PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara, terutama
di daerah perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman di Brazil dan bagian
lain Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah orang yang
terinfeksi diperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta orang, setengahnya dirawat di
rumah sakit dan mengakibatkan 22.000 kematian setiap tahun; diperkirakan 2,5
miliar orang atau hampir 40 persen populasi dunia, tinggal di daerah endemis DBD
yang memungkinkan terinfeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk setempat.31
1
umur untuk penderita Demam Berdarah Dengue, yaitu kelompok umur 5-14
tahun.32
2
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI
ANAMNESIS
3
2.2.2 RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Sejak 3 hari SMRS penderita mengalami demam tinggi, mendadak dan terus
menerus, suhu tidak diukur. Demam tidak disertai menggigil, kejang (-),
berkeringat (-), batuk (-), pilek (-), kemerahan diwajah (-), ruam (-), nyeri kepala
(+), nyeri belakang bola mata (+), nyeri otot dan sendi (+), mimisan (-), perdarahan
dibawah kulit (-), mual (-), muntah (-), minum seperti biasa, BAB dan BAK normal,
riwayat berkunjung keluar kota (-), pasien tidak berobat.
Sejak 4 jam SMRS, penderita masih mengalami demam tetapi tidak terlalu
tinggi, menggigil (-), kejang (-), berkeringat (+), kaki dan tangan teraba dingin,
batuk (-), pilek (-), kemerahan di wajah (-), ruam (-), nyeri kepala (+), nyeri
belakang bola mata (+), nyeri otot dan sendi (+), nyeri perut (-), mual (-), muntah
(-) mimisan (-), gusi berdarah (-), nafsu makan berkurang (+), anak masih bisa
minum banyak, BAB tidak lancar dan BAK normal. Penderita tampak semakin
lemas. Penderita dibawa ke dokter Sp.A dan dirujuk ke RSMH.
GPA : G0P2A 0
Masa kehamilan : Aterm
Partus : Sectio cesaria atas indikasi presentasi bokong
Penolong : Dokter kandungan
Tanggal : 1 Mei 2014
Berat badan lahir : 3000 g
Panjang badan : 49 cm
Keadaan saat lahir : Langsung menangis
4
2.3.3 RIWAYAT MAKANAN
IMUNISASI DASAR
BCG
DPT 1
Hepatitis B 1
Hib 1
5
Polio 1
Campak
Berbalik : 2 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Merangkak : 5 bulan
Duduk : 7 bulan
Berdiri : 11 bulan
Berjalan : 12 bulan
Berbicara : 13 bulan
Ayah Ibu
Nama : Tn. F Ny. R
Umur : 28 Tahun 25 tahun
Agama : Islam Islam
Perkawinan : Pertama Pertama
Pendidikan : SMP SMP
Pekerjaan : Wiraswasta IRT
6
2.3.7 RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Pasien adalah anak kedua dari pasangan Tn. S dan Ny. M yang berprofesi
sebagai wiraswasta dan ibu rumah tangga.
- Sumber air berasal dari PDAM, ditampung dalam sebuah bak, dikuras
1x/minggu, tidak ditutup, tidak diberi bubuk anti nyamuk.
- Tidak menggunakan lotion anti nyamuk saat keluar rumah.
- Riwayat tetangga yang menderita DBD tidak ada.
Kesan : Higienitas kurang.
PEMERIKSAAN FISIK
7
Nadi : 143x/menit, isi kurang, tegangan lemah, reguler
Kepala
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil
bulat, isokor, refleks cahaya (+/+), mata cekung (-)
Mulut : Kelainan kongenital (-), mukosa bibir pucat (-),
cheilitis (-), stomatitis (-), faring hiperemis (+)
Hidung : Deviasi septum (-), mukosa hiperemis (-), nafas cuping
hidung (-), epistaksis (-/-)
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut
Gigi : Karies (-), gusi berdarah (-)
Lidah : Coated tongue (-), atropi papil (-), hiperemis (-)
Faring/Tonsil : Dinding faring hiperemis (-), T1-T1
Telinga : Dismorfik (-), cairan (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-)
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : Statis dan dinamis simetris, retraksi tidak ada,
pernapasan torakoabdominal.
