Anda di halaman 1dari 6

Cerpen "PAING" dalam bentuk dialog

Setelah cukup lama tinggal dengan majikannya, Paing ingin hidup mandiri.
Paing : saya aya merasa kita sudah harus hidup mandiri. Sudah cukup lama
kita tinggal dengan majikandi bengkel mebel.
Istri : saya juga sudah merasa gak enak, kang, terlalu lama ikut dirumah
majikanmu. Apa tidak sebaiknya, kita hidup mandiri?
Paing : kamu tidak keberatan jika kita hidup mandiri?
Istri : tidak, kang. Justru saya senang.
Paing : baiklah. Nanti saya akan berbicara dengan majikan.

Keesokan harinya.
Istri : sudah jadi dibicarakan, kang?
Paing : sudah
Istri : bagaimana tanggapan beliau?
Paing : agak keberatan, tapi saya sudah meyakinkan beliau
Istri : syukurlah
Paing : setelah kita keluar dari rumah majikan, kita harus melirik usaha apa
yang bisa kita lakukan
Istri : iya, kang. Itu akan menjadikan kita lebih merdeka
Paing : bagaimana jika kita gagal nanti?
Istri : kita harus tetap berusaha, mas. Kita percayakan kepada yang
member hidup. Jangan mudah putus asa.
Paing : baiklah
Istri : kang, usaha apa yang akan kita lakukan?
Paing : kemarin pagi, aku pergi ke pasar dan melihat tukang becak dan
supir angkot kelaparan. Jadi, mungkin kita akan berdagang buah buahan di sekitar
kawasan itu.
Istri : baiklah, kang. Pagi sekali aku akan bangun dan menyiapkan semua
keperluan dagangnya.
Dipagi harinya Paing segera bergegas kepasar, menghadang para tengkulak
menurunkan dagangannya. Dan setiap hari istrinya menabung dengan menyisihkan
belanjaannya seperti beras, gula, minyak, dsb.

Anak : bu aku sudah besar, dan aku ingin dikhitani seperti teman-
temanku.
Istri : iya nak, ibu akan menggelar acara khitanan yang sama seperti
teman-temanmu
Anak :terimakasih bu.

Kemudian khitanan pun dilaksanakan / berlangsung baik. Berbagai hidangan dan


kue telah disiapkan


Namun benar kata orang cobaan selalu menimpa siapapun. Di pasar jualannya kena
gusur. Tubuh paing lemas.

Istri : apa perlu dikeroki?


