PENDAHULUAN
Nyeri kepala merupakan masalah umum yang sering dijumpai dalam praktek
sehari-hari. Nyeri kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bagian tubuh di
wilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bukan hanya masalah fisik semata
sebagai sebab nyeri kepala tersebut namun masalah psikis juga sebagai sebab dominan.
Untuk nyeri kepala yang disebabkan oleh faktor fisik lebih mudah didiagnosis karena
pada pasien akan ditemukan gejala fisik lain yang menyertai sakit kepala, namun tidak
begitu halnya dengan nyeri kepala yang disebabkan oleh faktor psikis. Nyeri kepala yang
sering timbul di masyarakat adalah nyeri kepala tanpa kelainan organik, dengan kata lain
adalah nyeri kepala yang disebabkan oleh faktor psikis.
Secara garis besar nyeri kepala dibagi menjadi dua macam; primer dan sekunder.
Pada nyeri kepala primer, nyeri kepala merupakan keluhan utama, artinya nyeri kepala
tersebut bukan timbul karena ada kelainan yang mendasari. Dengan kata lain, nyeri
kepala merupakan penyakit tersendiri, dengan patofiologi tersendiri pula. Nyeri kepala
primer yang utama berdasarkan klasifikasi dari IHS adalah: (1) migren dengan dan tanpa
aura, (2) nyeri kepala tipe tegang (tension-type headache), dan (3) nyeri kepala
berkelompok (cluster headache). Sedangkan nyeri kepala sekunder dapat dibagi menjadi
nyeri kepala yang disebabkan oleh karena trauma pada kepala dan leher, nyeri kepala
akibat kelainan vaskular kranial dan servikal, nyeri kepala yang bukan disebabkan
kelainan vaskular intrakranial, nyeri kepala akibat adanya zat atauwithdrawal, nyeri
kepala akibat infeksi, nyeri kepala akibat gangguan homeostasis, sakit kepala atau nyeri
pada wajah akibat kelainan kranium, leher, telinga, hidung, dinud, gigi, mulut atau
struktur lain di kepala dan wajah, sakit kepala akibat kelainan psikiatri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Chefalgia atau Nyeri kepala adalah perasaan sakit atau nyeri, termasuk rasa
tidak nyaman yang menyerang daerah tengkorak (kepala) mulai dari kening kearah
atas dan belakang kepala. dan daerah wajah. Nyeri kepala adalah salah satu keluhan
fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan
penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain),
respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau
kombinasi respon tersebut.
KLASIFIKASI
MIGREN
Definisi
Prevalensi
Prevalensi migren ini beranekaragam bervariasi berdasarkan umur dan jenis
kelamin. Migren dapat tejadi dari mulai kanak-kanak sampai dewasa. Dari
penelitian dengan mengunakan titik terang diungkapkan migren lebih sering
ditemui pada wanita daibandingkan pria yaitu 2:12. Wanita hamil pun tidak
luput dari serangan migren yang biasanya menyerang pada trimester I
kehamilan. Migren biasanya jarang terjadi seteah usia 40 tahun. Risiko
mengalami migren semakin besar pada orang yang mempunyai riwayat
keluarga penderita migren.
Klasifikasi
Menurut Headache Classification Committee of the International Headache
Society 2nd Edition, migren dibagi atas:
1. Migrain wihout aura
2. Migrain with aura
Typical aura with migrain headache
Typical aura with non-migrain headache
Typical aura without headache
Familial hemiplegic migrain (FHM)
Sporadic hemiplegic migrain
Basilar type migrain
3. Childhood periodic syndromes that are commonly precursor of migrain
Cyclical vomiting
Abdominal migrain
Benign paroxysmal vertigo of childhood
4. Retinal migren
5. Complication of migrain
Chronic migrain
Status migrainosus
Persisten aura without infarction
Migrainous infarction
Migrain triggered seizure
6. Probable migrain
6.1 Probable migrain without aura
6.2 Probable migrain with aura
6.3 Probable chronic migraine
Etiologi
Teori vaskular
Menyatakan bahwa nyeri kepala migren disebabkan oleh pelebaran
pembuluh darah di kepala. Sehingga banyak pengobatan yang digunakan
berefek pada vasokonstriksi pembuluh darah.
Teori neurologis
Faktor pemicu
Hormon estrogen yang banyak terdapat pada wanita dapat memicu migren.
Khususnya pada saat jumlah estogen sedang tidak stabil, misalnya pada saat
sebelum dan selama masa haid, selama masa kehamilan, penggunaan alat
kontrasepsi atau jika sedang menjalani terapi hormon.
Stimulasi indra tubuh
Cahaya yang terlalu terang, suara yang terlalu keras,atau bau tertentu yang
sangat menyengat seperti bau parfum dan asap rokok dapat menjadi pemicu.
Perubahan cuaca
Perubahan cuaca yang ekstrem atau tidak menentu serta perubahan tekanan
udara dapat menjadi pemicu migren.
Jadwal tidur yang tidak biasa
Jika pola tidur Anda tidak seperti biasanya. Misalnya, jangka waktu tidur
yang sebentar bahkan tidur terlalu lama bisa membuat Anda mengalami
migren. Jika Anda baru berpergian, jet lag juga dapat menjadi penyebabnya.
Kelelahan
Berolahraga atau melakukan aktivitas fisik yang lebih berat dari biasanya
dapat memperbesar kemungkinan terkena migren.