Palpasi : Stremfremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru, nyeri ketok (-)
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-).
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Thrill tidak teraba
Perkusi : Jantung dalam batas normal
8
Auskultasi : Bunyi Jantung I & II normal, reguler, murmur(-) gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, dismorfik (-), massa (-)
Palpasi : Lemas, Nyeri tekan (+) epigastrium, hepar dan lien tidak
teraba membesar
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), nyeri ketuk (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral dingin(+), deformitas (-), edema (-), sianosis (-), CRT
<3 detik
Lipat paha dan genitalia
Pembesaran KGB (-), dalam batas normal.
Kulit
Rumple leed test tidak dapat dilakukan.
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi Motorik :
Tungkai Lengan
Kekuatan 5 5 5 5
9
Klonus - - - -
Refleks fisiologis +N +N +N +N
Refleks patologis - - - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ht 46% 37-41%
Basofil 0* 0-1
Eosinofil 0* 1-6
Neutrofil 39 * 50-70
10
Limfosit 51 * 20-40
Ht 40% 37-41%
Dengue NS 1 Ag Negatif
RESUME
An.MBF, perempuan, usia 3 tahun, datang dengan keluhan demam tinggi.
4 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami demam tinggi,
mendadak, dan terus menerus. Sakit kepala (+), nyeri belakang bola mata (+),
nyeri otot dan sendi (+), nafsu makan masih seperti biasa, minum seperti biasa,
BAB dan BAK seperti biasa, dan riwayat berkunjung ke luar kota (-). Pasien
tidak berobat. 4 jam SMRS, penderita masih mengalami demam tetapi tidak terlalu
11
tinggi, berkeringat (+), kaki dan tangan teraba dingin, nyeri kepala (+), nyeri belakang
bola mata (+), nyeri otot dan sendi (+) nafsu makan berkurang (+), anak masih bisa
minum banyak, BAB tidak lancar dan BAK normal. Penderita tampak semakin lemas.
Penderita dibawa ke dokter Sp.A dan dirujuk ke RSMH.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi takikardi isi dan tegangan lemah,
anak tampak sakit sedang, febris, akral dingin dan status pertumbuhan gizi
baik. Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 30 Juli 2017 didapatkan
trombosit 29.000, hematokrit 46% , IgG Dengue positif dan IgM Dengue
positif.
DAFTAR MASALAH
Takikardi
Lemas
DIAGNOSIS BANDING
Demam dengue
DIAGNOSIS KERJA
PENATALAKSANAAN
Terapi Farmakologis
12
Monitoring
Tanda vital
Kurva suhu
Edukasi
Tirah baring
PROGNOSIS
FOLLOW UP
Tanggal
31 Julis S : demam (-), anak mengantuk (+) wajah A : DBD grade III perbaikan
2017 sembab (+), nyeri perut (+), gelisah (-), KU
mual (+)
07.00 WIB P:
O:
- IVFD RL 70 cc/jam
Keadaan Umum: (5cc/kgBB/jam)
13
- sens : kompos mentis - Cek lab ulang Hb, Ht,
trombosit tiap 8 jam
- Tekanan darah: 100/60
- Nadi 131x/menit - Observasi tanda-tanda vital
dan diuresis / 6 jam
- RR 32x/menit
Keadaan Spesifik
1 Agustus S : demam (-), wajah sembab (+), nyeri A : DBD grade III perbaikan
2017 perut (+), mual (+) KU
14
07.00 WIB O: P:
15
2 Agustus S : demam (-), wajah sembab berkurang, A : DBD grade III perbaikan
2017 nyeri perut berkurang, gelisah (-), mual (-), KU
muntah (-), BAB hitam (-)
07.00 WIB P:
O:
- D5 1/4 NS kecepatan 20
Keadaan Umum: cc/jam
Keadaan Spesifik
16
- Genital: edema (-)
3 Agustus S : demam (-), sesak napas (-), wajah A : DBD grade III perbaikan
2017 sembab berkurang, nyeri perut berkurang, KU
mual (-), muntah (-), BAB hitam (-), nafsu
07.00 WIB P:
makan membaik.
