Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Anggota :
Wulan Sastika (130214223)
Rifsa Nurul Fauziah (130314310)
Zulvita Ias Putri W (130314331)
Indrias Dwi Nastiti (130314351)
Nita Rahma Maulida (130314357)
PENDAHULUAN
3.1. Penduduk
Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan ekonomi dan dalam
usaha untuk membangun suatu perekonomian, meningkatkan produksi serta
mengembangkan kegiatan ekonomi ,karena penduduk menyediakan tenaga
kerja,tenaga ahli,pimpinan perusahaan dan tenaga usahawan yang di perlukan
untuk menciptakan kegiatan ekonomi. Tetapi harus di sadari bahwa dengan jumlah
penduduk yang besar saja bukan merupakan jaminan yang besar bagi berhasilnya
pembangunan, karena tanpa ada peningkatan kesejahteraan justru dapat menjadi
hambatan bagi program-program pembangun yang di laksanakan (Sukirno, 2011).
3.2. Tenaga kerja
Kebutuhan tenaga kerja (kesempatan kerja) adalah jumlah lapangan kerja
dalam satuan orang yang dapat disediakan oleh seluruh sektor ekonomi dalam
kegiatan produksi. Dalam arti yang lebih luas, kebutuhan ini tidak hanya
menyangkut jumlahnya, tetapi juga kualitasnya (pendidikan atau
keahliannya).Sedangkan persediaan tenaga kerja adalah jumlah penduduk yang
sudah siap untuk bekerja, disebut angkatan kerja (labour force) dan dapat dilihat
dari segi kualitas dan kuantitas. Dimana Penduduk usia kerja (PUK) adalah
penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Dalam PUK terdapat angkatan kerja,
yakni penduduk usia kerja, yang selama seminggu sebelum pencacahan, bekerja
atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja; dan mereka yang tidak
bekerja tetapi mencari pekerjaan (BPS dan Depnakertrans; 2004).
Pengertian tenaga kerja, menurut Sukirno (2005:6) dilihat dari segi
keahlian dan pendidikannya, tenaga kerja dibedakan atas tiga golongan yaitu:
pertama, tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau
rendahnya pendidikan dan tidak memiliki keahlian dalam suatu pekerjaan. Kedua,
tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dari pelatihan
atau pengalaman kerja. Ketiga, tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang
memiliki pendidikan cukup tinggi dan ahli dalam bidang ilmu tertentu. Teori
Permintaan Tenaga Kerja Menurut Sukirno (2000:69) bahwa permintaan atas
tenaga kerja merupakan permintaan tidak langsung, maksudnya tenaga kerja
dipekerjakan oleh perusahaan dengan tujuan untuk digunakan dalam menghasilkan
barang-barang yang mereka jual. Perusahaan akan terus menambah jumlah pekerja
selama pekerjaan tambahan tersebut akan menghasilkan penjualan tambahan yang
melebihi upah yang dibayarkan kepadanya.
Menurut Simanjuntak (1998), tenaga kerja mencakup penduduk yang
sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan
kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pencari kerja,
bersekolah, dan mengurus rumah tangga walaupun tidak bekerja, tetapi mereka
secara fisik mampu dan sewaktuwaktu dapat ikut bekerja. Mulyadi (2003)
menyatakan bahwa tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64
tahun) atau jumlah penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang
dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan jika mereka mau
berpartisipasi dalam aktifitas tersebut.
3.3. Bekerja
Istilah bekerja bagi seseorang angkatan kerja dinyatkan sebagai seseorang
yang memiliki kegiatan ekonomi dengan maksud memperoleh atau membantu
memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus)
dalam seminggu yang lalu. Jenis kegiatan/lapangan usaha adalah bidang kegiatan
dari pekerjaan/usaha/ perusahaan/instansi di mana seseorang bekerja seperti
digolongkan dalam Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI).
3.4. Penyerapan Tenaga Kerja
Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya lapangan kerja yang sudah
terisi yang tercermin dari banyaknya jumlah penduduk bekerja. Penduduk yang
bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor perekonomian. Terserapnya
penduduk bekerja disebabkan oleh adanya permintaan akan tenaga kerja. Oleh
karena itu, penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan sebagai permintaan tenaga
kerja (Kuncoro, 2002).
Penawaran tenaga kerja UMKM dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu
upah dan non upah (Samuelson dan Nordhaus, 2003:202). Faktor non upah yang
mempengaruhi penawaran tenaga kerja berupa modal dan nilai produksi.
Keseluruhan barang serta peralatan yang digunakan pengusaha dalam proses
produksi disebut dengan modal. Apabila modal perusahaan semakin besar maka
produktivitas perusahaan akan meningkat sehingga kebutuhan tenaga kerja akan
bertambah. Hal ini mengindikasikan penawaran tenaga kerja ke perusahaan akan
meningkat (Zamrowi, 2007).
