Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

RUMPUN MODEL PEMBELAJARAN PERSONAL

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dosen


mata kuliah pengembangan kurikulum

Dosen : Dr. Ali Muhtadi, M.Pd

Oleh:
Azizah, S.Pd.I | 14707251029
Ence Surahman, S.Pd | 14707251039

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepada kita semua

berlimpahan nikmat yang tidak sembanding dengan rasa syukur yang kita

ucapkan. Selawat dan salam kepada Rasulullah yaitu Nabi Muhammad S.A.W.

dengan perjuangannya kita bisa merasakan kebebesan dalam menutut ilmu tanpa

dibatasi oleh golongan ras dan suku. Selawat dan salam juga kepada ahli keluarga

dan sahabat beliau yang ikut membantu beliau dengan harta dan tenaga.

Ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Ali Muhtadi, M.Pd sebagai dosen

pengampu mata kuliah Pengembangan Kurikulum, semoga ilmu yang beliau

berikan diberkahi oleh Allah S.W.T. dan segala jerih payah beliau dalam

mentrasfer ilmunya kepada kami mendapat balasan kebaikan yang lebih besar dari

Allah S.W.T., amiin.

Ucapan terima kasih juga kepada pembaca. Semoga makalah ini dapat

memberi manfaat kepada pembaca dan menjadi sumber refrensi dalam

mempelajara rumpun model pembelajaran personal. Dan di dalam tentu ada

kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu mohon kritik dan saran dari pembaca

untuk memperbaki kesalahan dan kekeliruan yang di dalam penulisan makalah

ini. Selamat membaca!

Yogyakarta, 16 Maret 2015

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................ 6
A. Konsep Dasar Model Pembelajaran Pembelajaran ................................................. 6
B. Jenis - Jenis Model Pembelajaran Personal dan Penerapannya dalam Kegiatan
Pembelajaran................................................................................................................... 9
BAB .................................................................................................................................. 23
PENUTUP ........................................................................................................................ 23
A. Simpulan ............................................................................................................... 23
B. Saran ..................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 25

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu bukti Tuhan Maha Kuasa adalah kemampuan menciptakan

makhluk-Nya dalam wujud yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Manusia memiliki karakteristik, ciri pisik, dan sifat yang unik/berbeda satu

dengan yang lainnya. Tidak ada satupun manusia yang diciptakan dalam wujud

dan bentuk yang sama persis bahkan kembar siam sekalipun.

Disamping itu beberapa faktor eksternal diluar diri manusia seperti faktor

budaya, agama, adat, bahasa, suku, pendidikan, bahkan cara berpikir turut

memperkuat keunikan perbedaan antara satu individu dengan individu yang

lainnya.

Di dalam bidang pendidikan, keragaman karakter, kecerdasan,

kecenderungan, kemampuan, minat, bakat, motivasi yang ada dalam diri seorang

peserta didik mendapatkan banyak perhatian dari para ahli. Terutama para ahli

yang konsen dalam bidang ilmu perkembangan peserta didik.

Setiap peserta didik memiliki karakter yang berbeda-beda antara satu

dengan yang lainnya. Dengan karakter yang beraneka ragam tersebut, sudah pasti

tidak mudah dalam menyatukan mereka dalam satu cara belajar yang sama.

Karena tiap mereka memiliki gaya dan cara belajar sendiri.

Perbedaan yang unik dalam setiap peserta didik tadi merupakan salah satu

faktor yang kemudian melatarbelakangi temuan-temuan dalam bidang pendidikan,

baik temuan yang berkaitan dengan bagaimana pendidikan yang sesuai dengan

3
tugas perkembangan peserta didik, maupun temuan tentang bagaimana alternatif-

alternatif model layanan pendidikan yang efektif dalam membelajarkan siswa

dengan keanekaragamannya tersebut.

Contoh nyata berkaitan dengan hal tersebut adalah temuan para ahli

dalam merancang dan mengembangkan model-model pembelajaran sehingga

munculnya rumpun-rumpun model pembelajaran.