- aff IVFD
O:
- observasi 24 jam
Keadaan Umum:
- T: 36,5C
Hasil lab Hb 9,5 g/dL, Plt 63.000/L, Ht
27%.
Keadaan Spesifik
17
- Ekstremitas: akral hangat, CRT <3,
pucat(-)
18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
ETIOLOGI
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh
nyamuk. Virus dengue ini termasuk kelompok B Arthropod Virus (Arbovirus) yang
sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4
jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi dari salah satu
serotipe menimbulkan antibodi terhadap virus yang bersangkutan, sedangkan
antibodi yang terbentuk untuk serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan terhadap serotipe lain. Seorang yang tinggal di daerah
endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3/4 serotipe yang berbeda selama hidupnya.
Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang
menunjukkan manifestasi klinik yang berat. 1,17-20
19
sign) yaitu sakit perut, muntah terus-menerus, perubahan suhu (demam hipotermia),
perdarahan, atau perubahan status mental (mudah marah,bingung).1 Menurut WHO
kriteria demam berdarah dengue ialah demam yang berlangsung 2-7 hari, terdapat
manifestasi perdarahan, trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/mm3), dan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah. 17
EPIDEMIOLOGI
Sampai saat ini penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat dan endemis di Indonesia. Penyakit ini dapat
mengakibatkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah endemis yang
terjadi hampir setiap tahunnya pada musim penghujan.21 Sejak tahun 1952 infeksi
virus dengue menimbulkan manifestasi klinis berat yaitu demam berdarah dengue
(DBD) yang ditemukan di Manila, Filipina. Kemudian menyebar ke Thailand,
Vietnam, Malaysia bahkan Indonesia. Tahun 1968 penyakit DBD dilaporkan
pertama kali di Surabaya dan Jakarta sebanyak 58 kasus, dengan kematian yang
sangat tinggi, 24 orang (case fatality rate 41,3%). Pada tahun 1993 DBD telah
menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia.22
Demam berdarah dengue sering terjadi pada anak usia kurang dari 15 tahun.
Sekitar 50% penderita DBD berusia 10-15 tahun yang merupakan golongan usia
yang tersering menderita DBD dibandingkan dengan bayi dan orang dewasa.
Nyamuk Aedes aegypti yang aktif menggigit pada siang hari dengan dua puncak
aktivitas yaitu pada pukul 08.00 12.00 dan 15.00 17.00. 17, 22
Jumlah kasus DBD di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 156.086 kasus
dengan jumlah kematian akibat DBD sebanyak 1.358 orang, IR 65,7 per 100.000
penduduk dan CFR sebesar 0,87%. Terjadi penurunan IR DBD jika dibandingkan
dengan tahun 2009 yaitu sebesar 68,22 per 100.000 penduduk. Demikian juga
dengan CFR yang mengalami sedikit penurunan, pada tahun 2009 CFR DBD
sebesar 0,89%.23
20
World Health Organization (WHO) mencatat sejak tahun 1968 hingga tahun
2009, Negara Indonesia merupakan Negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara.21 Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi berbagai
faktor antara lain imunitas penjamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus
dengue, keganasan (virulensi) virus dengue dan kondisi geografis setempat.17
PATOFISIOLOGI
DBD terjadi pada sebagian kecil dari penderita DB. Meskipun DBD dapat
terjadi pada pasien yang baru terserang DB untuk pertama kalinya, sebagian besar
kasus DBD terjadi pada pasien dengan infeksi sekunder. Hubungan antara kejadian
DBD/DSS dengan infeksi DB sekunder melibatkan sistem imun pada
patogenesisnya. Baik imunitas alamiah seperti sistem komplemen dan sel NK,
maupun imunitas adaptif termasuk humoral dan imunitas dimediasi sel terlibat
dalam proses ini. Kenaikan aktivasi imun, khususnya pada infeksi sekunder,
menyebabkan respon sitokin yang berlebihan sehingga merubah permeabilitas
pembuluh darah. Selain itu, produk dari virus seperti NS1 juga berperan dalam
mengatur aktivasi komplemen dan permeabilitas pembuluh darah.12
21
mengekspresikan peningkatan produksi sitokin seperti TNF-, IFN-, dan kemokin.