Makanan dan Minuman
Kandungan yang terdapat pada makanan dan minuman dapat menjadi
pemicu. Minuman beralkohol seperti bir dan wine atau kandungan kafein
yang terdapat pada kopi sebaiknya dihindari. Mengkonsusmsi coklat, keju
tua, makanan yang banyak mengandung MSG atau pengawet juga
merupakan pemicu migrain
Patofisiologi
Cutaneous allodynia (CA) adalah nafsu nyeri yang ditimbulkan oleh stimulus
non noxious terhadap kulit normal. Saat serangan/migren 79% pasien
menunjukkan cutaneus allodynia (CA) di daerah kepala ipsilateral dan
kemudian dapat menyebar kedaerah kontralateral dan kedua lengan.
Allodynia biasanya terbatas pada daerah ipsilateral kepala, yang menandakan
sensitivitas yang meninggi dari neuron trigeminal sentral (second-order) yang
menerima input secara konvergen. Jika allodynia lebih menyebar lagi, ini
disebabkan karena adanya kenaikan sementara daripada sensitivitas third order
neuron yang menerima pemusatan input dari kulit pada sisi yang berbeda,
seperti sama baiknya dengan dari duramater maupun kulit yang sebelumnya.
Ada 3 hipotesa dalam hal patofisiologi migren yaitu:
Pada migren yang tidak disertai CA, berarti sensitisasi neuron ganglion
trigeminal sensoris yang menginervasi duramater
Pada migren yang menunjukkan adanya CA hanya pada daerah referred
pain, berarti terjadi sensitisasi perifer dari reseptor meningeal (first order)
dan sensitisasi sentral dari neuron komu dorsalis medula spinalis (second
order) dengan daerah reseptif periorbital.
Pada migren yang disertai CA yang meluas keluar dari area referred pain,
terdiri atas penumpukan dan pertambahan sensitisasi neuron talamik (third
order) yang meliputi daerah reseptif seluruh tubuh.
Pada penderita migren, disamping terdapat nyeri intrakranial juga disertai
peninggian sensitivitas kulit. Sehingga patofisiologi migren diduga bukan
hanya adanya iritasi pain fiber perifer yang terdapat di pembuluh darah
intrakranial, akan tetapi juga terjadi kenaikan sensitisasi set safar sentral
terutama pada sistem trigeminal, yang memproses informasi yang berasal dari
struktur intrakranial dan kulit.
Pada beberapa penelitian terhadap penderita migren dengan aura, pada saat
paling awal serangan migren diketemukan adanya penurunan cerebral blood
flow (CBF) yang dimulai pada daerah oksipital dan meluas pelan-pelan ke
depan sebagai seperti suatu gelombang ("spreading oligemia'; dan dapat
menyeberang korteks dengan kecepatan 2-3 mm per menit. Hal ini
berlangsung beberapa jam dan kemudian barulah diikuti proses hiperemia.
Pembuluh darah vasodilatasi, blood flow berkurang, kemudian terjadi reaktif
hiperglikemia dan oligemia pada daerah oksipital, kejadian depolarisasi set
saraf menghasilkan gejala scintillating aura, kemudian aktifitas set safar
menurun menimbulkan gejala skotoma. Peristiwa kejadian tersebut disebut
suatu cortical spreading depression (CDS). CDS menyebabkan hiperemia
yang berlama didalam duramater, edema neurogenik didalam meningens dan
aktivasi neuronal didalam TNC (trigeminal nucleus caudalis) ipsilateral.
Timbulnya CSD dan aura migren tersebut mempunyai kontribusi pada aktivasi
trigeminal, yang akan mencetuskan timbulnya nyeri kepala. Pada serangan
migren, akan terjadi fenomena pain pathway pada sistem trigeminovaskuler,
dimana terjadi aktivasi reseptor NMDA, yang kemudian diikuti peninggian Ca
sebagai penghantar yang menaikkan aktivasi proteinkinase seperti misalnya 5-
HT, bradykinine, prostaglandin, dan juga mengaktivasi enzim NOS. Proses
tersebutlah sebagai penyebab adanya penyebaran nyeri, allodynia dan
hiperalgesia pada penderita migren.
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis yang sering ditemui antara lain:
Nyeri kepala : bersifat unilateral (pada salah satu sisi), bentuknya
berdenyut menandakan adanya rangsangan aferean pada pembuluh darah.
Mual : mual adalah gejala yang paling sering dikemukakan oleh penderita,
menunjukkan adanya ekstravasasi protein.
Aura : aura yang timbul biasanya berupa gangguan penglihatan (fotofobia
atau fonofobia), bunyi atau bebauan tertentu, menandakan adanya proyeksi
difus locus ceruleus ke korteks serebri, adanya gejala produksi monocular
pada retina dan produksi bilateral yang tidak normal.
Rasa kebal / baal
Vertigo : pusing, karena gerakan otot yang tidak terkontrol,menandakan
adanya gejala neurologic yang berasal dari korteks serebri dan batang otak.
Rasa lemas waktu berdiri : disebabkan oleh turunnya tekanan darah waktu
berdiri (postural hypotension).
Kontraksi otot-otot : disekitar dahi, pipi, leher, dan bahu, menandakan
adanya ganguan mekanisme internal tubuh yang disebut jam biologis
(biological clock).
Diagnosis
Tidak ada tes laboratorium yang dapat mendukung penegakan diagnosis
migren. Migren kadangkala sulit untuk didiagnosis karena gejalanya dapat
menyerupai gejala sakit kepala lainnya. Pemeriksaan standar yang dilakukan
adalah dengan menggunakan kriteria International Headache Society yaitu,
seseorang didiagnosis migren jika mengalami 5 atau lebih serangan sakit
kepala tanpa aura (atau 2 serangan dengan aura) yang sembuh dalam 4 sampai
72 jam tanpa pengobatan dan diikuti dengan gejala mual, muntah, atau
sensitif terhadap sinar dan suara.
