Skenario
Seorang perempuan ibu rumah tangga berusia 25 tahun datang ke RSGM ingin
merawatkan gigi depan atas kanan yang berlubang sejak 1 tahun yang lalu. Gigi
tersebut pernah sakit cekot cekot 6 bulan yang lalu, dan bengkak pada gusinya 2
bulan yang lalu tetapi sekarang sudah tidak sakit. Hasil pemeriksaan obyektif
tampak fistula pada gingiva labial, gigi 11 karies proofunda perforasi, tes jarum
masuk saluran akar 23 mm, tes tekan dan perkusi negatis. Hasil pemeriksaan
radiografik tampak ujung jarum miller sampai apical contriction, tidak adda
resorbsi alveolar crest, jaringan periapikal normal, saluran akan lurus dan lebar,
akar terbentuk sempurna. Dokter menentukan diagnosa terlebih dahulu,
selanjutnya merencanakan perawatan dan melakukan perawatan saluran akar saat
itu juga sampai selesai. Pasien diintruksikan datang seminggu kemudian untuk
kontrol dan dilakukan perawatan tumpatan tetap pasca PSA.
1
STEP 1
STEP 2
(PROBLEM DEFINITION)
2
STEP 3
(BRAINSTORMING)
1. LO
2. Diagnosa yang sesuai pada skenario yaitu nekrosis totalis, hal ini sesuai
dari pemeriksaan subyektif, obyektif, dan pemeriksaan penunjang yang
telah dilakukan oleh dokter. Pada pemeriksaan subyektif, pasien mengeluh
sakit cekot-cekot 6 bulang yang lalu pada gigi depan atas kanan yang telah
berlubang. Pemeriksaan obyektif menunjukan pada gigi 11 mengalami
karies profunda perforasi. Tes jarum miller mausk saluran akar 23 mm,
padahal panjang rata-rata gigi insisiv sentral 24 mm. Didukung dari
pemeriksaan penunjang menggunakan radiograf, jarum miller sudah
masuk keapical contriction.
3. Penanganan awal setelah ditentukan diagnosa, dokter menentukan rencana
perawatan yang akan dilakukan serta menjelaskan ke pasien tentang
perawatan yang akan dilakukan pada gigi yang pasien keluhkan.
4. Indikasi dari perawatan saluran akar yaitu :
a. Ada keradangan atau kerusakan pada jaringan pulpa seperti pulpitis
reversible. Pulpitis irreversible, dan nekrosis pulpa
b. Fungsi gigi masih bisa digunakan
c. Tidak ada kerusakan tulang alveolar melebihi sepertiga apikal
d. Tidak ada kelainan periapikal melebihi sepertiga apikal
e. Tidak ada kelainan pada saluran akar
f. Jarak antara rahang atas dan rahang bawah cukup
5. Teknik perawatan saluran akar yang sesuai dengan skenario, yaitu
endointrakanal karena pada skenario sudah terjadi nekrosis pulpa totalis
atau pulpa tersebut nonvital sampai ke apical contiction. Jadi, perlu
dilakukan pengangkatan jaringan pulpa yang telah terinfeksi secara
keseluruhan.
6. Indikator keberhasilan perawatan saluran akar dapat dilihat dari
pemeriksaan subyektif dan obyektif pada saat control. Pada pemeriksaan
subyektif, tidak ada keluhan dari pasien. Pada pemeriksaan obyektif, saat
3
dilakukan pemeriksaan tidak ada hasil yang menunjukkan ada kelainan
pada gigi yang dilakukan perawatan.
7. Tujuan dilakukan control setelah perawatan saluran akar, yaitu untuk
mengetahui keberhasilan dari perawatan yang telah dilakukan. Jika,
perawatan saluran akar gagal maka perlu dikoreksi kembali penyebab dari
kegagalan dan dialakukan perbaikan.
4
STEP 4
(MAPPING)
5
STEP 5
(LEARNING OBJECTIVES)
6
STEP 7
Diagnosis Periradikuler
7
Abses Apikalis Akut. Karena lesi ini disertai dengan nyeri dan atau
pembengkakan, diperlukan cara perawatan yang berbed. Yang paling
penting adalah debridement iritan dari ruang saluran akar, oleh karena itu
diperlukan pembersihan pembentukan saluran akar yang sempurna disertai
dengan irigasi yang mencukupi dan hati-hati (Walton, 2008).
