Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri kepala merupakan masalah umum yang sering dijumpai dalam praktek
sehari-hari. Nyeri kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bagian tubuh di
wilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bukan hanya masalah fisik semata
sebagai sebab nyeri kepala tersebut namun masalah psikis juga sebagai sebab dominan.
Untuk nyeri kepala yang disebabkan oleh faktor fisik lebih mudah didiagnosis karena
pada pasien akan ditemukan gejala fisik lain yang menyertai sakit kepala, namun tidak
begitu halnya dengan nyeri kepala yang disebabkan oleh faktor psikis. Nyeri kepala yang
sering timbul di masyarakat adalah nyeri kepala tanpa kelainan organik, dengan kata lain
adalah nyeri kepala yang disebabkan oleh faktor psikis.

Dalam anamnesis akan ditanyakan kualitas nyeri, intensitas, lokasi, durasi,


frekuensi, gejala yang mnyertai serta perjalanan penyakitnya. Nyeri kepala yang
berlangsung kronik dan sering kambuh tentu berbeda dengan nyeri dengan nyeri yang
akut. Nyeri yang kronik dan sering kambuh cenderung ke penyebab vaskuler dan
psikogenik, sedangkan yang akut dan berat mungkin mempunyai latar belakang yang
lebih serius.

Secara garis besar nyeri kepala dibagi menjadi dua macam; primer dan sekunder.
Pada nyeri kepala primer, nyeri kepala merupakan keluhan utama, artinya nyeri kepala
tersebut bukan timbul karena ada kelainan yang mendasari. Dengan kata lain, nyeri
kepala merupakan penyakit tersendiri, dengan patofiologi tersendiri pula. Nyeri kepala
primer yang utama berdasarkan klasifikasi dari IHS adalah: (1) migren dengan dan tanpa
aura, (2) nyeri kepala tipe tegang (tension-type headache), dan (3) nyeri kepala
berkelompok (cluster headache). Sedangkan nyeri kepala sekunder dapat dibagi menjadi
nyeri kepala yang disebabkan oleh karena trauma pada kepala dan leher, nyeri kepala
akibat kelainan vaskular kranial dan servikal, nyeri kepala yang bukan disebabkan
kelainan vaskular intrakranial, nyeri kepala akibat adanya zat atauwithdrawal, nyeri
kepala akibat infeksi, nyeri kepala akibat gangguan homeostasis, sakit kepala atau nyeri
pada wajah akibat kelainan kranium, leher, telinga, hidung, dinud, gigi, mulut atau
struktur lain di kepala dan wajah, sakit kepala akibat kelainan psikiatri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Chefalgia atau Nyeri kepala adalah perasaan sakit atau nyeri, termasuk rasa
tidak nyaman yang menyerang daerah tengkorak (kepala) mulai dari kening kearah
atas dan belakang kepala. dan daerah wajah. Nyeri kepala adalah salah satu keluhan
fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan
penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain),
respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau
kombinasi respon tersebut.

KLASIFIKASI

Klasifikasi the international headache society ( HIS ) pada tahun 1988


membagi nyeri kepala menjadi 2 kategori utama :

Nyeri Kepala Primer :

MIGREN

Definisi

Migren merupakan nyeri kepala akibat gangguan pembuluh darah yang


biasanya bersifat unilateral dan seringkali memiliki kualitas berdenyut.
Seringkali berasosiasi dengan mual, muntah, fotofobia, fonofobia.

Prevalensi
Prevalensi migren ini beranekaragam bervariasi berdasarkan umur dan jenis
kelamin. Migren dapat tejadi dari mulai kanak-kanak sampai dewasa. Dari
penelitian dengan mengunakan titik terang diungkapkan migren lebih sering
ditemui pada wanita daibandingkan pria yaitu 2:12. Wanita hamil pun tidak
luput dari serangan migren yang biasanya menyerang pada trimester I
kehamilan. Migren biasanya jarang terjadi seteah usia 40 tahun. Risiko
mengalami migren semakin besar pada orang yang mempunyai riwayat
keluarga penderita migren.

Klasifikasi
Menurut Headache Classification Committee of the International Headache
Society 2nd Edition, migren dibagi atas:
1. Migrain wihout aura
2. Migrain with aura
Typical aura with migrain headache
Typical aura with non-migrain headache
Typical aura without headache
Familial hemiplegic migrain (FHM)
Sporadic hemiplegic migrain
Basilar type migrain
3. Childhood periodic syndromes that are commonly precursor of migrain
Cyclical vomiting
Abdominal migrain
Benign paroxysmal vertigo of childhood
4. Retinal migren
5. Complication of migrain
Chronic migrain
Status migrainosus
Persisten aura without infarction
Migrainous infarction
Migrain triggered seizure
6. Probable migrain
6.1 Probable migrain without aura
6.2 Probable migrain with aura
6.3 Probable chronic migraine

Etiologi
Teori vaskular
Menyatakan bahwa nyeri kepala migren disebabkan oleh pelebaran
pembuluh darah di kepala. Sehingga banyak pengobatan yang digunakan
berefek pada vasokonstriksi pembuluh darah.

Teori neurologis

Edward Living (1873) mengajukan teori bahwa migren disebabkan oleh


kekacauan saraf diotak.
Neurotransmiter
Berdasarkan penelitian, perubahan konsentrasi serotonin (5-
hydroxytryptamine atau 5HT) selama berlangsungnya serangan migren
ketika dikeluarkan dari tempat penyimpanannya di dalam tubuh.

Faktor pemicu

Perubahan hormon estrogen

Hormon estrogen yang banyak terdapat pada wanita dapat memicu migren.
Khususnya pada saat jumlah estogen sedang tidak stabil, misalnya pada saat
sebelum dan selama masa haid, selama masa kehamilan, penggunaan alat
kontrasepsi atau jika sedang menjalani terapi hormon.
Stimulasi indra tubuh
Cahaya yang terlalu terang, suara yang terlalu keras,atau bau tertentu yang
sangat menyengat seperti bau parfum dan asap rokok dapat menjadi pemicu.
Perubahan cuaca
Perubahan cuaca yang ekstrem atau tidak menentu serta perubahan tekanan
udara dapat menjadi pemicu migren.
Jadwal tidur yang tidak biasa
Jika pola tidur Anda tidak seperti biasanya. Misalnya, jangka waktu tidur
yang sebentar bahkan tidur terlalu lama bisa membuat Anda mengalami
migren. Jika Anda baru berpergian, jet lag juga dapat menjadi penyebabnya.
Kelelahan
Berolahraga atau melakukan aktivitas fisik yang lebih berat dari biasanya
dapat memperbesar kemungkinan terkena migren.
Makanan dan Minuman
Kandungan yang terdapat pada makanan dan minuman dapat menjadi
pemicu. Minuman beralkohol seperti bir dan wine atau kandungan kafein
yang terdapat pada kopi sebaiknya dihindari. Mengkonsusmsi coklat, keju
tua, makanan yang banyak mengandung MSG atau pengawet juga
merupakan pemicu migrain

Patofisiologi
Cutaneous allodynia (CA) adalah nafsu nyeri yang ditimbulkan oleh stimulus
non noxious terhadap kulit normal. Saat serangan/migren 79% pasien
menunjukkan cutaneus allodynia (CA) di daerah kepala ipsilateral dan
kemudian dapat menyebar kedaerah kontralateral dan kedua lengan.
Allodynia biasanya terbatas pada daerah ipsilateral kepala, yang menandakan
sensitivitas yang meninggi dari neuron trigeminal sentral (second-order) yang
menerima input secara konvergen. Jika allodynia lebih menyebar lagi, ini
disebabkan karena adanya kenaikan sementara daripada sensitivitas third order
neuron yang menerima pemusatan input dari kulit pada sisi yang berbeda,
seperti sama baiknya dengan dari duramater maupun kulit yang sebelumnya.
Ada 3 hipotesa dalam hal patofisiologi migren yaitu:
Pada migren yang tidak disertai CA, berarti sensitisasi neuron ganglion
trigeminal sensoris yang menginervasi duramater
Pada migren yang menunjukkan adanya CA hanya pada daerah referred
pain, berarti terjadi sensitisasi perifer dari reseptor meningeal (first order)
dan sensitisasi sentral dari neuron komu dorsalis medula spinalis (second
order) dengan daerah reseptif periorbital.
Pada migren yang disertai CA yang meluas keluar dari area referred pain,
terdiri atas penumpukan dan pertambahan sensitisasi neuron talamik (third
order) yang meliputi daerah reseptif seluruh tubuh.
Pada penderita migren, disamping terdapat nyeri intrakranial juga disertai
peninggian sensitivitas kulit. Sehingga patofisiologi migren diduga bukan
hanya adanya iritasi pain fiber perifer yang terdapat di pembuluh darah
intrakranial, akan tetapi juga terjadi kenaikan sensitisasi set safar sentral
terutama pada sistem trigeminal, yang memproses informasi yang berasal dari
struktur intrakranial dan kulit.
Pada beberapa penelitian terhadap penderita migren dengan aura, pada saat
paling awal serangan migren diketemukan adanya penurunan cerebral blood
flow (CBF) yang dimulai pada daerah oksipital dan meluas pelan-pelan ke
depan sebagai seperti suatu gelombang ("spreading oligemia'; dan dapat
menyeberang korteks dengan kecepatan 2-3 mm per menit. Hal ini
berlangsung beberapa jam dan kemudian barulah diikuti proses hiperemia.
Pembuluh darah vasodilatasi, blood flow berkurang, kemudian terjadi reaktif
hiperglikemia dan oligemia pada daerah oksipital, kejadian depolarisasi set
saraf menghasilkan gejala scintillating aura, kemudian aktifitas set safar
menurun menimbulkan gejala skotoma. Peristiwa kejadian tersebut disebut
suatu cortical spreading depression (CDS). CDS menyebabkan hiperemia
yang berlama didalam duramater, edema neurogenik didalam meningens dan
aktivasi neuronal didalam TNC (trigeminal nucleus caudalis) ipsilateral.
Timbulnya CSD dan aura migren tersebut mempunyai kontribusi pada aktivasi
trigeminal, yang akan mencetuskan timbulnya nyeri kepala. Pada serangan
migren, akan terjadi fenomena pain pathway pada sistem trigeminovaskuler,
dimana terjadi aktivasi reseptor NMDA, yang kemudian diikuti peninggian Ca
sebagai penghantar yang menaikkan aktivasi proteinkinase seperti misalnya 5-
HT, bradykinine, prostaglandin, dan juga mengaktivasi enzim NOS. Proses
tersebutlah sebagai penyebab adanya penyebaran nyeri, allodynia dan
hiperalgesia pada penderita migren.