Paing : iya sambil mengangguk lunglai. pedagang-pedagang lain mampu
menyewa kios. Tetapi kita?
Istri : sabar kang, percaya pada yang member hidup. Jangan gampang
putus asa. Namanya saja hidup mandiri beda dengan hidup mengabdi
Paing : kok kamu sekarang sudah pinter ngomong? dengan wajah terheran
Istri : loh bukannya sampean sendiri toh yang ngajari ! ingat nggak waktu
kita mau pindah kesini sampean bilang : hidup jadi buruk mebel sama saja dengan
mengabdi pada majikan, sekeras-kerasnya kita kerja, majikanlah yang mulia. Ingat
gak?
Paing : ya aku ingat jawabnya sambil menikmati kerokan
Istri : sudah-sudah sekarang sampean tidur saja besok kita mulai cari
usaha lain lagi dengan wajah penuh dengan kesemangatan
Pagi hari pun tiba, gairah hidup paing pun mulai menyala kambali, sambil
melangkah menyusuri lorong. Ia mengamati para pengunjung pasar. Tampak supir
bajaj baru yang bergerombol menunggu.
Paing : apa mereka sudah siap narik sepagi ini?tanyanya pada diri sendiri
Kemudian muncullah ide dibenak paing untuk menjual nasi uduk dan lauk
pauknya.
Paing : dek, aku punya ide untuk menjual nasi uduk. Bisakah sampean
memasakannya, besok pagi-pagi sekali aku berangkat untuk menjualnya
Istri :wah ide bagus itu kang, nanti tengah malam aku akan masakkan nasi
uduk
Dugaan mereka tidak meleset. Para supir berebut mengisi perutnya. Paing bernafas
lega.
Angan-angannya untuk memperoleh anak perempuan juga terkabul. Istrinya
melahirkan anak ketiga dengan mules dirumah bidan, sementara itu paing
menyerahkan jualannya pada orang lain untuk membantu istrinya.
Lalu ketika paing hendak melihat jualannya yang ia titipkan. Tiba-tiba ia terkejut
ketika mendapati tempatnya telah dikuasai teman yang semula dipercaya, ia telah
dihianati, marah seperti orang gila ia ingin berkelahi , tetapi dia sadar tidak bisa
berkelahi . pukulan hebat menghamtamnya dan dia roboh kesakitan.
Paing : jangan sampai anak anakku meniru nasibku menjadi pedagang
kere gumam paing.
Sesampainya di rumah sang istri melihat paing dengan lemas dan khatir
Istri : biar aku yang jalan kang . aku sudah cukup kuat! aku akan ke
rumah orang orang yang dulu mencucikan pakaiannya. Barag kali mereka ada yang
bisa menolongmu mencarikan pekerjaan
Paing : iya dek , aku akan mendukungmu ia mengangguk lemas
Sang istri pun melangkah keluar rumah sambil menggendong bayinya yang masih
merah
Istri : aku akan mencoba mencari peluang pekerjaan ke rumah tante
pelatih senam
Istrinya pun mengetuk pintu
Pembantu : mau cari siapa? sapa pembantu
Istri : tante ada? sambil membuka tutup bayi dalam gendongannya
supaya tidak gerah
Pembantu : oh sedang istirahat, baru pulang. Akhir akhir init ante sibuk
sekali
Istri : coba sampaikan padanya. Saya perlu sekali
Pembantu : iya, tunggu dulu.
Beberapa menit kemudian tante pun keluar menemui istri
Tante : ada apa? Oh ini ya bayinya yang baru lahir itu.
Istri : iya benar. Sebenarnya maksud kedatangan saya kesini adalah
mencarikan pekerjaan untuk suami saya .
Tante : wah, kebetulan sekali dirumah teman saya peragawati butuh
tukang kebun baru?
Istri : tentu saja mau sekali. Jawabnya dengan cepat dan bersemangat.
Tante : apa benar paing mau jadi tukang kebun?
Istri : iya tante tidak apa-apa tante, apalagi kan paing dulu petani, pasti
gampang mengurus kebun. Jawabnya meyakinkan tante.
Tante :Soal gaji pasti lumayan. Orangnya kaya sekali. Suaminya ahli
minyak dari amerika, sebentar ya akan aku telfonkan ke teman saya itu
Tante beranjak menelfon peragawati, ia pura pura tidak mendengar obrolan tante
dengan peragawati, telinganya menangkap pembicaraaan soal gaji, hampir saja ia
melonjak gembira.
Istri : oh Sembilan puluh ribu!ujarnya dalam batin sambil wajah yang
penuh dengan kegembiraan
Bukan main girang hatinya. Ia tak tahan lagi berlamaan disitu, ia ingin cepat berlari
