Anda di halaman 1dari 12

2.

Rincian masing_masing komponen sistem intruksional

Komponen pokok sistem intruksional ialah tujuan,pengalaman belajar,pengorganasian


pengalaman belajar dan evaluasi.

Dilihat dari tingakatan dan lingkupnya ada bermacam-macam tujuan.

Urutan sistem pendidikan diindonesia dalam tujuan_tujuan tersebut adalah:

1. Tujuan Pendidikan Nasional


2. Tujuan Instutisional
3. Tujuan Kurikuler
4. Tujian Instruksional Umum
5. Tujuan Instruksional Khusus

Masing-masing tujuan mempunyai karakteristik tersendiri yang secara sederhana


dapat dikemukakan sebagai berikut :

1.Tujuan Pendidikan Nasional 1.1 Dirumuskan dalam dokumen resmi negara dalam hal ini
GBHN dan UU Pendidikan Nasional.

1.2 Bersifat Filosopis dan politis


1.3 Berlaku nasional dalam mencakup sistem pendidikan secara keseluruhan
1.4 Rumusan bersifat umum

2.Tujuan Instutisional atau Kelembagaan pendidikan

2.1 Dirumuskan dalam UU pendidikan nasional dan pereturan pemerintah termaksud


kebijakan mentri pendidikan dan kebudayaan.

2.2Bersifat kelembagaan TK? SD?SLTP?,pendidikan tinggi,kursus-kursus dan sebagainya

3 Tujuan kurikuler

3.1. Dirumuskan dalam buku kurikulum untuk masing-masing mata pelajaran

3.2. Terbatas untuk mata pelajaran dalam jenjang pendidikan tertentu misalnya
IPS,SD,Matematika,SMP,IPA,SMA

3.3. Berlaku nasional terbatas pada jenjang pendidikan hal mulai dari fakta yang amat khusus
sampai kepada teori-teori yang amat rumit . Kesemuannya itu menurut kemampuan
menyalurkan informasi dalam pikiran. Hasil belajar pada subranah ini merupakan tahap yang
paling rendah dalam ranah kognitif.
Pemahaman atau comprehension

Pemahaman atau comprehension didefinisikan sebagian kemampuan untuk menangkap


pengertian dari sesuatu. Hal ini dapat dipertunjukan dalam bentuk menerjemahkan sesuatu,
misalnya angka menjadi kata atau sebaliknya, menafsirkan sesuatu dengan cara menjelaskan
atau membuat intisari, dan memperkirakan kecendrungan pada masa yang akan datang.hasil
belajar subranah ini meningkat satu tahap lebih tinggi dari subranah pengetauhan.

Penerapan atau application

Penerapan atau application diartikan sebagai kemampuan untuknmengunakan bahan-bahan


yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata. Termaksud didalamnya kemampuan
menerapkan aturan,metode,konsep,prinsip,dan teori. Hasil belajar pada subranah ini setingkat
lebih tinggi dari subranah pemahaman.

Penguraian atau analysis

Penguraian atau analysis didefenisikan sebagai kemampuan untuk mempersatukan bagian-


bagian yang terpisah guna membangun suatu keseluruhan yang uruh. Hasil belajar pada
subranah ini setingkat lebih tinggi dari pada penerapan.

Penyatuan atau synthesis

Penyatuan atau synthesis didefenisikan sebagai kemampuan untuk mempersatukan bagian-


bagian yang terpisah guna membangunsuatu keseluruhan yang utuh. Hasil belajar pada
subranah ini setingkat lebih tinggi dari pada subranah analisis.

Penilaian atau evalution

Penilian atau evalution diartikan sebagai kemampuan untuk mengkaji nilai atau harga dari
sesuatu seperti pernyataan,cerita,novel,puisi dan laporan penelitian untuk suatu tujuan. Hasil
belajar pada subranah ini setingkat lebih tinggi dari pada subranah sintetis.