Manifestasi Klinis
Gambaran klinis yang sering ditemui antara lain:
Nyeri kepala : bersifat unilateral (pada salah satu sisi), bentuknya
berdenyut menandakan adanya rangsangan aferean pada pembuluh darah.
Mual : mual adalah gejala yang paling sering dikemukakan oleh penderita,
menunjukkan adanya ekstravasasi protein.
Aura : aura yang timbul biasanya berupa gangguan penglihatan (fotofobia
atau fonofobia), bunyi atau bebauan tertentu, menandakan adanya proyeksi
difus locus ceruleus ke korteks serebri, adanya gejala produksi monocular
pada retina dan produksi bilateral yang tidak normal.
Rasa kebal / baal
Vertigo : pusing, karena gerakan otot yang tidak terkontrol,menandakan
adanya gejala neurologic yang berasal dari korteks serebri dan batang otak.
Rasa lemas waktu berdiri : disebabkan oleh turunnya tekanan darah waktu
berdiri (postural hypotension).
Kontraksi otot-otot : disekitar dahi, pipi, leher, dan bahu, menandakan
adanya ganguan mekanisme internal tubuh yang disebut jam biologis
(biological clock).

Diagnosis
Tidak ada tes laboratorium yang dapat mendukung penegakan diagnosis
migren. Migren kadangkala sulit untuk didiagnosis karena gejalanya dapat
menyerupai gejala sakit kepala lainnya. Pemeriksaan standar yang dilakukan
adalah dengan menggunakan kriteria International Headache Society yaitu,
seseorang didiagnosis migren jika mengalami 5 atau lebih serangan sakit
kepala tanpa aura (atau 2 serangan dengan aura) yang sembuh dalam 4 sampai
72 jam tanpa pengobatan dan diikuti dengan gejala mual, muntah, atau
sensitif terhadap sinar dan suara.
Kriteria diagnosis bagi migren tanpa aura dikemukakan oleh HIS sekurang-
kurangnya terdapat 5 serangan, diantaranya :
Nyeri kepala berlangsung 4-74 jam (bila tidak diobati atau pengobatan
gagal)
Nyeri kepala sekurang-kurangnya memenuhi 2 kriteria:
Lokasi unilateral
Sifat berdenyut
Intensitas nyerinya sedang atau berat
Agravasi (bertambah berat) atau mengganggu aktivitas

Sewaktu berlangsung nyeri nyeri kepala terdapat sekurang-kurangnya


satu gejala:
Nausea dan/atau muntah
Fatofobia dan fonofobia
Tidak disebabkan gejala lain

Kriteria diagnosis bagi migren dengan aura dikemukakan oleh HIS


sekurangnya terdapat 2 serangan, diantaranya:
Aura terdiri dari satu gejala berikut (tanpa kelemahan motorik):
Gejala visual: cahaya berkunang-kunang, bercak atau garis,
atau penglihatan hilang
Gejala sensoris: semutan atau rasa baal
Gejala gangguan bicara
Sekurangnya ada 2 gejala berikut:
Gejala visual homonim dan/atau gejala sensorik unilateral
Sekurangnya 1 gejala aura yang muncul gradual 5 menit
dan/atau berbagai gejala aura muncul berurutan selama 5
menit
Tiap gejala berlangsung 5 menit, namun 60 menit
Nyeri kepala mulai sewaktu aura atau mengikuti aura dalam waktu 60
menit
Tidak disebabkan gangguan lain

Gejala migren yang timbul perlu diuji dengan melakukan pemeriksaan


lanjutan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain dan
kemungkinan lain yang menyebabkan sakit kepala. Pemeriksaan lanjutan
tersebut adalah:
MRI atau CT Scan, yang dapat digunakan untuk menyingkirkan tumor
dan perdarahan otak.
Punksi Lumbal, dilakukan jika diperkirakan ada meningitis atau
perdarahan otak

Diagnosis banding
Nyeri kepala migren tanpa aura sering kali sulit dibedakan dengan nyeri
kepala tegang (tension headache), nyeri kepala claster (clusther headache),
dan gangguan peredaran darah sepintas (transient ischemic attacks).
Penatalaksanaan
Terapi umum
Menghindari pencetus
Jika ada factor psikogenik, harus dihilangkan
Pada sepertiga wanita sebabnya ialah kontrasepsi oral, ini dapat
diganti

Terapi abortif dan simtomatik


Anti-Inflamasi Non Steroid (NSAID), misalnya aspirin,
ibuprofen, yang merupakan obat lini pertama untuk mengurangi
gejala migraine.
Triptan (agonis reseptor serotonin). Obat ini diberikan untuk
menghentikan serangan migrain akut secara cepat. Triptan juga
digunakan untk mencegah migrain haid.
Ergotamin, misalnya Cafegot, obat ini tidak seefektif triptan
dalam mengobati migrain. Dosis: 1 mg pada awalnya, diikuti 1
mg tiap jam, maksimal 5 mg tiap serangan atau 10 mg/ minggu
Midrin, merupakan obat yang terdiri dari isometheptana,
asetaminofen, dan dikloralfenazon. Dosis isometheptana: 2 kapsul
pada awalnya, diikuti 1 kapsul/jam, maksimal 5 kapsul tiap
serangan.
Analgesik, mengandung butalbital yang sering memuaskan pada
terapi
Opioid analgesik, pada umumnya lapang perantaranya
memberikan hasil yang mengecewakan
Korticosteroid unsur yang membutuhkan waktu singkat untuk
mengurangi tingkat nyeri migraine
Isometheptene, tidak dapat digunakan pada vasokonstriktor
Terapi preventif :
Pencegahan farmakologi, diantaranya :
Ergotamine 1 mg, 2 kali sehari
Bellergal (ergotamine 0,3 mg, belladonna 0,1 mg,
fenobarbital 20 mg) 2-4 kali perhari
Metisergid 4-8 mg perhari, dosis terbagi
-bloker (propanolol) 80-160 mg, terbagi
Amitriptilin 50-75 mg, dosis terbagi atau diminum saat akan
tidur
Fenitoin 200-400 mg/hari
Ibufrofen 400 mg, 3 kali perhari

Pencegahan non-farmakologi, diantaranya :


Terapi relaksasi
Terapi tingkah laku

NYERI KEPALA KLASTER


Definisi
Nyeri kepala tipe klaster adalah jenis nyeri kepala yang berat, unilateral
yang timbul dalam serangan-serangan mendadak, sering disertai dengan rasa
hidung tersumbat, rinore, lakrimasi dan injeksi konjungtiva di sisi nyeri.
Dalam klinik dikenal dua tipe yaitu tipe episodik orang yang menderita
tipe ini mengalami masa serangan nyeri selama waktu tertentu (periode
klaster), kemudian diseling dengan masa bebas nyeri (remisi) yang lamanya
bervariasi; sedangkan tipe khronik ialah bila serangan-serangan nyeri
tersebut masih tetap timbul selama sedikitnya 12 bulan.
Jenis nyeri kepala ini pertama-tama dideskripsikan oleh Romberg (1840)
dan Eulenberg (1874) secara sendiri-sendiri; disebut sebagai migrainous
neuralgia oleh Harris (1936) dan rnulai dikenal sebagai sindrom tersendiri
oleh Horton dkk. (1939). Sifat periodiknya dikenali oleh Ekbom (1947) dan
sifat clustering (serangan dalam kelompok/periode tertentu) dideskrip- sikan
oleh Kunkle dkk. (1954) sejak saat itu nyeri kepala ini dikenal sebagai
nyeri kepala kiaster (cluster headache). Istilah nyeri kepala kiaster ini telah
dikenal dan dideskrip- sikan sejak tahun 1962 dan terakhir disempurnakan
dalam klasifikasi menurut International Headache Society (1988)

Prevalensi
Secara pasti tidak diketahui; dan catatan beberapa klinik nyeri kepala,
diperkirakan sebesar 0,04% sampai 1,5%. Diderita terutama oleh pria;
perbandingan antara pria: wanita antara 4,5: 1 sampai 6,7: 1. Mulai diderita
umumnya pada usia 2730 tahun, meskipun ada beberapa laporan yang
menemukan kasus nyeri kepala tipe kiaster pada anak usia 1 tahun sampai
pada dewasa usia sekitar 60 tahun. Dibandingkan dengan migren,
prevalensinya berkisar an- tara 1: 5,6 sampai 1:47,1. Pada nyeri tipe
episodik, 70% pasien menderita serangan 12 kali setahun; dan pada
penelitian lain diketahui bahwa lamaperiode nyeri antara 24 bulan (rata-rata
3 bulan) pada 84% pasien. Lamanya remisi rata-rata kurang dari 2 tahun;
dan catatan 428 pasien nyeri kepala tipe klaster, 19,2% masa remisinya 16
bulan, 47,7% antara 712 bulan, 14,3% selama 2 tahun dan sisanya
mengalami remisi lebih dari 2 tahun.

