Anda di halaman 1dari 2

Demokrasi sebagai sistem penyelenggaraan kehiduppan masyarakat tidak dapat

terbebas begitu saja (value free) , melainkan penuh dengan nilai-nilai (value laden). Henry B.
Mayo (dalam Miriam Budiarjo, 1996) menguraikan nilai-nilai demokrasi menjadi nilai
bersifat umum dan nilai yang bersifat khusus. Nilai yang bersifat umum menyatakan bahwa
demokrasi bekerja untuk rakyat. Nilai ini dikatakan masih kabur, sebab dalam kenyataannya
masih dapat dipersoalkan siapa rakyat yang dimaksud. Sering pemerintah mengatasnamakan
rakyat walaupun sebenarnya untuk kepentingan golongan tertentu. Walaupun nilai umum ini
masih kabur, nilai itu tetap bermanfaat, untuk diperinci lebih lanjut menjadi nilai-nilai yang
lebih khusus.

Nilai yang bersifat khusus yang meliputi 9 hal. Pertama, demokrasi menyelesaikan
pertikaian secara damai dan sukarela. Penyelesaian pertikaian secara damai dan terlembaga,
dengan suara bukan dengan peluru, dengan menghitung kepala bukan dengan memecah
kepala. Kedua, demokrasi menjamin terjadinya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang selalu berubah. Metode demokrasi seperti fleksibilitas, kepekaan terhadap
pendapat umum dan pengaruh kepemimpinan, keterbukaan terhadap pendapat yang berbeda,
semuanya menjamin penyesuaian diri terhadap hal-hal yang menimbulkan perubahan. Ketiga,
demokrasi menjamin pergantian penguasa dengan teratur. Demokrasi merupakan jawaban
terhadap masalah yang tidak ada satu sistem lainpun yang dapat memberikan jawaban yang
memuaskan, bagaimanakah mencari dan mengganti penguasa dengan damai dan sah atau
legal. Keempat, dalam demokrasi penggunaan paksaan sesedikit mungkin. Kebijaksanaan
demokratis memang bukan merupakan keputusan yang memberikan kepada semua yang
dituntut orang; ia merupakan kompromi mekanis yang dibentuk dari dialog dan perjuangan
terus-menerus. Kelima, demokrasi menghargai nilai keanekaragaman. Demokrasi mengakui
bahwa keanekaragaman itu ada dan menganggap sah bila terdapat pendapat dan kepentingan
yang berlainan. Keenam, demokrasi menegakkan keadilan. Dalam sistem demokrasi,
kemungkinan terjadinya ketidakadilan jauh lebih kecil dibanding dengan sistem yang lain.
Demokrasi menghargai manusia satu sama lain (asas equity). Ketujuh, sistem politik
demokrasi paling baik dalam memajukan ilmu pengetahuan. Metode ilmiah itu mengandung
nilai tidak memihak, tekun, jujur, bersifat sementara, berintegritas, adil, maupun patuh pad
tradisi ilmiah. Kedelapan, dalam demokrasi terdapat kebebasan, terutama dalam politik.
Kebebasan sebagai alat agar para warga negara mendapat bagian dalam kekuasaan politik.
Sembilan, nilai dapat diberikan kepada demokrasi karena kekurangan-kekurangan yang
terdapat dalam sistem lain.
Masyarakat demokrasi akan berfungsi dengan baik apabila penghubung antar
komponen dalam sistem dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Demokrasi tidak akan
datang, tumbuh, dan berkembang dengan sendirinya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Karena itu demokrasi memerlukan usaha nyata setiap warga negara
dan perangkat pendukungnya yaitu budaya yang kondusif sebagai manifestasi dari mind set
pelaksanaan demokrasi. Pemerintahan demokrasi membutuhkan kultur demokrasi yang
dalam masyarakat untuk membuatnya eksis dan tegak.

Kinerja kekuatan sosial infrastruktur politik dalam masyarakat, juga akan menentukan
praktik demokrasi yang berkualitas. Pamudji (1985) menyatakan ada lima komponen, yaitu :
partai politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan, media komunikasi politik, dan
tokoh politik.

Di indonesia sendiri telah memiliki lembaga-lembaga yang merupakan representasi


kekuasaan negara, seperti MPR, DPR, DPD, Presiden dengan kabinet, BPK, MA, MK, dan
KY. Lembaga-lembaga tersebut memiliki hubungan kerja yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan baik dengan sesama lembaga negara maupun lembaga infrastruktur
dalam hubungan tertentu.

Demokratisasi merupakan perjuangan yang panjang dan kompleks, yang tidak datang
dengan mudah. Demokrasi bangkit dari keinginan individu untuk berpartisispasi dalam
pengambilan keputusan yang menyangkut hidup mereka (Harold Hongju Koh, 2000).

Anda mungkin juga menyukai