Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
B. Tujuan Percobaan
Menentukan kalor pelarutan integradi CuSO4 dan CuSO4.5H2O dengan
menggunakan kalorimeter sederhana
C. Landasan Teori
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang
menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau bentuk wujudnya. Kalor berbeda
dengan suhu, karena suhu adalah ukuran dalam suatu derajat panas. Kalor
merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas balik yang diserap maupun
dilipaskan oleh suatu benda (Anonim, 2006).
Kalor, q dapat diartikan sebagai energy yang dipindahkan melalui batas-
batas system, sebagian besar akibat dari adanya perbedaan suhu antara system
dan lingkungan. Menurut perjanjian, q dihitung sebagai positif jika kalor masuk
system dan negative jika kalor keluar system (Achmad, 2001; )
Kalor didefenisikan sebagai energy panas yang dimiliki oleh suatu zat.
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda
yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi, maka kalor
yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya
rendah, maka kalor yang dikandung sedikit (Anonim, 2008)
Kalor adalah jumlah energi yang dipindahkan dari suatu benda atau tubuh
kepada benda lain akibat suatu perbedaan suhu diantara mereka. Kalor (Q)
dinyatakan dalam satuan energi dalam Joule (J) menurut satuan SI. Kalor
umumnya dinyatakan dalam satuan kalori (kal) yaitu suatu kalori adalah jumlah
kalor yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 gram air sebanyak 1 K atau 1
o
C suhu kamar (293 K). Kapasitas kalor adalah jumlah energi kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu sejumlah zat tertentu sebesar 1 K atau 1 oC.
Jumlah kalor (Q) yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat yang
diketahui oleh dari sembarang suhu awal (Ti) sampai sembarang suhu akhir (Tf)
dapat ditentukan melalui pemahaman persamaan kalor :
Qkalor = m c T\
M adalah massa benda, C adalah kapasitas kaor spesifik dari zat tertentu dan T
adalah perubahan suhu. Panas juga merupakan salah satu bentuk energi dan
perubahan bentuk akibat panas akan sama dengan yang diakibatkan olehnya.
Sebagaimana tarikan gravitasi, potensial listrik, panas juga mengalir dari
temperature yang lebih tinggi ke yang lebih rendah kecuali jika kerja dilakukan
terhadap system (Anonim, 2010).
Perubahan kalor yang terjadi pada reaksi kimia maupun proses fisik dapat
diukur dengan suatu alat yang disebut calorimeter. Setiap calorimeter memilki
sifat khas dalam mengukur kalor. Ini terjadi karena komponen-komponen alat
calorimeter sendiri (wdah logam, pengaduk, dan thermometer) menyerap kalor,
sehingga tidak semua kalor yang terjadi terukur. Oleh karena itu, jumlah kalor
yang diserap oleh calorimeter, biasa juga disebut tetapan (kapasitas, k) perlu
diketahui terlebih dahulu ( Tim Dosen Kimia Fisik, 2010: 2).
Alat paling penting unyuk mengukur u adalah calorimeter bamodiabatik.
Perubahan keadaan yang dapat berupa reaksi kimia berawal di dalam wadah yang
bervolume tetap disebut bom. Bom tersebut direndam dalam air berpengaduk dan
keseluruhan alat itulah yang disebut calorimeter. Calorimeter itu juga direndam
dalam bak air luar. Temperature air dalam calorimeter dan di dalam bak luar
dipantau dan diatur sampai nilanya sama. Hal ini dilakukan untuk memastikan
tidak ada kalor yang hilang sedikitpun dari calorimeter ke lingkungannya (bak
air). Sehingga calorimeter tersebut adiabatic (Atkins, 1999; 99)
Penyerapan atau pelepasan kalor yang menyertai suatu reksi dapat diukur
secara eksperimen. Dikenal beberapa macam kalor reaksi, bergantung pada tipe
reaksinya, diantaranya adalah kalor netralisasi, kalor pembentukan, kalor
penguraian dan kalor pembakaran ( Tim Dosen Kimia Fisik, 2010: 1).
Suatu proses dapat berlangsung pada volume tetap, kalor yang menyertai
proses tersebut merupakan perubahan energy dalam, sedangkan pada tekanan
tetap adalah perubahan entalpi. Eksperimen di laboratorium lebih banyak
dilakukan pada tekanan tetep sehingga kalor yag dihasilkan merupakan perubahn
entalpi (Rahman, 2004).