Patogenesis
Perubahan vaskuler dan hemodinamik
Horton salah satu ahli yang banyak meneliti penyakit ini beranggapan
bahwa gejala klinis disebabkan oleh dilatasi arteri karotis eksterna yang
dicetuskan oleh kenaikan kadar histamin dalam darah. Dia mengamati
adanya kemerahan wajah bersamaan dengan kenaikan suhu kulit 12C;
meskipun demikian, peneliti lain menganggap bahwa kemerahan wajah
bukanlah gejala yang karakteristik untuk nyeri kepala kiaster.
Perubahan-perubahan pada arteri karotis interna juga diteliti, tetapi
temyata tidak dijumpai perubahan aliran darah pada saat serangan.
Penelitian menggunakan angiografi karotis dan Doppler juga tidak
menghasilkan kesimpulan yang bermakna. Pengukuran aliran darah
serebral (cerebral blood flow CBF) menunjukkan adanya peningkatan
selama serangan, mungkin disebabkan gangguan autoregulasi, hiperemi
reaktif atau akibat reaksi terhadap nyeri; ada juga yang mengaitkannya
dengan reaksi terhadap perubahan kadar gas darah.

Gangguan aktivitas saraf simpatis


Beberapa peneliti mengaitkan perubahan vaskuier dengan aktifitas
susunan saraf otonom; Fanciullaci dkk (1982) mendemonstrasikan
gangguan sistim simpatis yang terbukti dari perbedaan respons pupil
terhadap penetesan larutan tiramin 2%; peneliti lain juga mendapatkan
perubahan EKG yang juga dikaitkan dengan perubahan aktifitas sistim
sataf simpatis. Aktifitas tersebut juga dapat diduga dari berkeringatnya
sebagian wajah selama serangan.
Perubahan biokimiawi dan hormonal
Dugaan Horton atas peranan histamin diperkuat oleh Sjaastad (1970)
yang mendapatkan peningkatan kadar histamin dalam urine selama
serangan nyeri; peningkatan kadarhistamin ini juga telah dibuktikan
oleh beberapa peneliti lain. Pengukuran kadar histamin darahjuga
menunjukkan adanya perbedaan antara pada saat remisi dengan pada
saat nyeri; kenaikan kadarnya dapat mencapai 20,5%. Meskipun
demikian, pemberian antagonis H2 ataupun H1 tidak mengurangi
serangan nyeri. Kadar testosteron dan LH plasma juga dilaporkan
menurun selama periode klaster; tetapi penurunan serupa juga terjadi di
kalangan penderita neuralgia trigeminal dan di kalangan penderita
migren dengan aura; oleh karena itu ada yang berpendapat bahwa
perubahan tersebut lebih berkaitan dengan rasa nyeri, bukan pada
sindrom tertentu. Teori lain mengaitkan perubahan kadar testosteron
dengan irama sirkadian; ada yang berpendapat bahwa siklus nyeri pada
nyeri kepala kiaster berkaitan dengan gangguan irama sirkadian dan
zat-zat neurohormonal.
Perubahan sistim saraf
Kunkle (1959) menganggap bahwa serangan-serangan nyeri kepala
klaster disebabkan oleh gangguan parasimpatis n. Fasialis dan n.
glosofaringeus, yang ditandai dengan ditemukannya zat mirip
asetilkolin di cairan serebrospinal; peneliti lain menganggap adanya
peranan n. petrosus superfisialis magnus karena reseksi saraf ini
menyembuhkan 25% pasiennya dan 50% lainnya mengalami
pengurangan serangan. Peranan n. trigeminus juga diteliti; Moskowitz
(1984) menganggap ada reaksi inflamasi n. trigeminus, mungkin di
daerah sinus kavernosus. Dari hasil-hasil pengamatan di atas, muncul
pendapat bahwa asetilkolin yang berasal dari sistim parasimpatis
merangsang pelepasan histamin dan sel mast, menyebabkan respons
antidromik n. trigeminus dengan pelepasan substance P yang
menyebabkan degranulasi sel mast lebih lanjut, dengan akibat
timbulnya reaksi inflamasi dan nyeri.
Manifestasi Klinis
Nyeri umumnya didahului oleh rasa penuh di telinga yang kadang-kadang
meluas ke seluruh kepala, disusul beberapa menit kemudian dengan
serangan-serangan mendadak berupa rasa seperti tertusuk, biasanya
unilateral di daerah okulofrontal atau okulotemporal; serangan tersebut
sangat hebat (excruciating) dan menetap, tidak berdenyut, hilang timbul
secara tiba-tiba, dapat berpindah-pindah tempat. Serangan-serangan nyeri
tersebut membuat penderitanya gelisah, mondar-mandir dan kadang-kadang
memukuli kepalanya sendiri; beberapa penderita bahkan merasa ingin
bunuh diri untuk mengakhiri nyeninya. Perilaku yang demikian jelas
berbeda dengan penderita migren yang justru menghindani
aktivitaslkeramaian. Nyeri disertai dengan rinore, laknimasi dan pelebaran
pembuluh darah konjungtiva; kadang-kadang disertai rasa bengkak di wajah
dan sekitar mata di sisi nyeri, dapat disertai sindrom Homer di sisi sama.
Selama serangan wajah menjadi pucat, sebaliknya konjungtiva tampak
kemerahan dan berair. Nyeri dapat dirasakan di 'belakang mata', seolah-olah
mendorong mata ke luar. Umumnya dimulai saat bangun tidur siang atau di
malam hari, biasanya dalam 90 menit setelah tertidur. Serangan nycri dapat
dicetuskn oleh nitrogliserin, histamin atau alkohol.

Sifat periodisitas :
Sifat peniodisitas ini khas pada nyeri kepala klaster; terdapat periode
tertentu (periode kiaster) saat penderitanya mengalami serangan-serangan
nyeri dan rentan terhadap pencetus tertentu; kemudian disusul dengan
periode remisi saat penderitanya bebas nyeri sama sekali meskipun terpapar
pada hal-hal yang biasanya mencetuskan nyeri di saat periode klaster.
Periode klaster umumnya berkisar antara 24 bulan, kemudian disusul
dengan masa remisi yang Iamanya antara 12 tahun pada 70% pasien.
Periode kiaster cenderung berulang pada selang waktu yang teratur

Diagnosis
Criteria Diagnostik
Paling sedikit 5 serangan yang memenuhi criteria 2-4
Nyeri hebat atau sangat hebat di orbita, supra orbita atau temporal yang
unilateral berlangsung 15 180 menit bila telah diobati
Nyeri kepala disertai setidaknya satu dari :
Injeksi konjungtiva dan/ atau lakrimasi ipsilateral
Kongesti nasal dan/ atau rhinorrhoea ipsilateral
Edema palpebra ipsilateral
Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral
Miosis dan/ atau ptosis ipsilateral
Perasaan gelisah atau agitasi
Serangan serangan mempunyai frekuensi : dari 1 kali setiap 2 hari
sampai 8 kali per hari
Tidak berkaitan dengan gangguan lain

Diagnosis Banding
Bila serangan nyeri kepalanya khas, umumnya diagnosis hampir dapat
dipastikan. Beberapa keadaan yang mungkin mirip gainbaran klinisnya
ialah chronic paroxysmal hemicrania, migren, neuralgia trigeminal, arteritis
temporalis, faeokhromo- sitoma dan sindrom Raeder.
Chronic paroxysmal hemicrania
Pertama dilaporkan oleh Sjaastad dan Dale (1974). Berbeda dari nyeri
kepala tipe kiaster dalam hal serangan nyeri yang lebih sering, tetapi
lebih singkat dan kurang menyebabkan kegelisahan. Jenis nyeri kepala
ini tidak dapat diatasi dengan obat-obatan yang biasanya efektif untuk
nyeri kepala kiaster, sebaliknya responsif terhadap indometasin.
Migren
Serangan migren umumnya 13 kali sebulan, berlangsung selama 13 hari
dan rasa nyeni memberat secara berangsur-angsur; : terutama di satu
sisi kepala di daerah temporal. Nyeri bersifat berdenyut disertai mual,
muntah, fotofobi dan fonofobi. Serangan migren yang khas didahului
oleh aura.

