Anda di halaman 1dari 10

KOMUNIKASI DENGAN KLIEN

Komunikasi antara auditor dengan klien pada penutupan audit melibatkan komite audit
dan manajemen. Selama melaksanakan audit, auditor mungkin mengetahui persoalan yang
menyangkut pengendalian intern yang mungkin perlu diketahui oleh komite audit. Dalam SA
Seksi 325, persoalan yang diharuskan untuk dilaporkan kepada komite audit untuk selanjutnya
disebut dengan kondisi yang dapat dilaporkan. Secara khusus, ini adalah persoalan yang menarik
perhatian auditor, yang menurut pertimbangannya, harus dikomunikasikan kepada komite audit,
karena merupakan kekurangan material dalam desain atau operasi pengendalian intern, yang
berakibat buruk terhadap kemampuan organisasi tersebut dalam mencatat, mengolah,
mengikhtisarkan, dan melaporkan data keuangan yang konsisten dengan asersi manajemen
dalam laporan keuangan. Kekurangan demikian dapat mencakup aspek lima komponen
pengendalian internal:
a) Lingkungan pengendalian,
b) Penaksiran risiko,
c) Aktivitas pengendalian,
d) Informasi dan komunikasi, dan
e) Pemantauan.
Auditor mungkin juga mengidentifikasi persoalan yang menurut pertimbangannya,
bukan merupakan kondisi yang dapat dilaporkan sebagai yang didefinisikan. Namun, auditor
mungkin memutuskan untuk mengkomunikasikan persoalan demikian bagi kepentingan
manajemen (dan bagi penerima semestinya laporan audit lainnya). Sedangkan, komunikasi
dengan manajemen dilakukan melalui surat manajemen.
Komunikasi tersebut dapat berbentuk lisan atau tertulis. Jika informasi dikomunikasikan
secara lisan, auditor harus mendokumentasikan komunikasi tersebut dengan catatan atau memo
memmadai dalam kertas kerja. Bila auditor berkomunikasi dalam bentuk lisan, laporn harus
menunjukan bahwa hal itu hanya dimaksudkan untuk digunakan oleh komite audit atau dewan
komisari dan, jika diperlukan, oleh manajemen.

A. Komunikasi dengan Komite Audit

1. Mengkomunikasikan hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian internal


AU 235 mempersyaratkan auditor untuk menyampaikan kondisi-kondisi yang dapat
dilaporkan, yaitu kekurangan yang signifikan dalam perancangan atau operasi
pengendalian internal yang dapat berpengaruh buruk terhadap kemampuan organisasi
untuk mencatat, memproses, mengikhtisarkan, dan melaporkan data keuangan yang
konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan.

Penentuan suatu kekurangan sebagai kondisi yang dapat dilaporkan dipengaruhi


oleh hal-hal seperti ukuran entitas, kerumitan operasi, struktur organisasi, dan karakter
kepemilikan.

Komunikasi sebaiknya dilakukan dalam bentuk tertulis. Didalam laporan tersebut harus :

a. Menunjukan bahwa tujuan audit adalah melaporkan tentang laporan keuangan dan
bukan memberikan kepastian pengendalian internal.
b. Menyertakan tentang kondisi yang dapat dilaporkan
c. Menyertakan pembatasan pembagian

Suatu kondisi yang dapat dilaporkan bisa begitu besar sehingga merupakan
kelemahan yang material. Kelemahan yang material adalah suatu kondisi yang dapat
dilaporkan dimana rancangan atau operasi dari satu atau lebih komponen pengendalian
internal tidak mengurangi resiko hingga tingkat yang relatif rendah, sehingga salah saji
yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan dalam jumlah yang material dalam
kaitannya dengan laporan keuangan yang sedang diaudit mungkin terjadi dan tidak
terdeteksi pada periode yang tepat waktu dan karyawan ketika melaksanakan kegiatan
normal dari fungsi yang telah dibebankan kepadanya

Apabila kelemahan yang material didefinisikan dan diuraikan dalam laporan,


auditor perlu menambahkan paragraph tambahan yang berisi tentang definisi kelemahan
yang material dan uraian tentang kondisi yang dapat dilaporkan yang merupakan
kelemahan material.

2. Mengkomunikasikan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan audit

AU 380 mempersyaratkan auditor untuk menyampaikan hal-hal tertentu


berkenaan dengan pelaksanaan audit kepada mereka yang bertanggung jawab mengawasi
pelaporan keuangan (komite audit dari dewan komisaris atau komite keuangan).
Komunikasi dilakukan secara lisan atau tulisan selama atau segera setelah audit.