Kriteria diagnosis bagi migren tanpa aura dikemukakan oleh HIS sekurang-
kurangnya terdapat 5 serangan, diantaranya :
Nyeri kepala berlangsung 4-74 jam (bila tidak diobati atau pengobatan
gagal)
Nyeri kepala sekurang-kurangnya memenuhi 2 kriteria:
Lokasi unilateral
Sifat berdenyut
Intensitas nyerinya sedang atau berat
Agravasi (bertambah berat) atau mengganggu aktivitas
Diagnosis banding
Nyeri kepala migren tanpa aura sering kali sulit dibedakan dengan nyeri
kepala tegang (tension headache), nyeri kepala claster (clusther headache),
dan gangguan peredaran darah sepintas (transient ischemic attacks).
Penatalaksanaan
Terapi umum
Menghindari pencetus
Jika ada factor psikogenik, harus dihilangkan
Pada sepertiga wanita sebabnya ialah kontrasepsi oral, ini dapat
diganti
Prevalensi
Secara pasti tidak diketahui; dan catatan beberapa klinik nyeri kepala,
diperkirakan sebesar 0,04% sampai 1,5%. Diderita terutama oleh pria;
perbandingan antara pria: wanita antara 4,5: 1 sampai 6,7: 1. Mulai diderita
umumnya pada usia 2730 tahun, meskipun ada beberapa laporan yang
menemukan kasus nyeri kepala tipe kiaster pada anak usia 1 tahun sampai
pada dewasa usia sekitar 60 tahun. Dibandingkan dengan migren,
prevalensinya berkisar an- tara 1: 5,6 sampai 1:47,1. Pada nyeri tipe
episodik, 70% pasien menderita serangan 12 kali setahun; dan pada
penelitian lain diketahui bahwa lamaperiode nyeri antara 24 bulan (rata-rata
3 bulan) pada 84% pasien. Lamanya remisi rata-rata kurang dari 2 tahun;
dan catatan 428 pasien nyeri kepala tipe klaster, 19,2% masa remisinya 16
bulan, 47,7% antara 712 bulan, 14,3% selama 2 tahun dan sisanya
mengalami remisi lebih dari 2 tahun.
Patogenesis
Perubahan vaskuler dan hemodinamik
Horton salah satu ahli yang banyak meneliti penyakit ini beranggapan
bahwa gejala klinis disebabkan oleh dilatasi arteri karotis eksterna yang
dicetuskan oleh kenaikan kadar histamin dalam darah. Dia mengamati
adanya kemerahan wajah bersamaan dengan kenaikan suhu kulit 12C;
meskipun demikian, peneliti lain menganggap bahwa kemerahan wajah
bukanlah gejala yang karakteristik untuk nyeri kepala kiaster.
Perubahan-perubahan pada arteri karotis interna juga diteliti, tetapi
temyata tidak dijumpai perubahan aliran darah pada saat serangan.
Penelitian menggunakan angiografi karotis dan Doppler juga tidak
menghasilkan kesimpulan yang bermakna. Pengukuran aliran darah
serebral (cerebral blood flow CBF) menunjukkan adanya peningkatan
selama serangan, mungkin disebabkan gangguan autoregulasi, hiperemi
reaktif atau akibat reaksi terhadap nyeri; ada juga yang mengaitkannya
dengan reaksi terhadap perubahan kadar gas darah.
Sifat periodisitas :
Sifat peniodisitas ini khas pada nyeri kepala klaster; terdapat periode
tertentu (periode kiaster) saat penderitanya mengalami serangan-serangan
nyeri dan rentan terhadap pencetus tertentu; kemudian disusul dengan
periode remisi saat penderitanya bebas nyeri sama sekali meskipun terpapar
pada hal-hal yang biasanya mencetuskan nyeri di saat periode klaster.
Periode klaster umumnya berkisar antara 24 bulan, kemudian disusul
dengan masa remisi yang Iamanya antara 12 tahun pada 70% pasien.
Periode kiaster cenderung berulang pada selang waktu yang teratur
Diagnosis
Criteria Diagnostik
Paling sedikit 5 serangan yang memenuhi criteria 2-4
Nyeri hebat atau sangat hebat di orbita, supra orbita atau temporal yang
unilateral berlangsung 15 180 menit bila telah diobati
Nyeri kepala disertai setidaknya satu dari :
Injeksi konjungtiva dan/ atau lakrimasi ipsilateral
Kongesti nasal dan/ atau rhinorrhoea ipsilateral
Edema palpebra ipsilateral
Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral
Miosis dan/ atau ptosis ipsilateral
Perasaan gelisah atau agitasi
Serangan serangan mempunyai frekuensi : dari 1 kali setiap 2 hari
sampai 8 kali per hari
Tidak berkaitan dengan gangguan lain
Diagnosis Banding
Bila serangan nyeri kepalanya khas, umumnya diagnosis hampir dapat
dipastikan. Beberapa keadaan yang mungkin mirip gainbaran klinisnya
ialah chronic paroxysmal hemicrania, migren, neuralgia trigeminal, arteritis
temporalis, faeokhromo- sitoma dan sindrom Raeder.
Chronic paroxysmal hemicrania
Pertama dilaporkan oleh Sjaastad dan Dale (1974). Berbeda dari nyeri
kepala tipe kiaster dalam hal serangan nyeri yang lebih sering, tetapi
lebih singkat dan kurang menyebabkan kegelisahan. Jenis nyeri kepala
ini tidak dapat diatasi dengan obat-obatan yang biasanya efektif untuk
nyeri kepala kiaster, sebaliknya responsif terhadap indometasin.