8
dan jaringan periradikuler, pengalaman dan keterampilan dokter gigi,
terjadinya komplikasi trans-operatif, dan kondisi morfologis sistem saluran
akar. Menyelesaikan perawatan dalam satu kali kunjungan juga
membutuhkan waktu yang lebih lama dan dapat menyebabkan kelelahan
pada kudua pihak, juga akan memicu stress, dan disfungsi persendia
temporomandibular joint (TMJ) apalagi jika pasien sudah memiliki
riwayat disfungsi TMJ sehingga faktor - faktor tersebut harus
dipertimbangkan. Pada skenario, morfologis saluran akar memiliki ukuran
yang lebar dan lurus, tidak terdapat kelainan jaringan periapikal sehingga
diindikasikan one visit endodontic. Keuntungan dari one visit endodontic
adalah:
9
Apabila marginal ridge pada gigi anterior masih utuh dan hanya
kehilangan struktur gigi akibat akses perawatan saluran akar, maka
restorasi menggunakan resin komposit merupakan perawatan pilihan. Jika
terdapat kavitas tambahan pada gigi tersebut atau jaringan keras gigi
banyak yang hilang atau akan hilang pada saat prosedur restorasi, perlu
dipertimbangkan penggunaan pasak. Pasca penggunaan pasak dapat
dilanjutkan dengan pembuatan restorasi mahkota jaket porselin fusi metal.
Hal ini dapat menjadi pertimbangan karena mahkota jaket porselin fusi
metal mempunyai resistensi yang lebih besar dibanding dengan restorasi
mahkota jaket porselin karena adanya lapisan logam.
Adanya lapisan logam menjadikan mahkota jaket porselin fusi
metal lebih kuat sehingga dapat mengkompensasi sifat rapuh porselin.
Pulpa nekrosis adalah matinya pulpa baik sebagian atau seluruhnya yang
dapat terjadi karena inflamasi maupun rangsangan traumatik. Penyebab
nekrosis adalah bakteri, trauma, iritasi bahan restorasi maupun inflamasi
dari pulpa yang berlanjut
Pada beberapa kasus, gigi nekrotik diawali dengan riwayat sakit
yang berangsur-angsur menjadi nekrosis. Gigi dengan pulpa nekrotik
tidak selalu menimbulkan gejala rasa sakit. Adanya perubahan warna gigi
menjadi keabu-abuan atau kecoklatan seringkali merupakan indikasi
kematian pulpa. Apabila ada rangsang panas gigi nekrosis akan terasa
sakit karena terjadi pemuaian gas yang akan menekan ujung saraf jaringan
vital yang ada disekitarnya, sedangkan dengan rangsang dingin (Chlor
Ethyl) dan stimulasi elektrik pada gigi dengan pulpa nekrotik biasanya
tidak menimbulkan respon.
Gigi yang telah dirawat saluran akar seringkali hanya memiliki
sedikit sisa jaringan keras gigi dibagian mahkota sehingga menjadi lebih
rapuh dibandingkan gigi vital. Kelembaban yang telah berkurang dan
secara klinis lebih mudah fraktur menyebabkan gigi tersebut
membutuhkan pasak untuk menahan inti dan restorasi. Apabila sisa
jaringan mahkota gigi masih tersisa dua hingga empat dinding dengan
tebal minimum 1mm dan tinggi minimum 2 mm maka tidak diperlukan
10
pasak. Apabila mengalami fraktur vertikal maka biasanya gigi dicabut
karena prognosis buruk. Penggunaan pasak dan mahkota jaket porselin
fusi metal untuk restorasi gigi anterior ditentukan oleh sisa jaringan gigi
yang masih ada, oklusi serta fungsi gigi tersebut. Pemilihan pasak
berdasarkan pada kekuatan modulus elastisitas, retensi, biokompatibilitas,
estetik dan mudah diperbaiki. Pasak harus kompatibel baik dengan dentin
maupun dengan inti yang didukungnya. Bahan yang sering digunakan
untuk pasak adalah stainless steel, titanium dan paduannya, porselin serta
serat polimer.
