Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN

KERAPATAN KAWASAN HUTAN DI


KABUPATEN MUNA
(Tugas Analisis Paper tentang Kawasan Hutan)

OLEH

MUHAMMAD FIKRI AZIS


270110140034
KELAS B

Disusun untuk memenuhi salah satu nilai Tugas mata kuliah Regulasi Lingkungan Hidup

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2017
Judul Paper: ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN KERAPATAN KAWASAN HUTAN DI KABUPATEN MUNA

Penulis: Silfiani Buransa

I. Analisis 5W + 1H
a) What
Paper ini membahas tentang analisis kerapatan kawasan hutan beserta dampak
perubahannya dengan menggunakan teknologi pengindraan jauh. Adapun
metode pengindraan jauh yang digunakan yaitu dengan Citra Landsat Sulawesi
Tenggara Tahun 2006, 2009, dan 2013 Path Row 112 - 63 dan 112 64. Selain itu
digunakan pula data sekunder luas hutan di Kabupaten Muna tahun 2007 dan
2009 dari Kementrian Kehutanan.
b) Who
Paper ini ditulis oleh Silfiani Buransa dari Universitas Muhammadiyah Surakarta.
c) Where
Daerah penelitian yang dilakukan meliputi seluruh kawasan hutan di Kabupaten
Muna, Sulawesi Tenggara.
d) When
Paper ini disahkan untuk publikasi pada tanggal 6 April 2015. Sementara itu data
yang digunakan untuk penelitian beragam dari tahun 2006 hingga 2013.
e) Why
Fenomena yang melatarbelakangi mengapa dilakukan penelitian ini yaitu
berkurangnya luas kawasan hutan di Kabupaten Muna Sulawasi Tenggara telah
mencapai tingkat yang sangat kritis. Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan
Kabupaten Muna, luas kawasan hutan jati di Muna saat ini diperkirakan tinggal
sekitar 500 ha, dibanding tahun 1970-an yang mencapai 60.000 ha. Kondisi ini
diperburuk lagi oleh kegiatan pengelolaan hutan pemerintah Kabupaten Muna
dan penyalahgunaan HPH oleh beberapa pengusaha. Setiap tahunnya terjadi
degradasi hutan yang cukup signifikan, sehingga menyebabkan hutan di
Kabupaten Muna mengalami kerusakan yang sangat parah yang berdampak
pada aspek sosial politik, kebudayaan dan sebagainya.
f) How
Adapun penelitian ini dilakukan dengan melalui beberapa tahapan yaitu:
tahapan penelitian, tahapan pengolahan, serta penyajian data. Tahapan
penelitian terdiri dari tahapan persiapan dan pengumpulan data. Tahapan
pengolahan terdiri dari interpretasi citra, koreksi topografi, klasifikasi
multispektral, serta analisis perubahan kerapatan. Sementara itu, data yang
disajikan berupa komposit citra, analisis penggunaan lahan, perubahan luas
kerapatan hutan dan analisis dampak kerusakan hutan. Adapun kerapatan
hkawan hutan ini dianlisa menggunakan metode NDVI (Normalized Different
Vegetation Index)
II. Analisis SWOT
a) Strength
Paper ini mencantumkan data dengan rentang waktu yang cukup
lengkap mulai dari tahun 2007 hingga 2013
Data sekunder yang digunakan berasal dari sumber yang kredibel yaitu
dari Kementrian Kehutanan
Pengolahan data yang dilakukan cukup baik mulai dari interpretasi citra
hingga klasifikasi multispektral.
b) Weakness
Penelitian ini tidak melibatkan survey lapangan secara langsung,
melainkan hanya melalui analisis citra satelit serta data sekunder
Citra satelit yang digunakan masih terganggu awan sehingga metode
NDVI yang digunakan mungkin kurang akurat
c) Opportunity
Penelitian ini masih dapat dikembangkan dengan melibatkan data yang
lebih detail seperti dilibatkannya survey lapangan secara langsung
Informasi sekunder lainnya dapat lebih digali dari stakeholder lainnya
d) Threat
Pengecekan berupa survey lapangan dapat terkendala akses jalan yang
sulit
Pengumpulan data dari stakeholder dapat terkendala perizinan
III. Kaitan dengan Regulasi
Regulasi yang terkait dengan penelitian ini yaitu:
UU Nomor 41 Tahun 1999 Pasal 1
Regulasi ini terkait dengan penentuan kawasan hutan. Menurut UU Nomor 41
Tahun 1999 ini hutan, termasuk hu-tan tanaman, bukan hanya sekumpulan
individu pohon, namun merupakan suatu komunitas (masyarakat) tumbuhan
(vegetasi) yang kompleks yang terdiri dari pohon, semak, tumbuhan bawah,
biota tanah, dan hewan. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan
dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan. Penetapan kawasan hutan juga ditujukkan untuk menjaga dan
mengamankan keberadaan dan keutuhan kawasan hutan sebagai penggerak
perekonomian lokal, regional dan nasional serta sebagai penyangga kehidupan
lokal, regional, nasional dan global.
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 464/Kpts-II/1995
Regulasi ini berkaitan dengan pengelolaan kawasan lindung. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 464/Kpts-II/1995 bahwa pengelolaan
kawasan lindung merupakan urusan yang telah diserahkan kepada Pemda
Tingkat II. Pelimpahan dan wewenang pengelolaan hutan, terutama kawasan
lindung diharap-kan akan lebih efektif dan efisien serta akan lebih terasa
manfaatnya bagi kehidupan masyarakat. Namun pelimpahan wewenang
pengelolaan tersebut tidak menunjukkan perubahan positif yang signifikan,
tetapi kerusakan hutan kawasan hutan lindung justru sering terjadi.
IV. Kaitan dengan Geologi
Kaitannya dengan geologi dari penelitian ini yaitu dengan aspek geomorfologi dan
pengindraan jauh. Analisis pengindraan jauh digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode NDVI (Normalized Different Vegetation Index). Selain itu,
kaitannya dengan geologi yaitu dari segi kebencanaan. Berkurangnya kerapatan
kawasan hutan dapat menyebabkan berbagai bencana geologi seperti tanah longsor.
Vegetasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya longsor.
Kestabilan suatu lereng dapat berkurang akibat berkurangnya vegetasi dikarenakan gaya
yang menahan pergerakan tanah berkurang sehingga terjadilah longsor. Adapun
kebencanaan lainnya yaitu banjir bandang serta kekeringan juga dapat terjadi akibat
berkurangnya kawasan hutan ini.

Referensi:
Buransa, Silfiani., 2015. Analisis Dampak Perubahan Kerapatan Kawasan Hutan di
Kabupaten Muna . Surakarta: Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Anda mungkin juga menyukai