Migren
Serangan migren umumnya 13 kali sebulan, berlangsung selama 13 hari
dan rasa nyeni memberat secara berangsur-angsur; : terutama di satu
sisi kepala di daerah temporal. Nyeri bersifat berdenyut disertai mual,
muntah, fotofobi dan fonofobi. Serangan migren yang khas didahului
oleh aura.
Neuralgia trigeminal
Penyakit ini dijumpai baik pada pria maupun wanita, umumnya pada
usia yang lebih lanjut. Nyeri bersifat tajam, seperti teriris.dan
mendadak; dirasakan berat. Dapat dicetuskan oleh sentuhan, bahkan
kadang-kadang oleh tiupan angin, di daerah wajah tertentu; umumnya
di dekat lipatan nasolabial. Kadang-kadangjugadicetuskan oleh gerakan
mengunyah.
Arteritis temporalis
Umumnya dijumpai pada kelompok usia yang lebih lanjut; mengenai
terutama anteri temporalis, arteri vertebralis dan/atau arteri oftaimika.
Pada 50% kasus didahului dengan rasa kaku leher dan bahu, atau di
daerah panggul (polimialgia reumatika). Nyeri kepala pada kasus ini
bersifat persisten, berfluktuasi sepanjang hari, unilateral dan berkaitan
dengan daerah arteri temporalis superfisialis. Pada awalnya terasa
berdenyut, rasa terbakar yang hebat, kemudian berangsur-angsur rasa
berdenyutnya mereda. Diagnosis pasti ditetapkan melalui biopsi arteri
temporalis.
Faeokromositoma
Pada penyakit ini terjadi pelepasan katekolaniin berlebihan yang
menyebabkan episode hipertensi yang mendadak, disertai nyeni kepala,
pucat, takikardi dan keringat berlebihan; nyeri bersifat mendadak, berat
dan panoksismal, sering menyebabkan pasien terbangun dari tidurnya.
Nyeri dirasakan berdenyut, bilateral dan di oksipital; diperberat bila
batuk, bersin, mengejan atau membungkuk. Serangan-serangan nyeri
dapat dirasakan setiap hari, umumnya singkat, kurang dari satu jam.
Sindrom paratrigeminal Raeder
Nyeri pada sindrom ini bersifat menetap (persisten), dapat berlangsung
sampai beberapa bulan. Pada minggu-niinggu awal, pasien sering
terbangun dari tidur akibat nyeri unilateral yang bersifat
membakan(burning), berdenyut atau menetap yang sangat berat;
berangsur-angsur nyeri makin berat dan menetap terasa terus sampai
beberapa saat lamanya. Sering disertai dengan ptosis dan miosis di sisi
nyeri, sehingga sering dianggap sebagai nyeri kepala tipe klaster;
perbedaannya ialah pada sindrom ini nyeri bersifat menetap,
dibandingkan dengan nyeri kepala tipe kiaster yang sifatnya
paroksismal.
Penatalaksanaan
Penjelasan kepada pasien
Pada kebanyakan pasien, ditemukan anxietas dan rasa kuatir akan
timbulnya periode nyeri berikut, anxietas juga sering ditemukan pada
periode klaster yang berkepanjangan. Perlu dipahami bahwa
kebanyakan serangan nyeri dapat dihindari atau
diperpendek/diperingan, meskipun lamanya periode nyeri sampai saat
ini belum dapat dipersingkat atau dihilangkan. Para pasien dianjurkan
untuk menghindari tidur siang, minuman alkohol, zat mudah menguap,
terutama pada periode klaster; sedangkan pengaruh diet sangat kecil.
Gangguan emosional seperti rasa marah, frustrasi ataupun aktifitas fisik
yang berat dapat mencetuskan serangan atau memulai periode nyeri.
Pengaruh ketinggian juga disebut-sebut dapat mencetuskan serangan,
sehingga harus diwaspadai bila berada di ketinggian/pegunungan atau
naik pesawat terbang; ada yang menganjurkan penggunaan
asetazolamid 2 dd 250 mg. dimulai 2 hari sebelum nya untuk mencegah
serangan tersebut. Perubahan siklus tidur juga dapat mencetuskan
serangan, misalnya akibat perubahan shift kerja, atau perubahan cara
hidup.
Pengobatan pencegahan
Serangan saat tidur dapat dicegah dengan 2 mg. Ergotamin tartrat
12 jam sebelum tidur; penggunaan ergotamin ini harus hati-hati
padapasien-pasien dengan gangguan vaskuler,jantung, serebral, atau
pada kehamilan, adanya penyakit ginjal atau hati, infeksi dan masa
pasca bedah. Serangan di saat lain dapat diatasi dengan metisergid 34
dd 40 mg., verapamil 4 dd 80 mg., lithium 2 dd 300 mg. Atau prednison
40 mg./hari selama 3 minggu. Metisergid terutama efektif bila
digunakan sejak awal, efektivitasnya kira-kira 65%; obat ini
mempunyai efek samping gastrointestinal, parestesi dan nyeri
ekstremitas bawah dan kemungkinan fibrosis retroperitoneal,
endomiokardial atau pulmonal yang berbahaya; obat ini tidak tersedia
di Indonesia. Verapamil cukup efektif untuk kebanyakan pasien,
digunakan selama periode nyeri. Penggunaan lithium hams disertai
dengan pengamatan efek samping seperti tremor karena obat ini
mempunyai rentang dosis terapeutik yang relatif sempit. Kombinasi
empat obat di atas dapat mengatasi kira-kira 90% kasus episodik; dalam
hal resistensi, dapat dicoba penambahan prednison 40 mg./hari selama 5
hari, kemudian diturunkan dosisnya selama 3 minggu (tapering off);
penggunaan prednison harus hati-hati pada pasien dengan ulkus
peptikum, hipertensi atau diabetes melitus. Pasien-pasien khronik dapat
resisten terhadap pengobatan, mungkin berkaitan dengan
sifatlkepribadian tertentu; ada peneliti yang mencoba Na valproat 600-
2000 mgihari sebagai profilaktik. Pengobatan eksperimental berupa
gangliolisis trigeminal, atau penggunaan cahaya terang untuk
mengubah siklus sirkadian.