Neuralgia trigeminal
Penyakit ini dijumpai baik pada pria maupun wanita, umumnya pada
usia yang lebih lanjut. Nyeri bersifat tajam, seperti teriris.dan
mendadak; dirasakan berat. Dapat dicetuskan oleh sentuhan, bahkan
kadang-kadang oleh tiupan angin, di daerah wajah tertentu; umumnya
di dekat lipatan nasolabial. Kadang-kadangjugadicetuskan oleh gerakan
mengunyah.
Arteritis temporalis
Umumnya dijumpai pada kelompok usia yang lebih lanjut; mengenai
terutama anteri temporalis, arteri vertebralis dan/atau arteri oftaimika.
Pada 50% kasus didahului dengan rasa kaku leher dan bahu, atau di
daerah panggul (polimialgia reumatika). Nyeri kepala pada kasus ini
bersifat persisten, berfluktuasi sepanjang hari, unilateral dan berkaitan
dengan daerah arteri temporalis superfisialis. Pada awalnya terasa
berdenyut, rasa terbakar yang hebat, kemudian berangsur-angsur rasa
berdenyutnya mereda. Diagnosis pasti ditetapkan melalui biopsi arteri
temporalis.
Faeokromositoma
Pada penyakit ini terjadi pelepasan katekolaniin berlebihan yang
menyebabkan episode hipertensi yang mendadak, disertai nyeni kepala,
pucat, takikardi dan keringat berlebihan; nyeri bersifat mendadak, berat
dan panoksismal, sering menyebabkan pasien terbangun dari tidurnya.
Nyeri dirasakan berdenyut, bilateral dan di oksipital; diperberat bila
batuk, bersin, mengejan atau membungkuk. Serangan-serangan nyeri
dapat dirasakan setiap hari, umumnya singkat, kurang dari satu jam.
Sindrom paratrigeminal Raeder
Nyeri pada sindrom ini bersifat menetap (persisten), dapat berlangsung
sampai beberapa bulan. Pada minggu-niinggu awal, pasien sering
terbangun dari tidur akibat nyeri unilateral yang bersifat
membakan(burning), berdenyut atau menetap yang sangat berat;
berangsur-angsur nyeri makin berat dan menetap terasa terus sampai
beberapa saat lamanya. Sering disertai dengan ptosis dan miosis di sisi
nyeri, sehingga sering dianggap sebagai nyeri kepala tipe klaster;
perbedaannya ialah pada sindrom ini nyeri bersifat menetap,
dibandingkan dengan nyeri kepala tipe kiaster yang sifatnya
paroksismal.

Penatalaksanaan
Penjelasan kepada pasien
Pada kebanyakan pasien, ditemukan anxietas dan rasa kuatir akan
timbulnya periode nyeri berikut, anxietas juga sering ditemukan pada
periode klaster yang berkepanjangan. Perlu dipahami bahwa
kebanyakan serangan nyeri dapat dihindari atau
diperpendek/diperingan, meskipun lamanya periode nyeri sampai saat
ini belum dapat dipersingkat atau dihilangkan. Para pasien dianjurkan
untuk menghindari tidur siang, minuman alkohol, zat mudah menguap,
terutama pada periode klaster; sedangkan pengaruh diet sangat kecil.
Gangguan emosional seperti rasa marah, frustrasi ataupun aktifitas fisik
yang berat dapat mencetuskan serangan atau memulai periode nyeri.
Pengaruh ketinggian juga disebut-sebut dapat mencetuskan serangan,
sehingga harus diwaspadai bila berada di ketinggian/pegunungan atau
naik pesawat terbang; ada yang menganjurkan penggunaan
asetazolamid 2 dd 250 mg. dimulai 2 hari sebelum nya untuk mencegah
serangan tersebut. Perubahan siklus tidur juga dapat mencetuskan
serangan, misalnya akibat perubahan shift kerja, atau perubahan cara
hidup.
Pengobatan pencegahan
Serangan saat tidur dapat dicegah dengan 2 mg. Ergotamin tartrat
12 jam sebelum tidur; penggunaan ergotamin ini harus hati-hati
padapasien-pasien dengan gangguan vaskuler,jantung, serebral, atau
pada kehamilan, adanya penyakit ginjal atau hati, infeksi dan masa
pasca bedah. Serangan di saat lain dapat diatasi dengan metisergid 34
dd 40 mg., verapamil 4 dd 80 mg., lithium 2 dd 300 mg. Atau prednison
40 mg./hari selama 3 minggu. Metisergid terutama efektif bila
digunakan sejak awal, efektivitasnya kira-kira 65%; obat ini
mempunyai efek samping gastrointestinal, parestesi dan nyeri
ekstremitas bawah dan kemungkinan fibrosis retroperitoneal,
endomiokardial atau pulmonal yang berbahaya; obat ini tidak tersedia
di Indonesia. Verapamil cukup efektif untuk kebanyakan pasien,
digunakan selama periode nyeri. Penggunaan lithium hams disertai
dengan pengamatan efek samping seperti tremor karena obat ini
mempunyai rentang dosis terapeutik yang relatif sempit. Kombinasi
empat obat di atas dapat mengatasi kira-kira 90% kasus episodik; dalam
hal resistensi, dapat dicoba penambahan prednison 40 mg./hari selama 5
hari, kemudian diturunkan dosisnya selama 3 minggu (tapering off);
penggunaan prednison harus hati-hati pada pasien dengan ulkus
peptikum, hipertensi atau diabetes melitus. Pasien-pasien khronik dapat
resisten terhadap pengobatan, mungkin berkaitan dengan
sifatlkepribadian tertentu; ada peneliti yang mencoba Na valproat 600-
2000 mgihari sebagai profilaktik. Pengobatan eksperimental berupa
gangliolisis trigeminal, atau penggunaan cahaya terang untuk
mengubah siklus sirkadian.
Pengobatan saat serangan
Serangan klaster akut dapat diatasi dengan inhalasi oksigen; untuk
memperoleh manfaat maksimum, oksigen diberikan segera di awal
serangan sebanyak 7-ll menit menggunakan facial mask; pasien duduk,
dianjurkan bemapas biasa selama 15 menit. Alternatif lain ialah
menggunakan 1 tablet (1 mg.) ergota mm sublingual, dapat diulang
sampai dua kali setelah 15 menit; dosis maksimum 2 mg./24 jam.
Ergotaniin juga dapat diberikan secara intramuskuler dalani bentuk
dihidroergotamin 1 mg. Atau ergotamin tartrat 0,5 mg.; atau secara
inhalasi sebanyak 2 kali dengan interval 5 menit. Dosis maksimum 4
mg./24 jam. Obat simtomatik lain ialah kokain HCI 5% atau lidokain
HCI 4% intranasal
Prognosis
Suatu studi longitudinal menunjukkan bahwa setelah 20 tahun, 1/3 pasien
akan mengalami remisi total, 1/3 pasien serangannya makin ringan dan pada
1/3 lainnya sifat serangannya menetap. Serangan-serangan nyeri dapat
diperingan atau dihindari dengan meniperhatikan faktor-faktor pencetus

TENSION TYPE HEADACHE (TTH)


Definisi
Tension type headache disebut pula muscle contraction headache
merupakan nyeri tegang otot yang timbul karena kontraksi terus menerus
otot-otot kepala dan tengkuk (m.Splenius kapitis, m.Temporalis, m.Maseter,
m.Sternokleidomastoideus, m.Trapezius, m.Servikalis posterior, dan
m.Levator skapule). Sakit kepala tipe ini banyak terdapat pada wanita masa
menopause dan premenstrual.
TTH didefinisikan sebagai serangan nyeri kepala berulang yang
berlangsung dalam hitungan menit sampai hari, dengan sifat nyeri yang
biasanya berupa rasa tertekan atau diikat, dari ringan sampai berat,
dirasakan di seluruh kepala, tidak dipicu oleh aktifitas fisik dan gejala
penyerta nya tidak menonjol.
Prevalensi
Penelitian yang dilakukan di Surabaya (1984) menunjukkan bahwa di antara
6488 pasien baru, 1227 (18,9%) datang karena keluhan nyeri kepala; 180 di
antaranya didiagnosis sebagai migren. Sedangkan di RS Cipto
Mangunkusumo, Jakarta(1986)
didapatkan 273 (17,4%) pasien baru dengan nyeri kepala di antara 1298
pasien baru yang berkunjung selama Januari sd. Mei 1986. Di Amerika
Serikat, dalam satu tahun lebih dari 70% penduduknya (pernah) mengalami
nyeri kepala, lebih dari 5% mencari/mengusahakan pengobatan, tetapi
hanya 1% yang datang ke dokter/rumah sakit khusus untuk keluhan nyeri
kepalanya.

Klasifikasi
Episodik , jika serangan yang terjadi kurang dari 1 hari perbulan (12 hari
dalam 1 tahun).
Kronik, jika serangan minimal 15 hari perbulan selama paling sedikit 3
bulan (180 hari dalam 1 tahun).
Tension headache kronik dibagi 2 macam, yaitu:
a) Short-duration, jika Serangan terjadi kurang dari 4 jam.
b) Long-duration, jika Serangan berlangsung lebih dari 4 jam.

Etiologi
Faktor-faktor penyebab dari TTH bukan merupakan infeksi virus ataupun
bakteri melainkan tetapi keadaan-keadaan seperti Stres, Kecemasan,
Depresi, Konflik emosional, Kelelahan.
Nyeri kepala yang timbul adalah manifestasi dari reaksi tubuh terhadap
stres, kecemasan, depresi, konflik emosional atau kelelahan. Respon
fisiologis yang terjadi meliputi refleks vasodilatasi pembuluh darah
ekstrakranial serta kontraksi otot-otot skelet kulit kepala (scalp), wajah,
leher dan bahu secara terus menerus.
Patofisiologi
Meskipun nyeri kepala tegang otot ini sangat umum ditemukan,
patofisiologinya masih tetap tidak jelas. Penelitian menunjukkan bahwa
mekanisme nyeri kepala ini tergantung terhadap otot yang terlibat yakni otot
wajah,leher dan bahu. Patomekanisme nyeri kepala tegang otot ini masih
menjadi bahan penilitian tetapi telah ada beebrapa teori-teori yang diduga
menyebabkan nyeri kepala jenis ini.

