Anda di halaman 1dari 16

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Anorganik dengan judul Penentuan Kalor


Reaksi disusun oleh :
Nama : Rizal
NIM : 081304044
Kelas :B
Kelompok : VIII
Telah diperiksa oleh asisten dan coordinator asisten dan dinyatakan diterima.

Makassar, Juni 2010


Koordinator Asisten Asisten

Muh. Saaid BL, S.Si. Herawati

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Jusniar, S.Pd., M.Pd.


A. Judul Percobaan
Penentuan Kalor Reaksi

B. Tujuan Percobaan
Menentukan kalor pelarutan integradi CuSO4 dan CuSO4.5H2O dengan
menggunakan kalorimeter sederhana

C. Landasan Teori
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang
menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau bentuk wujudnya. Kalor berbeda
dengan suhu, karena suhu adalah ukuran dalam suatu derajat panas. Kalor
merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas balik yang diserap maupun
dilipaskan oleh suatu benda (Anonim, 2006).
Kalor, q dapat diartikan sebagai energy yang dipindahkan melalui batas-
batas system, sebagian besar akibat dari adanya perbedaan suhu antara system
dan lingkungan. Menurut perjanjian, q dihitung sebagai positif jika kalor masuk
system dan negative jika kalor keluar system (Achmad, 2001; )
Kalor didefenisikan sebagai energy panas yang dimiliki oleh suatu zat.
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda
yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi, maka kalor
yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya
rendah, maka kalor yang dikandung sedikit (Anonim, 2008)
Kalor adalah jumlah energi yang dipindahkan dari suatu benda atau tubuh
kepada benda lain akibat suatu perbedaan suhu diantara mereka. Kalor (Q)
dinyatakan dalam satuan energi dalam Joule (J) menurut satuan SI. Kalor
umumnya dinyatakan dalam satuan kalori (kal) yaitu suatu kalori adalah jumlah
kalor yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 gram air sebanyak 1 K atau 1
o
C suhu kamar (293 K). Kapasitas kalor adalah jumlah energi kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu sejumlah zat tertentu sebesar 1 K atau 1 oC.
Jumlah kalor (Q) yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat yang
diketahui oleh dari sembarang suhu awal (Ti) sampai sembarang suhu akhir (Tf)
dapat ditentukan melalui pemahaman persamaan kalor :
Qkalor = m c T\
M adalah massa benda, C adalah kapasitas kaor spesifik dari zat tertentu dan T
adalah perubahan suhu. Panas juga merupakan salah satu bentuk energi dan
perubahan bentuk akibat panas akan sama dengan yang diakibatkan olehnya.
Sebagaimana tarikan gravitasi, potensial listrik, panas juga mengalir dari
temperature yang lebih tinggi ke yang lebih rendah kecuali jika kerja dilakukan
terhadap system (Anonim, 2010).
Perubahan kalor yang terjadi pada reaksi kimia maupun proses fisik dapat
diukur dengan suatu alat yang disebut calorimeter. Setiap calorimeter memilki
sifat khas dalam mengukur kalor. Ini terjadi karena komponen-komponen alat
calorimeter sendiri (wdah logam, pengaduk, dan thermometer) menyerap kalor,
sehingga tidak semua kalor yang terjadi terukur. Oleh karena itu, jumlah kalor
yang diserap oleh calorimeter, biasa juga disebut tetapan (kapasitas, k) perlu
diketahui terlebih dahulu ( Tim Dosen Kimia Fisik, 2010: 2).
Alat paling penting unyuk mengukur u adalah calorimeter bamodiabatik.
Perubahan keadaan yang dapat berupa reaksi kimia berawal di dalam wadah yang
bervolume tetap disebut bom. Bom tersebut direndam dalam air berpengaduk dan
keseluruhan alat itulah yang disebut calorimeter. Calorimeter itu juga direndam
dalam bak air luar. Temperature air dalam calorimeter dan di dalam bak luar
dipantau dan diatur sampai nilanya sama. Hal ini dilakukan untuk memastikan
tidak ada kalor yang hilang sedikitpun dari calorimeter ke lingkungannya (bak
air). Sehingga calorimeter tersebut adiabatic (Atkins, 1999; 99)
Penyerapan atau pelepasan kalor yang menyertai suatu reksi dapat diukur
secara eksperimen. Dikenal beberapa macam kalor reaksi, bergantung pada tipe
reaksinya, diantaranya adalah kalor netralisasi, kalor pembentukan, kalor
penguraian dan kalor pembakaran ( Tim Dosen Kimia Fisik, 2010: 1).
Suatu proses dapat berlangsung pada volume tetap, kalor yang menyertai
proses tersebut merupakan perubahan energy dalam, sedangkan pada tekanan
tetap adalah perubahan entalpi. Eksperimen di laboratorium lebih banyak
dilakukan pada tekanan tetep sehingga kalor yag dihasilkan merupakan perubahn
entalpi (Rahman, 2004).
Hubungan kedua bebesaran tersebut pada tekanan tetap dinyatakan dengan
: H = U + PV
Dan untuk reksi yang berkaitan dengan perubahan jumlah mol gas dengan
asumsi gas ideal persamaan menjadi :
H = + RT
(Tim Dosen Kimia Fisik, 2010: 1 )
Menurut Anonim (2008), dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar
kecilnya kalor yang dibutuhkan untuk benda (zat) bergantung pada 3 faktor,
yaitu:
1. Massa zat
2. Jenis zat (kalor jenis)
3. Perubahan suhu

