Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pembangunan
di bidang kesehatan di Indonesia telah menjadi suatu program terpenting yang
bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia. Untuk itu, banyak
program telah dilakukan dan salah satu upaya yang dilakukan adalah pemberian
imunisasi pada bayi. Program imunisasi merupakan salah satu program prioritas
yang sangat efektif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat
penyakit yang boleh dicegah dengan membuat bayi menjadi kebal (resisten)
terhadap penyakit infeksi. Imunisasi dibedakan dalam dua jenis, imunisasi aktif
dan imunisasi pasif. Pada imunisasi aktif, tubuh ikut berperan dalam membentuk
kekebalan (imunitas). Umumnya tubuh seseorang dirangsang untuk membentuk
pertahanan imunologis terhadap kontak alamiah dengan berbagai penyakit.
Sedangkan dalam imunisasi pasif, tubuh seseorang terutamanya bayi, yang rentan
terjangkit penyakit tertentu tidak membentuk kekebalan dengan sendirinya, tetapi
diberikan dalam bentuk antibodi dari luar.
Imunisasi adalah proses dimana seseorang dibuat kebal atau resisten
terhadap penyakit menular, biasanya dengan pemberian vaksin. Vaksin
merangsang sistem kekebalan tubuh sendiri untuk melindungi orang terhadap
infeksi berikutnya atau penyakit. Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk
mengendalikan dan menghilangkan penyakit menular yang mengancam jiwa dan
diperkirakan untuk mencegah antara 2 dan 3 juta kematian setiap tahun. Ini adalah
salah satu investasi yang paling hemat biaya kesehatan, dengan strategi yang telah
terbukti yang membuatnya dapat diakses bahkan populasi yang paling sulit
dijangkau dan rentan (WHO, 2013).
Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional adalah salah satu bentuk
intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka
kematian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan, bidang preventif
merupakan prioritas utama. Dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak
atau balita, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak tersebut tetapi juga
berdampak kepada anak lainnya karena terjadi tingkat imunitas umum yang
meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh et al., 2008).
Penelitian epidemiologi di Indonesia dan negara-negara lain, ketika ada
wabah campak, difteri atau polio, anak yang sudah mendapat imunisasi dasar
lengkap sangat jarang yang tertular, bila tertular umumnya hanya ringan, sebentar
dan tidak berbahaya. Tetapi anak yang tidak mendapat imunisasi, ketika ada
wabah, lebih banyak yang sakit berat, meninggal atau cacat (Soedjatmiko, 2009).
Pada tahun 1974 cakupan imunisasi baru mencapai 5% dan setelah
dilaksanakannya imunisasi global yang disebeut dengan Extended Program on
Immunization (EPI) cakupan terus meningkat (Ranuh et al., 2008). Tanpa
imunisasi kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit
campak, sebanyak 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan,
satu dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus, dan dari
setiap 200.00 anak, satu akan menderita penyakit polio (Proverawati & Andhini,
2010). Di dunia selama dekade United Nations Children Funds (UNICEF) telah
menggalakkan program vaksinasi untuk anak-anak di negara berkembang dengan
pemberian bantuan vaksinasi Dipteria, Campak, Pertusis, Polio, Tetanus, dan
TBC. Bila dibandingkan, resiko kematian anak yang menerima vaksin dengan
tidak menerima vaksin kira-kira 1:9 sampai 1:4 (Nyarko et al., 2001) dalam
(Rukiyah & Yulianti, 2010).
Bayi -bayi di Indonesia yang di imunisasi setiap tahun sekitar 90% dari
sekitar 4,5 juta bayi yang lahir. Hal itu karena masih ada hambatan geografis,
jarak, jangkauan layanan, transportasi, ekonomi dll. Artinya setiap tahun ada 10%
bayi (sekitar 450.000 bayi) yang belum mendapat imunisasi, sehingga dalam 5
tahun menjadi 2 juta anak yang belum mendapat imunisai dasar lengkap. Bila
terjadi wabah, maka 2 juta balita yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap
akan mudah tertular penyakit berbahaya tersebut, akan sakit berat, meninggal atau
cacat. Selain itu mereka dapat menyebarkan penyakit tersebut kemana-mana
bahkan sampai ke negara lain, seperti kasus polio yang sangat merepotkan dan
menghebohkan seluruh dunia (Soedjatmiko, 2009).
Menurut Buletin data surveilans PD3I & imunisasi Puskesmas Taliwang
(2017) cakupan imunisasi pada bayi di Posyandu Seloto pada tahun 2017
menunjukkan bahwa dari jumlah sasaran bayi sebanyak 1.311 jiwa, cakupan
imunisasi (HB) usia 0 bulan atau kurang dari 7 hari (33%), imunisasi BCG
(25,8%), imunisasi Polio 1 (25,8%), imunisai DPT/HB 1 (22,7% ), imunisasi
Polio 2 (22,7%), imunisasi DPT/HB 2 (25,8%), imunisasi Polio 3 (25,8%),
imunisasi DPT/HB 3 (16,7%), imunisasi Polio 4 (16,7%), dan imunisasi campak
(34,8%). Terlihat bahwa cakupan imunisasi di Posyandu Seloto hingga bulan
september masih jauh dari target.
Walaupun sudah diberikan gratis oleh pemerintah tetapi cakupan imunisasi
lengkap minimal 60% secara merata pada bayi di desa/ kelurahan hingga bulan
september ini masih belum tercapai. Hal tersebut dikarenakan dengan berbagai
alasan seperti pengetahuan ibu yang kurang tentang imunisasi dan rendahnya
kesadaran ibu membawa anaknya ke Posyandu atau Puskesmas untuk
mendapatkan imunisasi yang lengkap karena takut anaknya sakit, dan ada pula
yang merasa bahwa imunisasi tidak diperlukan untuk bayinya, kurang informasi/
penjelasan dari petugas kesehatan tentang manfaat imunisasi, serta hambatan
lainnya (Ranuh et al., 2008).
Berdasarkan hal yang telah diuraikan pada latar belakang, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Tingkat Pengetahuan ibu tentang
imunisasi dasar pada bayi di Posyandu Seloto pada tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar
pada bayi di Posyandu Seloto, Taliwang pada tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi
dasar pada bayi di Posyandu Seloto, Taliwang pada tahun 2017.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah seperti berikut:
1. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi untuk diimunisasi di
Posyandu Seloto, Taliwang berdasarkan usia.
2. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi untuk diimunisasi di
Posyandu Seloto, Taliwang berdasarkan jenis pekerjaan.
3. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi untuk diimunisasi di
Posyandu Seloto, Taliwang berdasarkan tingkat pendidikan.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Pihak Puskesmas : Sebagai sarana evaluasi bagi pihak Puskesmas Taliwang
dalam mengembangkan program imunisasi.
2. Bagi masyarakat : Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang imunisasi
demi kesehatan anak.
3. Bagi Petugas Kesihatan masyarakat : Dapat merencanakan suatu strategi
kesehatan untuk menindaklanjutnya.
4. Bagi Peneliti : Bagi peneliti, penelitian ini merupakan kegiatan yang dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman.

Anda mungkin juga menyukai