Salah satu teori yang paling populer mengenai penyebab nyeri kepala ini
adalah kontraksi otot wajah, leher, dan bahu. Otot-otot yang biasanya
terlibat antara lain m. splenius capitis, m. temporalis, m. masseter, m.
sternocleidomastoideus, m. trapezius, m. cervicalis posterior, dan m. levator
scapulae. Penelitian mengatakan bahwa para penderita nyeri kepala ini
mungkin mempunyai ketegangan otot wajah dan kepala yang lebih besar
daripada orang lain yang menyebabkan mereka lebih mudah terserang sakit
kepala setelah adanya kontraksi otot. Kontraksi ini dapat dipicu oleh posisi
tubuh yang dipertahankan lama sehingga menyebabkan ketegangan pada
otot ataupun posisi tidur yang salah. Ada juga yang mengatakan bahwa
pasien dengan sakit kepala kronis bisa sangat sensitif terhadap nyeri secara
umum atau terjadi peningkatan nyeri terhadap kontraksi otot.

Sebuah teori juga mengatakan ketegangan atau stres yang menghasilkan


kontraksi otot di sekitar tulang tengkorak menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah sehingga aliran darah berkurang yang menyebabkan
terhambatnya oksigen dan menumpuknya hasil metabolisme yang akhirnya
akan menyebabkan nyeri.

Para peneliti sekarang mulai percaya bahwa nyeri kepala ini bisa timbul
akibat perubahan dari zat kimia tertentu di otak - serotonin, endorphin, dan
beberapa zat kimia lain - yang membantu dalam komunikasi saraf. Ini
serupa dengan perubahan biokimia yang berhubungan dengan migren.
Meskipun belum diketahui bagaimana zat-zat kimia ini berfluktuasi, ada
anggapan bahwa proses ini mengaktifkan jalur nyeri terhadap otak dan
mengganggu kemampuan otak untuk menekan nyeri. Pada satu sisi,
ketegangan otot di leher dan kulit kepala bisa menyebabkan sakit kepala
pada orang dengan gangguan zat kimia. Di sisi lain, ketegangan otot bisa
merupakan hasil dari perubahan zat kimia ini.

Karena nyeri kepala tipe ini dan migren melibatkan perubahan yang mirip
pada otak, beberapa peneliti percaya bahwa kedua tipe sakit kepala ini
berhubungan. Beberapa ahli berpendapat bahwa migren bisa disebabkan
oleh nyeri kepala tegang otot yang berulang. Migren bisa dibedakan saat
nyeri yang terasa menjadi sangat hebat. Ada juga yang beranggapan migren
yang ringan adalah suatu jenis nyeri kepala tegang otot yang ringan.

Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang bisa digolongkan dalam nyeri kepala tipe tegang adalah :
Nyeri kepala bersifat konstan dan terus menerus.
Terasa berat seperti tertekan atau seperti terikat, diperas, mau meledak.

Tempat sakitnya tidak dapat ditentukan

Frekuensi, fluktuasi, dan intensitas nyeri sangat bervariasi. Biasanya


akan bertambah pd masa2 penuh tekanan seperti pubertas, pindah
sekolah, masalah pekerjaan atau perkawinan.
Biasanya nyeri kepala tipe tegang dikaitkan dgn kelainan yg disebut
spasmohilia. Kelainan ini adalah kecenderungan seseorang yg otot2nya
lebih mudah utk kontraksi (tegang). Spasmohilia memiliki kemungkinan
diturunkan atau ada faktor keluarga. Selain itu juga akan ditanyakan
mengenai kemungkinan adanya stres fisik maupun psikis.

Diagnosis
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang-kurangnya
dua dari berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas
ringan sedang, (3) lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain
itu, tidak dijumpai mual muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan
fonofobia.

Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang berat, tumpul seperti
ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada
daerah kulit kepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan,
memburuk oleh stress, insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan
konsentrasi, kadang vertigo, dan rasa tidak nyaman pada bagian leher,
rahang serta temporomandibular.

Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan
pemeriksaa neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya
tidak memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CTsc an kepala maupun
MRI.

Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-artrosis
deformans, sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi
lumbal, migren klasik, migren komplikata, cluster headache, sakit kepala
pada arteritis temporalis, sakit kepala pada desakan intrakranial, sakit
kepala pada penyakit kardiovasikular, dan sakit kepala pada anemia.

Penatalaksanaan
Tindakan umum :
Pembinaan hubungan empati awal yang hangat antara dokter dan pasien
merupakan langkah pertama yang sangat penting untuk keberhasilan
pengobatan. Penjelasan dokter yang meyakinkan pasien bahwa tidak
ditemukan kelainan fisik dalam rongga kepal atau dalam otaknya dapat
menghilangkan rasa takut akan adanya tumor otak atau penyakit
intrakranial lainnya.

Penilaian adanya kecemasan atau depresi harus segera dilakukan.


Sebagian pasien menerima bahwa nyeri kepalanya berkaitan berkaitan
dengan penyakit depresinya dan bersedia ikut program pengobatan
sedangkan sebagian pasien lain berusaha menyangkalnya. Oleh sebab
itu pengobatan harus ditujukan kepada penyakit yang mendasari dengan
obat anti cemas atau anti depresi serta modifikasi pola hidup yang
salah, disamping pengobatan nyeri kepala. Bila depresi berat dengan
kemungkinan bunuh diri maka pasien harus dirujuk ke ahli jiwa.

Farmakoterapi nyeri kepala tipe tegang :


Analgesik
Pemakaian tablet analgetik harian dapat memacu timbulnya rebound
headache sebagai efek wears off dan akan menjadi predisposisi
timbulnya nyeri kepala harian yang kronis (Lance & Goadsby, 1988)
Amitriptilin
Digunakan juga pada pasien migren, terutama yang berhubungan
dengan nyeri kepala tipe tegang. Mekanismenya tidak berhubungan
dengan aktivitasnya sebagai antidepresan. Amitriptilin bekerja
memodulasi neurotransmiter, menghambat pengambilan kembali
(reuptake) noradrenalin dan serotonin serta mengurangi fungsi -
adrenergik dan reseptor serotonin sentral (Pryse-Phillips, 1997).
Dosisnya dimulai dengan 10 mg atau setengah dari tablet amitriptilin 25
mg pada malam hari, kemudian ditanyakan pada pasien jika akan
menaikkan dosisnya secara perlahan sampai mencapai dosis 75 mg tiap
malam jika pasien dapat mentolerir tanpa mengantuk pada pagi harinya
(Lance & Goadsby, 1998).
Sodium valproat
Sebuah studi melaporkan bahwa sodium valproat dalam dosis 1000-
2000 mg per hari yang diberikan selama 3 bulan menurunkan indeks
nyeri kepala harian yang kronis sampai setengahnya tau menurun pada
18 pasien (dari 30 pasien) dengan rata-rata bebas nyeri kepala
hariannya tiap bulan meningkat 5,5 sampai 17,7 (Lance & Goadsby,
1998).

Bezodiazepin
Pemakaian benzodiazepin juga banyak menolong tetapi mempunyai
resiko tinggi untuk kebiasaan untuk meneruskan penggunaannya
(adiktif) (Lance & Goadsby, 1998).

Tizanidin
Aslan (1996) telah melakukan studi terhadap tizanidin secara acak
ganda tersamar untuk nyeri kepala tipe tegang. Hasil studi tersebut
menyimpulkan bahwa tizanidin ternyata efektif untuk nyeri kepala tipe
tegang. Pada studi lainnya, Saper et. al. (2001) dengan open-label study
pemberian tinzanidin ternyata efikasius, aman dan dapat ditoleransi
pada terapi profilaksis nyeri kepala harian.
Botulin toksin
Botulin toksin A adalah obat yang poten untuk beberapa penyakit berat
yang berhubungan dengan kenaikan tonus otot, seperti tortikolis
spasmodik, blefarospasm, distoni anggota gerak, hemispasm facial dan
spastisitas. Botulinum toksin juga dapat digunakan pada terapi nyeri
spasme otot dan miofacial pain syndrome. Beberapa studi juga
menyarankan bahwa botulinum toksin dapat dipakai untuk terapi
tension headache (Zwart et. al. 1994; Rejla, 1997; Wheeler, 1998 cit.
Rolnik, 2000). Sebuah studi acak buta ganda terkendali pada terapi
botulinum toksik A telah dilakukan Rollink et. al. (2000) untuk terapi
nyeri kepala tension headache. Kelompok terapi diberi obat (injeksi
intrakranial 10x20 mu botulin toksin A) dan hasilnya adalah tidak ada
perbedaan bermakna antara kelompok plasebo dan kelompok terapi.

