Anda di halaman 1dari 11

Osteoporosis Pada Penderita Lanjut Usia

Adelia Yuantika

102013330

adelia.2013fk330@civitas.ukrida.ac.id

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731

Abstrak : Tulang adalah kerangka penyangga tubuh, pelindung organ tubuh dari benturan, dan
tempat terkaitnya otot sehingga memungkinkan otot melakukan pergerakan antara sambungan tulang
yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, tulang merupakan penunjang utama aktivitas fisik.
Otot dan tulang merupakan kesatuan sistem gerak pada tubuh. Osteoporosis adalah penyakit tulang
sistemik yang ditandai dengan menurunnya massa atau densitas tulang sehingga membuat tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat
membantu diagnosis osteoporosis secara pasti dan benar.

Kata Kunci : tubuh, tulang, otot, osteoporosis

Abstract : Bone is a frame buffer body, protect organs from the collision, and the associated
muscles allowing the muscles perform movements between the joints to one another. In other words,
the bone is the main supporter of physical activity. Muscle and bone represents the unity motion
systems in the body. Osteoporosis is a systemic skeletal disease characterized by decrease in bone
mass or density that makes bones become fragile and break easily. Anamnesis, physical examination
and investigations can help the diagnosis of osteoporosis exactly and correctly.

Keywords : body, bones, muscles, osteoporosis

Pendahuluan

Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang terdiri atas
hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan mineral terutama kalsium kurang
lebih 67 % dan bahan seluler 33 %. Tulang adalah kerangka penyangga tubuh, pelindung organ
tubuh dari benturan, dan tempat terkaitnya otot sehingga memungkinkan otot melakukan pergerakan
antara sambungan tulang yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, tulang merupakan penunjang
utama aktivitas fisik. Osteoporosis adalah salah satu penyakit yang dapat menghambat aktivitas
manusia. Osteoporosis juga merupakan penyakit pada usia lanjut yang dapat menyerang siapa saja,

1|Page
gejala-gejala dari osteoporosis itu sendiri seperti gejala rapuhnya tulang sampai pada patahnya tulang
pada usia lanjut termasuk dalam gejala osteoporosis. Dengan adanya ilmu kedokteran yang
berkembang dapat diketahui apakah osteoporosis menyerang tubuh kita ataukah tidak. Dan berbagai
pencegahan juga pengobatan tentang osteoporosis bisa kita ketahui dalam pembahasan kali ini.1

Kasus Skenario 12

Seorang perempuan usia 57 tahun datang ke rs ukrida dengan keluhan nyeri pada panggul
kanan sejak 2 hari yang lalu setelah jatuh terduduk di kamar mandi karena terpleset.

Pembahasan

Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan memperhatikan
petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien. Riwayat pasien
merupakan suatu komunikasi yang harus dijaga kerahasiaannya, yaitu segala hal yang diceritakan
oleh penderita. Anamnesis atau medical history adalah informasi yang dikumpulkan oleh seorang
dokter dengan cara melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan spesifik baik
itu terhadap pasien itu sendiri (auto-anamnesis) maupun dari orang yang dianggap dapat
memberikan keterangan yang berhubungan dengan keadaan pasien (allo-anamnesis/hetero-
anamnesis). Berdasarkan anamnesis yang baik, seorang dokter biasanya akan menanyakan identitas
dan keadaan pasien meliputi:1

1. Nama lengkap
2. Jenis kelamin
3. Umur
4. Tempat tanggal lahir
5. Alamat tempat tinggal
6. Status perkawinan
7. Pekerjaan
8. Suku bangsa
9. Agama
10. Pendidikan

