Anda di halaman 1dari 19

PERAWATAN SALURAN AKAR (PSA)

Skenario

Seorang perempuan ibu rumah tangga berusia 25 tahun datang ke RSGM ingin
merawatkan gigi depan atas kanan yang berlubang sejak 1 tahun yang lalu. Gigi
tersebut pernah sakit cekot cekot 6 bulan yang lalu, dan bengkak pada gusinya 2
bulan yang lalu tetapi sekarang sudah tidak sakit. Hasil pemeriksaan obyektif
tampak fistula pada gingiva labial, gigi 11 karies proofunda perforasi, tes jarum
masuk saluran akar 23 mm, tes tekan dan perkusi negatis. Hasil pemeriksaan
radiografik tampak ujung jarum miller sampai apical contriction, tidak adda
resorbsi alveolar crest, jaringan periapikal normal, saluran akan lurus dan lebar,
akar terbentuk sempurna. Dokter menentukan diagnosa terlebih dahulu,
selanjutnya merencanakan perawatan dan melakukan perawatan saluran akar saat
itu juga sampai selesai. Pasien diintruksikan datang seminggu kemudian untuk
kontrol dan dilakukan perawatan tumpatan tetap pasca PSA.

1
STEP 1

(CLARIFYING UNFAMILLIAR TERMS)

1. Fistula : merupakan saluran yang berfungsi untuk jalan keluarnyya pus


dari abses
2. Apikal contriction : merupakan saluran akar yang paling sempit didaerah
apikal, letaknya 0,5-1 mm diatas foramen apikal
3. Perawatan saluran akar : merupakan perawatan dengan mengangkat
jaringan pulpa yang terinfeksi, kemudian dibersihkan, dilakukan perbaikan
bentuk, dan pengisian. Perawatan saluran akar ada pulpektomi,
endointrakanal dan pulpotomi. Pulpektomi terbagi lagi menjadi
pulpektomi vital dan pulpektomi devital.
4. Karies profunda perforasi : merupakan kerusakan jaringan keras gigi yang
sudah melibatkan email, dentin, dan telah menembus atap pulpa.

STEP 2

(PROBLEM DEFINITION)

1. Mengapa jaringan periapikal normal, sedangkan diskenario dijelaskan


terdapat fistule yang mengindikasikan bahwa terdapat abses ?
2. Apa diagnosa kasus yang ada pada skenario ?
3. Apa penanganan awal dokter setelah dilakukan diagnosa
4. Apa saja indikasi PSA ?
5. Teknik PSA yang dilakukan sesuai skenario ?
6. Apa saja indikator keberhasilan PSA ?
7. Tujuan dilakukan control setelah PSA ?

2
STEP 3

(BRAINSTORMING)

1. LO
2. Diagnosa yang sesuai pada skenario yaitu nekrosis totalis, hal ini sesuai
dari pemeriksaan subyektif, obyektif, dan pemeriksaan penunjang yang
telah dilakukan oleh dokter. Pada pemeriksaan subyektif, pasien mengeluh
sakit cekot-cekot 6 bulang yang lalu pada gigi depan atas kanan yang telah
berlubang. Pemeriksaan obyektif menunjukan pada gigi 11 mengalami
karies profunda perforasi. Tes jarum miller mausk saluran akar 23 mm,
padahal panjang rata-rata gigi insisiv sentral 24 mm. Didukung dari
pemeriksaan penunjang menggunakan radiograf, jarum miller sudah
masuk keapical contriction.
3. Penanganan awal setelah ditentukan diagnosa, dokter menentukan rencana
perawatan yang akan dilakukan serta menjelaskan ke pasien tentang
perawatan yang akan dilakukan pada gigi yang pasien keluhkan.
4. Indikasi dari perawatan saluran akar yaitu :
a. Ada keradangan atau kerusakan pada jaringan pulpa seperti pulpitis
reversible. Pulpitis irreversible, dan nekrosis pulpa
b. Fungsi gigi masih bisa digunakan
c. Tidak ada kerusakan tulang alveolar melebihi sepertiga apikal
d. Tidak ada kelainan periapikal melebihi sepertiga apikal
e. Tidak ada kelainan pada saluran akar
f. Jarak antara rahang atas dan rahang bawah cukup
5. Teknik perawatan saluran akar yang sesuai dengan skenario, yaitu
endointrakanal karena pada skenario sudah terjadi nekrosis pulpa totalis
atau pulpa tersebut nonvital sampai ke apical contiction. Jadi, perlu
dilakukan pengangkatan jaringan pulpa yang telah terinfeksi secara
keseluruhan.
6. Indikator keberhasilan perawatan saluran akar dapat dilihat dari
pemeriksaan subyektif dan obyektif pada saat control. Pada pemeriksaan
subyektif, tidak ada keluhan dari pasien. Pada pemeriksaan obyektif, saat