TNF- telah terlibat pada beberapa manifestasi berat termasuk perdarahan di
percobaan hewan. Peningkatan permeabilitas vaskular juga dapat dimediasi oleh
aktivasi sistem komplemen. Kenaikan level fragmen komplemen terlihat pada
DBD. Beberapa fragmen komplemen seperti C3a dan C5a diketahui memiliki efek
untuk meningkatkan permeabilitas. Studi terbaru menyatakan bahwa antigen NS1
dari virus dengue dapat mengatur aktivasi komplemen sehingga diduga berperan
pada patogenesis DBD.12,22
Lebih banyaknya jumlah virus pada pasien DBD dibanding pasien DB telah
terbukti di berbagai penelitian. Level protein virus, NS1, juga lebih tinggi pada
pasien DBD. Derajat banyaknya virus berkorelasi dengan ukuran keparahan
penyakit seperti jumlah efusi pleura dan trombositopenia, mengindikasikan bahwa
jumlah virus merupakan kunci penentu keparahan penyakit.12
22
Dari sudut patofisiologi, infeksi virus dengue bergerak sesuai alur berikut :
Gambar 1.
Patofisiologi Infeksi
Dengue
FAKTOR RISIKO
23
memiliki indeks massa tubuh tinggi, kapiler mereka secara intrinsik lebih mungkin
bocor sehingga bisa menjadi lebih buruk dalam infeksi dengue.28,29
MANIFESTASI KLINIK
24
Gambar 2. Manifestasi infeksi virus dengue
Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus memasuki
tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang menembus kulit. Setelah itu disusul
oleh periode tenang selama kurang lebih 4 hari, dimana virus melakukan replikasi
secara cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah virus sudah cukup maka virus
akan memasuki sirkulasi darah (viraemia), dan pada saat ini manusia yang
terinfeksi akan mengalami gejala panas. Dengan adanya virus dengue dalam tubuh
manusia, maka tubuh akan memberi reaksi. Bentuk reaksi tubuh terhadap virus ini
antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dapat berbeda, dimana
perbedaan reaksi ini akan memanifestasikan perbedaan penampilan gejala klinis
dan perjalanan penyakit. Pada prinsipnya, bentuk reaksi tubuh manusia terhadap
keberadaan virus dengue adalah sebagai berikut :
25
Bentuk reaksi ketiga
Martina B E E et al.
Clin. Microbiol. Rev.
2009;22:564-581
Dengue Fever
26
mengeluh panas dan ternyata panasnya langsung tinggi. Pada saat anak mulai panas
ini biasanya sudah tidak mau bermain. Demam ini hanya berlangsung sekitar lima
hari. Pada saat demamnya berakhir, sering kali dalam bentuk turun mendadak
(lysis), dan disertai dengan berkeringat banyak. Saat itu anak tampak agak loyo.
Kadang-kadang dikenal istilah demam biphasik, yaitu demam yang berlangsung
selama beberapa hari itu sempat turun di tengahnya menjadi normal kemudian naik
lagi dan baru turun lagi saat penderita sembuh (gambaran kurva panas sebagai
punggung unta).
Gejala panas pada penderita infeksi virus dengue akan segera disusul
dengan timbulnya keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Pada umumnya yang
dikeluhkan adalah nyeri otot, nyeri sendi, nyeri punggung, dan nyeri pada bola mata
yang semakin meningkat apabila digerakkan. Karena adanya gejala nyeri ini, di
kalangan masyarakat awam ada istilah flu tulang. Dengan sembuhnya penderita
gejala-gejala nyeri pada seluruh tubuh ini juga akan hilang.
