Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pembangunan di bidang kesehatan di Indonesia telah menjadi suatu program terpenting yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia. Untuk itu, banyak program telah dilakukan dan salah satu upaya yang dilakukan adalah pemberian imunisasi pada bayi. Program imunisasi merupakan salah satu program prioritas yang sangat efektif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit yang boleh dicegah dengan membuat bayi menjadi kebal (resisten) terhadap penyakit infeksi. Imunisasi dibedakan dalam dua jenis, imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Pada imunisasi aktif, tubuh ikut berperan dalam membentuk kekebalan (imunitas). Umumnya tubuh seseorang dirangsang untuk membentuk pertahanan imunologis terhadap kontak alamiah dengan berbagai penyakit. Sedangkan dalam imunisasi pasif, tubuh seseorang terutamanya bayi, yang rentan terjangkit penyakit tertentu tidak membentuk kekebalan dengan sendirinya, tetapi diberikan dalam bentuk antibodi dari luar. Imunisasi adalah proses dimana seseorang dibuat kebal atau resisten terhadap penyakit menular, biasanya dengan pemberian vaksin. Vaksin merangsang sistem kekebalan tubuh sendiri untuk melindungi orang terhadap infeksi berikutnya atau penyakit. Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan menghilangkan penyakit menular yang mengancam jiwa dan diperkirakan untuk mencegah antara 2 dan 3 juta kematian setiap tahun. Ini adalah salah satu investasi yang paling hemat biaya kesehatan, dengan strategi yang telah terbukti yang membuatnya dapat diakses bahkan populasi yang paling sulit dijangkau dan rentan (WHO, 2013). Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas utama. Dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak atau balita, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh et al., 2008). Penelitian epidemiologi di Indonesia dan negara-negara lain, ketika ada wabah campak, difteri atau polio, anak yang sudah mendapat imunisasi dasar lengkap sangat jarang yang tertular, bila tertular umumnya hanya ringan, sebentar dan tidak berbahaya. Tetapi anak yang tidak mendapat imunisasi, ketika ada wabah, lebih banyak yang sakit berat, meninggal atau cacat (Soedjatmiko, 2009). Pada tahun 1974 cakupan imunisasi baru mencapai 5% dan setelah dilaksanakannya imunisasi global yang disebeut dengan Extended Program on Immunization (EPI) cakupan terus meningkat (Ranuh et al., 2008). Tanpa imunisasi kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, sebanyak 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan, satu dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus, dan dari setiap 200.00 anak, satu akan menderita penyakit polio (Proverawati & Andhini, 2010). Di dunia selama dekade United Nations Children Funds (UNICEF) telah menggalakkan program vaksinasi untuk anak-anak di negara berkembang dengan pemberian bantuan vaksinasi Dipteria, Campak, Pertusis, Polio, Tetanus, dan TBC. Bila dibandingkan, resiko kematian anak yang menerima vaksin dengan tidak menerima vaksin kira-kira 1:9 sampai 1:4 (Nyarko et al., 2001) dalam (Rukiyah & Yulianti, 2010). Bayi -bayi di Indonesia yang di imunisasi setiap tahun sekitar 90% dari sekitar 4,5 juta bayi yang lahir. Hal itu karena masih ada hambatan geografis, jarak, jangkauan layanan, transportasi, ekonomi dll. Artinya setiap tahun ada 10% bayi (sekitar 450.000 bayi) yang belum mendapat imunisasi, sehingga dalam 5 tahun menjadi 2 juta anak yang belum mendapat imunisai dasar lengkap. Bila terjadi wabah, maka 2 juta balita yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap akan mudah tertular penyakit berbahaya tersebut, akan sakit berat, meninggal atau cacat. Selain itu mereka dapat menyebarkan penyakit tersebut kemana-mana bahkan sampai ke negara lain, seperti kasus polio yang sangat merepotkan dan menghebohkan seluruh dunia (Soedjatmiko, 2009). Menurut Buletin data surveilans PD3I & imunisasi Puskesmas Taliwang (2017) cakupan imunisasi pada bayi di Posyandu Seloto pada tahun 2017 menunjukkan bahwa dari jumlah sasaran bayi sebanyak 1.311 jiwa, cakupan imunisasi (HB) usia 0 bulan atau kurang dari 7 hari (33%), imunisasi BCG (25,8%), imunisasi Polio 1 (25,8%), imunisai DPT/HB 1 (22,7% ), imunisasi Polio 2 (22,7%), imunisasi DPT/HB 2 (25,8%), imunisasi Polio 3 (25,8%), imunisasi DPT/HB 3 (16,7%), imunisasi Polio 4 (16,7%), dan imunisasi campak (34,8%). Terlihat bahwa cakupan imunisasi di Posyandu Seloto hingga bulan september masih jauh dari target. Walaupun sudah diberikan gratis oleh pemerintah tetapi cakupan imunisasi lengkap minimal 60% secara merata pada bayi di desa/ kelurahan hingga bulan september ini masih belum tercapai. Hal tersebut dikarenakan dengan berbagai alasan seperti pengetahuan ibu yang kurang tentang imunisasi dan rendahnya kesadaran ibu membawa anaknya ke Posyandu atau Puskesmas untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap karena takut anaknya sakit, dan ada pula yang merasa bahwa imunisasi tidak diperlukan untuk bayinya, kurang informasi/ penjelasan dari petugas kesehatan tentang manfaat imunisasi, serta hambatan lainnya (Ranuh et al., 2008). Berdasarkan hal yang telah diuraikan pada latar belakang, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Tingkat Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi di Posyandu Seloto pada tahun 2017.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi di Posyandu Seloto, Taliwang pada tahun 2017.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi di Posyandu Seloto, Taliwang pada tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah seperti berikut: 1. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi untuk diimunisasi di Posyandu Seloto, Taliwang berdasarkan usia. 2. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi untuk diimunisasi di Posyandu Seloto, Taliwang berdasarkan jenis pekerjaan. 3. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi untuk diimunisasi di Posyandu Seloto, Taliwang berdasarkan tingkat pendidikan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Pihak Puskesmas : Sebagai sarana evaluasi bagi pihak Puskesmas Taliwang dalam mengembangkan program imunisasi. 2. Bagi masyarakat : Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang imunisasi demi kesehatan anak. 3. Bagi Petugas Kesihatan masyarakat : Dapat merencanakan suatu strategi kesehatan untuk menindaklanjutnya. 4. Bagi Peneliti : Bagi peneliti, penelitian ini merupakan kegiatan yang dapat menambah pengetahuan dan pengalaman.