Penerimaan atau receiving

Penerimaan atau receiving diartikan sebagai kesediaan orang untuk menghadirkan dirinnya
pada suatu peristiwa atau rangsangan seperti kegiatan kelas,buku,dan musik.Hasil belajar
pada subranah ini meliputi keserdahanaan yang paling sederhana mengenai sesuatu sampai
pada perhatian yang sangat terpilih.subranah ini merupakan proses efektif yang paling
rendah.
Pemberian tanggapan atau responding

Pemberian tanggapan atau responding menunjukan pada keteruturutan secara aktif dari
siswa.pada tahap ini seorang bukan hanya menghadirkan dirinya pada fenomena akan tetapi
ia memberikan reaksi tertentu. Hasil belajar pada subranah ini menitikberatkan pada
pemberian tanggapan yang disadari seperti membaca bahan yang ditugaskan,kesediaan untuk
memberikan tanggapan secara sukarela atau menunjukan kesenangan pada dirinya
memberikan tanggapan.

Penghargaan atau valuing

Penghargaan atau valuing menunjukan pada kepekatanggapan terhadap nilai yang


diletakaan oleh individu pada suatu objek atau fenomena atau perilaku. Subranah ini meliputi
proses penerimaan suatu nilai, misalnya kesediaan untuk memperbaiki keterampilan
kelompok sampai pada komitmen atau ketertarikan diri yang lebih rumit seperti bertangung
jawab atas efektifitas fungsi suatu kelompok. Hasil belajar pada subranah ini berkenaan
dengan perilaku yang stabil dan konsisten atau lurus untuk membuat suatu nilai benar-benar
bercanda atau terindentifikasi.

Pengorganasian atau organasition

Pengorganasisian atau organaztion menunjukaan pada prsoses memadukan atau


mengintegrasikan berbagai nilai atau values yang berbeda, memecahkaan konflik antara nilai-
nilai itu, dan mulai membangun suatu sistem nilai yang secara internal seringkali atau
konsisten.karena itu subranah ini menitikberatkaan pada pembandingan,hubungan dan sintetis
berbagai nilai .

Persepsi atau perception

Persepsi atau perception menunjukaan pada pemakaian alat-alat perasa untuk


membimibingefektifitas gerak .subranah ini terentang mulai dari stimulasi perasaan dalam
bentuk kewaspadaan akan rangsangan dengan melalui pemilikan penandaan atau indikator
yang relevan sampai kepada penerjemah sebagai suatu upaya menangkap petunjuk dalam
bentuk perbuataan yang ditampilkan.

Kesepian atau set

Kesepian atau setmenunjukaan pada kesedihaan untuk mengambil jenis aksi atau tindakan
yang mencakup kesedihaan material,kesepian pisik, dan kemauan memberi reaksi sebagai
hasil dari pemecahan makna yang terkandung dalam penanda yang ditangkap
Tanggapan terbimbing atau guided respons

Tanggapan terbimbing atau quided respons merupakan tahap awal dari belajar
keterampilaan yang lebih kompleks. Tahap ini meliputi proses peniruan gerakan yang
dipertunjukaan kemudian mencoba-coba dengan menggunakan tanggapan jamak dalam
menangkap suatu gerak.

Mekanisme atau mechanism

Mekanisme atau mechanism berkenaan dengan gerakan-gerakan penampilan yang


melukiskaan proses dimana gerak yang telah dipelajari kemudian diteriam dan diadopsi
menjadi kebiasaan sehingga dapat ditampilkan dengan penuh kepercayaan diri dan dilakukan
secara mahir.

Respon nyata yang kompleks atau complek over respons

Respon nyata yang kompleks atau complex over respons menunjukaan penampi;an pada
gerakaan-gerakan secara mahir dan cermat dalam bentuk gerak-gerakaan yang rumit . hasil
belajar pada subranah ini mencakup aktivitas motorik yang berkadar tinggi.

Penyesuaian atau adaptation

Penyesuaian atau adaptation berkenaan dengan keterampilan yang telah dikembangkan


secara lebih baik sehingga seseorang tampak sudah dapat mengolah gerakan dan
menyeseuiakannya dengan tuntutan dan kondisi yang khusus dan dalam suasanan yang lebih
problematis.

Penciptaan atau origination

Penciptaan atau organation berkenaan dengan penciptaan pola gerakan baru yang sesuai
dengan situasi dan masalah tertentu. Pada tingkat ini hasil belajar ditandai oleh kreativitas.

Kesatuan dan saling berkaitan antara subranah dalam ranah psikomotorik ini secara
diagramatis.