Pasak FRC disarankan untuk gigi anterior terutama dengan saluran
akar lebar. Pasak ini bersifat estetis, memiliki modulus elastisitas
mendekati dentin sehingga dapat mengurangi resiko fraktur akar akibat
gaya oblik dan lateral yang diterima gigi, meskipun lokasi sisa mahkota
gigi juga mempengaruhi resistensi terhadap fraktur. Pasak FRC terbuat
dari serat berdiameter 7-10 mikrometer dan dikelilingi oleh matriks resin
polimer yang umumnya berupa resin epoksi. Bahan inti dan semen resin
dapat berikatan dengan pasak jenis ini, bentuk pasak FRC yang paralel
lebih retentif dibandingkan dengan pasak taper. Pasak FRC termasuk
pasak pasif dengan konfigurasi permukaan pasak yang rata maupun
permukaan pasak yang memiliki groove atau berlekuk untuk menambah
retensi. Pada saat dilakukan sementasi tidak memerlukan tekanan pada
saluran pasak sehingga mengurangi resiko terjadinya fraktur akar.
11
1. Akses opening (opening cavity entrance)
2. Pencarian orifice
Orifice dicari menggunakan jarum miller atau file denan nomor
kecil. Setelah itu dengan round bur dilakuakn gerakan kearah insisal edge
untuk menghilangkan atap pulpa dan tanduk pulpsa serta membentuk
cavity entrance . untuk memperluas dan menghaluskan kavitas gunakan
fissure bur. Kavitas diirigasi dengan aquades steril sampai bersih dari
serbuk dentin lalu dikeringkan dengan coton pelete.
12
3. Ekstirpasi
Keterangan :
Pk = panjang kerja
13
a. Gunakan file nomor 15 yang diberi stopper dan diukur panjang file
menggunakan endoblock. Setelah panjang sesuai, file dimasukkan
saluran akar dan digerakkan memutar alat 90o sampai 180o searah
jarum jam kemudian diputar kembali berlawanan arah lalu ditarik.
Saat preparasi saluran akar menempel pada dinding saluran akar.
Tindakan ini dilakukan sampai stopper tepat pada cusp tertinggi
dan alat dapat digerakkan tanpa hambatan
b. Saluran akar diirigasi menggunakan akuades steril dan sodium
hipoklorit secara bergantian (akuades steril- sodium hipoklorit-
akuades steril)
c. Kemudian kavitas dikeringkan menggunakan cotton pelete dan
saluran akar dikeringkan menggunakan paper point.
d. Kemudian dilanjutkan menggunakan file 15,2025 sampai file 70.
e. Setiap dilakuakan preparasi harus dilakukan irigasi dan
dikeringkan.
f. Hasil akhir preparasi saluran akar harus sesuai dengan panjang
kerja dan dinding saluran akar halus.
14
b. Sebelum melakukan pengisian saluran akar yang digunakan pada
skill lab ini adalah seng oksida ChKM. Caranya yaitu bubuk seng
oksida dan cairan ChKM dicampur menggunakan spatula semen
dengan gerakan memutar sampai konsistensi yang tepat ( bila
spatula semen diangkat maka pasta saluran akar juga terangkat dan
tidak terputus stinggi 1 inci)
c. Jarum lentulo diberi stopper sesuai panjang kerja dan diberi pasta
saluran akar sepanjang saluran akan. Kemudian jarum lentulo yang
telah diolesi pasta dioleskan ke dingin saluran akar dengan stoper
tepat pada cusp tertinggi.
d. Guttap point yang telah diberi tanda sesuai panjang kerja, diolesi
denagan pasta dan dimasukkan dalam saluran akar
e. Guttap point dipotong sebatas orifice dengan ekskavator pans
f. Kavitas ditutup dengan cotton pelete dan ditumpat sementara.
g. Dilakuan foto rontgen
15
6. Peralatan yang lain. Cotton pelet steril dan paper point
dibutuhkan untuk mengeringkan saluran akar. Syringe dan jarum
endodontik untuk irigasi saluran.