Ruam yang terjadi pada infeksi virus dengue ini dapat timbul pada saat awal
panas yang berupa flushing, yaitu berupa kemerahan pada daerah muka, leher, dan
dada. Ruam juga dapat timbul pada hari ke-4 sakit berupa bercak-bercak merah
kecil seperti bercak pada penyakit campak. Kadang-kadang ruam tersebut hanya
timbul pada daerah tangan atau kaki saja sehingga memberi bentuk spesifik seperti
kaos tangan dan kaki. Yang terakhir ini biasanya timbul setelah panas turun atau
setelah hari ke-5.
Pada infeksi virus dengue apalagi pada bentuk klinis DHF selalu disertai
dengan tanda perdarahan. Hanya saja tanda perdarahan ini tidak selalu didapat
secara spontan oleh penderita, bahkan pada sebagian besar penderita tanda
perdarahan ini muncul setelah dilakukan tes tourniquet. Bentuk-bentuk perdarahan
spontan yang dapat terjadi pada penderita demam dengue dapat berupa perdarahan
kecil-kecil di kulit (petechiae), perdarahan agak besar di kulit (echimosis),
perdarahan gusi, perdarahan hidung dan kadang-kadang dapat terjadi perdarahan
yang masif yang dapat berakhir pada kematian.
27
Berkaitan dengan tanda perdarahan ini, pada anak-anak tertentu diketahui
oleh orangtua mereka bahwa apabila anaknya menderita panas selalu disertai
dengan perdarahan hidung (epistaksis). Dalam istilah medis dikenal sebagai
habitual epistaksis, sebagai akibat kelainan yang bersifat sementara dari gangguan
berbagai infeksi (tidak hanya oleh virus dengue). Pada keadaan lain ada penderita
anak yang apabila mengalami sakit panas kemudian minum obat-obat panas
tertentu akan disusul dengan terjadinya perdarahan hidung. Untuk penderita dengan
kondisi seperti ini, pemberian obat-obat panas jenis tertentu tersebut sebaiknya
dihindari.
Secara umum empat gejala yang terjadi pada demam dengue sebagai
manifestasi gejala klinis dari bentuk reaksi 1 dan 2 tubuh manusia atas keberadaan
virus dengue juga didapatkan pada DHF. Yang membedakan DHF dengan dengue
fever adalah adanya manifestasi gejala klinis sebagai akibat adanya bentuk reaksi 3
pada tubuh manusia terhadap virus dengue, yaitu berupa keluarnya plasma (cairan)
darah dari dalam pembuluh darah keluar dan masuk ke dalam rongga perut dan
rongga selaput paru. Fenomena ini apabila tidak segera ditanggulangi dapat
mempengaruhi manifestasi gejala perdarahan menjadi sangat masif. Yang dalam
praktik kedokteran sering kali membuat seorang dokter terpaksa memberikan
transfusi darah dalam jumlah yang tidak terbayangkan.
28
keadaan ini penderita sudah dalam keadaan terlambat sehingga kurang optimal
untuk diselamatkan dari penyakitnya.
Pemeriksaan Penunjang
Lekosit: dapat normal tapi biasanya lekopeni dengan dominasi sel neutrofil,
pada akhir fase demam, terjadi lekopeni dan neutropeni serta limfositosis relatif
(peningkatan sel limfosit atipikal atau limfosit plasma biru>15% dapat dijumpai
pada hari ketiga, sebelum suhu tubuh turun atau sebelum syok terjadi)
Trombosit
29
Pada sebagian besar kasus, disertai penurunan faktor koagulasi dan
fibrinolitik, yaitu fibrinogen, protrombin, factor VII, factor XII dan
antitrombin III
Hiponatremia
2. Radiologis
Pada foto thoraks didapatkan efusi pleura terutama pada hemitoraks kanan,
tetapi bila terjadi pembesaran plasma hebat, foto roentgen dada sebaiknya
dilakukan lateral dekubitus kanan. Asites dan efusi pleura dapat dideteksi dengan
USG
3. Diagnosis serologi
Uji ini sensitif tapi tidak spesifik (tidak dapat menunjukkan tipe virus yang
menginfeksi. Antibody HI bertahan >48 tahun, maka cocok untuk uji
seroepidemiologi. Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x dari titer
serum akut atau titer tinggi (>1280) baik pada serum akut atau konvalesen dianggap
diduga keras positif infeksi dengue yang baru terjadi (presumtif +)
