Anda di halaman 1dari 13

Kuliah FK

IP Kulit dan Kelamin

D E R MAT OT E RAPI

Dermatoterapi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pengobatan penyakit kulit.


Para dokter ahli kulit mengobati penderita dengan obat atau cara pengobatan yang berbeda-
beda tergantung dari penyakit, keadaan kulit dan variasi individu, karenanya ilmu ini
merupakan suatu seni.

Jenis terapi yang digunakan dalam pengobatan penyakit kulit :

1. Medikamentosa : a. topikal
b. sistemik

2. Bedah kulit : a. bedah skapel untuk berbagai tumor


b. bedah listrik menggunakan elektrokauter misalnya untuk
veruka vulgaris (kutil)
c. bedah kimia misalnya penggunaan podofilin untuk
kondiloma akuminata
d. bedah beku dengan menggunakan CO2 padat atau
nitrogen cair untuk neurofibroma

3. Penyinaran : a. Radioterapi (oleh radiolog) misalnya untuk basalioma


b. Sinar UV misalnya untuk psoriasis
c. Sinar laser misalnya untuk hemangioma

4. Psikoterapi : misalnya untuk penderita neurodermatitis, dikombinasikan


dengan terapi medikametosa

TERAPI M EDIKAMETO SA

Dalam mengobati seorang penderita penyakit kulit, dianut prinsip-prinsip umum, dan
juga berlaku prinsip khusus untuk pemberian obat topikal.

Prinsip umum :

1. Perhatikan penderita secara keseluruhan, somatis & psikis.


2. Berikan kesempatan pada alam untuk menyembuhkan penyakit tsb, obat yang
diberikan bertujuan membantu penyembuhan oleh alam.
3. Segi fisiologi, patologi, biokimia dan anatomi kulit perlu diperhatikan.
4. Kuasai Materia Medica
5. Perhatikan farmasi dan farmakologi obat-obatan, misalnya sinergisme, efek samping
dan toksisitas obat.
6. Terapi yang baik adalah terapi kausal.
7. Berikan obat sesederhana mungkin, untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.
Campuran obat yang pelik akan mempersulit apotik dalam pembuatannya.
8. Individualisasi
9. Perhatikan segi ekonomi penderita.

Prinsip khusus :

1. Pemilihan vehikulum tergantung pada :


a. stadium/gambaran klinis penyakit
- obat topikal yang diberikan diubah sesuai dengan perjalanan penyakitnya :
- pada stadium akut (eritema/edem/basah) kompres
- subakut (eritem +/-, tidak basah, tidak edem) berikan krem, bedak kocok,
bedak, pasta.
- Stadium kronik/kering berikan obat dalam bentuk salep.

b. distribusi dan lokalisasi penyakit.


- misalnya salep tidak untuk kelainan kulit yang generalisata (kecuali salep 2-4
untuk scabies), tidak boleh digunakan untuk kulit kepala berambut, untuk
daerah lipatan boleh diberikan pada waktu penderita istirahat malam hari.

c. efek yang diinginkan


- misalnya digunakan kompres untuk membersihkan

2. Makin akut/produktif penyakit kulitnya, makin rendah konsentrasi bahan aktif yang
digunakan.
3. Beri penjelasan kepada penderita mengenai cara pemakaian obat dan cara
membersihkannya.
4. Hindarkan pemberian obat topikal yang bersifat sensitizer : misalnya mengandung
penisilin, tetrasiklin, sulfa, antihistamin.
5. Batasi obat yang tidak stabil atau tidak dapat disimpan lama misalnya larutan
permanganas kalikus (KmnO4)

OBAT TOPIKAL

Obat topikal terdiri atas vehikulum yaitu bahan dasar obat pembawa zat aktif (bersifat
inert), dan kedalamannya (tidak selalu) dapat ditambahkan bahan aktif, zat pewangi, zat
pewarna, dll.