Pengalaman belajar atau learning experiences

Menurut Tyler (1949) istilah learning experience tidak sama dengan isi pelajaran
(context) yang diberikan guru dan juga tidak sama atau bukan aktivitas yang dilakukan guru.
Pengalaman belajar merujuk pada interaksi antara siswa dengan segala sesuatu yang berada
diluar dirinya\ ada dilingkungannya terhadap dimana ia memberi para siswa it is wahat he
does that he learns not what the teachers does. Demikian ditegaskan oleh Tyler (1949:63).
Dilain pihak Cohen, Dear (1978) mengguanakan istilah learning expreince mencakup aik
content maupun procces yakni what is learned and how it is to be learned (apa yang
dipelajari dan bagaimana halitu dipelajari). Sedangkan taba (1962) memisahkan kedua
halitusebagai komponen yang masing-masing berdiri sendiri dalam modul ini penulis
mengaris bawahi pandangan cohe dan Deer(1978). Karena itu dalam uraian tentang
pengalaman belajar akan selalu dibicarakaan isi atau materi dan proses atau interaksi.

2. Hubungan Antara komponen dalam Sistem Intruksional

Hubungan antara komponen dalam sistem intruksional tampak dalam model-


model yang dikembangkan oleh para pakarpendidikan Gagne dan Briggs (1974:
212-213) menggunakan adanya 12 langkah dalam pengunaan sistem intruksional
sebagai berikut :

1. Analisis dan identifikasi kebutuhan


2. Penetapaan tujuan umum dan khusus
3. Identifikasi alternatif cara memenuhi kebutuhan
4. Merancang komponen dari sistem
5. Analisis (a) sumber-sumber yang diperlikaan (b) sumber-sumberyang tersedia
(c) kendala-kendala
6. Kegiatan untuk mengatasi kendala
7. Memilih atau mengembangkan materi pelajaran
8. Merancang prosedur penelitian murid
9. Uji coba lapangan : evaluasi formatif dan pendidikan guru
10. Penyesuaian, revisi dan evaluasi lanjut
11. Evaluasi sumatif
12. Pelaksanaan operasional

Modul diatas tersebut merupakan model yang paling lengkap yang melukiskan
bagaimana suatu proses pengajaran dirancang secara sistematis dari awal ke
akhir. Kegiatan seperti ini cocok dilakukan untuk suatu program pendidikan
yang baru. Diindonesia keseluruhan prosedur tersebut mencakup mulai dari
pengembangan kurikulum, GBPP dan satuan pelajaran .
Dalam praktek disekolah para guru sudah meneriman kurikulum dan GBPP
menurut apa adannya yang dihasilkan pada tingkat nasional. Yang harus
dikembangkan oleh guru ialah satuan pelajaran

4.Model-model pengembangan Intruksional 1


Dewasa ini ada beberapa pengembangan intruksional,dan setiap model
pengembangan intruksional memiliki kelebihan dan kekurangan. Dari beberapa model
yang disajikan didalam buku ini,diharapkan anda mampu mengidentifikasi,
menentukan dan menguasai satu model secara tuntas, sehingga dapat diterapkan
dalam melaksanakan proses belajar-mengajar.

Beberapa model pengembangan intruksional yang akan disajikan dalam buku ini
adalah 1.) madel PPSI, 2.) model Briggs, 3.) model kemp, 4.) model Gerlach dan Ely,
5.) model Bela H.Banathy, dan 6.) model IDI. Secara terinci uraian dari masing-
masing hal tersebut adalah sebagai seperti yang terurai dibawah ini.

1. Model pengembangan intruksional PPSI


PPSI sebagai salah satu model pengembangan intruksional yang digunakan
sebagai metode penyampaian intruksional dalam kurikulum 1975 untuk
SD,SMP,dan SMU, serta dalam kurikulum 1975 untuk sekoalah kejuruan, adalah
dalam rangka mengadakan pembaruan pendidikan.
PPSI merupakan singkatan dari Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional.
Istilah Sistem Intruksional mengandung pengertian bahwaPPSI mengguanakn
pendekatan sistem dimana pengajaran adalah satu kesatuan yang terorganisasi,
yang terdiri dari seperangkat komponen yang saling berhubungan dan
bekerjasama satu sama lain secara fungsional dan terpadu dalam rangka mencapai
tujuan yang diharapkan.