Hubungan kedua bebesaran tersebut pada tekanan tetap dinyatakan dengan
: H = U + PV
Dan untuk reksi yang berkaitan dengan perubahan jumlah mol gas dengan
asumsi gas ideal persamaan menjadi :
H = + RT
(Tim Dosen Kimia Fisik, 2010: 1 )
Menurut Anonim (2008), dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar
kecilnya kalor yang dibutuhkan untuk benda (zat) bergantung pada 3 faktor,
yaitu:
1. Massa zat
2. Jenis zat (kalor jenis)
3. Perubahan suhu
Q = m . c (t2 t1)
Dimana
E. Prosedur Kerja
a. Penentuan Tetapan Kalorimeter
1. Memasukkan 50 ml air ke dalam kalorimeter dengan gelas ukur.
Mencatat temperaturnya
2. Menyiapkan 50 ml air panas dalam gelas kimia yang suhunya 40 oC
3. Memasukkan 50 ml air panas ke dalam calorimeter yang berisi air
dingin tepat pada waktu menit ke enam.
4. Mencatat suhu air dalam calorimeter setiap 1 menit sambil terus di aduk
5. Mencatat suhu hingga diperoleh suhu relative tetap
6. Membuat kurva hubungan antara waktu dengan suhu untuk memperoleh
suhu campuran yang tepat
b. Penentuan kalor pelarutan Integral CuSO4 dan CuSO4.5H2O
1. Menimbang secara kasar 10 gram Kristal Cuso4 . 5H2O
2. Menempatkan Kristal tersebut dalam mortar dan Alu
3. Menghancrkan sampai di dapat serbuk halus
4. Menimbang secara teliti 5 gram Kristal tersebut dengan neraca analitik
5. Menyiapkan calorimeter (yang telah ditentukan tetapannya). Kemudian
memasukkan 100 ml aquades
6. Mencatat suhu setiap 1 menit selama 5 kali pembacaan
7. Menambahkan serbuk halus Cuso4 . 5H2O yang telah di ketahui pasti
massanya ke dalam calorimeter dan mengaduknya terus.
8. Mencatat suhu saat Kristal ditambahkan, lalu di lanjutkan dengan
pembacaan suhu setiap 1 menit sampai di peroleh suhu yang relative
tetap
9. Memanaskan 5 gram Kristal halus Cuso4 . 5H2O sisa percobaan
sebelumnya.
10. Mengaduk secara perlahan-lahan sampai semua hidratnya menguap
seluruhnya di tandai dengan berubahnya warna serbuk dai biru menjai
putih.
11. Menyimpan serbuk dalam eksikator sampai dingin.
12. Dengan menggunakan Cuso4 anhidrat, mengulangi langkah 4-8
F. Hasil Pengamatan
a) Penentuan Tetapan Kalorimeter
Volume air dingin = 50 ml
Volume air panas = 50 ml
Suhu air panas = 40 oC
Menit ke- Suhu air dingin (oC Menit Ke- Suhu Campuran (oC)
1 28,5 6 34
2 28,5 7 34
3 28,5 8 33,5
4 28 9 33,5
5 28 10 33
- - 11 33
- - 12 33
G. Analisis Data
a) Penentuan Tetapan Kalorimeter
Dik : Vair dingin = 50 mL
Vair panas = 50 mL
Tair panas = 40 oC = 313 K
Tair dingin = 28 oC = 301 K
Tcampuran = 33 oC = 306 K
Dit : K?
Peny :
m air panas = m air dingin = x V
= 1 g/mL x 50 mL
= 50 gram
1 (2 ) 2 ( 1)
=
50 4,2 (313 306) 50 (306 301)
=
306 301
1470 1050
=
5
420
= = 84
5
b) Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4.5H2O
Dik : Tair dingin = 28 oC = 301 K
Tcampuran = 28 oC = 301 K
Vair = 100 mL
air = 1 gram/mL
Mr CuSO4.5H2O = 246 gram/mol
m CuSO4.5H2O = 5 gram
Dit : H1 CuSO4.5H2O?
Peny :
5
n CuSO4.5H2O = = = 0,0203
246
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Kimia Fisik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1. Makassar :
Laboratorium Kimia, FMIPA, UNM.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Q1 = m c (Tc-T1)
Q2 = m c (T2-Tc)
dt = Tc-T1
2+1 2 (2) 1 (1)
K= =
2. Kegunaan nilai K adalah untuk mengetahui sejumlah kalor yang diserap oleh
calorimeter
3. Suhu awal T1 (suhu air dingin)
Suhu akhir Tc (suhu campuran)
4. H = k. T dimana k = J/K
5. Nilai k dalam percobaan = 84 J/K
6. Kalor integral pelarutan CuSO4.5H2O = 0 kJ/mol
Kalor integral pelarutan CuSO4 = 1,6 kJ/mol
7. Kalor pelarutan CuSO4 menjadi CuSO4.5H2O adalah 1,69 kJ/mol
8. Factor-faktor yang mempengaruhi hasil percobaan adalah pengadukan, jenis
calorimeter dan kualitas CuSO4.5H2O