2|Page
Lalu hal pertama yang ditanyakan kepada pasien adalah mengenai riwayat pribadi pasien.
Riwayat pribadi adalah segala hal yang menyangkut pribadi pasien; mengenai peristiwa
penting pasien dimulai dari keterangan kelahiran, serta sikap pasien terhadap keluarga dekat.
Termasuk dalam riwayat pribadi adalah riwayat kelahiran, riwayat imunisasi, riwayat makan,
riwayat pendidikan dan masalah keluarga.1
Setelah mendapatkan data pribadi pasien, anamnesis selanjutnya adalah menanyakan
keluhan utama pasien, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga
dan riwayat sosial.1
Keluhan utama adalah gangguan atau keluhan yang terpenting yang dirasakan
penderita sehingga mendorong ia untuk datang berobat dan memerlukan pertolongan serta
menjelaskan tentang lamanya keluhan tersebut. Keluhan utama merupakan dasar untuk
memulai evaluasi pasien.1 Keluhan utama pasien dengan gangguan muskuloskeletal pada
umumnya meliputi:2
1. Nyeri
Sebagai seorang dokter, diperlukan identifikasi lokasi nyeri yang ditanyakan kepada
pasien. Nyeri biasanya berkaitan dengan pembuluh darah, sendi, fascia, atau periosteum.
Perlu ditentukan kualitas nyeri apakah sakit yang menusuk atau berdenyut. Nyeri
berdenyut biasanya berkaitan dengan tulang dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan
nyeri yang menusuk berkaitan dengan fraktur atau infeksi tulang. Perlu juga diidentifikasi
apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas/gerakan. Pada kasus kali ini keluhan nyeri
merupakan keluhan utama yang dialami oleh pasien.2
2. Kekuatan Sendi
Perlu ditanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya kekakuan tersebut, dan
apakah selalu terjadi kekakuan.2
3. Bengkak
Perlu ditanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga disertai dengan nyeri,
karena bengkak dan nyeri sering menyertai cedera pada otot dan tulang. Identifikasi
apakah ada panas atau kemerahan karena tanda tersebut menunjukkan adanya inflamasi,
infeksi, atau cedera.2
4. Deformitas dan Imobilitas
Tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba atau bertahap, apakah menimbulkan
keterbatasan gerak. Apakah semakin memburuk dengan aktivitas, apakah dengan posisi
tertentu semakin memburuk.2
5. Perubahan Sensori

3|Page
Tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh tertentu. Apakah
menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan nyeri. Penekanan pada saraf dan
pembuluh darah akibat bengkak, tumor atau fraktur dapat menyebabkan menurunnya
sensasi.2
Pada kasus ini dari data yang didapat pasien seorang perempuan 52 tahun
mengeluhkan sakit panggul kanan sejak 2 hari yang lalu karena terjatuh terpleset di kamar
mandi dengan posisi terduduk dan tidak bisa berdiri lagi, kemudian ia juga sudah menopouse
sejak 5 tahun yang lalu dan beliau juga jarang olahraga dan tidak suka minum susu.
Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik umum adalah untuk mengidentifikasi keadaan umum pasien
saat pemeriksaan dengan penekanan pada tanda-tanda vital, keadaan sakit, gizi dan
aktivitasnya baik dalam keadaan berbaring atau berjalan.1
Setelah anamnesis selesai dilakukan, maka pemeriksaan fisik biasanya dimulai
dengan pemeriksaan objektif yaitu tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, suhu dan tingkat
kesadaran, serta pemeriksaan tanda-tanda vital dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi.1
Dalam pemeriksaan fisik untuk muskuloskeletal khususnya pada kasus ini, biasanya
yang dilakukan adalah inspeksi dan palpasi saja. Selain itu, dalam pemeriksaan
muskuloskeletal juga diperiksa bagaimana cara berjalan dan mobilitas tubuh dari pasien.
Pasien yang masih bisa memiringkan badannya tanpa kesulitan dikatakan sikap badannya
aktif, sebaliknya yang lemah sikap badannya pasif. Pada beberapa penyakit tulang, sendi atau
saraf, cara berjalan dapat memberi petunjuk yang berarti.1
Pada kasus ini pasien dalam keadaan umum tampak sakit sedang, kesadarannya
composmentis, dengan berat badan 45kg dan tinggi badan mengalami penurunan yang awal
165cm sekarang menjadi 158cm. dan hasil inspeksi terlihat punggung membungkuk.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan laboratorium dalam arti luas adalah setiap
pemeriksaan yang dilakukan di luar pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang dalam garis
besarnya dimaksudkan sebagai alat diagnostik, petunjuk tatalaksana, dan petunjuk
prognosis.1 Pemeriksaan penunjang untuk kasus yang berhubungan dengan muskuloskeletal
antara lain bisa berupa: film polos, isotop, CT scan, maupun MRI.
Computed Tomography Scan atau CT-Scan adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk
mengevaluasi fraktur tertentu yang terjadi pada seseorang.3 Magnetic Resonance Imaging
atau MRI adalah pemeriksaan yang membantu untuk melihat adanya massa jaringan lunak,