Diantara rumpun model pembelajaran yang populer diantaraya ada empat

rumpun model yaitu rumpun model pembelajaran pemrosesan informasi yang

merupakan pengembangan dari teori belajar kognitif, rumpun model pembelajaran

personal yang merupakan pengembangan dari teori belajar humanis, rumpun

model pembelajaran sosial yang bertolak pada teori rekayasa sosial dan rumpun

model pembelajaran perubahan tingkat laku yang merupakan produk pemikiran

dan temuan dalam bidang teknologi pendidik yang didasarkan pada teori belajar

behavioristik.

Dalam makalah ini, penyusun mencoba menjelaskan topik berkaitan

dengan rumpun model pembelajaran personal. Model ini berpijak pada teori

humanis yang memandang pendidikan yang baik adalah pendidikan yang benar-

benar mampu memanusiakan manusia, sesuai dengan harkat derajatnya sebagai

manusia yang memiliki kebebasan untuk memilih dan menentukan cara pandang,

cita-cita, tujuan dan harapan hidupnya secara personal. Pendidikan harus sesuai

dengan minat dan bakat yang dimiliki oleh para peserta didik dan dilaksanakan

secara humanis, tidak boleh menjadi beban, terjadi paksaan dan sejenisnya yang

menyebabkan terkekangnya potensi dan minat bakat para peserta didik.

4
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya :

1. Bagaimana konsep dasar rumpun model pembelajaran personal?

2. Apa sajakah jenis model pembelajaran personal?

3. Bagaimana penerapan rumpun model personal dalam proses

pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu membahas topik tentang :

1. Memahami konsep dasar model pembelajaran personal.

2. Memahami jenis-jenis model pembelajaran personal.

3. Memahami penerapan model pembelajaran personal dalam proses

pembelajaran.

5
BAB II

RUMPUN MODEL PEMBELAJARAN PERSONAL

A. Konsep Dasar Model Pembelajaran Pembelajaran

1. Definisi model pembelajaran personal

Dibeberapa referensi penyusun belum menemukan definisi secara utuh.

Para pakar hanya mendefinikan secara parsial tentang pengertian model

pembelajaran personal. Dari beberapa uraian tentang model pembelajaran

personal penyusun mendefisikan model pembelajaran personal adalah model

pembelajaran yang bertitik tolak dari teori belajar humanistik. Model

pembelajaran ini berorientasi terhadap pengembangan diri individu.

Perhatian utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan

yang produktif dengan lingkungannya.

Model ini menjadikan pribadi siswa yang mampu membentuk hubungan

harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif. Menurut teori ini,

guru harus berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, agar

siswa merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan potensi dan minat

bakatnya, baik potensi emosional maupun intelektual.

Menurut Rusman (2014) implikasi teori humanistik dalam pendidikan

adalah sebagai berikut:

a. Bertingkal laku dan belajar adalah hasil pengamatan.

b. Tingkah laku yang ada, dapat dilaksanakan sekarang (learning to do).

c. Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri.

6
d. Sebagian besar tingkah laku individu adalah hasil dari konsepsinya

sendiri bukan dari pengaruh orang lain (guru).

e. Guru mengajar adalah bukan hal penting, tapi belajar siswa adalah

sangat penting (learn how to learn).

f. Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu

hubungan yang produktif dengan lingkungannya dan memandang

dirinya sebagai pribadi yang cakap.

Tokoh humanistik adalah Abraham Maslow, R.Roger, C.Bruner, dan

Arthur Comb. Menurut teori ini, guru harus berupaya belajar dan

mengembangkan dirinya, baik emosional maupun intelektual. Teori

Humanistik timbul sebagai gerakan memanusiakan manusia.

Menurut Soemantrie (Abdullah: 160-161) dalam pandangan

humanistik kurikulum berpusat pada siswa dan mengutamakan perkembangan

afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar.