Sehingga secara metamatis dapat di rumuskan :

Q = m . c (t2 t1)

Dimana

Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)


M adalah massa benda (kg)
C adalah kalo jenis (j/kgOC)
(t1-t2) adalah perubahan suhu (OC)
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan
suhu benda sebesar 1 OC sedangkan kalor jenis adalah banyaknya kalor yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 OC (Anonim, 2008)
Selain kalor reaksi, penyerapan atau pelepasan kalor dapat terjadi pada
proses-proses fisik. Diantaranya adalah pada proses pelarutan suatu zat di dalam
pelarutnya, atau penambahan zat terlarut ke dalam zat pelarut (Tim Dosen Kimia
Fisik, 2010; 1).
Ada dua panas pelarutan yaitu panas pelarutan integral dan panas pelarutan
deferensial. Panas pelarutan integral didefenisikan sebagai perubahan entalpi jika
suatu mol zat dilakukan dalam n mol pelarut. Panas pelarutan diferensial
didefenisikan sebagai perubahan antalpi jika suatu mol zat terlarut dilarutkan
dalam jumlah larutan tak terhingga, sehingga konsentrasinya tidak berubah
dalam penambahan 1 mol zat terlarut. Secara matematik didefenisikan

sebagaimn , yaitu perubahan panas diplot sebagai jumlah mol zat terlarut

dan panas pelarutan diferensial dapat diperoleh dengan mendapatkan kemiringan


tergantung pada konsenterasi larutan (Dogra, 1984; 336-337).

D. Alat dan Bahan


a) Alat
1. Calorimeter 1 buah
2. Termometer 1 buah
3. Mortar dan Alu 1 buah
4. Gelas kimia 500 mL 1 buah
5. Gelas kimia 100 mL 1 buah
6. Gelas kimia 50 mL 1 buah
7. Gelas ukur 100 mL 1 buah
8. Batang pengaduk 1 buah
9. Lampu spirtus 1 buah
10. Kassa abses dan kaki tiga 1 buah
11. Botol semprot 1 buah
12. Nerasa digital
13. Cawan penguap 1 buah
14. Oven
b) Bahan
1. Aquades
2. CuSO4
3. CuSO4.5H2O
4. Tissue