4|Page
tumor tulang, maupun sendi. MRI sangat sensitif pada trauma kartilago, otot, ligamen, dan
tendon.3 Pemeriksaan yang akan dilakukan untuk pasien ini adalah foto x-ray di Regio
Lumbo Sacral Ap/La.
Differential Diagnosis
1. Osteoartritis/ OA
Osteoartritis merupakan salah satu penyakit degeneratif atau artritis hipertrofi.
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi berkembang lambat dan
berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran
sendi, dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menangung beban.
Seringkali berhubungan dengan trauma atau mikrotrauma yang berulang ulang, obesitas,
stres oleh beban tubuh, dan penyakit-penyakit sendi lainya. Gejala utama OA ialah : adanya
nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-
lahan, mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat.
Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan
perubahan gaya berjalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi tulang.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, hangat yang yang
merata dan warna kemerahan.3,4
2. Osteoporosis postmenopausal
Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen yaitu hormon
utama pada wanita yang berfungsi membantu mengatur pengangkutan kalsium ke
dalam tulang. Gejala penyakit ini biasanya timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75
tahun, tetapi gejalanya bisa muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Wanita kulit putih dan
berada di daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.5
Work Diagnosis
Osteoporosis
Osteoporosis merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan penurunan
densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh
dan mudah patah. Pada tahun 2001, National Institute of Health (NIH), mengajukan definisi
baru osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromised bone
strength sehingga tulang mudah patah. 4
Osteoporosis Tipe I&II
Osteoporosis dibagi menjadi 2 jenis, osteoporosis tipe primer, dan osteoporosis
sekunder. Osteoporosis primer tidak diketahui penyebabnya, sedangkan osteoporosis
5|Page
sekunder diketahui penyebabnya. Osteoporosis primer kemudian dibagi menjadi 2 jenis,
yakni osteoporosis tipe I dan II.Tipe yang pertama disebut juga osteoporosis pasca
menopause, sedangkan yang kedua disebut osteoporosis senilis karena terjadi gangguan
absorbsi kalsium di usus sehingga menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder yang
mengakibatkan osteoporosis. Penelitian menunjukan bahwa baik pada tipe pertama dan
kedua, keduanya terkait erat dengan kadar estrogen dalam tubuh. Selain itu, diketahui pula
bahwa pemberian kalsium dan vitamin D tidak memberikan hasil yang adekuat pada tipe II. 4
Patogenesis Osteoporosis Tipe I
Resorpsi tulang meningkat setelah menopause, terutama 10 tahun setelah menopause.
Oleh karena itu maka insidens fraktur, terutama fraktur vertebrae dan radius distal meningkat.
Penurunan densitas tulang terutama pada tulang trabekular yang memiliki permukaan yang
luas. Hal ini dapat dicegah dengan terapi estorgen. Pertanda terjadinya resorpsi tulang dan
formasi tulang, keduanya mengalami peningkatan bone turnover. Estrogen, dalam hal ini
menurunkan produksi berbagai sitokin oleh bone marrow stromal cells dan sel-sel
mononuklear seperti IL-1, IL-6 dan TNF-a yang berperan meningkatkan kerja osteoklas.
Karena itulah, ketika seseorang mengalami menopause dan mengalami penurunan kadar
estrogen, maka terjadi peningkatan berbagai macam sitokin yang berujung pada peningkatan
produksi osteoklas. 4
Patogenesis Osteoporosis Tipe II
Selama hidupnya, wanita akan kehilangan 42% tulang spinalnya, dan 58% tulang
femurnya. Pada umur 80-90an, terjadi ketidakseimbangan remodelling tulang, dimana
resorpsi tulang meningkat sedangakan formasi tulang tetap atau menurun. Hal ini
menyebabkan penurunan masa tulang, perubahan mikroarsitektur tulang dan peningkatan
resiko fraktur. Sampai saat ini tidak diketahui penyebab menurunanya osteoblas pada orang
tua, diduga karena penurunan estrogen dan IGF-1. Defisiensi vit D dan kalsium juga sering
dialami orang tua karena berbagai faktor, seperti asupan yang kurang, malabsorbsi, anorexia
dan kurangnya paparan sinar matahari. Hal ini semakin meningkatkan resorpsi tulang dan
menurunkan massa tulang, terutama pada orang-orang yang tinggal di daerah dengan 4
musim. Defisiensi protein, aspek lingkungan dan genetik juga berpengaruh. 4
Dengan bertambahnya umur, remodelling endokortikal dan intrakortikal akan
meningkat sehingga kehilangan tulang terutama terjadi pada tulang kortikal dan
meningkatkan resiko fraktur tulang kortikal, misal pada femur proksimal. Total permukaan
tulang untuk remodelling tidak berubah dengan bertambahnya umur. Pada laki-laki tua,
peningkatkan resorpsi endokortikal tulang panjang akan diikuti peningkatakan formasi