Para pendidik humasnistik yakin, bahwa kesejahteraan mental dan emosional

siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar belajar itu memberi hasil

maksimal. Prioritasnya adalah pengalaman belajar yang diarahkan pada

tanggapan minat, kebutuhan dan kemampuan anak.

2. Tujuan model pembelajaran personal

Menurut Syaharudin (2012;1) model pembelajaran personal memiliki

beberapa tujuan. Pertama, menuntun siswa untuk memiliki kekuatan mental

yang lebih baik dan kesehatan emosi yang lebih memadai dengan cara

mengembangkan kepercayaan diri dan perasaan realistis serta menumbuhkan

7
empati pada orang lain. Kedua, meningkatkan proporsi pendidikan yang

berasal dari kebutuhan dan aspirasi siswa sendiri, melibatkan semua siswa

dalam proses menentukkan apa yang akan dikerjakannya atau bagaimana cara

ia mempelajarinya. Ketiga, mengembangkan jenis-jenis pemikiran kualitatif

tertentu, seperti kreativitas dan ekspresi pribadi.

3. Prinsip dan Karakteristik Umum Model Pembelajaran Personal

Beberapa prinsip dan karakteristik umum model pembelajaran personal

adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran berpusat kepada siswa (student centered). Siswa

diberikan kebebasan berkreativitas mencapai tujuan pembelajarannya.

Bahkan dalam teori model pembelajaran humanis murni tujuan

pembelajaran tidak dinyatakan dan disamakan. Semua siswa diberikan

kebebasan menentukan tujuan yang diinginkannya.

b. Pembelajaran berfokus pada pengembangan mental belajar dan

penajaman kreativitas siswa. Mental belajar berupa kesadaran diri,

konsep diri, pemahaman diri tentang segala potensinya dan memahami

cara mengembangkannya sesuai dengan gaya belajar yang disukainya.

c. Kegiatan pembelajaran harus dikemas secara fleksibel, menarik dan

tidak membosankan. Kegiatan pembelajaran dilakukan sepenuh hati.

Karena tidak ada paksaan dan tidak ada standar baku yang disamakan

kepada semua siswa. Sehingga masing-masing siswa akan

menampilkan performanya masing-masing.

d. Guru berperan sebagai fasilitator dan pengarah proses belajar siswa

8
e. Siswa diberikan kebebasan dalam menentukan cara, metode, strategi

bahkan bahan ajar dan lingkungan belajarnya sesuai dengan keinginan

dan gaya belajarnya masing-masing yang penting tujuan umum

pembelajaran tercapai

f. Proses penilaian berfokus pada produktivitas karya kreatif siswa.

Sesuai dengan minat dan bakat serta potensi yang dikembangkannya.

Proses evaluasi tidak mengenal standar yang disamakan antara semua

siswa sebagaimana proses evaluasi dalam teori pembelajaran

berhavioristik.

B. Jenis - Jenis Model Pembelajaran Personal dan Penerapannya dalam

Kegiatan Pembelajaran

Ada beberapa model pembelajaran yang menurut para ahli dikategorikan

kedalam rumpun model pembelajaran personal. Secara umum tergambar dalam

tabel berikuut ini:

Tabel 2.1 Rumpun model pembelajaran personal

Model
No Tokoh Tujuan
pembelajaran
1 Pengajaran Carl Rogers Penekanan pada pembentukan
non direktif kemampuan untuk perkembangan
pribadi dalam arti kesadaran diri,
pemahaman diri, kemandirian, dan
konsep diri.
2 Latihan Fritz Peris, Meningkatkan kemampuan
Kesadaran Willian seseorang untuk eksplorasi diri dan
Schultz kesadaran diri. Banyak

9
menekankan pada perkembangan
kesadaran dan pmehaman antar
pribadi.
3 Sinetik Wilian Perkembangan pribadi dalam
Gordon kreativitas dan pemecahan masalah
kreatif
4 Sistem-sistem Davit Hunt Dirancang untuk meningkatkan
Konseptual kekomplekan dan keluwesan
pribadi
5 Pertemuan William Perkembangan pemahaman diri
Kelas Glasser dan tanggung jawab kepada diri
sendiri dan kelompok sosial
Sumber : Rusman, (2014:143).