16
Pemeriksaan Radiografik
Dikatakan berhasil jika lesi radiolusen di apeks tidak ada. Ini
berarti bahwa lesi resorptif yang ada ketika perawatan dimulai telah
menyembuh atau jika pada waktu perawatan dimulai memang tidak ada
lesi maka berarti tidak ada perkembangan lesi baru. Jadi, keberhasilan
dibuktikan oleh hilangnya atau tidak berkembangnya daerah radiolusensi
selama minimal satu tahun.
Dikatakan gagal jika patosisnya secara radiografik jelas menetap
atau berkembang. Khusunya, lesi radiolusen yang tetap tidak berubah,
telah membesar, atau telah berkembang dibandingkan pada awal
perawatan.
Statusnya disebut meragukan jika keadaannya tidak menentu. Lesi
radiolusensinya tidak menjadi lebih besar maupun tidak mengecil. Status
seperti ini disebut tidak sembuh jika setelah lebih dari satu tahun tidak
perbaikan.
Kegagalan perawatan saluran akar kebanyakan disebabkan oleh
kesalahan diagnosa, seleksi kasus dan prosedur perawatan. Menurut
tahapan perawatannya, kegagalan perawatan saluran akar dapat
digolongkan dalam kegagalan pra perawatan, selama perawatan, dan pasca
perawatan. Kegagalan yang terjadi sebelum perawatan biasanya
disebabkan oleh diagnosis dan seleksi kasus yang salah. Prognosis gigi
yang akan dirawat sebetulnya buruk akan tetapi perawatan tetap dilakukan
sehingga dalam waktu yang tidak lama akan timbul lagi gejala yang
merupakan kegagalan perawatan. Kegagalan selama perawatan biasanya
disebabkan oleh tahap pembersihan, pembentukan, dan pengisian saluran
akar yang benar. Perawatan endodontik yang baik biasanya berpedoman
pada Triad Endodontik. Triad endodontik yang pertama adalah
mendapatkan akses yang lurus kedalam saluran akar. Triad endodontik
yang kedua adalah preparasi saluran akar untuk membuang atau
mengurangi iritan yang berbahaya dalam ruang pulpa dan menutup ruang
tersebut, mengontrol mikroorganismenya danmenangani inflamasi
periapeksnya. Preparasi yang tidak melebihi saluran akar akan
17
memberikan prognosis yang baik. Instrumentasi yang melewati apeks
(over instrumentation) dapat menyebabkan terdorongnya mikroorganisme,
serpihan dentin dan sementum ke periapeks dan menyebabkan inflamasi
yang persisten. Triad endodontik yang ketiga adalah pengisian saluran
akar. Kesalahan dalam pengisian terjadi akibat proses pembentukan
saluran akar yang kurang baik atau pengisian yang kurang tepat.
Kondensasi isi saluran akar menyebabkan hasil pengisian lebih hermetis,
sehingga iritan yang tertinggal di dalam saluran akar tidak menimbulkan
masalah di kemudian hari. Demikian pula pengisian saluran akar yang
terlalu pendek atau panjang juga akan menimbulkan masalah. Kegagalan
pasca perawatan dapat disebabkan oleh penutupan bagian korona gigi
yang tidak baik karena restorasi yang tidak adekuat Gigi pasca perawatan
saluran akar mempunyai sifat fisik yang berbeda dengan gigi vital, yaitu
rentan terhadap fraktur karena struktur gigi yang hilang akibat karies atau
prosedur perawatan. Restorasi pasca perawatan saluran akar harus
mempunyai retensi dan berfungsi, serta dapat melindungi sisa jaringan gigi
terhadap fraktur dan mempunyai kerapatan (seal) yang baik. Apabila salah
satu persyaratan tidak dipenuhi dapat menyebabkan lepasnya restorasi atau
terjadinya fraktur pada gigi atau restorasi sehingga perawtan menjadi
gagal. Ada 2 jenis restorasi yakni :
18
DAFTAR PUSTAKA
19