Pengobatan saat serangan
Serangan klaster akut dapat diatasi dengan inhalasi oksigen; untuk
memperoleh manfaat maksimum, oksigen diberikan segera di awal
serangan sebanyak 7-ll menit menggunakan facial mask; pasien duduk,
dianjurkan bemapas biasa selama 15 menit. Alternatif lain ialah
menggunakan 1 tablet (1 mg.) ergota mm sublingual, dapat diulang
sampai dua kali setelah 15 menit; dosis maksimum 2 mg./24 jam.
Ergotaniin juga dapat diberikan secara intramuskuler dalani bentuk
dihidroergotamin 1 mg. Atau ergotamin tartrat 0,5 mg.; atau secara
inhalasi sebanyak 2 kali dengan interval 5 menit. Dosis maksimum 4
mg./24 jam. Obat simtomatik lain ialah kokain HCI 5% atau lidokain
HCI 4% intranasal
Prognosis
Suatu studi longitudinal menunjukkan bahwa setelah 20 tahun, 1/3 pasien
akan mengalami remisi total, 1/3 pasien serangannya makin ringan dan pada
1/3 lainnya sifat serangannya menetap. Serangan-serangan nyeri dapat
diperingan atau dihindari dengan meniperhatikan faktor-faktor pencetus
Klasifikasi
Episodik , jika serangan yang terjadi kurang dari 1 hari perbulan (12 hari
dalam 1 tahun).
Kronik, jika serangan minimal 15 hari perbulan selama paling sedikit 3
bulan (180 hari dalam 1 tahun).
Tension headache kronik dibagi 2 macam, yaitu:
a) Short-duration, jika Serangan terjadi kurang dari 4 jam.
b) Long-duration, jika Serangan berlangsung lebih dari 4 jam.
Etiologi
Faktor-faktor penyebab dari TTH bukan merupakan infeksi virus ataupun
bakteri melainkan tetapi keadaan-keadaan seperti Stres, Kecemasan,
Depresi, Konflik emosional, Kelelahan.
Nyeri kepala yang timbul adalah manifestasi dari reaksi tubuh terhadap
stres, kecemasan, depresi, konflik emosional atau kelelahan. Respon
fisiologis yang terjadi meliputi refleks vasodilatasi pembuluh darah
ekstrakranial serta kontraksi otot-otot skelet kulit kepala (scalp), wajah,
leher dan bahu secara terus menerus.
Patofisiologi
Meskipun nyeri kepala tegang otot ini sangat umum ditemukan,
patofisiologinya masih tetap tidak jelas. Penelitian menunjukkan bahwa
mekanisme nyeri kepala ini tergantung terhadap otot yang terlibat yakni otot
wajah,leher dan bahu. Patomekanisme nyeri kepala tegang otot ini masih
menjadi bahan penilitian tetapi telah ada beebrapa teori-teori yang diduga
menyebabkan nyeri kepala jenis ini.
Salah satu teori yang paling populer mengenai penyebab nyeri kepala ini
adalah kontraksi otot wajah, leher, dan bahu. Otot-otot yang biasanya
terlibat antara lain m. splenius capitis, m. temporalis, m. masseter, m.
sternocleidomastoideus, m. trapezius, m. cervicalis posterior, dan m. levator
scapulae. Penelitian mengatakan bahwa para penderita nyeri kepala ini
mungkin mempunyai ketegangan otot wajah dan kepala yang lebih besar
daripada orang lain yang menyebabkan mereka lebih mudah terserang sakit
kepala setelah adanya kontraksi otot. Kontraksi ini dapat dipicu oleh posisi
tubuh yang dipertahankan lama sehingga menyebabkan ketegangan pada
otot ataupun posisi tidur yang salah. Ada juga yang mengatakan bahwa
pasien dengan sakit kepala kronis bisa sangat sensitif terhadap nyeri secara
umum atau terjadi peningkatan nyeri terhadap kontraksi otot.
Para peneliti sekarang mulai percaya bahwa nyeri kepala ini bisa timbul
akibat perubahan dari zat kimia tertentu di otak - serotonin, endorphin, dan
beberapa zat kimia lain - yang membantu dalam komunikasi saraf. Ini
serupa dengan perubahan biokimia yang berhubungan dengan migren.
Meskipun belum diketahui bagaimana zat-zat kimia ini berfluktuasi, ada
anggapan bahwa proses ini mengaktifkan jalur nyeri terhadap otak dan
mengganggu kemampuan otak untuk menekan nyeri. Pada satu sisi,
ketegangan otot di leher dan kulit kepala bisa menyebabkan sakit kepala
pada orang dengan gangguan zat kimia. Di sisi lain, ketegangan otot bisa
merupakan hasil dari perubahan zat kimia ini.
