tetap diffi-kultus untuk menentukan. Dua internasionalkonsensus berundingencespada tahun 1991 dan
2001 digunakan pendapat ahli untuk menghasilkan definisi skr-sewa.3,4 Namun, kemajuan dalam
pemahaman tentang Pathobiology dan apresiasi bahwa unsur-unsur dari defini-tions mungkin sudah
ketinggalan zaman, tidak akurat, atau membingungkan diminta Masyarakat Eropa Pengobatan
Perawatan Intensif dan Society of Critical CareMedicine untuk mengadakan Ketiga Konsensus
Internasional Task Force untuk menguji kembali definisi. Seperti banyak sindrom, tidak ada standar
emas tes diagnostik untuk sepsis. Oleh karena itu, tugas kekuatan memilih beberapa metode untuk
mengevaluasi kegunaan kriteria klinis calon, termasuk kejelasan, kehandalan (konsistensi dan
ketersediaan), konten validitas (biologis rasio-nale dan validitas wajah), validitas konstruk
(kesepakatan antara langkah-langkah serupa), kriteria validitas (korelasi dengan langkah-langkah
pem-likasikan dan hasil), beban, dan ketepatan waktu. Upaya sebelum un-seperti, satgas digunakan
sistematis literatur re-pandangan dan data empiris analisis untuk musyawarah ahli.
Berdasarkan kejelasan dan konten validitas dan setelah kajian literatur dan musyawarah ahli, gugus
tugas direkomendasikan penghapusan istilah sindromsepsis, septikemia,dan sepsis se-vere dan bukan
didefinisikan sepsis sebagai disfungsi mengancam jiwa atau-gan karena host tidak teregulasi respon
terhadapinfeksi.5 Dari catatan, gugus tugas tidak berusaha untuk mendefinisikan kembali infeksi.
Sebaliknya, di samping berusaha untuk menghasilkan rekomen-tions untuk kriteria klinis yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi sepsis antara pasien yang diduga atau dikonfirmasi infeksi. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menginformasikan langkah ini dengan menganalisis data dari beberapa
database rumah sakit besar untuk mengeksplorasi validitas konstruk dan kriteria validitas kriteria yang
ada dan novel as-sociated dengan sepsis.
Metode
Penelitian ini disetujui dengan pengabaian informed consent oleh dewan review kelembagaan dari
University of Pittsburgh, Kaiser Permanente Northern California (Kpnc), Veteran Ad-pertolongan
(VA) Ann Arbor Sistem Kesehatan, Washington State Departemen Kesehatan, King County
Emergency medis Ser-keburukan (KCEMS), University of Washington, dan Rumah Sakit Jena
University.
Encounters kemudian dibagi menjadi desil risiko dasar. Dalam setiap desil, angka kematian di rumah
sakit panjang ICU menginap 3 hari atau lebih lama ditentukan membandingkan pertemuan dengan
infeksi dengan 2 atau lebih SIRS, SOFA, LODS, dan qSOFA menunjuk vs pertemuan dengan kurang
dari 2 kriteria yang sama skor (ambang 2 poin ditentukan apriori). Diskriminasi Model dinilai dengan
AUROC untuk setiap hasil dengan menggunakan skor kontinyu (s) saja, kemudian ditambahkan ke
model risiko dasar. Analisis secara terpisah dilakukan dalam pertemuan ICU dan pertemuan non-ICU
pada awal di-fection. Baru, kriteria sederhana dalam set data eksternal adalah sebagai-sessed di kedua
ICU dan non-ICU pertemuan. Karena laktat serum secara luas digunakan sebagai alat skrining di
sepsis,22 bagaimana pengukurannya akan meningkatkan prediksi va-lidity kriteria baru dinilai dalam
post hoc analisis. Evalu-asi termasuk model qSOFA yang melakukan dan tidak termasuk se-rum laktat
di ambang 2.0, 3.0, dan 4.0 mmol / L (18, 27, dan 36 mg / dL) dan sebagai variabel kontinu.23 Data
Hanya Kpnc digunakan untuk analisis ini karena program berkualitas im-perbaik an yang sedang
berlangsung mempromosikan sering serum laktat mea-surement seluruh sistem kesehatan
diminimalkan pengganggu oleh indikasi.24
Semua analisis dilakukan dengan software STATA, ver-sion 11,0 (Stata Corp). Semua uji signifikansi
menggunakan2-sided P 0,05. Kami dianggap AUROCs menjadi miskin di 0,6-0,7, ad-menyamakan
di 0,7-0,8, baik pada 0,8-0,9, dan sangat baik pada 0,9 atau lebih tinggi.25
Hasil
Kelima, kami membandingkan validitas prediktif dengan tes mengambil kesimpulan-ence yang
mungkin sensitif terhadap ukuran sampel. We found that sta-tistically significant differences in
AUROC were often present, yet these resulted in differences in classification with debat-able clinical
relevance. We reconciled these data by reporting the fold change in outcome comparing encounters of
differ-ent scores to provide more clinical context.
Sixth, the acute, life-threatening organ dysfunction in sep-sis may also occur at different times in
different patients (before, during, or after infection is recognized).37 Results were unchanged over a
variety of time windows, including both long (72-hour) and short (6-hour) windows around the onset
of in-fection. Prospective validation in other cohorts, assessment in low- to middle-income countries,
repeated measurement, and the contribution of individual qSOFA elements to predic-tive validity are
important future directions.
Conclusions
Among ICU encounters with suspected infection, the predic-tive validity for in-hospital mortality
of SOFA was not signifi-cantly different than the more complex LODS but was statis-tically greater
than SIRS and qSOFA, supporting its use in clinical criteria for sepsis. Among encounters with
suspected infection outside of the ICU, the predictive validity for in-hospital mortality of qSOFA was
statistically greater than SOFA and SIRS, supporting its use as a prompt to consider possible sepsis.