E. Prosedur Kerja
a. Penentuan Tetapan Kalorimeter
1. Memasukkan 50 ml air ke dalam kalorimeter dengan gelas ukur.
Mencatat temperaturnya
2. Menyiapkan 50 ml air panas dalam gelas kimia yang suhunya 40 oC
3. Memasukkan 50 ml air panas ke dalam calorimeter yang berisi air
dingin tepat pada waktu menit ke enam.
4. Mencatat suhu air dalam calorimeter setiap 1 menit sambil terus di aduk
5. Mencatat suhu hingga diperoleh suhu relative tetap
6. Membuat kurva hubungan antara waktu dengan suhu untuk memperoleh
suhu campuran yang tepat
b. Penentuan kalor pelarutan Integral CuSO4 dan CuSO4.5H2O
1. Menimbang secara kasar 10 gram Kristal Cuso4 . 5H2O
2. Menempatkan Kristal tersebut dalam mortar dan Alu
3. Menghancrkan sampai di dapat serbuk halus
4. Menimbang secara teliti 5 gram Kristal tersebut dengan neraca analitik
5. Menyiapkan calorimeter (yang telah ditentukan tetapannya). Kemudian
memasukkan 100 ml aquades
6. Mencatat suhu setiap 1 menit selama 5 kali pembacaan
7. Menambahkan serbuk halus Cuso4 . 5H2O yang telah di ketahui pasti
massanya ke dalam calorimeter dan mengaduknya terus.
8. Mencatat suhu saat Kristal ditambahkan, lalu di lanjutkan dengan
pembacaan suhu setiap 1 menit sampai di peroleh suhu yang relative
tetap
9. Memanaskan 5 gram Kristal halus Cuso4 . 5H2O sisa percobaan
sebelumnya.
10. Mengaduk secara perlahan-lahan sampai semua hidratnya menguap
seluruhnya di tandai dengan berubahnya warna serbuk dai biru menjai
putih.
11. Menyimpan serbuk dalam eksikator sampai dingin.
12. Dengan menggunakan Cuso4 anhidrat, mengulangi langkah 4-8

F. Hasil Pengamatan
a) Penentuan Tetapan Kalorimeter
Volume air dingin = 50 ml
Volume air panas = 50 ml
Suhu air panas = 40 oC
Menit ke- Suhu air dingin (oC Menit Ke- Suhu Campuran (oC)
1 28,5 6 34
2 28,5 7 34
3 28,5 8 33,5
4 28 9 33,5
5 28 10 33
- - 11 33
- - 12 33

b) Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4.5H2O


Volume air dingin = 100 ml
Massa CuSO4.5H2O = 5 gram
Menit ke- Suhu air dingin (oC Menit Ke- Suhu Campuran (oC)
1 28,5 6 28
2 28 7 28
3 28 8 28
4 28 9 28
5 28 10 28

c) Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4 anhidrat


Volume air dingin = 100 ml
Massa CuSO4.5H2O = 5 gram
Menit ke- Suhu air dingin (oC Menit Ke- Suhu Campuran (oC)
1 28 6 29
2 28 7 29
3 28 8 29
4 28 9 28,5
5 28 10 28,5
- - 11 28,5
- - 12 28,5

G. Analisis Data
a) Penentuan Tetapan Kalorimeter
Dik : Vair dingin = 50 mL
Vair panas = 50 mL
Tair panas = 40 oC = 313 K
Tair dingin = 28 oC = 301 K
Tcampuran = 33 oC = 306 K
Dit : K?
Peny :
m air panas = m air dingin = x V
= 1 g/mL x 50 mL
= 50 gram