3
dilakukan pemeriksaan tidak ada hasil yang menunjukkan ada kelainan
pada gigi yang dilakukan perawatan.
7. Tujuan dilakukan control setelah perawatan saluran akar, yaitu untuk
mengetahui keberhasilan dari perawatan yang telah dilakukan. Jika,
perawatan saluran akar gagal maka perlu dikoreksi kembali penyebab dari
kegagalan dan dialakukan perbaikan.

4
STEP 4

(MAPPING)

5
STEP 5

(LEARNING OBJECTIVES)

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan diagnosa dari skenario


beserta pertimbangannya
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan rencana perawatan pada
skenario dan pertimbangannya
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prosedur perawatan pada
skenario, meliputi :
a. Alat dan bahan yang digunakan
b. Tahapan perawatan
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan indikator keberhasilan
perawatan

6
STEP 7

(REPORTING LEARNING OBJECTIVES)

1. Diagnosa pada skenario

Pulpa normal atau pulpitis reversible. Perawatan saluran akar


bukan merupakan indikasi (kecuali pada kasus-kasus tertentu). Pasien
dengan pulpitis reversible, biasanya ditangani dengan membuang
penyebabnya kemudian diikuti dengan restorasi (jika diperlukan) (Walton,
2008).

Pulpitis Irreversible. Pada kasus ini biasanya diperlukan perawatan


saluran akar, pulpotomi, pulpektomi sebagian (parsial), atau pencabutan
(Walton, 2008).

Nekrosis. Pada kasus ini yang dapat dilakukan adalah perawatan


saluran akar atau pencabutan. Namun, pada gigi nekrosis diperlukan
perawatan tambahan, bergantung pada diagnosis periapeksnya (Walton,
2008).

Diagnosis Periradikuler

Normal. Pada keadaan normal tidak diperlukan perawatan khusus


(Walton, 2008).

Periodontitis apikalis akut. Karena kasus ini adalah lesi inflamasi


kecil (tapi sangat nyeri) perawatan khusus biasanya tidak diperlukan. Pada
kasus ini, medikamen intrakanal tidak mengurangi gejala. Walaupun
demikian, medikamen intrakanal digunakan untuk menghambat bakteri
pada pulpa yang nekrosis, dapat diberikan hidroksida kalsium di dalam
saluran akar dan absesnya ditutup dengan pellet kapas dan tumpatan
sementara (Walton, 2008).

7
Abses Apikalis Akut. Karena lesi ini disertai dengan nyeri dan atau
pembengkakan, diperlukan cara perawatan yang berbed. Yang paling
penting adalah debridement iritan dari ruang saluran akar, oleh karena itu
diperlukan pembersihan pembentukan saluran akar yang sempurna disertai
dengan irigasi yang mencukupi dan hati-hati (Walton, 2008).

2. Rencana Perawatan pada skenario

Gigi yang mengalami nekrosis memerlukan perawatan saluran


akar, yang bertujuan untuk membersihkan ruang pulpa dari jaringan pulpa
yang telah terinfeksi, kemudian membentuk saluran akar untuk obturasi
agar terbentuk apical seal. Perawatan saluran akar satu kunjungan adalah
perawatan saluran akar yang diselesaikan dalam satu kunjungan meliputi
pembersihan saluran akar, sterilisasi dan obturasi.
Berdasarkan jumlah kunjungan, perawatan endodontik terdiri dari
dua yaitu perawatan endodontik satu kali kunjungan (one visit endodontic)
dan beberapa kali kunjungan (multiple visit endodontic). Pada skenario
dipilih perawatan endodontik satu kali kunjungan. Perawatan saluran akar
dengan satu kali kunjungan merupakan perawatan saluran akar dengan
prinsip triad endodontik (Preparasi, sterilisasi, dan pengisian), dengan
sterilisasi yang tercakup dalam proses preparasi.