Nyeri Kepala Skunder :

Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala atau leher

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vascular cranial atau servikal

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelaianan non vascular intracranial

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelaianan subtansi atau widrawal nya

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelaianan dengan infeksi

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelaianan kelainan dengan homeostasis

Nyeri kepala atau nyeri vascular yang berkaitan dengan kelainan cranium,
leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, atau struktur fasial atau cranial
lainya

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelaiananpsikiatrik

JENIS JENIS NYERI KEPALA

Nyeri Sifat Nyeri Lokasi Lama Nyeri Frekuensi Gejala Ikutan


Kepala
Migren Berdenyut Unilateral, 6-48 jam Sporadic Mual.muntah,
Umum bilateral beberapa kali Malaise,
sebulan fotofobia
Migren Berdenyut unilateral 3-12 jam Klem Prodomal,
Klasik visual,mual
,muntah,
malaise,
fotofobia
Klaster Menjemukan Unilateral, 5-120 menit Serangan Wajah merah,
,tajam orbital berkelompok hidung
dengan tersumbat
beremisi lama
Tipe Tumpul, Divus, Terus Konstand Depresi
Tegang Ditekan bilateral menerus
Neoralgia Ditusuk tusuk Dermatom Singkat, Beberapa kali Zona pemicu
trigeminus saraf V 15-60 detik sehari nyeri
Atipikal Tumpul Unilateral, Terus Konstand Depresi kadang
Bilateral menerus kadang,
psikosis
Sinus Tumpul, Diatas Bervariasi Sporadik/ Rinore
Tajam Sinus konstand

FISIOLOGI NYERI KEPALA

Nyeri (sakit) merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap saat
bila ada jaringan manapun yang mengalami kerusakan, dan melalui nyeri
inilah,seorang individu akan bereaksi dengan cara menjauhi stimulus nyeri tersebut.
Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh stimulus
nyeri. Stimulus nyeri dapat dibagi tiga yaitu :

Mekanik

spasme otot merupakan penyebab nyeri yang umum karena dapat mengakibatkan
terhentinya aliran darah ke jaringan ( iskemia jaringan), meningkatkan
metabolisme di jaringan dan juga perangsangan langsung ke reseptor nyeri
sensitif mekanik.

Termal
rasa nyeri yang ditimbulkan oleh suhu yang tinggi tidak berkorelasi dengan
jumlah kerusakan yang telah terjadi melainkan berkorelasi dengan kecepatan
kerusakan jaringan yang timbul. Hal ini juga berlaku untuk penyebab nyeri
lainnya yang bukan termal seperti infeksi, iskemia jaringan, memar jaringan, dll.
Pada suhu 450 C, jaringan-jaringan dalam tubuh akan mengalami kerusakan yang
didapati pada sebagian besar populasi.

Kimia

Ada beberapa zat kimia yang dapat merangsang nyeri seperti bradikinin,
serotonin, histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim proteolitik.Dua zat
lainnya yang diidentifikasi adalah prostaglandin dan substansi P yang bekerja
dengan meningkatkan sensitivitas dari free nerve endings.Prostaglandin dan
substansi P tidak langsung merangsang nyeri tersebut. Dari berbagai zat yang
telah dikemukakan, bradikinin telah dikenal sebagai penyebab utama yang
menimbulkan nyeri yang hebat dibandingkan dengan zat lain. Kadar ion kalium
yang meningkat dan enzim proteolitik lokal yang meningkat sebanding dengan
intensitas nyeri yang di rasakan karena kedua zat ini dapat mengakibatkan
membran plasma lebih permeable terhadap ion.Iskemia jaringan juga termasuk
stimulus kimia karena pada keadaan iskemia terdapat penumpukan asam laktat,
bradikinin, dan enzim proteolitik.

Semua jenis reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve endings.
Reseptor nyeri banyak tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga pada jaringan
internal tertentu, seperti periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, falx, dan
tentorium.Kebanyakan jaringan internal lainnya hanya diinervasi oleh free nerve
endings yang letaknya berjauhan sehingga nyeri pada organ internal umumnya
timbul akibat penjumlahan perangsangan berbagai nerve endings dan dirasakan
sebagai slow-chronic- aching type pain. Nyeri dapat dibagi atas dua yaitu :

Fast pain
Nyeri akut, merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu 0,1 s setelah stimulus
diberikan. Nyeri ini disebabkan oleh adanya stimulus mekanik dan termal.
Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda spinalis melalui
serat A dengan kecepatan mencapai 6 30 m/s. Neurotransmitter yang
mungkin digunakan adalahglutamat yang juga merupakan neurotransmitter
eksitatorik yang banyak digunakan pada CNS. Glutamat umumnya hanya
memiliki durasi kerja selama beberapa milliseconds.

Slow pain

Nyeri kronik, merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu lebihdari 1 detik
setelah stimulus diberikan. Nyeri ini dapat disebabkan oleh adanyastimulus
mekanik, kimia dan termal tetapi stimulus yang paling sering adalah
stimuluskimia. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda
spinalis melaluiserat C dengan kecepatan mencapai 0,5 - 2 m/s. Neurotramitter
yang mungkindigunakan adalah substansi P.

Meskipun semua reseptor nyeri adalah free nerve endings, jalur


yangditempuh dapat dibagi menjadi dua pathway yaitu fast-sharp pain pathway dan
slow chronic pain pathway. Setelah mencapai korda spinalis melalui dorsal spinalis,
serat nyeri ini akan berakhir pada relay neuronpada kornu dorsalis dan selanjutnya
akandibagi menjadi dua traktus yang selanjutnya akan menuju ke otak. Traktus itu
adalah neospinotalamikus untuk fast pain dan paleospinotalamikus untuk slowpain.

Traktus neospinotalamikus untuk fast pain, pada traktus ini, serat A yang
mentransmisikan nyeri akibat stimulus mekanik maupun termal akan berakhir
padalamina I (lamina marginalis) dari kornu dorsalis dan mengeksitasi second-
order neurons dari traktus spinotalamikus. Neuron ini memiliki serabut saraf
panjang yang menyilang menuju otak melalui kolumn anterolateral. Serat dari
neospinotalamikus akan berakhir pada: area retikular dari batang otak (sebagian
kecil), nukleustalamus bagian posterior (sebagian kecil), kompleks ventrobasal
(sebagian besar).Traktus lemniskus medial bagian kolumn dorsalis untuk sensasi
taktil juga berakhir pada daerah ventrobasal. Adanya sensori taktil dan nyeri yang
diterima akan memungkinkan otak untuk menyadari lokasi tepat dimana
rangsangan tersebutdiberikan.

Traktus paleospinotalamikus untuk slow pain,traktus ini selain


mentransmisikan sinyal dari serat C, traktus ini juga mentransmisikan sedikit sinyal
dari serat A. Pada traktus ini , saraf perifer akan hampir seluruhnya berakhir
padalamina II dan III yang apabila keduanya digabungkan, sering disebut dengan
substansia gelatinosa. Kebanyakan sinyal kemudian akan melalui sebuah atau
beberapa neuron pendek yang menghubungkannya dengan area lamina V lalu
kemudian kebanyakan serabut saraf ini akan b ergabung dengan serabut saraf dari
fast- sharp pain path way. Setelah itu, neuron terakhir yang panjang akan
menghubungkansinyal ini ke otak pada jaras antero lateral. Ujung dari traktus
paleospinotalamikus kebanyakan berakhir pada batangotak dan hanya sepersepuluh
ataupun seperempat sinyal yang akan langsung diteruskan ke talamus. Kebanyakan
sinyal akan berakhir pada salah satu tiga areayaitu :

Nukleus retikularis dari medulla, pons, dan mesensefalon

Area tektum dari mesensefalon

Regio abu-abu dari peraquaductus yang mengelilingia quaductus Silvii

Ketiga bagian ini penting untuk rasa tidak nyaman dari tipe nyeri.Dari area
batang otak ini, multipel serat pendek neuron akan meneruskan sinyal kearah atas
melalui intralaminar dan nukleus ventrolateral dari talamus dan ke area tertentu dari
hipotalamus dan bagian basal otak
PATOFISIOLOGI NYERI KEPALA

Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan


diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan
ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit
kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka
nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges,
terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-
arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka
nyeri.

Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:

Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.

Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau
setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.

Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan


jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan
intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali.

Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum,
intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti
hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi,
keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan
cluster headache) dan radang (arteritis temporalis)

Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti


pada spondiloartrosis deformans servikalis

Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus
(sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III
yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.

Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada


keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sinonim dari pusing
kepala.

Menurut H.G.Wolf terdapat 6 mekanisme dasar yang menimbulkan nyeri


kepala yang berasal dari sumber intrakranial

Tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari permukaan otak dan
pergeseran sinus-sinus venosus utama.
Tarikan pada A. Meningea media
Tarikan pada pembuluh-pembuluh arteri besar di otak atau tarikan pada cabang-
cabangnya.
Distensi dan dilatasi pembuluh-pembuluh nadi intrakranial (A.Frontalis, A.
Temporalis, A. Discipitalies)
Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap nyeri meliputi
kulit kepala, periosteum, (m. frontalis, Ni temporalis, m.orsipiutlis.
Tekanan langsung pada nervus cranialis V, IX, X saraf spinal dan cervikalis
bagian atas yang berisi banyak serabut aferen rasa nyeri.
Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah : parenkim otak, ependim
ventrikel, pleksus koroideus, sebagian besar duramater, piarachnoid meningen
meliputi konvektivitas otak dan tulang kepala. Tetapi rasa nyeri tersebut dapat
dibangkitkan oleh karena tindakan fisik seperti batuk, mengejan yang meningkatkan
tekanan intrakranial dan dapat memperburuk nyeri kepala berhubungan dengan
perdarahan atau massa intracranial

MANIFESTASI KLINIS NYERI KEPALA

Nyeri kepala berdenyut yang bersifat unilateral tetapi dapat bilateral atau ganti
sisi

Serangan nyeri kepala yang timbul secara tiba tiba dan biasanya unilateral

Lamanya serangan antara 4 24 jam atau bisa lebih

Intensitas nyeri sedang berat

Gejala penyerta : mual, muntah, wajah pucat, tinitus.