Penjelasan masing-masing model pembelajaran personal

1. Pengajaran Non direktif

Pembelajaran non direktif ini pertama kali ditemukan oleh Carl

Rogers. Pembelajaran ini memberikan perhatian dalam hal

pembentukan kemampuan untuk perkembangan pribadi dalam arti

kesadaran diri, pemahaman diri, dan kemandirian.

Aplikasi Pembelajaran non-direktif

Penerapan model pembelajaran non-direktif menurut

Aunurrahman (2013: 165) lebih banyak dilakukan dalam bentuk

interview tidak langsung yang dilakukan dalam beberap urutan yang

terbagi dalam lima fase.

10
Fase pertama, membantu siswa mendefinisikan situasi. Pada fase

ini guru berupaya mendorong tumbuhnya kebebasan untuk

mengekpresikan perasaan siswa.

Fase kedua, menemukan masalah. Pada fase ini siswa dimotivasi

untuk mendefinisikan masalah. Pada situasi ini guru berupaya

menerma dan memahami perasaan-perasaan siswa.

Fase ketiga, mengembangkan/pengertian siswa. Pada tahap ini

siswa difokuskan kegiatannya untuk mendiskusikan masalah, dan guru

berperan memberikan dorongan sehingga tumbuh motivasi dan

keterlibatan siswa.

Fase keempat, merencanakan danmerumuskan keputusan. Pada

tahap ini siswa-siswa didorong untuk merencanakan bentuk-bentuk

keputusan yang akan diambil dari masalah yang dibahas. Guru

berperan memberikan klarifikasi tentang bentuk-bentuk keputusan

yang mungkin dapat dirumuskan.

Fase kelima, integrasi dimana para siswa mendapat pemahaman

paling mendalam dan mengembangkan tindakan-tindakan positif. Guru

berperan memberikan dorongan agar siswa memiliki motivasi di dalam

kegiatan tersebut.

Fase keenam, siswa melakukan bentuk tindakan-tindakan positif.

2. Latihan kesadaran

11
Pembelajaran latihan kesadaran ini ditemukan oleh Fritz Perls dan

Wilian Schultz. Ia menekankanpentingnyan pelatihan interpersonal

sebagai sarana peningkatan kesadaran pribadi.

Khoiru, Sofan, dkk (2011) menjelaskan ada enpat tipe

perkembangan yang dibutuhkan untuk merealisasikan potensi diri

secara utuh, yaitu.

a. Fungsi tubuh,

b. Fungsi personal, termasuk di dalamnya akuisi pengetahuan dan

pengalaman, kemampuan berpikir logis dan kreatif dan

integrasi intelektual.

c. Perkembangan interpersonal, dan

d. Hubungan individu dengan institusi sosial, organisasi sosial

dan budaya masyarakat.

Landasan prosedur pembelajaran ini adalah teori encounter.

Penjelasan yang terdapat dalam teori ini merupakan penjelasan seputar

metode untuk meningkatkan kesadaran hubungan antarmanusia yang

didasarkan atas keterbukaan, kejuuran, kesadaran diri, tanggung jawab,

perhatian terhadap perasaan diri sendiri dan orang lain, dan

berorientasi pada keadaan sekarang. Pelaksanaan pembelajaran ini

tidak menghabiskan waktu terlalu banyak. Pelaksanaannya dapat

dilakukan dalam bentuk diskusi, keterbukaan dan kejujuran merupakan

hal yang penting dalam pelaksanaannya. Penerapan pembelajaran ini

dapat meningkatkan perkembangan emosi.