Perawatan saluran akar satu kunjungan diindikasikan sebagai


berikut : 1) pulpa terbuka karena trauma iatrogenik tanpa lesi periapikal;
2) pulpitis irreversibel tanpa lesi periapikal; 3) gigi nekrosis tanpa gejala-
gejala klinis dan lesi periapikal; 4) gigi nekrosis dengan abses periapikal
disertai fistula; 5) bentuk saluran akar normal, saluran akar tunggal.
Kontra indikasi untuk perawatan saluran akar satu kunjungan adalah: 1)
adanya rasa sakit pada gigi nekrosis tanpa disertai fistula untuk drainase;
2) gigi dengan kelainan anatomis yang berat; 3) gigi berakar banyak; 4)
periodontitis akut dengan rasa sakit yang parah saat perkusi.

Keputusan untuk melakukan perawatan endodontik satu kali


kunjungan bergantung pada beberapa faktor yaitu kondisi patologis pulpa

8
dan jaringan periradikuler, pengalaman dan keterampilan dokter gigi,
terjadinya komplikasi trans-operatif, dan kondisi morfologis sistem saluran
akar. Menyelesaikan perawatan dalam satu kali kunjungan juga
membutuhkan waktu yang lebih lama dan dapat menyebabkan kelelahan
pada kudua pihak, juga akan memicu stress, dan disfungsi persendia
temporomandibular joint (TMJ) apalagi jika pasien sudah memiliki
riwayat disfungsi TMJ sehingga faktor - faktor tersebut harus
dipertimbangkan. Pada skenario, morfologis saluran akar memiliki ukuran
yang lebar dan lurus, tidak terdapat kelainan jaringan periapikal sehingga
diindikasikan one visit endodontic. Keuntungan dari one visit endodontic
adalah:

1. Jumlah kunjungan pasien yang berkurang

2. Mengeliminasi kemungkinan kontaminasi mikroba antar kunjungan

3. Mengurangi risiko trauma

4. Ruang saluran dapat segera digunakan untuk retensi pasak

5. Mempermudah dokter gigi untuk melakukan obturasi saluran akar


karena lebih familiar dengan anatomi saluran akarnya

Sedangkan terdapat kerugian dari one visit endodontic ini yaitu


insiden flare up cenderung lebih tinggi. Flare up merupakan salah satu
komplikasi yang terjadi pada perawatan endodontik berupa rasa sakit dan
bengkak yang dimulai pada saat atau setelah prosedur perawatan
endodontik.

Pada restorasi gigi setelah perawatan saluran akar perlu


dipertimbangkan keadaan gigi yang lebih getas, karena kandungan air
yang lebih sedikit dibandingkan gigi vital. Perawatan saluran akar
seringkali memerlukan pembuangan jaringan keras yang cukup banyak
sehingga meninggalkan jaringan keras yang sedikit dan tidak dapat
mendukung restorasi dengan baik karena mudah terjadi keretakan atau
fraktur.