Jenis-jenis vehikulum :
Bedak

Lotion
Pasta
Pasta pendingin

Cairan Salep
Krim

O/W W/O

1. Vehikulum monofasik (dasar) : a. cairan


b. bedak
c. salep

2. Vehikulum bifasik (campuran 2 macam vehikulum dasar)


a. bedak + cairan : bedak kocok/bedak basah/lotion
b. Salep + cairan : krim O/W dan W/O
c. Bedak + salep : pasta

3. Vehikulum trifasik : pasta pendingin (bedak + cairan + salep)

1. BEDAK

Bedak (powder) digunakan karena sifat fisiknya, karena itu bedak yang dipakai umumnya
yang bersifat inert.
Contoh bedak : - Oxydum zincicum - Titanium dioxida (Ti02)
- Talcum venetum - Magnesium stearat

a. Sifat bedak : 1. mempunyai covering power daya penutup


2. daya melekat
3. slipping power melicinkan misalnya penggunaan pada daerah
lipatan
4. daya absorbsi - daya menghisap air (keringat) dan lemak (sebum)
5. daya mendinginkan.

Selain sifat-sifat tadi, bedak juga dapat bersifat anti bakteri, anti mikotik, anti pruritus
dll, tergantung bahan aktif yang ditambahkan kedalamnya.

b. Indikasi : * lesi kering


* lesi superfisial
* lesi vesikobulosa akut (agar kering & tidak pecah)

c. Kontra indikasi : penyakit kulit dermatosa yang basah terutama yang eksudatif (pus +
bedak krusta).

d. Cara pemakaian : boleh ditaburkan, boleh memakai spons./kapas.

2. CAIRAN

Bila digunakan air sebagai pelarut maka bahan tsb disebut larutan atau solusio, sedangkan
bila digunakan alkohol sebagai pelarut, maka disebut tingtura.
a. Sifat cairan : 1. Membersihkan missal eksudat, skuama, krusta.
2. Mengeringkan dengan kompres terbuka
3. Protektif
4. Mendinginkan pada radang akut
5. Memanaskan dengan kompres tertutup
6. Epitelialisasi
7. Anti pruritus

Selain itu, cairan dapat bersifat antimikotik, anti septik, atau astringen tergantung bahan aktif
yang ditambahkan.
Contoh : bila bila diinginkan efek anti mikotik :
- larutan / Sol. Resolsinol %
- larutan / Sol. Gentian violet 3 %

Efek antiseptik :
- Sol. Acidum boricum (Boor Water) 3 %
- Sol. Permanganas kalicus 1/5000 - 1/10.000
- Sol. Rivanoli 1/1000
- Sol. Acid salysil 1/1000
Efek astringen :
- Sol. Nitras argenti 1/1000
- Sol. Permanganas kalicus 1/5000 1/10.000

b. Indikasi : dermatosa yang basah atau akut, misalnya erisipelas, dermatitis akut.
c.Kontra indikasi : kelainan kulit yang (sangat) kering.

d. Cara pemakaian : Berendam dan kompres terbuka / tertutup.


Berendam : penderita mandi berendam selama 30 manit (=balneotherapy =
terapi mandi secara berendam)
- Cara ini jarang dipakai di Indonesia : diperlukan 75-100 liter air dengan suhu 37-
38 C dan dilakukan 2-3 x/hari
Kompres terbuka : dengan menggunakan kain katun 3 lapis, celupkan kedalam
larutan obat di mangkuk, peras sedikit kemudian ditempelkan / dibelitkan pada
lesi. Setiap 5-10 menit kompres dibuka dan proses tersebut diulang terus menerus
selama 1-2 jam, 3-4x / hari.
Bila dermatosa luas (seluruh tubuh) , cara kompres boleh digunakan dengan tidak
melebihi 30 % (1/3) luas permukaan badan setiap kali dikompres.
Kompres tertutup : Seperti kompres terbuka, tetapi ditutup dengan bahan
impermeable selama 1 jam. Digunakan misalnya untuk abses.