6|Page
periosteal, sehingga diameter tulang panjang akan meningkat dan menurunkan resiko fraktur
pada laki-laki tua. 4
Resiko fraktur yang juga harus diperhatikan adalah resiko terjatuh yang lebih tinggi
pada orang tua. Hal ini berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, gangguan
keseimbangan dan stabilitas postural, gangguan pengelihatan, lantai yang licin atau tidak rata
dsb. Pada umumnya resiko terjatuh pada orang tua tidak disebabkan oleh penyebab tunggal. 4
Etiologi
Osteoporosis merupakan penyakit dengan etiologi multifaktor. Umur dan densitas
tulang merupakan faktor resiko osteoporosis yang berhubungan erat dengan resiko terjadinya
fraktur osteoporotik. Fraktur osteoporotik ini akan meningkat seiring dengan meningkatnya
usia. Pada perempuan risiko fraktur 2 kali jika di bandingkan dengan laki-laki pada umur
yang sama dengan lokasi fraktur tertentu. Oleh karena usia harapan hidup perempuan lebih
tinggi di bandingkan dengan laki-laki, maka prevalensi fraktur osteoporotik pada perempuan
akan jauh lebih tinggi daripada laki-laki. Selain itu perbedaan ras dan geografi juga
berhubungan dengan risiko osteoporosis.6
Epidemiologi
Di Negara maju seperti Amerika serikat, 15% wanita kaukasia pascamenopause dan
35% wanita yang berusia lebih dari 65 tahun menderita osteoporosis, sehingga satu dari dua
wanita kaukasia mengalami fraktur osteoporosis disepanjang hidupnya. 25% wanita berusia
lebih dari 65 tahun mengalami kompresi spinal, 40% wanita akan mengalami fraktur vertebra
pada usia 75 tahun dan 20% wantita akan mengalami fraktur pinggul pada usia 90 tahun.
Setelah fraktur pinggul, kurang dari 50% penderita mampu kembali ke fungsi mandiri penuh
dan 12-24% akan meninggal dalam satu tahun. Sekitar 15% dewasa muda di Amerika serikat
menderita osteopenia. 40-80% resiko osteopenia disebabkan oleh keterunan; gen yang
terimplikasi meliputi reseptor vitamin D, reserpot esterogen, reseptor androgen, kolagen tipe
1 alfa 1, dan polimorfisme gen IL-6. Sedangkan faktor resiko osteoporosis adalah yang
mempunyai riwayat fraktur saat dewasa atau riwayat fraktur pada kerabat derajat pertama, ras
kaukasia, usia lanjut, merokok, asupan kopi tinggi, asupan rendah kalsium atau tinggi fosfat,
gaya hidup yang kurang berolahraga, demensia atau depresi, obat-obatan (steroid, fenitoin,
heparin, warfarin).7
Menisfestasi Klinis
Pada umumnya pasien dengan osteoporosis datang ke dokter dengan keluhan nyeri
pada tulangnya. Nyeri ini bisa dikarenakan penurunan densitas tulang, sehingga tulang tidak
mampu menumpu berat badat lagi atau dapat juga nyeri dikarenakan fraktur pada tulang yang

7|Page
terjadi osteoporosis. Fraktur vertebra (baji) paling sering terjadi pada pertengahan dorsal
tulang belakang dan sambungan torakolumbalis. Kejadiannya bisa asimtomatik, atau
menyebabkan nyeri punggung berat mendadak. Nyeri akan berkurang pada saat istirahat di
tempat tidur. Nyeri ringan akan muncul pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika
melakukan aktivitas atau karena suatu pergerakan yang salah.
Prognosis
Prognosis pada osteoporosis sebenarnya baik jika ditangani dengan baik dan diketahui
sejak dini. Dengan pemberian obat-obatan dan latihan fisik yang cukup akan memperlambat
kerja osteoclas sehingga tidak akan terjadi penurunan densitas tulang lagi. Namun penurunan
densitas tulang yang terjadi sebelum terapi harus diperbaiki juga dengan pemberian kalsium
serta vitamin D. Dengan penanganan yang tepat dan jika diketahui sejak dini osteoporosis
dapat dihidari dari komplikasi-komplikasinya. 4
Menurut WHO 1994 data nilai Bone Mineral Density osteoporosis sebagai berikut:

Nilai Bone Mineral Density (BMD)

Normal > -1 SD
Osteopenia -1 SD hingga -2,5 SD
Osteoporosis < - 2,5 SD
Osteoporosis berat < -2,5 SD dan fraktur fragilitas
Tabel 1 : Menurut WHO 1994 data nilai Bone Mineral Density osteoporosis
Komplikasi
Pada penyakit osteoporosis yang terjadi adalah penurunan densitas tulang sehingga
pasien-pasien yang menderita osteoporosis mempunyai kemungkinan besar unntuk terjadi
komplikasi yaitu fraktur osteoporotic. Insidens fraktur pergelangan tangan meningkat secara
bermakna setelah umur 50an, fraktur vertebra 60an, dan fraktur panggul 70an. Pada
perempuan resiko fraktur 2kali dibandingkan dengan laki-laki pada umur yang sama dan
krena angka harapan hidup perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki maka prevalensi fraktur
osteoporotic pada perempuan menjadi jauh lebih tinggi di bandingkan dengan laki-laki.4

Penatalaksanaan
Dalam menangin suatu penyakit dibutuhkan terapi obat-obatan atau farmakologis dan
edukasi pencegahan penyakit tersebut. Berikut merupakan terapi farmakologis dan edukasi
terhadap osteoporosis.

8|Page
Farmakologis
Osteoporosis dapat di obati dengan cara menghambat kerja osteoklas (anti resoptif) atau
bisa juga dengan cara meningkatkan kerja osteoblas (stimulator tulang). Yang termasuk
dalam golongan obat anti resorptif adalah estrogen, anti estrogen, bifosfonat serta kalsitonin.
Sedangkan yang termasuk dalam stimulator tulang adalah Na-flourida, PTH dan lain
sebagainya. Kalsium dan vitamin D tidak mempunyai efek anti resorptif maupun stimulator
tulang, tetapi di perlukan untuk optimalisasi mineralisasi osteoid setelah proses formasi oleh
osteoblas. Apabila kekurangan kalsium akan menyebabkan peningkatan produksi PTH
(hiperparatiroidisme sekunder) yang dapat menyebabkan pengobatan osteoporosis menjadi
tidak efektif. Adapun obat-obatan yang dapat di gunakan untuk osteoporosis adalah sebagai
berikut :

Estrogen

Estrogen akan di ekskresikan lewat saluran empedu dan kemudian di absorpsi


kembali di usus halus melalui sirkulasi enterohepatik. Aktifitas estrogen akan menurun
secara bermakna, apabila merokok. Beberapa preparat estrogen yang dapat di pakai
dengan dosis untuk anti resorptif adalah estrogen terkonyugasi 0,625 mg/hari, 17 -
estradiol oral 1-2 mg/hari, 17 -estradiol transdermal 50 mg/hari, 17 -estradiol perkutan
1,5 mg/hari dan 17 -estradiol subkutan 25-50 mg/hari setiap 6 bulan.
Raloksifen

Bersifat anti estrogen yang mempunyai efek seperti estrogen di tulang dan lipid, tetapi
tidak menyebabkan perangsangan endometrium dan payudara. Golongan preparat ini di
sebut juga selective estrogen receptor modulators (SERM). Dengan dosis yang di
rekomendasikan untuk mencegah osteoporosis adalah 60 mg/hari. Pemberian raloksifen
peroral akan di absorpsi dengan baik serta mengalami metabolisme di hati. Raloksifen ini
akan menyebabkan kecacatan pada janin, sehingga tidak boleh di berikan pada wanita
hamil ataupun yang berencana untuk hamil.