Komunikasi dengan komite audit dapat mencakup :

a. Tanggung jawab auditor menurut GAAS


Termasuk kepastian yang diberikan olehsuatu audit bahwa laporan keuangan telah
bebas dan salah saji yang material, konsep materialitas yang digunakan dalam audit,
dan jenis pengujian audit yang dilaksanakan.
b. Kebijakan akuntansi yang signifikan
Seperti seleksi awal dan perubahan kebijakan manajemen, metode akuntansi yang
digunakan untuk transaksi signifikan yang tidak biasa, dan pengaruh kebijakan
terhadap bidang-bidang yang kurang memiliki pedoman atau consensus berwenang.
c. Pertimbangan auditor tentang mutu prinsip akuntansi entitas
Pembahasan ini lazimnya akan menyertakan manajemen sebagai pesertaaktif
karena mereka mempunyai tanggung jawab utama untuk menetapkan prinsip-prinsip
akuntansi
d. Pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi
Mencakup dasar untuk pertimbangan dan proses membuat estimasi akuntansi
e. Penyesuaian audit yang signifikan
Secara agregat, mempunyai pengaruh penting terhadap proses pelaporan
keuangan entitas itu.
f. Ketidaksepakatan dengan manajemen
Ketidaksepakatan dengan manajemen yang signifikan mengenai laporan
keuangan atau laporan auditor, dan ketidaksepakatan berkenaan dengan penerapan
prinsip akuntansi serta dasar untuk pertimbangan manajemen tentang estimasi
akuntansi.
g. Konsultasi dengan akuntan lain
h. Masalah penting yang dibahas dengan manajemen sebelum penarikan diri
Termasuk yang bersangkutandenganprinsipakuntansidanstandar auditing
i. Kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan audit
Seperti penangguhan yang tidak semestinya oleh manajemen tentang izin
pelaksanaan audit dan memberikan informasi yang diperlukan, tidak tersedianya
personil klien, serta kelalaian klien untuk menyelesaikan skedul yang disiapkan klien
secara tepat waktu.

B. Komunikasi dengan Manajemen

Selama berlangsungnya audit, auditor melakukan pembicaraan dengan manajemen


mengenai berbagai hal yang mencakup berikut ini:
a) Pemahaman atas bisnis klien;
b) Rencana audit;
c) Dampak perundangan atau standar professional atas audit;
d) Informasi yang diperlukan untuk menentukan risiko audit;
e) Penjelasan, bukti, dan representasi dari manajemen atau dari tingkat yang lebih
rendah dalam organisasi;
f) Pengamatan dan saran yang dihasilkan dari audit tentang hal-hal efisiensi
operasional atau administratif, strategi bisnis, dan unsur lain yang menarik
perhatian,
g) Informasi yang tidak diaudit yang diinginkan oleh manajemen untuk
publikasikan dengan laporan keuangan auditan yang menurut pertimbangan
auditor tidak konsisten atau tampak menyesatkan pembaca.