1 (2 ) 2 ( 1)
=


50 4,2 (313 306) 50 (306 301)
=
306 301
1470 1050
=
5
420
= = 84
5
b) Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4.5H2O
Dik : Tair dingin = 28 oC = 301 K
Tcampuran = 28 oC = 301 K
Vair = 100 mL
air = 1 gram/mL
Mr CuSO4.5H2O = 246 gram/mol
m CuSO4.5H2O = 5 gram
Dit : H1 CuSO4.5H2O?
Peny :
5
n CuSO4.5H2O = = = 0,0203
246

Kalor yang diserap calorimeter (Q1)


Q1 = K x T
= 84 J/K x O K
= 0 J/K
Kalor yang diserap air (Q2)
Q2 = m c T
= 100 gram x 4,2 J/g.K (0)
= 0J
Kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O (H1)
1+2 0+0
H1 = = = 0 /
4.52 0,0203

c) Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4 anhidrat

Dik : Tair dingin = 28 oC = 301 K


Tcampuran = 28,5 oC = 301,5 K
Vair = 100 mL
air = 1 gram/mL
Mr CuSO4 = 161 gram/mol
m CuSO4.5H2O = 5 gram
Dit : H1 CuSO4 anhidrat?
Peny :
5
n CuSO4 = = = 0,0310
161

Kalor yang diserap calorimeter (Q1)


Q1 = K x T
= 84 J/K x O,5 K
= 42 J
= 0,042 kJ
Kalor yang diserap air (Q2)
Q2 = m c T
= 5 gram x 4,2 J/g.K (0,5 K)
= 10,5 J
= 0,0105 kJ
Kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat (H2)
1+2 (0,042 + 0,0105)
H2 = = = 1,69
4 0,0310

d) Berdasarkan hukum Hess


CuSO4.5H2O(s) H1 CuSO4(s) + 5H2O
H3 H2
CuSO4.5H2O(l)
H3 = H2 - H1
= 1,69 kJ/mol 0
= 1,69 kJ/mol
H. Pembahasan
Pada percobaan ini, digunakan Kristal CuSO4.5H2O dan CuSO4 anhidrat
untuk menentukan H3 H2O (kalor integral dari CuSO4.5H2O dan CuSO4
anhidrat), dimana kalor pelarutan integral merupakan kalor yang diserap dan
dilepaskan ketika satu mol zat (CuSO4.5H2O dan CuSO4 anhidrat) dilarutkan
dalam n mol pelarut.
Langkah pertama yang harus dilakukan pada percobaan ini adalah
menentukan tetapan calorimeter (K), karena alat yang digunakan untuk
menentukan perubahan kalor adalah calorimeter. Etatpan calorimeter perlu
dilakukan karena adanya sejumlah kalor yang diserap oleh calorimeter (wadah,
thermometer, pengaduk) sehingga tidak semua perubahan suhu dapat diukur.
Pada percobaan selanjutnya, Kristal CuSO4.5H2O yang akan ditentukan
kalor pelarutan integralnya, dilarutkan dengan 100 mL aquadest di dalam
calorimeter. Selama proses pelarutan yang harus diperhatikan adalah perubahan
suhu larutan, dimana suhu larutan dibaca setiap menit sampai diperoleh suhu
yang konstan. Perlunya ditentukan suhu larutan konstan adalah untuk
memudahkan dalam perhitungan harga kalor yang diserap atau dilepas karena
jika suhunya tidak konstan maka akan sulit untuk menentukan suhu mana yang
akan digunakan dalam perhitungan. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah
larutan harus terus diaduk di dalam calorimeter agar semua Kristal CuSO4.5H2O
benar-benar larut dan tidak mengendap.
Adapun pada penentuan kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat, hal
pertama yang dilakukan adalah memanaskan Kristal CuSO4.5H2O dalam oven
sampai Kristal berubah warna dari biru menjadi putih. Perubahan warna tersebut
menandakan bahwa air yang terikat pada Kristal telah menguap. Selanjutnya
Kristal anhidrat tersebut dilarutkan dengan aquadest di dalam calorimeter,
mengamati perubahan suhu yang terjadi saat Kristal mulai dimasukkan sampai
diperoleh suhu yang konstan
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh harga tetapan calorimeter (K)
sebesar 84 J/K yang berarti bahwa calorimeter menyerap sebesar 84 J kalor tiap
kenaikan suhu satu Kelvin. Adapun harga kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O
adalah 0 (nol) yang disebabkan karena pada saat sebelum dan setelah
penambahan Kristal CuSO4.5H2O kedalam calorimeter, suhu larutan tetap sama
sehingga tidak ada perubahan suhu (T=0). Sedangkan harga kalor pelarutan
CuSO4 anhidrat sebesar 1,6 kJ/mol yang berarti bahwa dalam setiap mol zat
terlarut yang dilarutkan dalam satu mol pelarut system menyerap kalor sebesar
1,6 kJ
Dengan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan hukum hess,
diperoleh nilai pelarutan CuSO45H2O menjadi CuSO4 sebesar 1,9 kJ/mol.
Adapun reaksinya :
CuSO45H2O(s) CuSO4(l) + 5H2O(aq)
Nilai H yang positif menandakan bahwa reaksi yang terjadi berlangsung
secara endoterm atau kalor berpindah dari lingkungan ke system.

I. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
1) Nilai tetapan calorimeter pada percobaan ini adalah 84 J/K
2) Kalor pelarutan integral CuSO45H2O adalah 0 kJ/mol yang artinya tidak
terjadi pelepasan ataupun penyerapan kalor
3) KAlor pelarutan ntegral CuSO4 anhidrat adalah 1,6 kJ/mol yang berarti
dibutuhkan kalor sebesar 1,6 kJ untuk melarutkan tiap mol CuSO4
anhidrat.
4) Kalor pelarutan CuSO4 menjadi CuSO45H2O sebesar 1,69 kJ/mol
b. Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti dan focus pada saat melakukan
praktikum agar hadil yang diperoleh dapat lebih baik dan diaharapkan
kepada asisten untuk memberikan pemahaman kepada praktikan tentang
prosedur kerja sebelum praktikum dimulai.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, hiskia. 2001. Stoikiometri Energetika Kimia. Bandung : PT Citra Aditya


Bakti.

Anonim. 2006. Pengertian/Definisi Kalor dan Teori Kalor Umum Dasar.


Http://organisasi.org/pengertian-definisi-kalor-dan-teori-kalor-umum-dasar-
kuantitas-jumlah-panas/ diakses pada 14 April 2010.

Anonim. 2010. Kalorimeter Larutan. http://id.wikipedia.org/wiki/kalorimeter/ diakses


pada 13 April 2010.
Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisik Edisi Keenam Jilid Keempat. Jakarta : Erlangga.

Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta : UI-Press.

Rohman, Ijang. 2004. Kimia Fisik I. Malang : JICA.

Tim Dosen Kimia Fisik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1. Makassar :
Laboratorium Kimia, FMIPA, UNM.
JAWABAN PERTANYAAN

1. Q1 = m c (Tc-T1)
Q2 = m c (T2-Tc)
dt = Tc-T1
2+1 2 (2) 1 (1)
K= =

2. Kegunaan nilai K adalah untuk mengetahui sejumlah kalor yang diserap oleh
calorimeter
3. Suhu awal T1 (suhu air dingin)
Suhu akhir Tc (suhu campuran)
4. H = k. T dimana k = J/K
5. Nilai k dalam percobaan = 84 J/K
6. Kalor integral pelarutan CuSO4.5H2O = 0 kJ/mol
Kalor integral pelarutan CuSO4 = 1,6 kJ/mol
7. Kalor pelarutan CuSO4 menjadi CuSO4.5H2O adalah 1,69 kJ/mol
8. Factor-faktor yang mempengaruhi hasil percobaan adalah pengadukan, jenis
calorimeter dan kualitas CuSO4.5H2O

Anda mungkin juga menyukai