Karena nyeri kepala tipe ini dan migren melibatkan perubahan yang mirip
pada otak, beberapa peneliti percaya bahwa kedua tipe sakit kepala ini
berhubungan. Beberapa ahli berpendapat bahwa migren bisa disebabkan
oleh nyeri kepala tegang otot yang berulang. Migren bisa dibedakan saat
nyeri yang terasa menjadi sangat hebat. Ada juga yang beranggapan migren
yang ringan adalah suatu jenis nyeri kepala tegang otot yang ringan.
Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang bisa digolongkan dalam nyeri kepala tipe tegang adalah :
Nyeri kepala bersifat konstan dan terus menerus.
Terasa berat seperti tertekan atau seperti terikat, diperas, mau meledak.
Diagnosis
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang-kurangnya
dua dari berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas
ringan sedang, (3) lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain
itu, tidak dijumpai mual muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan
fonofobia.
Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang berat, tumpul seperti
ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada
daerah kulit kepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan,
memburuk oleh stress, insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan
konsentrasi, kadang vertigo, dan rasa tidak nyaman pada bagian leher,
rahang serta temporomandibular.
Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan
pemeriksaa neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya
tidak memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CTsc an kepala maupun
MRI.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-artrosis
deformans, sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi
lumbal, migren klasik, migren komplikata, cluster headache, sakit kepala
pada arteritis temporalis, sakit kepala pada desakan intrakranial, sakit
kepala pada penyakit kardiovasikular, dan sakit kepala pada anemia.
Penatalaksanaan
Tindakan umum :
Pembinaan hubungan empati awal yang hangat antara dokter dan pasien
merupakan langkah pertama yang sangat penting untuk keberhasilan
pengobatan. Penjelasan dokter yang meyakinkan pasien bahwa tidak
ditemukan kelainan fisik dalam rongga kepal atau dalam otaknya dapat
menghilangkan rasa takut akan adanya tumor otak atau penyakit
intrakranial lainnya.
Bezodiazepin
Pemakaian benzodiazepin juga banyak menolong tetapi mempunyai
resiko tinggi untuk kebiasaan untuk meneruskan penggunaannya
(adiktif) (Lance & Goadsby, 1998).
Tizanidin
Aslan (1996) telah melakukan studi terhadap tizanidin secara acak
ganda tersamar untuk nyeri kepala tipe tegang. Hasil studi tersebut
menyimpulkan bahwa tizanidin ternyata efektif untuk nyeri kepala tipe
tegang. Pada studi lainnya, Saper et. al. (2001) dengan open-label study
pemberian tinzanidin ternyata efikasius, aman dan dapat ditoleransi
pada terapi profilaksis nyeri kepala harian.
Botulin toksin
Botulin toksin A adalah obat yang poten untuk beberapa penyakit berat
yang berhubungan dengan kenaikan tonus otot, seperti tortikolis
spasmodik, blefarospasm, distoni anggota gerak, hemispasm facial dan
spastisitas. Botulinum toksin juga dapat digunakan pada terapi nyeri
spasme otot dan miofacial pain syndrome. Beberapa studi juga
menyarankan bahwa botulinum toksin dapat dipakai untuk terapi
tension headache (Zwart et. al. 1994; Rejla, 1997; Wheeler, 1998 cit.
Rolnik, 2000). Sebuah studi acak buta ganda terkendali pada terapi
botulinum toksik A telah dilakukan Rollink et. al. (2000) untuk terapi
nyeri kepala tension headache. Kelompok terapi diberi obat (injeksi
intrakranial 10x20 mu botulin toksin A) dan hasilnya adalah tidak ada
perbedaan bermakna antara kelompok plasebo dan kelompok terapi.
Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vascular cranial atau servikal
Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelaianan subtansi atau widrawal nya
Nyeri kepala atau nyeri vascular yang berkaitan dengan kelainan cranium,
leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, atau struktur fasial atau cranial
lainya
Nyeri (sakit) merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap saat
bila ada jaringan manapun yang mengalami kerusakan, dan melalui nyeri
inilah,seorang individu akan bereaksi dengan cara menjauhi stimulus nyeri tersebut.
Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh stimulus
nyeri. Stimulus nyeri dapat dibagi tiga yaitu :
Mekanik
spasme otot merupakan penyebab nyeri yang umum karena dapat mengakibatkan
terhentinya aliran darah ke jaringan ( iskemia jaringan), meningkatkan
metabolisme di jaringan dan juga perangsangan langsung ke reseptor nyeri
sensitif mekanik.
Termal
rasa nyeri yang ditimbulkan oleh suhu yang tinggi tidak berkorelasi dengan
jumlah kerusakan yang telah terjadi melainkan berkorelasi dengan kecepatan
kerusakan jaringan yang timbul. Hal ini juga berlaku untuk penyebab nyeri
lainnya yang bukan termal seperti infeksi, iskemia jaringan, memar jaringan, dll.
Pada suhu 450 C, jaringan-jaringan dalam tubuh akan mengalami kerusakan yang
didapati pada sebagian besar populasi.
Kimia
Ada beberapa zat kimia yang dapat merangsang nyeri seperti bradikinin,
serotonin, histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim proteolitik.Dua zat
lainnya yang diidentifikasi adalah prostaglandin dan substansi P yang bekerja
dengan meningkatkan sensitivitas dari free nerve endings.Prostaglandin dan
substansi P tidak langsung merangsang nyeri tersebut. Dari berbagai zat yang
telah dikemukakan, bradikinin telah dikenal sebagai penyebab utama yang
menimbulkan nyeri yang hebat dibandingkan dengan zat lain. Kadar ion kalium
yang meningkat dan enzim proteolitik lokal yang meningkat sebanding dengan
intensitas nyeri yang di rasakan karena kedua zat ini dapat mengakibatkan
membran plasma lebih permeable terhadap ion.Iskemia jaringan juga termasuk
stimulus kimia karena pada keadaan iskemia terdapat penumpukan asam laktat,
bradikinin, dan enzim proteolitik.