9
Apabila marginal ridge pada gigi anterior masih utuh dan hanya
kehilangan struktur gigi akibat akses perawatan saluran akar, maka
restorasi menggunakan resin komposit merupakan perawatan pilihan. Jika
terdapat kavitas tambahan pada gigi tersebut atau jaringan keras gigi
banyak yang hilang atau akan hilang pada saat prosedur restorasi, perlu
dipertimbangkan penggunaan pasak. Pasca penggunaan pasak dapat
dilanjutkan dengan pembuatan restorasi mahkota jaket porselin fusi metal.
Hal ini dapat menjadi pertimbangan karena mahkota jaket porselin fusi
metal mempunyai resistensi yang lebih besar dibanding dengan restorasi
mahkota jaket porselin karena adanya lapisan logam.
Adanya lapisan logam menjadikan mahkota jaket porselin fusi
metal lebih kuat sehingga dapat mengkompensasi sifat rapuh porselin.
Pulpa nekrosis adalah matinya pulpa baik sebagian atau seluruhnya yang
dapat terjadi karena inflamasi maupun rangsangan traumatik. Penyebab
nekrosis adalah bakteri, trauma, iritasi bahan restorasi maupun inflamasi
dari pulpa yang berlanjut
Pada beberapa kasus, gigi nekrotik diawali dengan riwayat sakit
yang berangsur-angsur menjadi nekrosis. Gigi dengan pulpa nekrotik
tidak selalu menimbulkan gejala rasa sakit. Adanya perubahan warna gigi
menjadi keabu-abuan atau kecoklatan seringkali merupakan indikasi
kematian pulpa. Apabila ada rangsang panas gigi nekrosis akan terasa
sakit karena terjadi pemuaian gas yang akan menekan ujung saraf jaringan
vital yang ada disekitarnya, sedangkan dengan rangsang dingin (Chlor
Ethyl) dan stimulasi elektrik pada gigi dengan pulpa nekrotik biasanya
tidak menimbulkan respon.
Gigi yang telah dirawat saluran akar seringkali hanya memiliki
sedikit sisa jaringan keras gigi dibagian mahkota sehingga menjadi lebih
rapuh dibandingkan gigi vital. Kelembaban yang telah berkurang dan
secara klinis lebih mudah fraktur menyebabkan gigi tersebut
membutuhkan pasak untuk menahan inti dan restorasi. Apabila sisa
jaringan mahkota gigi masih tersisa dua hingga empat dinding dengan
tebal minimum 1mm dan tinggi minimum 2 mm maka tidak diperlukan

10
pasak. Apabila mengalami fraktur vertikal maka biasanya gigi dicabut
karena prognosis buruk. Penggunaan pasak dan mahkota jaket porselin
fusi metal untuk restorasi gigi anterior ditentukan oleh sisa jaringan gigi
yang masih ada, oklusi serta fungsi gigi tersebut. Pemilihan pasak
berdasarkan pada kekuatan modulus elastisitas, retensi, biokompatibilitas,
estetik dan mudah diperbaiki. Pasak harus kompatibel baik dengan dentin
maupun dengan inti yang didukungnya. Bahan yang sering digunakan
untuk pasak adalah stainless steel, titanium dan paduannya, porselin serta
serat polimer.
Pasak FRC disarankan untuk gigi anterior terutama dengan saluran
akar lebar. Pasak ini bersifat estetis, memiliki modulus elastisitas
mendekati dentin sehingga dapat mengurangi resiko fraktur akar akibat
gaya oblik dan lateral yang diterima gigi, meskipun lokasi sisa mahkota
gigi juga mempengaruhi resistensi terhadap fraktur. Pasak FRC terbuat
dari serat berdiameter 7-10 mikrometer dan dikelilingi oleh matriks resin
polimer yang umumnya berupa resin epoksi. Bahan inti dan semen resin
dapat berikatan dengan pasak jenis ini, bentuk pasak FRC yang paralel
lebih retentif dibandingkan dengan pasak taper. Pasak FRC termasuk
pasak pasif dengan konfigurasi permukaan pasak yang rata maupun
permukaan pasak yang memiliki groove atau berlekuk untuk menambah
retensi. Pada saat dilakukan sementasi tidak memerlukan tekanan pada
saluran pasak sehingga mengurangi resiko terjadinya fraktur akar.

3. Prosedur perawatan pada skenario

Pada skenario dijelaskan bahwa gigi yang dikeluhkan pasien dan


mengalami karies profunda perforasi adalah gigi 11. Tahapan yang
pertama dilakuakan adalah menentukan outline cavity enterance dari gigi
11. Outlive dari gigi insisiv sentral dan insisv lateral berbentuk triangular
yang berada pada permukaan lingual gigi. letaknya di sepertiga tengah
mahkota.

11
1. Akses opening (opening cavity entrance)

Melakukan pembuatan akses kearah ruang pulpa sesuai gambar


outline. Untuk akses opening gunakan round bur. Pengeburan dilakukan
samapai menembus ruang pulpa yang ditandai seperti menembus ruang
kosong. Kemudian, kavitas diirigasi menggunakan aquades steril untuk
membersihkan serbuk hasil preprasi lalu dikeringkan dengan cotton palete.