12
Penerapan pengajaran latihan kesadaran

Sampai saat ini, masih sangat sedikit sekolah atau guru yang

menerapkan model ini. Permainan-permainan sederhana dapat

dilakukan untuk keperiuan ini. Model ini juga dapat dilakukan sebagai

selingan yang tidak memakan waktu terlalu banyak. Dalam

pelaksanaan diskusi, keterbukaan dan kejujuran menjadi sangat

penting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model ini dapat

meningkatkan perkembangan emosi.

13
Prosedur pembelajaran pelatihan kesadaran hanya meliputi dua

tahap, yaitu:

Fase Kegiatan
Fase satu Mengamati aliran udara, membuat alat ukur
- Menyampaikan kecepatan udara dan menggunakan alat ukur
tugas. yang dibuat untuk mengukur kecepatan
- Menyelesaikan aliran udara.
tugas.
Fase dua. - Membuat alat ukur kecepatan udara dari
- Mendiskusikan hasil bahan sederhana dan menentukan berapa
pembuatan alat besar alairan kecepatan udara di alam
ukur. terbuka dan menghitung kecepatan aliran
- Menggunakan alat udara yang di hasilkan oleh kipas angin.
ukur untuk - Menganalisis fungsi alat dan dan
mengukur kecepatan kemampuan alat yang di buat dapat dapat
aliran udara dan di gunakan untuk mengukur kecepatan
kecepatan aliran air aliran udara, aliran air dan batas
di alam terbuka, kemampuan alat untuk dapat digunakan
kecepatan aliran untuk mengukur kecepatan aliran udara
angin dari kipas di alam terbuka, kecepatan aliran air di
angin, dan sungai dan mengukur kecepatan aliran
kecepatan aliran air udara dari kipas angin dan kecepatan
di kran aliran air dari kran air di rumah.
- Mempresentasikan - Mempresentasikan hasil yang diperoleh.
hasil

14
3. Sinetik

Menurut Aunurrahman (2013; 162) sinektik merupakan salah satu

model pembelajaran yang didesain oleh Gordon yang pada dasarnya

diarahkan untuk mengembangkan kreativitas. Gordon menggagas

model sinektik dalam empat gagasan yang intinya. Menampilkan

perubahan pandangan konvensional tentang kreativitas.

Pertama, kreativitas penting di dalam melaksanakan aktivitas

sehari-hari. Ia menekankan bahwa kreativitas sebagai bagaian dari

keseharian dari kehidupan kita. Bahwa setiap individu selalu

menghubungkan proses kreativitas dengan kegiatan yang ia lakukan.

Karena kreativitas dilihat sebagai bagian dari pekerjaan keseharian.

Maka model sinektik ini dirancang untuk mendorong kapasitas

pemecahan masalah, mengekspresikan kreatif empati dan dorongan

untuk memperkokoh hubungan-hubungan sosial.

Kedua, proses kreatif tidak sepenuhnya merupakan hal yang

misterius. Banyak aspek pada proses kreatif yang dapat dijelaskan dan

bahkan sangat mungkin bagi seseorang untuk mengarahkan dirinya

sehingga mampu mendorong berkembangnya kreativitas. Hal ini

menurut Gordon bertentangan dengan pandangan konvensional.

Ketiga, temuan tentang kreatif berlaku sama pada berbagai bidang,

baik seni, ilmu pengetahuan, enginering, yang dicirikan dengan

kesamaan proses intelektualnya. Ide-ide ini tentu berbeda dengan

kebanyakan pendapat umum yang memandang bahwa kreativitas

15
hanya identik dengan dunia seni. Dalam dunia sain dan enginering

lebih dikenal dengan istilah penemuan (invention).

Keempat, bahwa penemuan/berpikir kreatif (creative thinking)

individu pada prinsipnya tidak berbeda.