30
Complement Fixation test
Neutralization Test
Paling spesifik dan paling sensitif untuk virus dengue, berdasarkan reduksi
dari plaque yang terjadi, dideteksi bersamaaan dengan antibodi HI tapi lebih cepat
dari antibodi komplemen, bertahan >48 tahun tapi lama dan ruwet
Akhir-akhir ini sering dipakai. IgM muncul pada perjalanan penyakit hari
4-5 yang kemudian diikuti dengan IgG. Dengan mendeteksi IgM pada serum
pasien, dapat ditentukan diagnosis yang tepat (diambil >hari ke5 dan <6 minggu)
bila masih negatif, harus diulang, apabila pada hari sakit ke-6 masih tetap (-),
maksimal dilaporkan sebagai (-). IgM hanya dapat bertahan dalam darah 2-3 bulan
setelah infeksi sehingga tidak boleh dijadikan satu-satunya uji diagnostik
pengelolaan kasus. Sensitivitasnya sedikit di bawah uji HI, spesifitas sama dengan
uji HI dan hanya memerlukan 1 serum akut saja. Saat ini sudah beredar uji Elisa
yang sebanding dengan uji HI hanya lebih spesifik (IgM/IgG dengue blot, dengue
rapid, dll). Pada infeksi sekunder, IgG lebih banyak didapatkan.
Isolasi virus
31
Identifikasi virus
NS1 antigen test ( Platelia Dengue NS1 Ag assay ) pemeriksaan untuk DHF
yang pertama kalai diperkenalkan tahun 2006 oleh Bio-Rad Laboratories, dapat
mendeteksi dihari pertama panas sebelum antibody dapat terdeteksi 5 hari
kemudian.
DIAGNOSIS
Klinis
3. Pembesaran hati.
4. Syok yang ditandai oleh nadi yang lemah, Hipotensi (tekanan sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin
dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien jadi gelisah.
Laboratorium
32
2. Dua gejala klinis pertama ditambah satu gejala laboratorium cukup untuk
menegakkan diagnosis kerja DHF
Suhu turun
Derajat (WHO,1997) :
4. Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
33
DIAGNOSIS BANDING
Pada awal penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus atau
protozoa seperti demam tifoid, campak, influenza, hepatitis, demam cikungunya,
leptospirosis, dan malaria. Adanya trombositopenia yang jelas disertai
hemokonsentrasi membedakan DHF dari penyakit lain. Diagnosis banding lain
adalah sepsis, meningitis meningokok, Idiophatic Trombositopenic Purpura (ITP),
leukemia, dan anemia aplastik.
34
Pada hari-hari pertama, ITP dibedakan dengan DHF dengan demam yang
cepat menghilang dan tidak dijumpai hemokonsentrasi, sedangkan pada fase
penyembuhan jumlah trombosit pada DHF lebih cepat kembali.
Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemia dan anemia aplastik. Pada
leukemia, demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat anemis.
Pada anemia aplastik anak sangat anemis dan demam timbul karena infeksi
sekunder.
PENATALAKSANAAN
Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi,
anoreksia dan muntah. Pasien perlu diberi banyak minum, 50 ml/kgBB dalam 4-6
jam pertama berupa air teh dengan gula, sirup, susu, sari buah atau oralit. Setelah
keadaan dehidrasi dapat diatasi, beri cairan rumatan 80-100ml/kgBB dalam 24 jam
berikutnya. Hiperpireksia diatasi dengan antipiretik dan bila perlu surface cooling
dengan kompres es. Parasetamol direkomendasikan untuk mengatasi demam
dengan dosis 10-15 mg/kgBB/kali.
Pemberian cairan intravena pada pasien DHF tanpa renjatan dilakukan bila
pasien terus-menerus muntah sehingga tidak mungkin diberi makanan peroral atau
didapatkan nilai hematokrit yang bertendensi terus meningkat (> 40 vol%). Jumlah
cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit,
dianjurkan cairan glukosa 5% dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila terdapat asidosis,
1/4 dari jumlah larutan total dikeluarkan dan diganti dengan larutan yang berisi
0,167 mol/liter natrium bikarbonat (3/4 bagian berisi larutan NaCl 0.9% + glukosa
ditambah 1/4 natrium bikarbonat).