2. Pencarian orifice
Orifice dicari menggunakan jarum miller atau file denan nomor
kecil. Setelah itu dengan round bur dilakuakn gerakan kearah insisal edge
untuk menghilangkan atap pulpa dan tanduk pulpsa serta membentuk
cavity entrance . untuk memperluas dan menghaluskan kavitas gunakan
fissure bur. Kavitas diirigasi dengan aquades steril sampai bersih dari
serbuk dentin lalu dikeringkan dengan coton pelete.

12
3. Ekstirpasi

Setelah dilakukan opening akses kemudian dilakukan ekstirpasi


menggunakan jarum ekstirpasi, caranya dengan memasukkan jarum
kedalam saluran akar lau diputar agar jaringan pulpa terangkat kemudian
jarum ditarik.

4. Pengukuran panjang gigi dengan DWP (dignosa wire photo)


Menggunakan file nomor kecil yang diberi stopper sebagai batas
panang alat. Stopper diletakkan pada panjang rata-rata gigi. lalu file
dimasukkan kedalam saluran akar. Letak stopper tepat pada insisal edge
gigi 11. Kemudian dilakukan foto rontgen. Berdasarkan foto, dilakukan
pengukuran panjang gigi dan panjang kerja

Keterangan :

Pgs = panjang gigi sebenarnya

Pgf = panjang gigi dalam foto

Pas = panjang alat sebenarnya

Paf = panjang alat dalam foto

Pk = panjang kerja

5. Preparasi saluran akar


Teknik preparasi saluran akar yang digunakan yaitu teknik
konvesional, karena pada pemeriksaan radiograf pasien ditunjukkan bahwa
saluran akar lebar dan lurus serta akar terbentuk sempurna.

13
a. Gunakan file nomor 15 yang diberi stopper dan diukur panjang file
menggunakan endoblock. Setelah panjang sesuai, file dimasukkan
saluran akar dan digerakkan memutar alat 90o sampai 180o searah
jarum jam kemudian diputar kembali berlawanan arah lalu ditarik.
Saat preparasi saluran akar menempel pada dinding saluran akar.
Tindakan ini dilakukan sampai stopper tepat pada cusp tertinggi
dan alat dapat digerakkan tanpa hambatan
b. Saluran akar diirigasi menggunakan akuades steril dan sodium
hipoklorit secara bergantian (akuades steril- sodium hipoklorit-
akuades steril)
c. Kemudian kavitas dikeringkan menggunakan cotton pelete dan
saluran akar dikeringkan menggunakan paper point.
d. Kemudian dilanjutkan menggunakan file 15,2025 sampai file 70.
e. Setiap dilakuakan preparasi harus dilakukan irigasi dan
dikeringkan.
f. Hasil akhir preparasi saluran akar harus sesuai dengan panjang
kerja dan dinding saluran akar halus.

6. Trial guttap point dan foto


Gunakan guttap point yang sesuai dengan file terakhir yang
digunakan pada waktu preparasi saluran akar. Guttap point diberi tanda
sesuai panjang kerja, kemudian guttap point dimasukkan dalam saluran
akar sebatas tanda (tanda terletak pada cusp tertinggi). Guttap point yang
memenuhi syarat yaitu yang dapat masuk saluran akar sebatas panjang
kerja dan rapat dengan dinding saluran akar (terutama sepertiga apikal).
Kemudian dilakukan foto trial.

7. Pengisian saluran akar


Teknik yang digunakan untuk pengisian saluran akar yaitu teknik
single cone.
a. Guttap point yang telah dicobakan dan dilakukan foto trial diberi
tanda sesuai panjang kerja kemudian dimasukkan dalam alkohol

14
b. Sebelum melakukan pengisian saluran akar yang digunakan pada
skill lab ini adalah seng oksida ChKM. Caranya yaitu bubuk seng
oksida dan cairan ChKM dicampur menggunakan spatula semen
dengan gerakan memutar sampai konsistensi yang tepat ( bila
spatula semen diangkat maka pasta saluran akar juga terangkat dan
tidak terputus stinggi 1 inci)
c. Jarum lentulo diberi stopper sesuai panjang kerja dan diberi pasta
saluran akar sepanjang saluran akan. Kemudian jarum lentulo yang
telah diolesi pasta dioleskan ke dingin saluran akar dengan stoper
tepat pada cusp tertinggi.
d. Guttap point yang telah diberi tanda sesuai panjang kerja, diolesi
denagan pasta dan dimasukkan dalam saluran akar
e. Guttap point dipotong sebatas orifice dengan ekskavator pans
f. Kavitas ditutup dengan cotton pelete dan ditumpat sementara.
g. Dilakuan foto rontgen

Peralatan perawatan saluran akar

1. File tipe K. Alat ini biasanya dipakai dengan diputar searah


jarum jam sehingga galurnya memotong dentin, kemudian diputar
berlawanan jarum jam saat melakukan tekanan ke apikal untuk membuang
dentin yang telah terpotong.