Nyeri dirasakan sebagai nyeri kepala yang berdenyut-denyut, menusuk-nusuk,


dan rasa kepala mau pecah

Anoreksia, muntah, takut cahaya, atau kelainan otonom lainnya

PEMERIKSAAN KLINIS NYERI KEPALA


Anamnesis
Jenis nyeri kepala
Jenis, nyeri kepala dapat diutarakan sebagai nyeri yang menetap, berdenyut
yang kadang-kadang sesuai dengan denyutan jantung, nyeri seperti ditarik
atau diikat, nyeri seakan-akan kepala mau pecah, nyeri yang berpindah-
pindah, maupun perasaan kepala yang tidak enak. Keluhan penderita harus
benar-benar dipahami agar tidak terjadi salah persepsi atau interpretasi.

Nyeri kepala yang menusuk-nusuk dan berdenyut lebih mungkin dijumpai


pada penyakit-penyakit vascular seperti migren, hipertensi arterial dan
malformasi vascular intrakranial. Nyeri kepala tertekan (pressure
headache) yaitu perasaan seperti pita yang melingkari kepala dan
menjepitnya kuat-kuat sering disebabkan gangguan emosional.

Onset nyeri kepala


Onset nyeri kepala dapat memberikan gambaran proses patologik yang
melatar belakanginya.

Nyeri kepala yang baru saja terjadi mempunyai banyak kemungkinan


penyebab baik yang bersifat ringan/benigna maupun berat/serius. Nyeri
kepala yang makin memberat atau menghebat menunjukkan kemungkinan
adanya proses intrakranial yang makin berkembang.

Nyeri kepala yang timbul secara sangat mendadak harus dicurigai sebagai
akibat dari perdarahan intrakranial spontan, terutama perdarahan
subaraknoidal atau intraventrikular. Meningitis, glukoma, masloiditis
Sementara itu nyeri kepala yang kronis dapat terjadi pada kasus tension
headache, pasca trauma kepala, neurosis rinitas vasomotor, sinusitis,
kelainan refraksi yang tidak dikoreksi.

Frekuensi dan periodisitas nyeri kepala


Migren merupakan nyeri kepala yang episodik dan tidak pernah muncul
sebagai nyeri kepala harian atau dalam waktu yang lama. Cluster headache
muncul sebagai nyeri kepala harian selama beberapa minggu atau bulan
dan kemudian diikuti suatu interval bebas nyeri kepala dalam waktu yang
lama. Nyeri kepala yang bersifat kronis, dirasakan setiap hari dengan sifat
yang konstan biasanya merupakan gambaran tension headache atau nyeri
kepala psikogenik.

Puncak dan lamanya nyeri kepala


Migren biasanya mencapai puncak nyeri 1-2 jam pasca-onset dan
berlangsung selama 6 36 jam. Cluster headache langsung sampai pada
puncak perasaan nyeri pada saat penderita terbangun dari tidurnya, atau
nyeri kepala memuncak beberapa menit setelah onset pada saat penderita
dalam keadaan tidak tidur. Tension headache muncul secara perlahan
selama beberapa jam dan kemudian terus berlangsung selama beberapa
hari sampai beberapa tahun.

Nyeri kepala yang mendadak dan berat kemudian menetap biasanya terjadi
pada perdarahan intrakranial. Sementara itu, neuralgia oksipital dan
trigeminal biasanya muncul langsung dengan intensitas puncak, bersifat
menyengat dan mengagetkan.

Waktu terjadinya nyeri kepala dan faktor presipitasi.


Cluster headache seringkali muncul pada saat penderita dalam keadaan
tidur lelap dan ada kecenderungan bahwa serangan nyeri kepala muncul
pada saat yang sama. Migren dapat muncul setiap baik siang maupun
malam tetapi seringkali mulai pada pagi hari. Tension headache khas
dengan nyeri kepala sepanjang hari dan seringkali memberat pada siang
atau sore hari.

Penderita yang mengalami nyeri kepala kronis dan berulang seringkali dapat
mengenali faktor apa saja yang mendorong terjadinya suatu serangan nyeri
kepala. Migren dapat dicetuskan oleh makanan tertentu, dan minuman obat
tertentu. Faktor emosi dapat mencetuskan serangan migren dan tension
headache.
Apabila membungkuk, mengejan, mengangkat sesuatu barang, batuk atau
menjalani pemeriksaaan valsava merasakan nyeri kepala, maka harus
dipertimbangkan adanya kemungkinan lesi intrakranial terutama fosa
posterior. Namun demikian, nyeri kepala yang timbul pada saat dalam
posisi berdiri tegak dan segera mereda pada saat berbaring adalah khas
untuk suatu kebocoran CSS yang dapat terjadi secara spontan.

Nyeri kepala selama koitus, teristimewa selama atau segera sesudah


orgasmus bersifat benigna apalagi apabila sebelumnya terjadi aktvitas
seksual beberapa kali. Dalam keadaan ini dapat terjadi nyeri kepala tunggal,
langsung bersifat berat. Hal demikian ini harus dicurigai adanya
kemungkinan perdarahan subaraknoidal.

Lokasi dan evolusi


Penderita diminta untuk menunjuk lokasi nyeri dengan ujung jarinya. Hal
ini sangat membantu proses pemeriksaan.

Migren sangat sering bersifat unilateral, biasanya didaerah frontotemporal.


Namun demikian suatu saat dapat menyeluruh atau dapat berkembang dari
lokasi unilateral menjadi nyeri menyeluruh. Cluster headache hampir selalu
unilateral dan khas terpusat dibelakang atau sekitar bola mata. Tension
headache khas dengan nyeri kepala yang menyeluruh tetapi dapat pula
terpusat di daerah frontal atau serviko-oksipitasi.

Kualitas dan intensitas nyeri


Nyeri kepala yang berkaitan dengan demam dan hipertensi seringkali
bersifat berdenyut. Migren dapat bersifat berdenyut dan seringkali ditutup
oleh perasaan khas dengan sifat yang berat, nyeri sekali seakan-akan
kepala dibor dan terus menerus, tension headache, dicirikan oleh perasaan
penuh, diikat kencang atau ditekan kuat-kuat dan kadang-kadang ada yang
mengeluh bahwa kepalanya seakan-akan mengenakan topi yang sesak.

Gejala prodromal dan penyerta


Gejala pendahulu sangat khas pada migren. Gejala-gejala visual baik positif
maupun negatif, gejala hermisterik misalnya hemiparesis, parastesia, dan
gangguan berbahasa dapat mendahului munculnya nyeri kepala pada
migren. Sementara itu, migren basilaris dapat disertai oleh gejala-gejala
lainnya yang berasal dari gangguan pada batang otak misalnya vertigo,
disatria, ataksia, koadriparesis dan diplopia.

Cluster headache seringkali didahului oleh miosis dan ptosis ipsilateral,


epifora, konjungtiva kemerahan dan hidung mampet. Sementara itu nyeri
kepala dengan demam sugestif untuk infeksi. Keluarnya cairan berdarah
atau purulen dari hidung harus dicurigai adanya proses patologik di hidung
atau sinus. Nyeri kepala yang hebat disertai warna merah pada sclera
merupakan gambaran infeksi bola mata atau glaukoma akut.

Faktor yang memberatkan rasa nyeri


Memberatya nyeri kepala pada saat batuk, mengejan atau bersin
menggambarkan kemungkinan adanya proses intrakranial. Sementara itu
apabila nyeri kepala bertambah berat pada saat ada gerakan tertentu
menunjukkan adanya pengaruh muscular.

Aktivitas dapat memperberat nyeri pada migren atau tension headache


sebaliknya istirahat baring biasanya akan memperberat situasi penderita
cluster headache.

Faktor pereda nyeri


Istirahat, menghindari cahaya dan tidur meredakan perasaaan nyeri pada
penderita migren. Masase atau kompres hangat akan menolong penderita
tension headache. Nyeri pada cluster headache akan berkurang dengan
penekanan lokal penakanan lokal atau pemberian kompres hangat atau
dingin.

Riwayat keluarga
Migren dan tension headache kadang-kadang bersifat familial

Pengobatan sebelumnya

Riwayat minum obat sebelumnya dan efek yang dirasakan penderita perlu
ditanyakan secara rinci, meliputi dosis, cara memasukkan obat (diminum,
suntikan) dan lamnya pengobatan. Hal ini untuk mengetahui apakah ada
lajak dosis dalam penggunaan preparat ergot dan analgesik serta kafein

Alasan mencari pertolongan dokter

Pertanyaan perihal ini sangat berarti apabila kita berhadapan dengan


penderita nyeri kepala kronis. Pada umumnya penderita ini sudah
memeriksakan diri kepada beberapa dokter namun tidak kunjung sembuh.

Riwayat penyakit sebelumnya

Riwayat penyakit sebelumnya yang meliputi penyakit-penyakit umum


lainnya, penyakit saraf, trauma, operasi dan alergi perlu ditanyakan secara
rinci. Riwayat minum obat yang tidak berhubungan dengan keluhan nyeri
kepala perlu ditanyakan pula.