35
36
37
Prinsip terapi DHF/DSS
38
Terapinya bersifat simtomatik dan suportif sesuai bagan di atas dengan
urutan:
Perkiraan Berat badan normal dapat dihitung dengan rumus. Untuk anak
umur 3-12 bulan: BB (kg)= 2x umur (tahun) +4
2. Tunjangan hidup dasar (pemberian oksigen) dan akses vena
Urin ditampung untuk urinanalisa dan jumlah diuresis urine (normal: 2-3
ml/kgBB/jam). Oliguria sering muncul sebelum penurunan tekanan darah
dan nadi
4. Pemasangan pipa oro/nasogastrik
Larutan ringer laktat (RL) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat
(D5/RL)
39
lebih cepat meningkatkan kadar hematokrit daripada kristaloid (ringer laktat) dan
komplikasi lain
Dekstran 40
Albumin 5%
Gelatin
Plasma
Hetastarch
Cairan intravena diperlukan saat (1) terjadinya syok (terapi yang utama) (2)
nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala (3) anak terus
menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi sehingga tak mungkin diberikan
minum per oral, ditakutkan terjadi dehidrasi sehingga mempercepat syok. Jumlah
cairan tergantung derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan
glukosa 5% dalam 1/3 larutan yang berisi 0,167 mol/liter biknat. Bila
hemokonsentrasi 20% atau lebih maka komposisi jenis cairan yang diberikan harus
sama dengan plasma, volume dan komposisi cairan yang diperlukan sama dengan
cairan untuk dehidrasi pada diare ringan dan sedang yaitu cairan rumatan ditambah
defisit 6% (5%-8%).
40
Berat waktu masuk(kg) Jumlah cairan (ml/kg BB per hari)
<7 220
7-11 165
12-18 132
>18 88
10 100 per kg BB
PENCEGAHAN
a. Menggunakan insektisida.
b. Tanpa insektisida
41
o Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas dan benda
lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
PROGNOSIS
Kematian oleh demam dengue hampir tidak ada, sebaliknya pada DHF/DSS
mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang,
dan Jakarta memperlihatkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya
lebih ringan daripada anak-anak.
42
BAB III
ANALISIS KASUS
An. MBF, perempuan usia 3 tahun, datang dengan keluhan 4 hari SMRS
penderita mengalami demam tinggi, mendadak dan terus menerus, suhu tidak
diukur. Demam tidak disertai menggigil, kejang (-), berkeringat (-), batuk (-), pilek
(-), kemerahan diwajah (-), ruam (-), nyeri kepala (+), nyeri belakang bola mata (+),
nyeri otot dan sendi (+), mimisan (-), perdarahan dibawah kulit (-), mual (-), muntah
(-), minum seperti biasa, BAB dan BAK normal, riwayat berkunjung keluar kota (-
), pasien tidak berobat. 4 jam SMRS, penderita masih mengalami demam tetapi
tidak terlalu tinggi, menggigil (-), kejang (-), berkeringat (+), kaki dan tangan teraba
dingin, batuk (-), pilek (-), kemerahan di wajah (-), ruam (-), nyeri kepala (+), nyeri
belakang bola mata (+), nyeri otot dan sendi (+), nyeri perut (-), mual (-), muntah
(-) mimisan (-), gusi berdarah (-), nafsu makan berkurang (+), anak masih bisa
minum banyak, BAB tidak lancar dan BAK normal. Penderita tampak semakin
lemas. Penderita dibawa ke dokter Sp.A dan dirujuk ke RSMH. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan takikardi isi dan tegangan lemah, anak tampak sakit sedang,
takikardi, febris, dan status pertumbuhan gizi baik. Pada pemeriksaan laboratorium
tanggal 30 Juli 2017 didapatkan tromosit 29.000, hematokrit 46% IgG Dengue
positif dan IgM Dengue positif.