Pembicaraan tersebut umumnya dilaksanakan selama kunjungan fisik


audit berlangsung, namun dapat terjadi di waktu yang lain. Bila pembicaraan
dilaksanakan untuk memperoleh bukti audit, auditor perlu mengidentifikasi
secara seksama seseorang yang semestinya menjadi sumber informasi bagi
auditor. Semua pembicaraan dengan manajemen harus didokumentasikan dalam
kertas kerja audit. Dokumentasi tersebut mencakup penjelasan dan representasi
tentang transaksi material.
Ketika menyelesaikan suatu audit, banyak auditor menganggap pembuatan
surat untuk manajemen akan bermanfaat atau yang biasa disebu tsurat
manajemen (Management Letter).
Management letter berkaitan dengan peningkatan efektivitas dari efisiensi
operasi perusahaan yang memperlihatkan kepentingan yang berkelanjutan dari
auditor dalam hal kesejahteraan dan masa depan klien. Penyusunan management
letter tidak disyaratkan oleh GAAS.
Dalam membuat management letter, perlu diperhatikan beberapa hal
penting agar dihasilkan suatu management letter yang baik dan efektif:
a) Management letter harus tepat waktu (timely), sehingga perusahaan masih
sempat melakukan perbaikan-peraikan dalam pengendalian intern. Jika
management letter terlambat diberikan, kemungkinan besar kelemahan-
kelemahan dalam pengendalian intern sudah mengakibatkan terjadinya
kesalahan dan kecurangan yang merugikan perusahaan.
b) Management letter harus berisi saran-saran yang bermanfaat dan bisa
diterapkan.
c) Komentar dan saran-saran dalam management letter tidak boleh
merupakan sesuatu yang surprise. Untuk itu, sebelumnya konsep
management letter harus di diskusikan terlebih dahulu dengan manajemen
perusahaan dan bagian yang berkaitan dan dimintakan komentar dari
manajemen.
d) Management letter harus ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik,
halus dan tidak menyinggung perasaan orang lain.
e) Kelemahan dan saran yang diberikan bisa diurut berdasarkan urutan-
urutan pos neraca dan laba rugi atau menurut hal-hal yang paling penting
yang memerlukan perhatian khusus dari manajemen dan perlu
penanganan secepat mungkin.
f) Saran-saran yang diberikan harus sesuai dengan kondisi bisnis perusahaan
dan harus menunjukkan kemauan baik kantor akuntan publik untuk
membantu pengembangan usaha perusahaan.
g) Pada bagian akhir management letter jangan lupa untuk mengucapkan
terima kasih kepada manajemen dan seluruh staf perusahan, atas segala
bantuan dan kerjasama yang diberikan mereka selama akuntan publik
melaksanakan pemeriksaannya.

Management letter harus disiapkan dengan secara cermat, disusun dengan rapi,
dan ditulis dengan nada membangun yang mencakup tentang :

a. Hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian internal yang tidak dipertimbangkan


sebagai kondisi yang dapat dilaporkan.
b. Rekomendasi mengenai pengelolaan sumber daya dan jasa bernilai tambah yang
tercatat selama audit
c. Hal-hal yang bersangkutan dengan pajak
KASUS

Audit Umum PT Kereta Api Indonesia (KAI)

Penerapan proses GCG dalam suatu perusahaan merupakan proses yang tidak mudah.
Diperlukan konsistensi, komitmen dan pemahaman tentang bagaimana seharusnya proses
tersebut dijalankan dalam perusahaan. Dalam perusahaan publik maupun di BUMN penerapan
proses GCG belum diterapkan dan dipahami seutuhnya. Hal tersebut bisa dilihat dari kasus
kasus yang terjadi.

Seperti kasus audit umum yang dialami oleh PT KAI. Kasus ini menunjukkan bagaimana
proses tata kelola yang dijalankan dalam suatu perusahaan dan bagaimana peran dari tiap-tiap
organ pengawas di dalam menyajikan laporan keuangan yang tidak salah saji dan mampu
menggambarkan keadaan keuangan perusahaan yang semestinya. PT KAI memiliki business
environment yang berbeda dengan perusahaan lainnya.

Permasalahan yang dihadapi PT KAI. Kasus ini bermuara dari perbedaan pandangan
antara manajemen dan komisaris, khususnya ketua komite audit. Komisaris menolak menyetujui
dan menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit oleh Auditor Eksternal. Perbedaan
pandangan tersebut bersumber pada perbedaan pendapat mengenai:

1. Masalah piutang PPN Piutang PPN per 31 Desember 2005 senilai Rp 95,2 M, menurut
Komite Audit harus dicadangkan penghapusannya pada tahun 2005 karena diragukan
kolektibilitasnya, tetapi tidak dilakukan oleh manajemen dan tidak dikoreksi oleh
auditor. Manajemen menganggap bahwa pemberian jasa yang dilakukannya tidak kena
PPN, namun karena Dirjen Pajak menagih PPN atas jasa tersebut, PT KAI menagih PPN
tersebut kepada pelanggan.

2. Masalah Beban Ditangguhkan yang Berasal dari Penurunan Nilai Persediaan


Saldo beban yang ditangguhkan per 31 Desember 2005 sebesar Rp 6 M yang merupakan
penurunan nilai persediaan tahun 2002 yang belum di amortisasi, menurut Komite Audit
harus dibebankan sekaligus pada tahun 2005 sebagai beban usaha.

3. Masalah Persediaan Dalam Perjalanan. Berkaitan dengan pengalihan persediaan suku


cadang RP 1,4 M yang dialihkan dari satu unit kerja ke unit kerja lainnya di lingkungan
PT KAI yang belum selesai proses akuntansinya per 31 Desember 2005, menurut
Komite Audit seharusnya telah menjadi beban tahun 2005.