3. SALEP

Salep ialah lemak atau bahan-bahan yang menyerupai lemak dengan konsistensi seperti
mentega pada suhu kamar. Minyak termasuk kedalam golongan ini.
Contoh : - lemak asli : adeps lanae, oleum arachidis
- lemak mineral : vaselin (album/flavum

a. Sifat salep : 1. menutupi


2. protektif (tidak ada penguapan)
3. melicinkan
4. penetratif salep dapat meningkatkan penetrasi bahan aktif.
5. memanaskan bila ditutup bahan impermeable

b. Indikasi : dermatosa yang kering /kronik

c. Kontra Indikasi : - dermatosa yang basah (bila permukaan kulitnya basah, salep
sukar kontak dengan kulit)
- daerah berambut
- daerah lipatan (kecuali istirahat malam)
d. Cara pemakaian : salep dioleskan dengan menggunakan jari atau spatel.
e. Cara membersihkan : salep dibersihkan 1x/hari dengan menggunakan kain yang
dibasahi minyak mineral / minyak tumbuh-tumbuhan.

4. BEDAK KOCOK

Bedak kocok adalah campuan bedak dengan cairan (suatu suspensi); agar stabil ditambahkan
suspending-agent misalnya glycerinum. Bedak kocok lebih melekat pada kulit
dibandingkan dengan bedak. Bedak yang digunakan tidak boleh melebihi 40 %.
Contoh R/ Talci veneti 20 %
Glycerini 15 %
Aqua ad 100

a. Sifat bedak kocok :


1. mendinginkan (sampai cairannya menguap).
2. anti pruritus (terutama alkohol)
3. mengeringkan

b. Indikasi : dermatosa yang agak luas / generalisata


c. Kontra indikasi :
a. dermatosa yang masih sangat produktif karena krusta yang terbentuk dari
partikel bedak dan serum akan melindungi berkembangnya
mikroorganisme dibawahnya.
b. Daerah berambut.
c. Dermatosa yang sangat kering.

d. Cara pemakaian : kocok dahulu bedak basah ketika akan digunakan, kemudian
dituangkan sedikit ke mangkuk. Oleskan obat dengan menggunakan kwas.

e. Cara membersihkan : bedak kocok dibersihkan 1 x/hari dengan cara merendam atau
mencucinya dengan air.

5. KRIM

Krim merupakan campuran lemak atau minyak dengan air. Terjadinya campuran ini dengan
bantuan emulgator.
Terdapat 2 jenis krim yaitu :
Krim O/W (minyak/salep dalam air : vanishing cream) disini fasa luar adalah
air; lemak hanya merupakan butir-butir di dalam air.
Krim W/O (air dalam minyak/salep : cold cream) fasa l;uar adalah lemak ; air
merupakan butir-butir di dalam lemak.

a. Sifat krim :
1. mendinginkan (ada air)
2. mengeringkan
3. penetrasi bahan aktif baik (ada lemak/salep)
b. Indikasi :
d. dermatosa sub akut
e. dermatosa yang luas
f. dapat untuk daerah berambut (O/W)
g. dapat untuk dermatosa yang kering (W/O)
h. obat-obat kosmetik

c. Kontra indikasi : dermatosa yang masih sangat produktif/basah

d. Cara pemakaian : seperti salep.

6. PASTA dan PASTA PENDINGIN

Pasta adalah campuran salep dengan bedak (bedak yang digunakan maksimun 40 %),
sedangkan pasta pendingin adalah campuran salep, bedak dan cairan.
Pasta sukar melekat pada kulit, dan bila telah digunakan, sukar pula membersihkannya.

a. Sifat : 1. protektif (menutupi)


2. mengeringkan (melalui fasa bedak)

b. Indikasi : - Dermatosa subakut yang tidak produktif.


c. Kontra indikasi :
i. dermatosa yang produktif
j. daerah berambut

d. Cara pemakaian :
Pasta dioleskan dengan spatel kayu pada kulit dan pada pembalutnya (kain katun),
kemudian dibalutkan. Tukar pembalut setiap 1-2 hari.

e. Cara membersihkannya :
Pasta dibersihkan dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi minyak mineral
atau minyak tumbuh-tumbuhan, atau dengan cara diremdam.
CATATAN :
Seperti telah disebutkan di atas, pemilihan vehikulum tergantung pada stadium/gambaran
klinis, distribusi dan lokalisasi dermatosa serta tergantung efek yang diinginkan.

Tabel : PEMILIHAN VEHIKULUM BERDASARKAN DISTRIBUSI/LOKALISASI

Lokalisasi Bedak Air Alkohol Salep B.kocok Pasta Krim


Generalisata + -* - - + - +
Kulit kepala - + + - - - +
Wajah, + + +# + + + +
Badan, ekstremitas + + + + + + +
Genitalia + + - - + - +
Daerah lipatan + + + +@ + - +

Keterangan : * kecuali untuk mandi + boleh dipakai


# kecuali kulit dekat mata - jangan dipakai
@ boleh bila tidur/istirahat

Bedak - boleh untuk semua lokasi kecuali kulit kepala berambut

Solutio - boleh untuk semua lokasi, boleh untuk terapi rendam


- tidak boleh digunakan untuk kompres seluruh tubuh, kecuali dilakukan
tidak melebihi 1/3 permukaan tubuh.

Tingtura - tidak untuk generalisata dan wajah (dekat mata iritasi)

Salep - tidak untuk generalisata kecuali skabies (salep 2-4)


- tidak untuk kulit kepala berambut dan genitalia
- boleh untuk lipatan kulit bila tidur / istirahat

B.kocok - dapat untuk generalisata


- tidak boleh digunakan untuk kulit kepala

Pasta - hanya untuk wajah, badan dan ekstremitas.

Krim - boleh digunakan untuk semua lokasi.


EFEK OBAT YANG DIINGINKAN

1. Protektif : salep, pasta, pasta pendingin, krim W/O


2. Absorptif : bedak, bedak kocok
3. Mengeringkan : cairan, bedak kocok
4. Penetrasi yang baik dan cepat : salep, krim, tingtura
5. Melemaskan kulit : (untuk kulit kering) salep, krim W/O
6. Membersihkan lesi : cairan
7. Mendinginkan : cairan, bedak kocok
8. Proteksi UV : bedak (Ti02)
9. Memanaskan : kompres tertutup

MATERIA MEDIKA DERMATOLOGIKA

A.BAHAN-BAHAN DASAR UNTUK VEHIKULUM

I. Cairan :

1. Air/aqua destilata digunakan pada larutan untuk kompres dan juga untuk bedak
kocok, pasta pendingin (PP), pasta dan emulsi .
2. Alkohol (etilalkohol)
* untuk tingtura/bedak kocok
* kadang-kadang ditambahkan pada larutan untuk kompres agar
penguapan dan pendinginan dipercepat
3. Glycerinum/glycerol/gliserin
merupakan cairan kental tidak berwarna, tidak berbau, manis, higroskopis.
Menstabilkan suspensi, dan sering ditambahkan untuk tingtura agar obat
lebih melekat pada kulit kepala.

II. Bedak :

1. Stearas zincicus dan stearas magnesicus (Zn/Mg stearast)


- serbuk yang sangat halus dengan berat jenis ringan
- untuk bedak, bedak kocok, pasta, PP
2. Talcum venetum (Mg silikat)
serbuk putih sangat halus, tidak larut dalam air
semua bedak kosmetik mengandung bahan ini
untuk bedak, bedak kocok, pasta, PP
3. Oxydum zincicum
serbuk putih tidak larut dalam air
efek : antipruritik lemah, astringen, antiseptik.