Bisfosfonat

Obat yang digunakan untuk pengobatan osteoporosis baik sebagai pengobatan


alternatif setelah terapi pengganti hormonal osteoporosis pada wanita, maupun untuk
pengobatan osteoporosis pada laki-laki dan osteoporosis akibat steroid. Adapun beberapa
preparat bifosfat yaitu etidronat dengan dosis 400 mg/hari selama 2 minggu di lanjutkan

9|Page
dengan suplementasi kalsium 500 mg/hari selama 76 hari, klodronat dengan dosis 400
mg/hari selama 1 bulan dilanjutkan dengan suplementasi kalsium selama 2 bulan,
alendronat dengan dosis untuk osteoporosis 10 mg/hari
Kalsitonin

Berfungsi menghambat resorpsi tulang oleh osteoklas. Kalsitonin bisa di pakai untuk
osteoporosis, penyakit paget serta hiperkalsemia pada keganasaan. Dengan dosis yang di
anjurkan untuk pemberian intranasal adalah 200 U per hari.
Strontium Ranelat

Obat osteoporosis yang memiliki efek ganda yaitu meningkatkan kerja osteoblas dan
menghambat kerja osteoklas. Dosis strontium ranelat adalah 2 gram/hari yang di larutkan
dalam air serta di berikan pada malam hari sebelum tidur atau 2 jam sebelum makan dan
2 jam setelah makan. Sama dengan obat osteoporosis lainya maka pemberian strontium
ranelat ini harus di kombinasikan dengan kalsium dan vitamin D.
Kalsitriol

Obat ini tidak di indikasikan sebagai pilihan pertama pengobatan osteoporosis pasca
menopause. Kalsitriol di indikasikan bila terdapat hipokalsemia yang tidak menunjukan
perbaikan dengan pemberian kalsium peroral. Dimana dosis yang di anjurkan untuk
pengobatan osteoporosis adalah 0,25 g, 1-2 kali per hari.6

Non-Farmakologis
Secara teoritis, osteoporosis dapatdiobati dengan cara menghambat kerja osteoclas dan/atau
meningkatkan kerja osteoblas. Maka dari itu harus dilakukan edukasi terhadap pasien-pasien
osteoporosis antara lain :
1. Dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik secara teratur untuk memelihara
kekuatan, kelenturan dan koordinasi system neuro muscular serta kebugaran.
2. Hindari rokok, alcohol, mengangkat barang-barang yang berat dan berbagai hal
yang menyebabkan pasien terjatuh serta berbagai obat-obatan atau penyakit yang
menyebabkan osteoporosis.
Pada pasien osteoporosis latihan pertama-tama dilakukan tanpa beban lalu akan
ditingkatkan perlahan-lahan dengan beban hingga mencapai beban yang adekuat. Selain
latihan dapat dipakaikan alat bantu pada pasien osteoporosis misalkan korset lumbal, korset
ini akan mencegah pasien mengalami fraktur korpus vertebra, dapat juga dibantu dengan
tongkat attau alat bantu lainnya, terutama pada orang tua yang terganggu keseimbanganya.4

10 | P a g e
Kesimpulan
Proses menua merupakan suatu proses yang pasti akan di alami oleh seluruh manusia.
Pada proses penuaan, terjadi penurunan secara perlahan fungsi tubuh dan menghilangnya
kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti diri, dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya.
Dalam kasus ini perempuan usia 57 tahun yang mengalami nyeri pada panggul kanan
tersebut mengarah ke osteoporosis karena BMD yang di dapat, tapi tetap dianjurkan
pemeriksaan lanjutan. Jika sudah dipastikan bahwa ini adalah osteoporosis dapat dilakukan
terapi dengan benar dan tepat.
Daftar Pustaka
1. Santoso M. Pemeriksaan fisik diagnosis. Jakarta: Bidang Penerbitan Yayasan Diabetes Indonesia;
2004.h.1-4,6,13-5,20,98.
2. Suratun, Heryati, M Santa, Raenah E. Klien gangguan sistem muskuloskeletal. Jakarta: EGC;
2008.h.17-8, 150-2.
3. Patel PR. Radiologi. Ed 2. Jakarta: Erlangga; 2007.h.192-4.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h.2650-76.
5. Diundur dari situs : http://jenis2-penyakit.blogspot.co.id/2014/07/pengertian-penyakit-
osteoporosis.html Pada tanggal 26 maret 2016
6. Sudoyono A. W , Setiyohadi B , Alwi I, Simadibrata M.K, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 4th ed. Jakarta : Pusat penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI ; 2006. P. 1259-79.
ed
7. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi : pemeriksaan dan manajemen. 2 th. Jakarta :
Penerbit EGC; 2008. P. 337.
8. Eastman GW, Wald C, Crossin J. Belajar dari awal radiologi klinis dari gambar ke diagnosis.
Jakarta: EGC; 2013.h.128-131.
9. Perhimpunan Osteoporosis Indonesia. Osteoporosis. Jakarta: Perosi; 2006. h.24-7.

11 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai