Anda di halaman 1dari 3

Property- Rights Regimes and Natural Resources : A Conceptual Analysis

Edella Schlager and Elinor Ostrom

Lila Juniyanti (E161160068)

Istilah common property resource seringkali dimaknai sebagai situasi empirik yang
meliputi : (1) property yang dimiliki oleh pemerintah, (2) property yang tidak dimiliki oleh
siapapun dan (3) property yang dimiliki dan dijaga oleh masyarakat sebagai pengguna
sumberdaya. Artikel yang ditulis Schlager dan Ostrom membedakan rezim property right
berdasarkan keragaman pengguna sumberdaya, antara lain authorized user, claimant, proprietor
dan owner.
Kegiatan pemanfaatan sumberdaya dilakukan berdasarkan aturan operasional, yang mana
aturan ini merupakan bentuk persyaratan dan aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan
dalam memanfaatkan sumberdaya. Aturan operasional itu terbentuk dan dapat berubah dengan
adanya collective choice action dari pihak-pihak yang terlibat di dalam pemanfaatan
sumberdaya. Right merupakan hasil dari adanya rules, yang mana right merupakan aksi tertentu
yang diakui sedangkan rules merupakan preskripsi untuk menciptakan suatu pengakuan atau
kewenangan. Dalam common-pool resources, property right pada tingkat operasional
didefinisikan sebagai akses dan penarikan. Akses merupakan hak untuk memasuki suatu
properti atau sumberdaya secara fisik, sedangkan penarikan (withdrawal) merupakan hak untuk
memperoleh produk dari sumberdaya seperti menangkap ikan, memperoleh air dan sebagainya.
Dalam istilah common poll resources, hak kepemilikian berdasarkan pilihan bersama
terdiri dari hak untuk melakukan manajemen, eksklusi, dan alineasi. Manajemen didefinisikan
sebagai hak untuk mengatur pola penggunaan sumberdaya secara internal dan mengubah suatu
sumberdaya menjadi bentuk lain yang lebih bernilai dengan melakukan pengolahan terhadap
sumberdaya tersebut. Eksklusi adalah hak untuk menentukan siapa yang diperbolehkan untuk
mengakses sumberdaya dan bagaimana sumberdaya memungkinkan untuk ditransfer
kepemilikannya. Selanjutnya untuk alineasi merupakan hak untuk menjual dan atau menyewa.
Individu yang memiliki hak manajemen berarti memiliki kewenangan untuk menentukan
bagaimana, kapan, dan dimana pemanenan dari sumberdaya terjadi dan bagaimana struktur
sumberdaya memungkinkan untuk diubah.
Hak seseorang dalam memanfaatkan sumberdaya berdasarkan posisinya dibedakan
menjadi authorized users, claimant, proprietor dan owner. Authorized users memiliki hak untuk
melakukan manajemen dan eksklusi terhadap sumberdaya. Meskipun pengguna ini memiliki hak
untuk menjual hasil panen mereka tetapi mereka tidak memiliki kewenangan untuk berpartisipasi
dalam aksi bersama untuk mengubah aturan operasional. Ijin dalam pemanfaatan sumberdaya
dapat saja ditransfer secara bebas tapi tidak terdapat jaminan bagi individu yang melakukan
pemanfaatan sumberdaya. Claimants adalah individu yang memiliki hak yang sama dengan
authorized users ditambah dengan hak untuk melakukan manajemen. Dengan adanya hak
manajemen, claimants memiliki hak untuk menentukan aturan pada level operasional. Namun
mereka tidak dapat mencegah siapa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan mengakses
sumberdaya dan juga mereka tidak dapat melakukan alineasi dalam hak manajemen. Proprietor
didefinisikan sebagai individu yang memiliki hak untuk berpartisipasi dalam manajemen dan
melakukan eksklusi. Mereka memiliki kewenangan untuk menentukan siapa yang diperbolehkan
untuk mengakses sumberdaya dan bagaimana sumberdaya tersebut dimanfaatkan.
Bagaimanapun, mereka tidak memiliki hak untuk melakukan aleniasi. Ketika seorang individu
dapat memiliki hak untuk melakukan manajemen dan eksklusi, serta memliki hak untuk aleniasi
yang mana mereka dapat menjual dan atau menyewakan sumberdaya maka mereka disebut
sebagai owners.
Pengguna yang memiliki hak akses, manajemen dan atau eksklusi bisa jadi didukung atau
ditegakkan haknya oleh pemerintah sebagai pihak yang secara resmi memiliki hak untuk
menggunakan sumberdaya tertentu yang dikenal dengan hak milik secara de jure. Pemilik atau
pengguna sumberdaya yang memiliki pengakuan secara hukum akan lebih mudah
mempertahankan hak mereka ketika ada kendala terkait administratif maupun aturan hukum,
dengan kata lain pengguna ini akan lebih sustain dalam melakukan pemanfaatan sumberdaya.
Namun yang sering terjadi dalam common pool resources adalah hak kepemilikan itu berasal
dari masyarakat dan diakui diantara masyarakat itu sendiri sebagai pengguna sumberdaya yang
pada akhirnya dikenal dengan istilah kepemilikan secara de facto. Pengguna sumberdaya ini
menentukan dan mempertahankan haknya diantara para pengguna sumberdaya itu sendiri.
Beberapa hak yang mereka miliki dalam mengelola sumberdaya merupakan hak yang diakui
secara de facto sepanjang mereka tidak diakui oleh pemerintah yang berwenang. Dalam beberapa
situasi, pengguna sumberdaya memiliki posisi sebagai authorized user atau claimant secara de
jure namun pada kenyataannya di lapangan berdasarkan pemahaman bersama dan pengakuan
masyarakat lokal, pengguna tersebut sudah berperan sebagai proprietor.
Secara khusus aleniasi atau hak untuk mentransfer kepemilikan atas sumberdaya
dipercaya sebagai aspek yang krusial terhadap penggunaan sumberdaya secara efisien terutama
untuk melakukan investasi sumberdaya jangka panjang. Dengan kata lain hak alineasi ini dapat
memungkinkan suatu sumberdaya yang semula kurang produktif dapat menjadi sumberdaya
yang lebih produktif karena pemilik dari sumberdaya alam akan melakukan investasi untuk
menjaga atau bahkan meningkatkan produktivitas dari sumberdaya. Untuk itu hak alineasi dan
eksklusi menjadi aspek yang penting dalam membedakan pengguna sumberdaya.
Rezim property right ini dapat berubah dalam waktu tertentu karena disebabkan oleh
berbagai hal. Sebagai contoh ketika awalnya pengguna hanya sebagai authorized user dapat
berubah menjadi claimant karena mereka merasa perlu melakukan manajemen pemanfaatan
sumberdaya secara bersama-sama dengan tujuan memperoleh benefit yang diharapkan dan tidak
menimbulkan dampak negated diantara pengguna. Posisi claimant ini dapat berubah menjadi
proprietor untuk melakukan eksklusi yang dapat disebabkan karena adanya pihak diluar
masyarakat tersebut yang ikut serta dalam melakukan pemanfaatan sumberdaya. Perubahan ini
diperlukan untuk mempertahankan hak masyarakat serta manfaat yang mereka peroleh dari
pemanfaatan sumberdaya tersebut. Sistem proprietor pada saat tertentu dapat menjadi tidak
stabil ketika ada pengaruh dari luar seperti teknologi, ekspansi pasar, hingga intervensi
pemerintah.
Berdasarkan berbagai posisi hak kepemilikan terhadap sumberdaya, tidak ada salah satu
bentuk posisi pengguna sumberdaya yang paling baik meskipun owner merupakan posisi yang
memiliki hak paling tinggi dibandingkan dengan proprietor dan lainnya. Apabila kita ingin
menganalisis hak kepemilikan apa yang paling tepat dalam mengelola sumberdaya, kita harus
melihat suatu sumberdaya pada skala yang lebih kecil yang spesifik dan karakteristik
masyarakatnya sebagai pengguna sumberdaya. Pemahaman terhadap pengelolaan sumberdaya
secara spesifik ini juga berfungsi untuk melihat gap yang terjadi antara hak kepemilikan secara
de jure dan de facto.

Anda mungkin juga menyukai