Semua jenis reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve endings.
Reseptor nyeri banyak tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga pada jaringan
internal tertentu, seperti periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, falx, dan
tentorium.Kebanyakan jaringan internal lainnya hanya diinervasi oleh free nerve
endings yang letaknya berjauhan sehingga nyeri pada organ internal umumnya
timbul akibat penjumlahan perangsangan berbagai nerve endings dan dirasakan
sebagai slow-chronic- aching type pain. Nyeri dapat dibagi atas dua yaitu :
Fast pain
Nyeri akut, merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu 0,1 s setelah stimulus
diberikan. Nyeri ini disebabkan oleh adanya stimulus mekanik dan termal.
Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda spinalis melalui
serat A dengan kecepatan mencapai 6 30 m/s. Neurotransmitter yang
mungkin digunakan adalahglutamat yang juga merupakan neurotransmitter
eksitatorik yang banyak digunakan pada CNS. Glutamat umumnya hanya
memiliki durasi kerja selama beberapa milliseconds.
Slow pain
Nyeri kronik, merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu lebihdari 1 detik
setelah stimulus diberikan. Nyeri ini dapat disebabkan oleh adanyastimulus
mekanik, kimia dan termal tetapi stimulus yang paling sering adalah
stimuluskimia. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda
spinalis melaluiserat C dengan kecepatan mencapai 0,5 - 2 m/s. Neurotramitter
yang mungkindigunakan adalah substansi P.
Traktus neospinotalamikus untuk fast pain, pada traktus ini, serat A yang
mentransmisikan nyeri akibat stimulus mekanik maupun termal akan berakhir
padalamina I (lamina marginalis) dari kornu dorsalis dan mengeksitasi second-
order neurons dari traktus spinotalamikus. Neuron ini memiliki serabut saraf
panjang yang menyilang menuju otak melalui kolumn anterolateral. Serat dari
neospinotalamikus akan berakhir pada: area retikular dari batang otak (sebagian
kecil), nukleustalamus bagian posterior (sebagian kecil), kompleks ventrobasal
(sebagian besar).Traktus lemniskus medial bagian kolumn dorsalis untuk sensasi
taktil juga berakhir pada daerah ventrobasal. Adanya sensori taktil dan nyeri yang
diterima akan memungkinkan otak untuk menyadari lokasi tepat dimana
rangsangan tersebutdiberikan.
Ketiga bagian ini penting untuk rasa tidak nyaman dari tipe nyeri.Dari area
batang otak ini, multipel serat pendek neuron akan meneruskan sinyal kearah atas
melalui intralaminar dan nukleus ventrolateral dari talamus dan ke area tertentu dari
hipotalamus dan bagian basal otak
PATOFISIOLOGI NYERI KEPALA
Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau
setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum,
intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti
hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi,
keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan
cluster headache) dan radang (arteritis temporalis)
Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus
(sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III
yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.
Tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari permukaan otak dan
pergeseran sinus-sinus venosus utama.
Tarikan pada A. Meningea media
Tarikan pada pembuluh-pembuluh arteri besar di otak atau tarikan pada cabang-
cabangnya.
Distensi dan dilatasi pembuluh-pembuluh nadi intrakranial (A.Frontalis, A.
Temporalis, A. Discipitalies)
Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap nyeri meliputi
kulit kepala, periosteum, (m. frontalis, Ni temporalis, m.orsipiutlis.
Tekanan langsung pada nervus cranialis V, IX, X saraf spinal dan cervikalis
bagian atas yang berisi banyak serabut aferen rasa nyeri.
Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah : parenkim otak, ependim
ventrikel, pleksus koroideus, sebagian besar duramater, piarachnoid meningen
meliputi konvektivitas otak dan tulang kepala. Tetapi rasa nyeri tersebut dapat
dibangkitkan oleh karena tindakan fisik seperti batuk, mengejan yang meningkatkan
tekanan intrakranial dan dapat memperburuk nyeri kepala berhubungan dengan
perdarahan atau massa intracranial
Nyeri kepala berdenyut yang bersifat unilateral tetapi dapat bilateral atau ganti
sisi
Serangan nyeri kepala yang timbul secara tiba tiba dan biasanya unilateral
Nyeri kepala yang timbul secara sangat mendadak harus dicurigai sebagai
akibat dari perdarahan intrakranial spontan, terutama perdarahan
subaraknoidal atau intraventrikular. Meningitis, glukoma, masloiditis
Sementara itu nyeri kepala yang kronis dapat terjadi pada kasus tension
headache, pasca trauma kepala, neurosis rinitas vasomotor, sinusitis,
kelainan refraksi yang tidak dikoreksi.
Nyeri kepala yang mendadak dan berat kemudian menetap biasanya terjadi
pada perdarahan intrakranial. Sementara itu, neuralgia oksipital dan
trigeminal biasanya muncul langsung dengan intensitas puncak, bersifat
menyengat dan mengagetkan.
Penderita yang mengalami nyeri kepala kronis dan berulang seringkali dapat
mengenali faktor apa saja yang mendorong terjadinya suatu serangan nyeri
kepala. Migren dapat dicetuskan oleh makanan tertentu, dan minuman obat
tertentu. Faktor emosi dapat mencetuskan serangan migren dan tension
headache.
Apabila membungkuk, mengejan, mengangkat sesuatu barang, batuk atau
menjalani pemeriksaaan valsava merasakan nyeri kepala, maka harus
dipertimbangkan adanya kemungkinan lesi intrakranial terutama fosa
posterior. Namun demikian, nyeri kepala yang timbul pada saat dalam
posisi berdiri tegak dan segera mereda pada saat berbaring adalah khas
untuk suatu kebocoran CSS yang dapat terjadi secara spontan.
Riwayat keluarga
Migren dan tension headache kadang-kadang bersifat familial
Pengobatan sebelumnya
Riwayat minum obat sebelumnya dan efek yang dirasakan penderita perlu
ditanyakan secara rinci, meliputi dosis, cara memasukkan obat (diminum,
suntikan) dan lamnya pengobatan. Hal ini untuk mengetahui apakah ada
lajak dosis dalam penggunaan preparat ergot dan analgesik serta kafein
Pemeriksaan Fisik
Dalam praktek pemeriksaan fisik dimulai pada saat penderita masuk ke
dalam ruang periksa atau pada saat dokter melakukan pendekatan di sisi tempat
tidur penderita. Observasi yang teliti merupakan kunci untuk mengetahui apakah
penderita mengalami gangguan fisik atau psikiatrik atau apakah penderita
tampak cemas depresif dan apakah riwayat penderita dapat dipercaya
sepenuhnya.
Setiap kali ada keluhan nyeri kepala maka pemeriksaan neurologi secara
lengkap harus dilakukan secara cermat. Pemeriksaan tersebut secara garis besar
meliputi status mental, gaya berjalan, nervi, kraniales, sistem motorik dan sistem
sensorik.
Kepala dan leher harus diperiksa secara seksama. Inspeksi dan palpasi
dilakukan secara bersama-sama untuk mengetahui kelainan-kelainan yang
mungkin ada. vertebra servikal perlu diperiksa apakah ada kaku kuduk,
gangguan mobilitas leher, nyeri otot-otot leher dan gangguan lainnya.
Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan Radiologik
Foto polos kepala
Pada foto polos dapat dilihat adanya pelebaran sela tursika, lesi pada
kalvarium, kelainan pertumbuhan kongenital, kelainan pada sinus
dan prosesus mastoideus.
Angiografi serebral
Pemeriksaan ini bersifat invasive, dan jarang sekali dipergunakan
dalam upaya menegakkan penyebab nyeri kepala tertentu. Sebagai
contoh oklusi pembuluh darah serebral dapat menimbulkan nyeri
kepala dan demikian juga halnya kasus aneurisma dan malformasi
arterio-venosa.
Pemeriksaan Css
Apabila dicurigai adanya infeksi intrakranial, perdarahan intrakranial
atau keganasan meningeal sementara pemeriksaan dengan CT Scan tidak
menunjukkan adanya kelainan, maka seyogyanya dilakukan fungsi
lumbal untuk kemudian dilakukan analisis CSS.
Elektro-Ensefalografi
Kadang-kadang EEG bermanfaat pada kasus-kasus dengan gejala fokal
sementara hasil CT Scan normal. Perlu pula diingat bahwa nyeri kepala
merupakan salah satu gejala epilepsi. Untuk itu perlu anamnesis yang
lebih cerma sebelumnya mempertimbangkan pemeriksaan EEG.
Pemeriksaan Laboratorium
Dalam kedaan tertentu perlu dilakukan pemeriksaan darah. hal ini
didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap.
Analgetikum, misalnya :
Asam salisilat 500 mg tablet, dosis 150 mg/hari.
Metampiron 500 mg tablet, dosis 1500 mg/hari
Asam mefenamat 250 500 mg tablet, dosis 750 1500 mg/hari.
Penenang / ansiolitik, misalnya :
Antidepresan, misalnya :
Rehabilitasi
Latihan pengendaraan otot-otot misalnya latihan relaksasi, psikoterapi, yoga,
meditasi, dll.
Sakit kepala yang menetap pada pasien yang sebelumnya tidak pernah mengalami
serangan
Sakit kepala yang rekuren pada anak.
BAB III
KESIMPULAN
Chefalgia atau Nyeri kepala adalah perasaan sakit atau nyeri, termasuk rasa tidak
nyaman yang menyerang daerah tengkorak (kepala) mulai dari kening kearah atas dan
belakang kepala. dan daerah wajah. Nyeri kepala adalah salah satu keluhan fisik paling
utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat
menunjukkan penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi
(migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut
Secara garis besar nyeri kepala dibagi menjadi dua macam; primer dan sekunder.
Pada nyeri kepala primer, nyeri kepala merupakan keluhan utama, artinya nyeri kepala
tersebut bukan timbul karena ada kelainan yang mendasari. Dengan kata lain, nyeri
kepala merupakan penyakit tersendiri, dengan patofiologi tersendiri pula. Nyeri kepala
primer yang utama berdasarkan klasifikasi dari IHS adalah: (1) migren dengan dan tanpa
aura, (2) nyeri kepala tipe tegang (tension-type headache), dan (3) nyeri kepala
berkelompok (cluster headache). Sedangkan nyeri kepala sekunder dapat dibagi menjadi
nyeri kepala yang disebabkan oleh karena trauma pada kepala dan leher, nyeri kepala
akibat kelainan vaskular kranial dan servikal, nyeri kepala yang bukan disebabkan
kelainan vaskular intrakranial, nyeri kepala akibat adanya zat atauwithdrawal, nyeri
kepala akibat infeksi, nyeri kepala akibat gangguan homeostasis, sakit kepala atau nyeri
pada wajah akibat kelainan kranium, leher, telinga, hidung, dinud, gigi, mulut atau
struktur lain di kepala dan wajah, sakit kepala akibat kelainan psikiatri