Pemeriksaan Fisik
Dalam praktek pemeriksaan fisik dimulai pada saat penderita masuk ke
dalam ruang periksa atau pada saat dokter melakukan pendekatan di sisi tempat
tidur penderita. Observasi yang teliti merupakan kunci untuk mengetahui apakah
penderita mengalami gangguan fisik atau psikiatrik atau apakah penderita
tampak cemas depresif dan apakah riwayat penderita dapat dipercaya
sepenuhnya.

Setiap kali ada keluhan nyeri kepala maka pemeriksaan neurologi secara
lengkap harus dilakukan secara cermat. Pemeriksaan tersebut secara garis besar
meliputi status mental, gaya berjalan, nervi, kraniales, sistem motorik dan sistem
sensorik.

Kepala dan leher harus diperiksa secara seksama. Inspeksi dan palpasi
dilakukan secara bersama-sama untuk mengetahui kelainan-kelainan yang
mungkin ada. vertebra servikal perlu diperiksa apakah ada kaku kuduk,
gangguan mobilitas leher, nyeri otot-otot leher dan gangguan lainnya.

Tanda-tanda vital dimulai dengan perubahan tekanan darah dapat


menimbulkan nyeri kepala. Adanya perubahan denyut nadi hendaknya dicari
kemungkinan adanya kaitan dengan nyeri kepala walaupun tidak langsung. Suhu
tubuh diperiksa secara obyektif bila ada demam. Pemeriksaan umum lainnya
perlu dilakukan, misalnya pemeriksaan jantung dan paru-paru, palpasi abdomen
dan pemeriksaan kulit

Pemeriksaan Tambahan

Pemeriksaan Radiologik
Foto polos kepala
Pada foto polos dapat dilihat adanya pelebaran sela tursika, lesi pada
kalvarium, kelainan pertumbuhan kongenital, kelainan pada sinus
dan prosesus mastoideus.

Foto vertebra servikal


Nyeri kepala yang lebih dirasakan di daerah tengkuk disebabkan
oleh perubahan degeneratif di diskus intervertbralis dan permukaan
sendi servikal bagian atas. Arthritis rheumatoid dapat menimbulkan
nyeri kepala bagian belakang.

CT scan dan MRI


CT Scan dapat memberi gambaran yang sangat jelas tentang proses
desak ruang intrakranial misalnya tumor otak, hematoma
intraserebral, infark otak, abses otak, hidrosefalus, hematoma
epidural, dan hematoma subdural. CT Scan juga dapat memberi
gambaran tentang perdarah subaraknoidal. Pada penderita cluster
headache, tension headache, dan nyeri kepala fungsional akan
memberi gambaran normal. Demikian juga halnya pada migren.
Namun demikin pada migren yang berat kadang-kadang
memperlihatkan area pembengkakan. Sementara itu CT Scan juga
bermanfaat untuk memeriksa daerah orbita, sinus tulang-tulang
wajah, vertebra serviks, dan jaringan lunak di leher. MRI dapat
digunakan untuk memeriksa lesi posterior dan foramen magnum.

Angiografi serebral
Pemeriksaan ini bersifat invasive, dan jarang sekali dipergunakan
dalam upaya menegakkan penyebab nyeri kepala tertentu. Sebagai
contoh oklusi pembuluh darah serebral dapat menimbulkan nyeri
kepala dan demikian juga halnya kasus aneurisma dan malformasi
arterio-venosa.

Pemeriksaan Css
Apabila dicurigai adanya infeksi intrakranial, perdarahan intrakranial
atau keganasan meningeal sementara pemeriksaan dengan CT Scan tidak
menunjukkan adanya kelainan, maka seyogyanya dilakukan fungsi
lumbal untuk kemudian dilakukan analisis CSS.
Elektro-Ensefalografi
Kadang-kadang EEG bermanfaat pada kasus-kasus dengan gejala fokal
sementara hasil CT Scan normal. Perlu pula diingat bahwa nyeri kepala
merupakan salah satu gejala epilepsi. Untuk itu perlu anamnesis yang
lebih cerma sebelumnya mempertimbangkan pemeriksaan EEG.

Pemeriksaan Laboratorium
Dalam kedaan tertentu perlu dilakukan pemeriksaan darah. hal ini
didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap.

Pemeriksaan Khusus Dan Konsultasi


Pemeriksaan mata meliputi perimetri dan tekanan intraokular kadang-
kadang perlu dikerjakan; apabila dipandang perlu maka penderita dapat
dikirim kepada dokter spesialis mata.

Konsultasi kepada dokter gigi dapat dilakukan setelah dicurigai adanya


faktor gigi sebagai penyebab. Sementara itu konsultasi kepada dokter
spesialis THT dapat dilakukan setelah diketahui atau dicurigai adanya
kemungkinan kelainan di bidang penyakit THT. Kasus tertentu
memerlukan konsultasi dan atau penanganan psikiatri perlu hati-hati dan
penjelasan yang cukup agar penderita dan atau keluarganya tidak kaget
atau malu

PENATALAKSANAAN NYERI KEPALA


Medikamentosa

Analgetikum, misalnya :
Asam salisilat 500 mg tablet, dosis 150 mg/hari.
Metampiron 500 mg tablet, dosis 1500 mg/hari
Asam mefenamat 250 500 mg tablet, dosis 750 1500 mg/hari.
Penenang / ansiolitik, misalnya :

Klordiasepoksid 5 mg tablet, dosis 15-30 mg/hari.

Klobazepam 10 mg tablet, dosis 20 30 mg/hari

Lorazepam 1-2 mg tablet, dosis 3 6 mg/hari.

Antidepresan, misalnya :

Maprotiline 25, 50, 70 mg tablet, dosis 25 75 mg/hari.

Amineptine 100 mg tablet, dosis 200 mg/hari.

Anestesia / analgetik lokal misalnya injeksi prokain.

Rehabilitasi
Latihan pengendaraan otot-otot misalnya latihan relaksasi, psikoterapi, yoga,
meditasi, dll.

PROGNOSIS DAN INDIKASI RUJUKAN NYERI KEPALA


Prognosis dari sakit kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya sedangkan indikasi
merujuk adalahsebagai berikut:

Sakit kepala yang tiba tiba dan timbulkekakuan di leher

Sakit kepala dengan demam dan kehilangan kesadaran

Sakitkepala setelah terkena trauma mekanik pada kepala

Sakit kepala disertai sakit pada bagian mata dan telinga

Sakit kepala yang menetap pada pasien yang sebelumnya tidak pernah mengalami
serangan
Sakit kepala yang rekuren pada anak.

BAB III
KESIMPULAN

Chefalgia atau Nyeri kepala adalah perasaan sakit atau nyeri, termasuk rasa tidak
nyaman yang menyerang daerah tengkorak (kepala) mulai dari kening kearah atas dan
belakang kepala. dan daerah wajah. Nyeri kepala adalah salah satu keluhan fisik paling
utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat
menunjukkan penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi
(migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut
Secara garis besar nyeri kepala dibagi menjadi dua macam; primer dan sekunder.
Pada nyeri kepala primer, nyeri kepala merupakan keluhan utama, artinya nyeri kepala
tersebut bukan timbul karena ada kelainan yang mendasari. Dengan kata lain, nyeri
kepala merupakan penyakit tersendiri, dengan patofiologi tersendiri pula. Nyeri kepala
primer yang utama berdasarkan klasifikasi dari IHS adalah: (1) migren dengan dan tanpa
aura, (2) nyeri kepala tipe tegang (tension-type headache), dan (3) nyeri kepala
berkelompok (cluster headache). Sedangkan nyeri kepala sekunder dapat dibagi menjadi
nyeri kepala yang disebabkan oleh karena trauma pada kepala dan leher, nyeri kepala
akibat kelainan vaskular kranial dan servikal, nyeri kepala yang bukan disebabkan
kelainan vaskular intrakranial, nyeri kepala akibat adanya zat atauwithdrawal, nyeri
kepala akibat infeksi, nyeri kepala akibat gangguan homeostasis, sakit kepala atau nyeri
pada wajah akibat kelainan kranium, leher, telinga, hidung, dinud, gigi, mulut atau
struktur lain di kepala dan wajah, sakit kepala akibat kelainan psikiatri

Dalam anamnesis akan ditanyakan kualitas nyeri, intensitas, lokasi, durasi,


frekuensi, gejala yang mnyertai serta perjalanan penyakitnya dan Prognosis dari sakit
kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia dan Lorraine M.Wilson.Nyeri. Huriawati,dkk.Patofisiologiedisi6.Jakarta


: EGC.2003.
Reksodiputro, A.Hariyanto,dkk. Migren dan Sakit Kepala. Aru W.sudoyo,
BambangSetyohadi, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi IV.Jakarta : Pusat
Penerbitan IlmuPenyakit Dalam fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.2007.934-936.
Sherwood, laura.Susunan Saraf Pusat.Beatricia I.Santoso.Fisiologi Manusia dari Sel
ke Sistem.Jakarta : EGC.2001;115-119.
Harsono (2005) , Buku Ajar Neurologi Klinis, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia , Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal 289-99.
Sylvia, Lorraine (1995), Patofisiologi Konsep Klinis Penyakit Ed.4 , EGC, Jakarta.
Hal 973-74
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid kedua. Jakarta:
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI. Hal 35-40
Hasan M,isti S.Diagnostik Dan Penatalaksanaan Nyeri Kepala, Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia, Air Langga Universety Press.surabaya 2010

Anda mungkin juga menyukai