menemui suaminya
***
Keesokan harinya Paing dan tante pergi kerumah peragawati.Seumur hidup belum
pernah paing mesuk kerumah sebesar itu , penjaga gerbang memberi hormat dan
mepersilahkan masuk
Tante : tunggu disini sebentar aku akan masuk kedalam ujarnya sambil
beranjak pergi menemui temannya itu
Paing : iya tante ucap paing sambil melihat lihat halaman rumah yang
penuh dengan pepohonan
Perempuan muda : nglamun ya? Dipanggil panggil diam saja. Ayo ikut aku!,
kamu mau kerja disini? Siapa namamu? Jangan kayak tukang kebun dulu!
Paing : memangnya kenapa?
Perempuan muda : huh, nyebelin sudah genit gak tau diri lagi, syukur nyonya
cepat memecatnya. Ia diusir dari sini?
Paing : diusir? dengan wajah terheran
Perempuan muda : terang, habis kerja sembarangan, banyak tanaman mati.
Banyak yang hilang, pasti dijual buat beli ganja, suka teler sih!
Perempuan itu nyerocos panjang X lebar ke paing. Lalu mengantarkan paing
kepada tante dan para pragwati.
Sesampainya
Pragawati :siapa namamu?
Paing tak merespon karena suaranya tercekik firasatnya mengatakan sedang
menghadapi wanita galak. Terbalik sama sekali dengan bayangan semula
Pragawati :coba mana KTPmu?
Paing pun mengeluarkan KTP dari dompetnya yang baru disadari ternyata KTPnya
sangat kumal
Pragawati :kamu bisa membaca?
Tante :katanya sih lulus SMP. Benar kan paing?
Paing :ya, bisa
Pragawati :bicaralah yang keras. Disini semua orang berbicara keras! Dirumah
segede ini kalau nggak keras pasti gak kedengeran
Tante tertawa
Pragawati :kamu bisa kerja disini mulai sekarang. Tak usah pulang setiap hari,
bisa habis gajimu buat transport. Masih ada kamar di samping belakang bisa kamu
pakai. Iyem pembantu tadi akan ngasih tahu semuanya. Pragawati tersebut
bergeser duduk sedikit untuk menunjukkan taman dan kebun lihat dari sini, semua
tanaman dan kebun kamu urusi tiap pagi dan sore, ditambah tanaman dihalaman
depan dan sebagian lagi dirumah. Ia berhenti untuk menimbangkan sesuatu
tanyakan pada iyem apa saja alatnya dan bagaimana cara memakainya. Untuk
merawat tanaman gantung dan bunga di pot kecil, kalau nggak ngerti jangan diam
saja, tanyalah langsung pada saya. Ingat, semuanya mahal, lebih mahal dari gajimu
setahun. Maka, jangan kerja sembarangan. Meski kamu bekas petani, ngurus
tanaman ini lain sama sekali. Paham?!
Paing pun mengangguk paham dan yakin bahwa ia tak akan kesulitan. Tetapi
hanya saja tak mempunyai kesempatan untuk mengobrol dengan istrinya dan
mengawasi anak-anaknya.
***
Iyem :paing! teriak Iyem,kamu dipanggil nyonya!
Paing :sebentar, tinggal sedikit pekerjaan ini.
Iyem :nyonya minta cepat.
Peragawati sedang berbicara di telepon dengan suaminya di kantor.
Peragawati :ya, right! Okey! (telepon diletakkan)
*majikan paing menyuruh paing untuk mengambil uang ke bank nanti sore.
Majikan :paing, kamu ganti pakaian lalu ke bank mengambil uang.
Paing : iya tuan, kenapa saya disuruh mengambil uang di bank?
Majikan :karena saya akan pergi ke abu dhabi nanti sore dan sebentar lagi
mobil dari kantor akan mengantarmu. Ingat! Harus kamu sendiri yang
mengambilnya.
Paing :Baik tuan akan saya ambil sendiri.
Majikan :Tetapi sebelum ke bank kamu ke kemang dulu memfotocopy buku
dan mencetak film.
Paing :baik tuan akan saya lakukan.

Ketika akhir bulan semua dikumpulkan, dari pembantu sampai sopir.satu persatu
dipanggil untuk menerima gaji. Tiba pada giliran dia segalanya terasa hambar. Ia
yakin isi amplop itu jumlahnya pas seperti didengar istrinya di telepon rumah tante.
Ia serahkan amplop itu pada istrinya. Anak-anaknya menghambur penuh
kerinduan. Suka-cita membayangkan di wajah mereka. Ia sendiri hambar.
Istri :ada apa, kang ? (selidik istrinya)
Paing :besok
Istri :mau kembali pagi sekali,ya?
Paing : aku ingin ke pasar, berkelahi!

Anda mungkin juga menyukai