III. Lemak / Minyak.

1. Minyak / lemak asli


a. Adeps lanae lemak dari bulu domba
sangat mudah mengikat air, lengket pada kulit
disebut lanolin bila sudah dicampur 25-27 % air

b. Oleum arachidis (minyak kacang)


untuk membersihkan pasta dari kulit
untuk campuran pasta, PP, krim

c. Oleum Iecoris aselli (minyak ikan, levertraan)


minyak kental, kuning muda berbau
mengandung banyak vit. A dan D, mempunyai daya epitelialisasi
yang baik, digunakan pada luka bakar.

2. Lemak mineral
Vaselin : berasal dari destilasi minyak tanah
- vaselin flavum berwarna kuning
vaselin album berwarna putih, berasal dari vaselin flavum yang telah
dihilangkan warna kuningnya.
Vaselin album dapat mengikat air sampai 30 %

B. BAHAN-BAHAN DENGAN DAYA SPESIFIK

d. Bahan-bahan yang sering digunakan sebagai obat kompres :

1. Acidum boricum
kristal putih
sukar larut dalam air dingin, mudah dalam air panas
bentuk obat : solutio acidi borici 1-3 % untuk kompres, juga dipakai
dalam salep, krim, pasta, PP.
efek : astringen, antiseptik lemah.

2. Permanganas kalicus / kalium permanganas (KMn04)


kristal ungu tua
mudah larut dalam air (1:19)
bentuk obat : larutan 1:5000-10.000 untuk kompres dalam keadaan segar,
karena akan bereaksi dengan udara.
Efek : antiseptik, astringent.

3. Rivanol
serbuk kuning
larut dalam air (1:15)
bentuk obat solutio rivanoli 0,5- 1 permil untuk kompres
bentuk lain: bedak, bedak kocok, salep, pasta, PP.

e. bahan-bahan yang sering digunakan untuk penyakit jamur :

1. Acidum benzoicum
kristal kuning sampai coklat
sukar larut dalam air, mudah larut dalam minyak/alkohol.
Bentuk : krim, salep
Efek : antimikotik (anti jamur)
Campuran asam benzoat (6-12 %) dengan asam salisilat (3-6% yang
bersifat keratolitik), dikenal sebagai unguentum Whitfield, digunakan
untuk dermatofitosis.

2. Gentian violet
berwarna ungu
mudah larut dalam air / alkohol
bentuk larutan 3 % atau tingtura 0,5-2 %
efek : antimikotik terutama untuk kandidiasis, stomatitis dan penyakit
jamur intertriginosa

3. Acidum undecylenicum
cairan berwarna kuning
bentuk krim / salep
efek : antimikotik

4. Thiosulfas natricus
kristal tidak berwarna, berbau belerang
sangat mudah larut dalam air (1 gram dalam 0,64 ml air)
efek : antimikotik untuk tinea versikolor biasanya lar 25 %

f. Bahan-bahan yang digunakan untuk skabies :

1. Benzoas benzylicus / benzyl benzoat


cairan berbau tidak berwarna
tidak larut dalam air, larut dalam alkohol/minyak
bentuk : emulsi 10-25 %
efek : skabisida, pedikulosida, repellent nyamuk.

2. Gamma benzena hexachlorida / gamexan


bentuk : krem, salep, bedak 0,5 1%
efek : skabisida, pedikulosida, repellent.

g. Bahan-bahan yang sering digunakan pada bedah kimia

1. Acidum trichloroaceticum
kristal tidak berwarna, higroskopis, bau mirip cuka.
efek : kaustik pada veruka, xanthelasma

2. Podophyllinum / podofilin
serbuk kuning, tidak larut dalam air, larut dalam alkohol
efek : kaustik, digunakan dalam konsentrasi 25 %
h. Lain-lain

1. Sulphur
berwarna kuning, berbau belerang
bentuk : salep, krim, bedak kocok
efek : mengurangi kegiatan kelenjar sebasea : untuk akne
antiseptik, antimikotik, skabisida.