2. Spiral root filler (lentulo). Dapat dipakai untuk memasukkan


pasta pengisi kedalam saluran akar.

3. Bur Gates-Glidden. Berbentuk tunas dengan ujung tumpul,


dipakai dengan kecepatan rendah untuk preparasi saluran akar 2/3 koronal.

4. Stopper silikon. Dipakai sebagai pembatas panjang kerja pada


instrumen saluran akar.

5. Finger spreader. Alat ini dipakai untuk memampatkan batang-


batang guttap point selama pengisian saluran akar.

15
6. Peralatan yang lain. Cotton pelet steril dan paper point
dibutuhkan untuk mengeringkan saluran akar. Syringe dan jarum
endodontik untuk irigasi saluran.

4. Indikator Keberhasilan Perawatan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan


Beberapa faktor yang secara konsisten memengaruhi prognosis
adalah (1) patosis apeks, (2) status bakteri di dalam saluran akar, dan (3)
kualitas dan luas obturasi.
Keberadaan bakteri di dalam saluran akar sebelum obturasi
menandakan adanya suatu prognosis yang buruk. Dslam kaitan dengan
luasnya obturasi, penyembuhan tidak begitu baik jika obturasinya terlalu
pendek (lebih dari 2 mm dari apeks radiograf) atau jika terlalu berlebih
(keluar dari apeks). Banyaknya ruang kosong atau kurang padatnya
material obturasi juga merupakan faktor yang menyebabkan rendahnya
angka keberhasilan.
Metode Evaluasi
Cara paling akurat untuk menentukan sembuh atau tidak
sembuhnya suatu lesi adalah berdasarkan gejala dan tanda klinis serta
pemeriksaan radiografik dan histologik. Saat ini, dokter gigi hanya bisa
mengevaluasi berdasarkan temuan klinik dan radiologic saja karena
teknologi saat ini belum mampu memeriksa secara histologik tanpa
melakukan pembedahan.
Pemeriksaan Klinik
Kriteria klinis keberhasilan adalah:
1. Tidak adanya pembengakakan dan nyeri
2. Hilangnya saluran sinus
3. Tidak ada bukti rusaknya jaringan lunak, termasuk defek probing
Menetapkanya tanda signifikan yang membahayakan (misalnya
pembengkakan atau saluran sinus) atau gejala (misalnya nyeri, nyeri
tumpul yang menetap, atau sensitive ketika mengunyah) biasanya
mengindikasikan suatu kegagalan.

16
Pemeriksaan Radiografik
Dikatakan berhasil jika lesi radiolusen di apeks tidak ada. Ini
berarti bahwa lesi resorptif yang ada ketika perawatan dimulai telah
menyembuh atau jika pada waktu perawatan dimulai memang tidak ada
lesi maka berarti tidak ada perkembangan lesi baru. Jadi, keberhasilan
dibuktikan oleh hilangnya atau tidak berkembangnya daerah radiolusensi
selama minimal satu tahun.
Dikatakan gagal jika patosisnya secara radiografik jelas menetap
atau berkembang. Khusunya, lesi radiolusen yang tetap tidak berubah,
telah membesar, atau telah berkembang dibandingkan pada awal
perawatan.
Statusnya disebut meragukan jika keadaannya tidak menentu. Lesi
radiolusensinya tidak menjadi lebih besar maupun tidak mengecil. Status
seperti ini disebut tidak sembuh jika setelah lebih dari satu tahun tidak
perbaikan.
Kegagalan perawatan saluran akar kebanyakan disebabkan oleh
kesalahan diagnosa, seleksi kasus dan prosedur perawatan. Menurut
tahapan perawatannya, kegagalan perawatan saluran akar dapat
digolongkan dalam kegagalan pra perawatan, selama perawatan, dan pasca
perawatan. Kegagalan yang terjadi sebelum perawatan biasanya
disebabkan oleh diagnosis dan seleksi kasus yang salah. Prognosis gigi
yang akan dirawat sebetulnya buruk akan tetapi perawatan tetap dilakukan
sehingga dalam waktu yang tidak lama akan timbul lagi gejala yang
merupakan kegagalan perawatan. Kegagalan selama perawatan biasanya
disebabkan oleh tahap pembersihan, pembentukan, dan pengisian saluran
akar yang benar. Perawatan endodontik yang baik biasanya berpedoman
pada Triad Endodontik. Triad endodontik yang pertama adalah
mendapatkan akses yang lurus kedalam saluran akar. Triad endodontik
yang kedua adalah preparasi saluran akar untuk membuang atau
mengurangi iritan yang berbahaya dalam ruang pulpa dan menutup ruang
tersebut, mengontrol mikroorganismenya danmenangani inflamasi
periapeksnya. Preparasi yang tidak melebihi saluran akar akan