3.5. Peranan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Lapangan kerja yang diciptakan pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan rumah tangga yang memungkinkannya untuk membiayai peningkatan
kualitas manusia anggotanya. Kualitas manusia yang meningkat pada sisi lain akan
berdampak pada kualitas tenaga kerja yang pada gilirannya akan mempengaruhi
tingkat dan kualitas pertumbuhan ekonomi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
pertumbuhan dapat (tetapi tidak bersifat otomatis) mempengaruhi ketenagakerjaan
dari sisi permintaan (menciptakan lapangan kerja) dan sisi penawaran
(meningkatkan kualitas tenaga kerja). Dengan kata lain, secara teoritis,
pertumbuhan ekonomi memainkan peranan penting untuk meningkatkan
penyerapan tenaga kerja.
3.6. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Dornbusch, Fischer, dan Startz, 2001 menyatakan bahwa ouput nasional
(sebagai representasi dari pertumbuhan ekonomi disimbolkan dengan Y)
merupakan fungsi dari modal fisik, tenaga kerja dan kemajuan teknologi yang
dicapai . Faktor penting yang mempengaruhi pengadaan modal fisik adalah
investasi, dalam arti bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi diduga akan
membawa dampak positif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja seperti
ditunjukkan oleh model berikut:
Y = A.F(K,L)
di mana Y adalah output nasional (kawasan), K adalah modal (kapital)
fisik, L adalah tenaga kerja, dan A merupakan teknologi. Y akan meningkat ketika
input (K atau L, atau keduanya) meningkat. Faktor penting yang mempengaruhi
pengadaan modal fisik adalah investasi. Y juga akan meningkat jika terjadi
perkembangan dalam kemajuan teknologi yang terindikasi dari kenaikan A. Oleh
karena itu, pertumbuhan perekonomian nasional dapat berasal dari pertumbuhan
input dan perkembangan kemajuan teknologi yang disebut juga sebagai
pertumbuhan total faktor produktivitas.
3.7. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran (Okuns Law)
Menurut Mankiw (2003) hukum okun adalah relasi negatif antara
pengangguran dan GDP. Hukum okun merupakan pengingat bahwa faktor-faktor
yang menentukan siklus bisnis pada jangka pendek sangat berbeda dengan faktor-
faktor yang membentuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Hukum Okun
(Okuns law) merupakan hubungan negatif antara pengangguran dan GDP, yang
mengacu pada penurunan dalam pengangguran sebesar satu persen dikaitkan
dengan pertumbuhan tambahan dalam GDP yang mendekati dua persen.
3.8. Ketenagakerjaan
Simanjuntak (2001) menjelaskan bahwa tenaga kerja adalah penduduk
yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan melakukan
kegiatan lain seperti bersekolah atau mengurus rumah tangga, dengan batasan
umur 15 tahun. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Ananta (1990) , Sitanggang
dan Nachrowi (2004) yang menyatakan bahwa tenaga kerja adalah sebagian dari
keseluruhan penduduk yang secara potensial dapat menghasilkan barang dan jasa.
Sehingga dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja adalah
sebagian penduduk yang dapat menghasilkan barang dan jasa bila terdapat
permintaan terhadap barang dan jasa.
3.9. Permintaan Tenaga Kerja
Menurut Jehle dan Reny (2001) Salah satu jalan untuk
menginterpretasikan fakta bahwa perusahaan sebagai penerima harga adalah
untuk menduga bahwa perusahaan memiliki pilihan mengenai harga, dimana
perusahaan menjual output dan harga dimana perusahaan menggunakan input.
Jika perusahaan mencoba untuk menjual output pada harga yang lebih tinggi
daripada harga yang berlaku, maka tidak akan ada output yang terjual. Karena
dalam pasar persaingan output, konsumen telah mengetahui dengan jelas
informasi mengenai harga terendah dari produk sejenis. Sementara itu, perusahaan
dapat menjual semua produknya sesuai dengan harga yang berlaku, jadi produk
tidak memiliki dorongan untuk mengisi kekurangan. Oleh sebab itu, hal ini selalu
merupakan yang terbaik bagi perusahaan, untuk memilih harga outputnya sama
dengan harga yang berlaku. Dengan demikian, perusahaan seolah-olah sebagai
penerima harga. Sama halnya dengan perusahaan yang tidak dapat mengurangi
pembayaran upah kepada tenaga kerja (input) dibawah tingkat upah yang berlaku,
karena di dalam pasar persaingan input, pemilik input (tenaga kerja) yang akan
menawarkan (menjual) jasa (input) mereka ke perusahaan lain, dengan tingkat
upah yang lebih tinggi. Dan karena sekali lagi perusahaan tidak memiliki
dorongan untuk membayar input melebihi tingkat upah yang berlaku, maka
perusahaan secara optimal akan membayar tenaga kerja (input) sesuai dengan
tingkat upah yang berlaku.