Model pengembangan intruksional PPSI ini memiliki 5 langkah pokok,yaitu:


a. Tahap 1 : Merumuskan tujuan intruksional khusus
Tujuan intruksional khusus adalah rumusan yang jelas tentang kemampuan
yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah selesai mengikuti suatu
program pengajaran tertentu.

b. Tahap 2 : Mengembangkan alat evaluasi


Evaluasi ini dikembangkan dari TIK yang telah dirumuskan. Fungsi dari
evaluasi ini adalah untuk menilai sampai dimana peserta didik telah
mencapai TIK yang dirumuskan. Pengembangan alat evaluasi ini dilakukan
pada tahap kedua dengan dasar pertimbangan, kegiatan yang dilakukan pada
tahap pengembangan alat evaluasi ini adalah sebagai berikut :
1.) Menentukan jenis tes yang akan untuk mengukur tercapai tidaknya
TIK.
Jenis tes ini dapat dibedakaan menjadi: a.) tes tertulis, b.) teslisan,
dan c.) tes perbuatan
2.) Menyusun butir tes (item soal) untuk menilai masing-masing TIK.
Bentuk item soal ini berupa: a.) essay, b.) objektif dalam bentuk
pilihan ganda,benar salah,menjodohkan,isian,dan jawaban singkat.
c. Tahap 3 : Menetapkan kegiatan belajar dan materi pelajaran.
Kegiatan belajar adalah kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik
sehubung dengan kemampuan yang diharapkan dari dirinya.
Kegiatan yang harus dilakukan pada tahap menetapkan kegiatan belajar
dan materi pelajaran ini adalah sebagai berikut :

1.) Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajaruntuk mencapai


TIK
2.) Menetapkan kegiatan belajar yang tidak perlu ditempuh
3.) Menetapkan kegiata belajar yang akan ditempuh
4.) Menetapkan materi pelajaran

d. Tahap 4 : Merencanakan program kegiatan


Setelah semua kegiatan dalam tahap 1 sampai denan 3 dilaksanakan, maka
perlu dimantapkan dalam satu program pengajaran .
Dalam tahap keempat ini, kegiatan yang perlu ditempuh adalah sebagai
berikut :
1.) Menetapkan strategi belajar mengajar, termaksud metode yang
digunakan
2.) Memilih alat pelajaran dan sumber bahan atau media yang akan
dihunakan
3.) Menyusul jadwal penyajian

e. Tahap 5 : Melaksanakaan program


Dalam melaksanakaan program ini kegiatan yang perlu ditempuh adalah :
1.) Menyelengarakaan pre-tes
2.) Menyajikaan materi pelajaran
3.) Menyelengaraakan pos tes
4.) Melakukan revisi (perbaikan)

2. Model J.E Kemp


Menurut Kemp (1977) pengembangan intruksional atau desain intruksonal itu
terdiri dari 8 langkah yaitu :
1.) Menentukaan tujuan intruksional umum (TIU)
2.) Menganalisis karakteristik peserta didik
3.) Menentukan TIK
4.) Menentukan materi pelajaran
5.) Menetapkan penjajagan awal
6.) Menentukan strategi belajar mengajar
7.) Mengkoordinasi saran penunjang, yang meliputi tentang tenaga
fasilitas,alat, waktu dan tenaga.
8.) Mengadakan evaluasi
3. Model Briggs
Pengembangan intruksional model Briggs ini beriorentasi pada rancangan
sistem dengan sasaran guru yang akan bekerja sebagai perancang kegiatan
intruksional maupun tim pengembang intruksional yang anggotanya meliputi
guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang
intruksional.

Model pengembangan intruksional Briggs ini berdasarkan pada prinsip


keselerasaan antara a.) tujuan yang akan dicapai, b.) strategi untuk mencapainya,
dan c.) evaluasi keberhasilannya.

Dengan mengutip pendapat Briggs (1977), berdasarkan 3 prinsip dasar


pengembangan yang dipakai, urutan langkah kegiatan pengembangan
intruksional, menurut Briggs, adalah sebagai berikut :
1.) Mau ke mana?
2.) Dengan apa?
3.) Bilamana sampai tujuan?

