalasi droplet
airborne dan jarang melalui inokulasi langsung melalui kulit atau mukosa. TB kutis bisa
terbatas pada keterlibatan kulit saja dengan limfadenopati regional atau bisa juga
menyeluruh dengan efek sistemik. Keterlibatan yang bersamaan antara kulit dan fokus
sistemik dilaporkan pada literatur. Anak-anak memiliki insiden limfadenitis tuberkulosis
lebih tinggi hingga 29,2% kasus. Anak-anak juga biasanya memiliki dasar penyebab
keterlibatan sistemik dibandingkan dewasa.3
Insiden bentuk-bentuk yang berbeda dari TB kutis bervariasi antara usia, jenis
kelamin, status sosio-ekonomi dan distribusi geografis. Diagnosis bergantung pada
presentasi klinis, penemuan histopatologi, kultur, PCR, tes mantoux yang positif, dan respon
terapi terhadap ATT. Klasifikasi klinis yang diterima secara luas digambarkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi tuberkulosis kutis
5. Kesimpulan
Penting bagi ahli dermatologi dan ahli anak untuk menyadari presentasi klinis yang
berbeda pada tuberkulosis anak agar diagnosis dan pengobatannya dapat segera dilakukan
sehingga mengurangi morbiditas dan beban penyakit di masyarakat.
Konflik kepentingan
Penulis tidak memiliki sesuatu yang harus disampaikan.
REFERENSI
1. Kumar B, Muralidhar S. Cutaneous tuberculosis: a twenty year prospective study. Int J Tuberc
Lung Dis. 1999;3:494500.
2. Singal A, Sonthalia S. Cutaneous tuberculosis in children: the Indian perspective. Indian J
Dermatol Venereol Leprol. 2010;76:494503.
3. Vashisht P, Sahoo B, Khurana N, Reddy BS. Cutaneous tuberculosis in children and adolescents:
a clinicohistological study. J Eur Acad Dermatol Venereol. 2007;21:4047.
4. Layton AM. Disorders of the sebaceous glands. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, eds.
In: Rook's Textbook of Dermatology 8th ed. Blackwell Publishing Ltd; 2010: 42.142.89.
5. Sultana A, Bhuiyan MSI, Haque A, Bashar A, Islam MT, Rahman MM. Pattern of cutaneous
tuberculosis among children and adolescent. Bangladesh Med Res Counc Bull. 2012;38:9497.