3.10. Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja mengandung pengertian bahwa besarnya kesediaan
usaha produksi untuk mempekerjakan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses
produksi, yang dapat berarti lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia
untuk bekerja yang ada dari suatu saat dari kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja
dapat tercipta apabila terjadi permintaan tenaga kerja di pasar kerja, sehingga
dengan kata lain kesempatan kerja juga menujukkan permintaan terhadap tenaga
kerja. (Sudarsono, 1998)
Perluasan kesempatan kerja merupakan suatu usaha untuk
mengembangkan sektor-sektor penampungan kesempatan kerja dengan
produktivitas rendah. Usaha perluasan kesempatan kerja tidak terlepas dari
faktorfaktor seperti, pertumbuhan jumlah penduduk dan angkatan kerja,
pertumbuhan ekonomi, tingkat produktiuvitas tenaga kerja, atau kebijaksanaan
mengenai perluasan kesempatan kerja itu sendiri.
3.11. Keterkaitan antara Laju Pertumbuhan Ekonomi dengan Laju
Penyerapan Tenaga Kerja
1. Anomali
3. Regresif
4. Proporsional
Bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset
keuangan (financial assets) serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan
hanya keuntungan saja (Hasibuan, 2003:2). Menurut Dictionary of Banking and
financial service by Jerry Rosenberg, bank adalah lembaga yang menerima
simpanan giro, deposito dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik pada
orang atau lembaga tertentu, mendiskonto surat berharga, dan menanamkan
dananya dalam surat berharga (Taswan, 2006:4).
Berdasarkan PSAK No. 31, Bank adalah suatu lembaga yang berperan
sebagai perantara keuangan (Financial Intermediary) antara pihak-pihak yang
memiliki kelebihan dana (Surplus Unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan
dana (Deficit Unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas
pembayaran. Menurut Kuncoro dalam bukunya Manajemen Perbankan, Teori dan
Aplikasi (2002: 68), definisi dari bank adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke
masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang. Oleh karena itu, dalam melakukan kegiatan
usahanya sehari-hari bank harus mempunyai dana agar dapat memberikan kredit
kepada masyarakat. Dana tersebut dapat diperoleh dari pemilik bank (pemegang
saham), pemerintah, bank Indonesia, pihak-pihak di luar negeri, maupun
masyarakat dalam negeri.
Dana dari pemilik bank berupa setoran modal yang dilakukan pada saat
pendirian bank. Dana dari pemerintah diperoleh apabila bank yang bersangkutan
ditunjuk oleh pemerintah untuk menyalurkan dana-dana bantuan yang berkaitan
dengan pembiayaan proyek-proyek pemerintah, misalnya Proyek Inpres Desa
Tertinggal. Sebelum dana diteruskan kepada penerima, bank dapat menggunakan
dana tersebut untuk mendapatkan keuntungan, misalnya dipinjamkan dalam bentuk
pinjaman antar bank (Interbank Call Money)berjangka 1 hari hingga 1 minggu.
Keuntungan bank diperoleh dari selisih antara harga jual dan harga beli dana
tersebut setelah dikurangi dengan biaya operasional. Dana-dana masyarakat ini
dihimpun oleh bank dengan menggunakan instrumen produk simpanan yang terdiri
dari Giro, Deposito dan Tabungan.
a. Bank Umum Bank Umum menurut UU No.10 Tahun 1998 yaitu bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan
Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum
yaitu:
c. Bank Sentral ialah Bank yang hanya ada satu dalam suatu
Negara yang bertugas untuk mengendalikan stabilitas
keuangan Negara serta mengatur dan mengawasi kegiatan
badan-badan keuangan untuk menjamin bahwa badan-badan
keuangan itu akan menciptakann kemajuan ekonomi yang
tinggi dan stabil.
Tabel 1
Data Jumlah Bank di Indonesia
Sumber : Badan Pusat Statistik
Tabel 2
Data Jumalah Tnaga Kerja yang Bekerja pada Sektor Perbankan
Sumber : Badan Pusat Statistik
Berdasarkan data yang kami peroleh dari Badan Pusat Statistik,
bahwa setiap tahunnya jumlah Bank yang ada di Indonesia mengalami
peningkatan. Peningkatan jumlah Bank berarti memberikan dampak
positif bagi indonesia dari sisi ekonomi, yaitu Keuangan yang ada di
Indonesia saat ini mengalami perputaran yang baik, selain itu
peningkatan Bank juga dapat memberikan dampak positif lainnya
berupa peningkatan lapangan kerja baru sehingga mampu dapat
menyerap tenaga kerja yang lebih.
Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang selalu meingkat
seiring dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia. Pada tahun 2011
peningkatan kantor bank sebesar 77%, pada tahun 2012 peningkatan
sebesar 9,4 %, pada tahu 2013 mengalami peningkatan sebesar 7%,
pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 4,8 %, dan pada tahun
2015 peningkatan sebesar 9,2%. Bisa disimpulkan dari data tersebut
bahwa walaupun tiap tahun mengalami peningkatan namun peningkatan
jika dipersenkan mengalami naik turun.
Hasil analisis tabel jumlah tenaga kerja pada sektor Lembaga
Keuangan (perbankan), dikarenakan kami mendapatkan data secara
kolektif yaitu lembaga keuangan, real estate, usaha persewaan, dan jasa
perusahaan sehingga kami mengasumsikannya dengan cara membagi
rata jumlah tenaga tersebut dibagi rata. Sehingga diperoleh rata-
ratamya. Peningkatan jumlah tenaga kerja pada sektor perbankan pada
tahun 2011 sebesar 12,05 %, pada tahun 2012 mengalami peningkatan
sebesar 8,46%, pada tahun 2013 sebesar 1,15%, kemudian pada tahun
2014 mengalami peningkatan sebesar 2,1%, dan pada tahun 2015
mengalami peningkatan sebesar 1,87%. Berdasarkan data tersebut tahun
ledakan penyeraoan tenaga kerja pada tahun 2011, dapat disumpulkan
bahwa jumlah tenaga kerja tersebut mengalami peningkatan setiap
tahunnya.
Hubungan laju pertumbuha ekonomi pada tahun 2011 adalah
refresif yang mennjukkan laju petumbuhan ekonomi (sektor perbankan)
lebih tinggi daripada penyerpan tenaga kerja yaitu 77% banding
12,05%. Pada tahun 2012 hubungan laju pertubuhan ekonominya
adalah proporsional yaitu 9,4% banding 8,46% ini berarti jumlah tenaga
kerja dan pertumbuhan sektor perbankan sabanding. Pada tahun 2013,
2014, dan 2015 laju pertumbuhan ekonomi mengalami regresi
dikarenakan pertumbuhan sektor perbankan sebesar 7% dan jumlah
tenaga kerja yang terserap sebesar 1,15%.tahun 2014 pertumbuhan
perbankan sebesar 4,8% dan jumlah tenaga kerja yang terserap 2,15,
dan pada tahun 2015 pertumbuhan sektor perbankan sebesar 9,2%
sedangkan tingkat penyerapan tenaga kerja sebesar 1,87%.
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa dalam menghadapi
ketidakpastian ekonomi global, perbankan harus melakukan beberapa cara
diantaranya yakni :
a. Melalui skenario fiskal. Bagaimana pemerintah merancang sistem
stabilisasi pasar keuangan dan surat utang. Kebijakan soal Bond
Stabilization Framework (BSF) dengan menggunakan sisa anggaran
lebih (SAL) merupakan salah satu bagian penting. Sedangkan,
stimulus baik langsung (bantuan langsung tunai atau BLT) maupun
tidak langsung (pengurangan pajak) sudah disiapkan dalam rangka
mengantisipasi perlambatan ekonomi pada 2012.
b. Melalui skenario moneter. Selain bertumpu pada stabilisasi nilai tukar
melalui operasi pasar oleh BI, penurunan suku bunga kredit tentunya
menjadi bagian penting. Semakin kecil bunga kredit, semakin kecil
pula beban dunia usaha sehingga bisa menjadi semacam pelampung
untuk menghadapi perlambatan ekonomi.
4.2 Saran
Menurut kami, cara perbankan dalam mengahadapi ekonomi global
yang penuh ketidakpastian dengan menggunakan skenario fiskal dan
moneter merupakan tantangan penting. Saran dari kelompok kami adalah
selain harus bertanggung jawab terhadap kondisi makro, para bankir
harus memberikan pertanggungjawabannya kepada pemilik modal yang
secara alamiah menghendaki keuntungan tinggi. Mengingat di situlah
peran regulator diuji, yakni bagaimana kemampuan mereka melakukan
keseimbangan antarberbagai kepentingan, tanpa menyakiti terlalu dalam
masing-masing pihak.
DAFTAR PUSAKA
http://www.lps.go.id/documents/830952/0/Laporan+Perekonomian+dan+Perbank
an+-+Oktober+2015.pdf/d360c0bf-5372-4039-a317-3752a662e7dc
http://sitikra.blogspot.co.id/2013/10/teori-perbankan.html