4. Masalah Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditentukan Statusnya (BPYBDS) Dan


Penyertaan Modal Negara (PMN) BPYBDS sebesar Rp 674,5 M dan PMN sebesar Rp
70 M yang dalam laporan audit digolongkan sebagai pos tersendiri di bawah hutang
jangka panjang, menurut Komite Audit harus direklasifikasi menjadi kelompok ekuitas
dalam neraca tahun buku 2005.

5. Masalah Uang Muka Gaji. Biaya dibayar di muka sebesar Rp 28 Milyar yang merupakan
gaji bulan Januari 2006 dan seharusnya dibayar tanggal 1 Januari 2006 tetapi telah
dibayar per 31 Desember 2005 diperlakukan sebagai uang muka biaya gaji, yang
menurut Komite Audit harus dibebankan pada tahun 2005.

Beberapa hal yang diidentifikasi turut berperan dalam masalah pada laporan keuangan PT Kereta
Api, adalah :

a. Auditor internal tidak berperan aktif dalam proses audit, yang berperan hanya auditor
eksternal.

b. Komite audit tidak ikut dalam proses penunjukkan auditor sehingga tidak terlibat dalam
proses audit.

c. Manajemen (termasuk auditor internal) tidak melaporkan pada komite audit, dan komite
audit juga tidak menanyakannya.

d. Adanya ketidakyakinan manajemen akan laporan keuangan yang telah disusun, sehingga
ketika komite audit mempertanyakannya, manajemen merasa tidak yakin.

KESIMPULAN

a) Perselisihan antara Dewan Komisaris dan Direksi sebenarnya dapat diselesaikan dengan
cara yang lebih elegan.

b) Dewan Komisaris merupakan suatu dewan, sehingga akan sangat ideal apabila Dewan
Komisaris mempunyai satu orang juru bicara yang mengatasnamakan seluruh Dewan
Komisaris sehinnga Dewan Komisaris memiliki satu suara.
c) Komunikasi Auditor Eksternal dengan Komite Audit merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam proses audit suatu perusahaan.

d) Komunikasi antara Komite Audit dengan Internal Auditor yang belum tercipta dengan
baik merupakan salah satu fakttor yang turut memiliki andil dalam memicu kasus ini.

e) Terkait dengan prinsip konsistensi yang harus diterapkan dalam akuntansi, perlu
ditekankan bahwa pelaksanaan prinsip konsistensi dengan tetap berpegang pada
pengetahuan dan prinsip akuntansi yang berlaku.

f) Beberapa hal teknis yang perlu dipertimbangkan untuk dikembangkan adalah PSAK yang
khusus mengatur mengenai PSO (Public Service Obligation), IMO (Infrastrukture
Maintenance and Operation), TAC (Track Access Charges), dan BPYBS serta
komputerisasi akuntansi dan penyederhanaan chart of account atau penyederhanaan
sistem akuntansi.

SARAN

a) Komite Audit tidak memberikan second judge atas opini Auditor Eksternal, karena opini
sepenuhnya merupakan tanggung jawab Auditor Eksternal.

b) Harus ada upaya untuk membenarkan kesalahan tahun-tahun lalu, karena konsistensi
yang salah tidak boleh dipertahankan.

c) Komite Audit tidak bicara pada publik, karena esensinya Komite Audit adalah organ
Dewan Komisaris sehingga pendapat dan masukan Komite Audit harus disampaikan
kepada Dewan Komisaris.

d) Komite Audit dan Dewan Komisaris sebaiknya melakukan inisiatif untuk membangun
budaya pengawasan dalam perusahaan melalui proses internalisasi, sehingga pengawasan
merupakan bagian tidak terpisahkan dari setiap organ dan individu dalam organisasi.

e) Komite Audit berperan aktif dalam mengkoordinasikan seluruh tahapan proses auditing,
mulai dari penunjukan, pembuatan program, mengevaluasi dan memberikan hasil
evaluasi kepada Dewan Komisaris, yang akan mengkomunikasikannya kepada Direksi.

f) Manajemen menyusun laporan keuangan secara tepat waktu, akurat, dan full disclosure.
g) Komite Audit menjebatani agar semua pihak di perusahaan trlibat aktif dalam
pengawasan.

Anda mungkin juga menyukai