2. Camphora
kristal putih, berbau, hampir tridak larut dalam air.
efek : antipruritik

3. Menthol
kristal putih, berbau, hampir tidak larut dalam air
efek : antipruritik dan mendinginkan

4. Vioform.
serbuk kuning
efek : antiseptik, antimikotik, digunakan juga untuk dermatitis seboroik

5. Antibiotika
jangan digunakan yang bersifat sensitizer
sebaiknya digunakan obat yang jarang digunakan secara sistemik
dapat dipakai : gramisidin, neomisin, basitrasin, polimiksin

ANTIHISTAMIN DAN KORTIKOSTEROID

Antihistamin dan kortikosteroid merupakan obat yang sering digunakan secara


sistemik pada pengobatan penyakit kulit. Namun untuk pengobatan topikal, antihistamin
jarang sekali digunakan, karena golongan obat ini dapat menimbulkan dermatitis
kontak/fotokontak.
Antihistamin bekerja sebagai competitive inhibitor terhadap histamin pada organ
target. Antihistamin tidak dapat bereaksi dengan histamin, dan tidak dapat menghambat
pembentukan maupun pelepasan histamin.

Tabel : Klasifikasi antihistamin H1.

1. Golongan etilendiamin - Contoh : - tripelenamin


2. Golongan fenotiazin - prometazin / fenergan
3. Golongan alkilamin - klorfeniramin / klortrimeton
4. Golongan piperazin - meklizin
5. Golongan etanolamin - difenhidramin

Selain obat tersebut diatas, terdapat antihistamin generasi baru yang bersifat non sedasi &
:long acting, misalnya loratadin, setirizin, fexofenadin, dll; golongan ini selain tidak
mempunyai efek samping mengantuk, juga pada umumnya dimakan dengan dosis tunggal.
Kortikosteroid (KS) topikal terdiri atas beberapa golongan berdasarkan potensinya
(lihat tabel). Untuk pemberian KS terutama pada pemberian jangka panjang harus diingat
efek samping lokal ataupun sistemik yang mungkin timbul. Walaupun kita hanya
memberikan KS topikal, tetap dapat memberikan efek samping sistemik. Umumnya makin
poten steroid yang digunakan, efek sampingnyapun mudah timbul.
Makin muda usia penderita, makin rendah potensi dan konsentrasi obat yang kita
berikan, karena pada usia muda, penyerapan obat relatif lebih banyak dan efek
samping obat lebih mudah terjadi.
Selain faktor umum, ketebalan kulit di berbagai bagian badan tidak sama, pada
kulit yang tipis misalnya kulit wajah, penyerapan obat lebih tinggi, sehingga
potensi dan konsentrasi obat topikal yang digunakan harus lebih rendah.

Tabel : Klasifikasi kortikosteroid topikal berdasarkan potensi klinis :

1. Potensi sangat kuat, misalnya :


- beklometason dipropionat 0,5 %
- klobetasol propionat 0,05 %
- diflukortolon valerat 0,3 %
- fluosinolon asetonid 0,2 %
- mometason furoat 0,1 %

2. Potensi kuat, misalnya :


- beklometason dipropionat 0,025 %
- betametason dipropionat 0,05 %
- betametason valerat 0,5 %
- desoksimetason 0,25 %
- triamsinolon asetonid 0,05 %

3. Potensi sedang, misalnya :


- beklometason dipropionat 0,0125 %
- betametason valerat 0,05 %
- klobetasol butirat 0,05 %
- triamsinolon asetonid 0,05 %

4. Potensi lemah, misalnya :


- deksametason 0,01 %
- hidrokortison 0,1 1 %
- metilprednisolon 0,25 %

Tabel : Efek samping kortikosteroid

Efek samping pada kulit


a. telangiektasia
b. atrofi kulit, striae
c. hipopigmentasi/hiperpigmentasi
d. akne steroid, folikulitis
e. hipertrikosis

Efek samping sistemik antara lain :


a. retensi natrium dan air
b. hipertensi & diabetes
c. menghambat pertumbuhan tulang panjang
d. supresi proliferasi sel
e. imunosupresan

Anda mungkin juga menyukai