Dari anamnesis didapatkan bahwa demam tinggi terus-menerus terjadi secara
tiba-tiba sejak 4 hari SMRS yang berarti demam terjadi secara akut. Hal tersebut
dapat menyingkirkan diagnosis banding demam akibat malaria dan akibat penyakit
kronik.Tampak tanda-tanda shock pada penderita yaitu takikardi, lemas dan akral
dingin.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil takikardi, febris, akral dingin,
uji rumple leed tidak dapat dilakukan karena syarat uji rumple leed yaitu ukuran
lengan atas lebih dari 5 cm sedangkan ukuran lengan atas penderita < 3 cm.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil trombosit 29.000/L, Ht
46%. Hasil laboratorium ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan trombosit dan
peningkatan hematokrit. Peningkatan ini dapat menyebabkan peningkatkan
43
permeabilitas vaskuler sehingga keluarnya komponen plasma (cairan) darah dari
dalam pembuluh darah menuju ke rongga abdomen. Hal ini ditandai dengan
pemeriksaan shifting dullnes (+) pada pemeriksaan follow up hari ke tiga. Akibat
dari peningkatan permeabilitas vaskular ini bisa menyebabkan penderita
mengalami shock. Pada pemeriksan serologi virus didapatkan hasil IgG Dengue
positif dan IgM Dengue positif menunjukkan kemungkinan adanya infeksi pada 2-
3 bulan sebelumnya.
44
nyamuk, membersihkan lingkungan, fogging, mencegah gigitan nyamuk dan
memantau).
45
DAFTAR PUSTAKA
2. Tedy B.S, TH. Analisis Faktor Risiko Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Helvetia Tengah Medan Tahun
2005. Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia. Vol. 1, No. 2, Edisi Desember 2005.
7. Hayunurdia. Hubungan antara factor lingkungan dan praktik PSN pada keluarga
dengan kejadian DBD di Wilayah kerja Puskesmas Srondol, Kecamatan
Banyumanik, Kota Semarang: skripsi. Semarang, unimus, 2009. Diakses pada
tanggal 3 Agustus 2017 pada jam 11.00 WIB dari URL
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdlhayunurdia-
5629babi.pdf
46
9. Dinkes Kabupaten Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun
2010.
10. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang tahun 2011.
12. WHO. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and
Dengue Haemorrhagic Fever. Revised and expanded edition. 2011.
13. Silitonga, ML. Chapter I [Online]. 2011. Diakses pada tanggal 3 Agustus 2017
pada jam 11.00 WIB dari URL
http://repository.usu.ac.id/123456789/5/Chapter%20I.pdf
14. Shah GS et, al. Clinical and Laboratory Profile of Dengue Infection In Children.
Kathmandu University Medical Journal (2006), Vol. 4, No. 1, Issue 13, 40-43.
17. CDC. 2009. Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. U.S. Department of
Health and Human Service Centers for Disease Control and Prevention. Diakses
pada tanggal 3 Agustus 2017 pada jam 11.00 WIB dari URL
http://www.cdc.gov/Dengue/resources/Dengue&DHF%20Information%20for
%20Health%20Care%20Practitioners_2009.pdf
18. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam Berdarah Dengue. In:
SudoyoAru W, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S, Simadibrata M, editors. Buku
47
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
p. 2773-79.
20. Who. Dengue and severe dengue.Diakses tanggal 3 Agustus 2017 pada jam
11.00 WIB dari URL http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/
22. Rezeki, Sri H et al. 2004. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat jendral Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Edisi ke-3. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
24. Dengue: guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control New
edition. 2009. WHO Library Cataloguing in Publication Data
26. Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, et al. Harrisons Principle of Internal
Medicine 17th edition Vol. I. New York : McGraw-Hill Medical Publishing
Division; 2009. p. 1239.
48
27. Sutaryo. Dengue. Yogyakarta :Penerbit Medika Fakultas Kedokteran UGM;
2004.
28. Lyn, Tan Ee. Treating Dengue More Difficult With Growing Obesity [internet].
2010. Diakses pada tanggal 3 Agustus 2017 pada jam 11.00 WIB dari URL
http://cid.oxfordjournals.org/content/52/5/i.full.pdf+html.
49