Penerapan model sinetik dalam proses pembelajaran menurut

Aunurrahman (2013;163) dilakukan dalam enam tahap:

a. Guru menugaskan untuk siswa untuk mendeskripsikan situasi

yang ada sekarang

b. Siswa mengembangkan berbagai analogi, kemudian memilih

satu diantara analogi tersebut kemudian mendeskripsikan dan

menjelaskannya secara mendalam

c. Siswa menjadi bagian dari analogi yang dipilihnya pada tahap

sebelumnya

d. Siswa mengembangkan pemikiran dalam bentuk deskripsi-

deskripsi dari yang dihasilkan pada tahap dua dan tiga,

kemudian menemukan pertentangan-pertentangan

e. Siswa menyimpulkan dan menentukan analogi-analogi tidak

langsung lainnya

f. Guru mengarahkan agar siswa kembali pada tugas dan masalah

semula dengan menggunakan analogi-analogi terakhir atau

dengan menggunakan seluruh pengalaman sinektik.

Penerapan synectics dalam pembelajaran menurut Joyce (1992)

seharusnya mengandungi tiga prinsip yaitu:

16
a. Prinsip reaksi merujuk kepada respon guru terhadap pelajarnya.

Diharapkan guru menerima semua respon pelajar dalam apapun

bentuknya dan menjamin bahawa hal tersebut seolah-olah

merupakan ungkapan kreatif pelajar, akan tetapi melalui

pertanyaan evokatif, guru dapat merangsang lebih lanjut

kemampuan berfikir kreatifnya;

b. sistem sosial mendeskripsikan peranan dan hubungan antara guru

dan pelajar serta mendeskripsikan jenis norma yang disarankan.

Sistem sosial dalam synectics terstruktur secara

sederhana, yang dalam praktiknya berupa guru mengawal dan

mengarahkan pelajar untuk memecahkan masalah melalui

analogi, mengembangkan kebebasan intelektual, dan memberikan

hadiah yang nantinya akan menjadi kepuasan dalaman pelajar

yang diperoleh dari pengalaman belajar;

c. Sistem pendukung mengacu pada keperluan yang diperlukan

untuk implementasi. Sistem pendukung dalam kegiatan synectics

terdiri dari pengalaman guru tentang kegiatan synectics,

lingkungan yang nyaman, makmal, atau sumber belajar lainnya.

4. Sistem-sistem konseptual

Dalam pandangan teori sistem konseptual mendeskripsikan

manusia menurut struktur konsep-konsep yang mereka gunakan untuk

mengolah informasi mengenai dunia secara luas. Cenderung memiliki

pandangan dikotomis mengenai hal-hal yang bersifat tabu, dan

17
cenderung emosional dalam menyampaikan pandangan-pandangannya.

Mereka cenderung menolak informasi yang tidak sesuai dengan

konsep mereka, atau bahkan mengubahnya agar bisa cocok dengan

konsep milik mereka sendiri. Sehingga mereka sering kali memandang

orang-orang dan peristiwa-peristiwa menurut persepsi benar atau

salah. Sedangkan konsep yang telah ada pada umumnya memang

telah dilestarikan.

Dalam tingkat perkembangan yang lebih tinggi, orang

mengembangkan kemampuan yang lebih hebat dalam memadukan

informasi baru, tdak berpikiran miopi, dan bisa bertoleransi dengan

pandangan lain yang berbeda yang lebih baik, selain itu, sturktur

konseptual mereka dipermak sedemikian rupa dengan melakukan

regenerasi; konsep yang telah lama dianggap asing sedangkan konsep

yang baru dikembangkan. Misalkan saja, kita andaikan bahwa masing-

masing individu dalam tingkatan perkembangan yang lebih rendah dan

lebih tinggi tengah berada dalam lingkungan kebudayaan yang asing.

Mereka menggenggam dompetnya, seakan menjaga dari komplotan

pribumi yang tidak jujur dan bertangan kotor.

Orang yang telah berada dalam level pengembangan yang lebih

tinggi tertarik oleh pandangan-pandangan, bunyi-bunyi, dan aroma-

aroma yang baru. Ada hubungan yang cukup susbstansial antara

perkembangan konseptual dan keadaan pertumbuhan guru yang kami

amati. Omnivor dalam suatu proses pencarian yang terus menerus

18
untuk mencari cara-cara yang lebih produktif untuk mengolah

informasi dan mengasilkan struktur konseptual yang kompleks. Suatu

perubahan untuk menuju orientasi yang lebih produktif melibatkan

perubahan struktural- yakni kemampuan struktur yang lebih kompleks

dalam menganalisis manusia dan kejadian-kejadian dari berbagai sudut

pandang dan kemampuan untuk mengasimilasi informasi baru dan

mengakomodasikannya.

5. Pertemuan kelas

Pelopor pembelajaran ini adalah Wiliam Glasser. Menurut

Aunurrahman (2013;167) Glasser mengadopsi model konseling untuk

merangcang model ini dengan maksud membantu para pelajar

memikul tanggungjawab atas perilakunya dan tanggungjawab untuk

lingkungan sosialnya. Sehingga dapat digunakan dalam lingkungan

kelas. Didalam kelas, model ini diwujudkan seperti layaknya rapat atau

pertemuan dimana kelompok bertanggungjawab untuk membangun

sistem sosial yang sesuai untuk melaksanakan tugas-tugas akademis

dengan mempertimbangkan unsur perbedaan perseorangan dengan

tetap menghargai tugas-tugas bersama dan hak-hak orang lain.

Pembelajaran pertemuan kelas memiliki enam tahap

pelaksanaannya, yaitu.

a. Menciptakan suasana kelas yang kondusif.

b. Menyampaikan pemasalan diskusi.

c. Membuat penilaian pribadi.

19
d. Mengidentifikasi alternatif tindakan solusi.

e. Membuat komitmen.

f. Merencanakan tindak lanjut tindakan.

Menurut Aunurrahman (2013;167) terdapat beberapa bentuk

pertemuan kelas;

a. Pertemuan untuk memecahkan masalah sosial. Dalam kegiatan

ini biasanya para siswa mencoba membagi tanggungjawab,

belajar, serta bertindak dengan cara memecahkan masalah

mereka didalam kelas

b. Pertemuan yang tidak hanya terbatas bagi para siswa, dimana

didalamnya para peserta terlibat didalam mendiskusikan

berbagai masalah kehidupan sosial.

c. Pertemuan sebagaimana bentuk pertama dan kedua, namun

para siswa terikat untuk membahas sesuatu yang berkaitan

dengan hal-hal yang sedang dipelajari di dalam kelas.

Guru membuat komitmen bersama untuk melaksanakan langkah-

langkah pemecahan masalah tersebut. Bila perlu membuat aturan bersama

berikut sanksi bagi yang melanggarnya. Pada pertemuan berikutnya,

setelah langkah-langkah yang disepakat dilaksanakan guru mengevaluasi

efektivitas pelaksanan tersebut. Model pertemuan kelas ini dapat

dilakukan maksimal tiga kali dalam sehari. Tapi, biasanya sekali sehari

sudah cukup tergantung dari permasalahan yang dihadapi.

20
Pembelajar hanya menstimulasi berpikir mengenai apa yang

pebelajar tahu atas subjek yang didiskusikan. Sedangkam pertemuan

diagnosis pendidikan dikaitkan dengan apa yang sedang dipelajari di kelas.

Tujuannya untuk mendapatkan apakah kelas tidak memahami pelajaran.

Dalam hal ini bukan untuk menilai pelajar, melainkan untuk menemukan

apa yang mereka tahu dan mereka tidak tahu. Jadi pembelajar tidak

menilai dalam diskusi-diskusi. Pembelajar boleh menyampaikan pendapat

dengan bebas dan menarik kesimpulan tentang apa yang dianggapnya

tepat. Meskipun Glasser mengemukakan 3 (tiga) tipe pertemuan kelas

yang berbeda, namun mempunyai mekanisme yang sama. Untuk

mendapatkan gambaran tentang struktur model pertemuan kelas ini dapat

kita kemukakan sebagai berikut:

a. Sintaks

Sintaks dalam model pengajaran pertemuan kelas ini terdiri dari

beberapa fase yaitu: (a) fase I : pembelajar menciptakan suasana yang

tenang, (b) fase II : pembelajar dan pebelajar menyatakan masalah-

masalah yang akan didiskusikan, (3) fase III : pembelajar menyuruh

pebelajar melakukan penilaian pribadi, (d) fase IV : pembelajar dan

pebelajar mengidentifikasikan alternafif segi-segi pelajaran yang akan

didiskusikan, (e) fase V : pebelajar membuat suatu commitment tingkah

laku dan (f) Fase VI : pembelajar rnembuat kelompok tindak lanjut

tingkah Iaku.

b. Prinsip reaksi

21
Reaksi guru bersumber pada 3 (tiga) prinsip yaitu: (a) prinsip

keterlibatan, (b) pembelajar tidak memberi penilaian dan (c) pembelajar

mengidentifikasikan, memilih dan mengikuti alternative-alternatif studi

tingkah laku

c. Sistem sosial

Pembelajar sebagai moderator kegiatan-kegiatan. Tetapi pada fasa-

fase tertentu ia mengambil inisiatif atau mengakhiri kegiatan bersama

pebelajar.

d. Sistem Pendukung

Sistem pendukungnya terutama terletak pada kompetensi

pembelajar yaitu pribadi yang menyenangkan dan keterampilan

interpersonal dan penguasaan teknik diskusi.

22
BAB

PENUTUP

A. Simpulan

Rumpun model pembelajar personal berpijak pada teori belajar

humanistik yang dikembangkan oleh Abraham Maslow, R.Roger, C.Bruner,

dan Arthur Comb. Semua jenis model pembelajaran personal kegiatan

belajarnya berpusat pada siswa. Selain itu dalam proses pembelajaran, siswa

diberikan kebebasan dalam menentukan metode, strategi, bahan ajar, dan

lingkungan belajarnya sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing. Guru

berperan sebagai fasilitator belajar siswa.

Diantara rumpun model pembelajaran personal diantaranya

pembelajaran non direktif, sinektif, sistem konseptual dan pertemuan kelas.

Masing-masing memiliki sintak yang berbeda dalam penerapannya. Namun

pada intinya semua kegiatan pembelajaran mendorong pembentukan mental

belajar siswa dan peningkatan kreativitas serta rasa percaya diri siswa.

Disamping itu proses pembelajaran dikemas secara fleksibel, menarik dan

menyenangkan. Guru bertindak hanya sebagai fasilitator belajar dan

mengarahkan proses belajar agar mencapai target yang diharapkan masing-

masing siswa. Proses evaluasinya berfokus pada produktivitas karya dari buah

kreativitas masing-masing individu siswa. Siswa belajar sesuai dengan gaya

belajarnya masing-masing.

23
B. Saran

Rumpun model pembelajaran personal merupakan perkara yang harus

dipahami oleh para pendidik dan tenaga kependidikan. Dengan begitu memahami

rumpun model personal ini menjadi suatu keharusan tersendiri agar dalam

pengembangan sistem pembelajaran baik pada komponen pengembangan desain

pembelajaran, penentuan strategi, tujuan, media dan bahan serta lingkungan

pembelajaran bisa berjalan dengan efektif. Maka dari itu pembahasan dan

referensi tentang implementasi masing-masing model dalam rumpun model

pembelajaran personal ini harus mendapatkan perhatian dari kita semua. sehingga

mudah untuk diperoleh dan digunakan serta dikembangkan berikutnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Iif Khoiro., Amri, Sofan., Dkk. 2011. Strategi Pebelajaran Beroentasi

KTSP. Jakarta: PT. Pretasi Pustakaraya.

Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta.

Idi, Abdullah. 2014. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik. Jakarta.

Rajawali Pers.

Joyce., B., Weil, M., & Shower, B. 1992. Models of teaching (4 th ed).

Englewood Cliff, N.J: Prentice-Hall.

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta. Rajawali Press.

25

Anda mungkin juga menyukai