Berdaarkan pendapat Briggs tersebut, secara keseluruhan model pengembangan intruksional


dari Briggs, terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :

1.) Identifikasi kebutuhan/penetuan tujuan


2.) Penyesuaian garis besar kurikulum
3.) Perumusan tujuan
4.) Analisis tugas/tujuan
5.) Penyiapan evaluasi hasil belajar
6.) Menentukan jenjang belajar
7.) Penentuan kegiatan belajar
8.) Pemantauan bersama
9.) Evaluasi formatif
10.) Evaluasi sumatif

4 . Model Gerlach dan Ely

Model pengembangan intruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely ini
dimaksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar. Menurut Gerlach dan Ely (1971),
langkah-langkah dalam apengembangan intruksional terdiri dari :

1.) Merumuskan tujuan intruksional


2.) Menentukaan isi materi pelajaran
3.) Menentukan kemampuan awal peserta didik
4.) Menentukan teknik dan strategi
5.) Pengelompokan belajar
6.) Menentukan pembagian waktu
7.) Menentukan ruang
8.) Memilih media intruksional yang sesuai
9.) Mengevaluasi hasil belajar
10.)Menganalisis umpan balik

4. Model Bela H. Banathy


Menurut Banathy (1972), secara garis besar pengembangan intruksional
meliputienmalangkah pokok, yaitu :
1.) Merumuskan tujuan
2.) Mengembangkan tes
3.) Menganalisis kegiatan belajar
4.) Mendesain sistem intruksional
5.) Melaksanakan kegiatan dan mengeteshasil
6.) Mengadakan perbaikan

Merumuskan tujuan intruksional


Tujuan intruksional merupakan perumusan yang jelas yang memuat pernyatan
tentang kemampuan dan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti suatu program
pengajaran tertentu untuk satu topik atau subtopik tertentu.

Tujuan intruksional dapatdibedakan menjadi tujuan intruksional umum dan tujuan


intruksional khusus. Menurut Gronlund, tujuan intruksional umum adalah hasil
belajar yang diharapkan, yang dinyatakan secara umum dan berpedoman pada
perubahan tingkah laku atau kelas. Tujuan intruksional umum merupakaian
serangkaian hasil belajar yang bersifat khusus.

Sedangkan tujuan intruksioanal khusus adalah hasil belajar yang diharapkan yang
dinyatakan dalam istilah perubahan tingkah laku khusus. Tingkah laku khusus adalah
kata kerja yang dapat diamatidan diukur (Gronlund, 1975 : 30).

5. Pengembangan sistem dan desain intruksional


Pada zaman dulu, rencana untuk mengembangkan sistem dan desain
intruksional kebanyakan dibuat berdasarkan atas inyuisi, maksud yang jelas, dan
penilaian yang subjekif .

Namun,pada dewasa ini dengan berkembangnya teori tentang bagaimana siswa


belajar, berkembangnya macam-macam paket atau media belajar, ditemukannya
metode-metode belajar yang baru telah mendorong para pendidik ntuk mencari
pendekatan baru dalam mengembangkan sistem dan desain intruksional.
Pendekatan baru ini didasarkan atas kenyataan bahwa kegiatan belajar mengajar
merupakan suatu hal yang sangat kompleks .

Pengembangan perencenaan untuk tujuan tersebut sekarang mendapat


perhatian besar adalah yang didasarkan atas konsep sistem. Konsep sistem ini
menurut Kemp (1977 : 6 ) refers to the techncial integration of me and machine

Konsep pendekatan sistem pada hakikatnya adalah proses untuk menentukan


suatu cara untuk memecahkan problem pendidikan dan mencari alternatif
pemecahannya.

Konsep

Untuk memahami penerapan pendekatan sistem didalam pengembangan sisitemdan


desain intruksional, berikut akan diuraikan mengenaidefenisi, dasar-dasar dan model
pengembangan sistem dan desain intruksional.

Definisi

Istilah pengembangan sisitem intruksional (instructional system development) dandesain


intruksional (instructional design) sering dianggap sama , atau setiddak-tidaknya tidak
dibdakan secara tegas dalam pengunannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan
antara desain dan pengembangan. Kata desain bearati membuat sketsa atau pola
outline atau rencana pendahuluan.

Dasar-dasar pengembanagan sistemdan desain intruksional

Untuk memahami dasar-dasar pengembangan sitemdan desain intruksional, perlu diketauhi


terlebih dahulu apakah yang dimaksud dengan pengajaran ( instruksional menurut merril
(1971 : 10). Pengajaran adalah suatu kegiatan dimana seseorang dengan sengaja diubah
dan dikontrol. Dengan maksud agar ia dapat bertingkah laku ataubereaksi terhadap kondisi
tertentu.

Penajaran merupakan salah satu bagian dari keseluruhan kegiatan mengajar. Termaksud
didalamnya adalah menyiapakan pengalaman yang siap dipakai, mengejarkan tugas-tugas
administrasi, mengadakan pendekatan terhadap siswa,dan sebagainya.

Pengajaran berbeda dengan pengembangan kurikulum. Pengembanagan kurikulum meliputi


penyusunan desain suatu bidang studi (subject matter) dari suatu tingkat sekolah, atau
lembaga pendidikan tertentu.
Pengajaran lebih menekankan kepada aspek bagaimana (how to),sedangkan pengembangan
kurikulum lebih menekankan pada aspek apa (what to). Pengajaran berkaitan erat dengan
belajar, namun tak persis sama. Belajar merupakan suatu hidup yang berlansung sepanjang
kehidupan makhluk hidup.

Dan pengajaran hanya berlangsung mana kala usaha tertentu telah dibuat untuk mengubah
suatu keadaan sedemikian rupa, sehingga suatu hasil belajar tertentu dapat dicapai. Dengan
demikian kesengajaan marupakan karakteristik dari suatu pengajaran.

Dihubungkan dengan pengertian intruction maka defenisi pengembangan sistem


intruksioanal adalah suatu proses menentukan dan menciptakan situasi dan kondidi tertentu
yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan
didalam tingkah lakunya

Pengembanagan sistem intruksioanal senantiasa didasarkan dengan pengalaman empiris,


dan prinsip;prinsip yang telah di uji kebenaraanya, dalam arti telah ditentukan sebagai
prosedur yang sistematis, pengalaman yang tepat,dan percobaan yang terkontrol.

Kegiatan pokok bagi para pengembanagan sistemdan desain intruksional meliput :

1. Menentukan hasil belajar


2. Identifikasi karakteristik sistem yang akan belajar
3. Berdasarkan 1 dan 2 tersebut, memilih dan menyelengarakan kegiatan belajar
mengajarbagi para siswa
4. Menentukan media untuk kegiatan tersebut
5. Menentukan situasi atau kondisi, dalam mana responsi siswa akan diamati dan dipandang
sebagai salah satu contoh dari tingkah laku yang diharapkan
6. Menentukan kriteria, seberapa prestasi siswa telah dianggap cukup
7. Memilih metode yang tepat untuk menilai kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan
tingkah laku tersebutpada angka 1
8. Menentukan metode untuk memonitor responsi siswasewaktu berada dalam proses
pengajaran dan sewaktu dievaluasi
9. Mengadakan perbaikan yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar bila ternyata
responsi siswa tidak sesuai dengan hasil yang telah ditentukan

Dua macam proses pengembangan sistem dan desain instruksional prosedur atau proses
yang ditempuh oleh para pengembang sistem intruksional bisa meliputi dua cara :

1. Dengan pendekatan secara empiris .


proses ini dilaksanakna tanpa mengunakan dasar-dasar teori secara sistematis.
Disini paket atau bahan pengajaran disusun berdasarka pengalaman si pengembang ,
siswa disuruh mempelajarai lalu hasilnya diamati.
2. Dengan mengikuti atau membuat suatu model (paradigmapproach)
Menurut pendekatan ini, hasil belajar yang diharapkan bisa diklasifikasikan sesuai
dengan tife-tife tertentu. Untuk tiap-tiap tujuan khusus (objective) dapat dipilihkan
cara-cara tertentu untuk mencapainya,kondisi tertentu untuk mengamati responsi
siswa biasa diciptakan dan perubahan-perubahan bila mana perlu bisa diadakan.

Mengingat pengembangan sistem dan desain intruksional bisa terjadi pada


berbagai tingakat dan macam bidang maka kelompok-kelompok berikut adalah
merupakan contoh developer dan designer :
1. Guru sekolah.
2. Pengarang
3. Pendidikan dan ahli psikiologi
4. Developer dan desigener yang profesional.

Anda mungkin juga menyukai