17
memberikan prognosis yang baik. Instrumentasi yang melewati apeks
(over instrumentation) dapat menyebabkan terdorongnya mikroorganisme,
serpihan dentin dan sementum ke periapeks dan menyebabkan inflamasi
yang persisten. Triad endodontik yang ketiga adalah pengisian saluran
akar. Kesalahan dalam pengisian terjadi akibat proses pembentukan
saluran akar yang kurang baik atau pengisian yang kurang tepat.
Kondensasi isi saluran akar menyebabkan hasil pengisian lebih hermetis,
sehingga iritan yang tertinggal di dalam saluran akar tidak menimbulkan
masalah di kemudian hari. Demikian pula pengisian saluran akar yang
terlalu pendek atau panjang juga akan menimbulkan masalah. Kegagalan
pasca perawatan dapat disebabkan oleh penutupan bagian korona gigi
yang tidak baik karena restorasi yang tidak adekuat Gigi pasca perawatan
saluran akar mempunyai sifat fisik yang berbeda dengan gigi vital, yaitu
rentan terhadap fraktur karena struktur gigi yang hilang akibat karies atau
prosedur perawatan. Restorasi pasca perawatan saluran akar harus
mempunyai retensi dan berfungsi, serta dapat melindungi sisa jaringan gigi
terhadap fraktur dan mempunyai kerapatan (seal) yang baik. Apabila salah
satu persyaratan tidak dipenuhi dapat menyebabkan lepasnya restorasi atau
terjadinya fraktur pada gigi atau restorasi sehingga perawtan menjadi
gagal. Ada 2 jenis restorasi yakni :

1. Direk : komposit, GI, amalgam


Restorasi yang pengerjaannya dilakukan di dalam rongga mulut.
2. Indirek : inlay, onlay, mahkota jaket
Restorasi yang pengerjaannya dilakukan di luar rongga mulut.
Penggunaan restorasi pasca Perawatan Saluran Akar seperti yang
sudah dijelaskan yakni bergantung pada sisa jaringan gigi setelah
dilakukannya PSA, kondisi sosial ekonomi pasien juga harus
dipertimbangkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Asgeir Sugurdsson. Evaluation of Success and Failure. Dalam: Walton


RE,Torabinejad M (ed). Principles and Practice

Dumsha TC, Gutmann JL; Clinicians Endodontic Handbook. 2000


.LexiComp.Ohio.P 140-3, 213-9.

Friedman S. Orthograde Retreatment. Dalam: Walton RE, Torabinejad M (ed).


Principles and Practice of Endodontics 3rd ed, Philadelphia: WB Saunders. 2002:
346-356.

Louis I Grossman, Seymour O. 2004. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Jakarta :


EGC.

Mitchell, Laura. 2014. Kedokteran Gigi Klinik. Jakarta : EGC.

Raharjo, Gunawan. 2015. Perawatan Saluran Akar Satu kunjungan disertai


Restorasi Resin Komposit dengan Pasak Parallel Self-Threading Gigi Molar
Kedua Kanan Mandibula Pulpitis Ireversibel. Yogyakarta : Departemen
Konservasi Gigi FKG UGM.

Tarigan, Rasinta. 2004. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta : EGC.

Walton, Richard E. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia Ed 3. Jakarta :


EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai