Anda di halaman 1dari 7

A.

Definisi/Pengertian
FASB (SFAC No.6 prg.25)
Assets are probable future economic benefits obtained or controlled by a particular entity as
a result of past transactions or events.
IASC
An asset is a resource controlled by the enterprise as a result of past events and from which
future economic benefits are expected to flow to the enterprise.
AASB (SAC No.4 prg.12)
Assets are service potential or future economic benefits controlled by the reporting entity as
a result of past transaction or other past events.
APB (APB No.4 prg.132)
Assets-economic resource of an enterprise that are recognized and measured in comformity
with generally accepted accounting principles. Assets also include certain deferred charges
that are not resources but that are recognized and measured in comformity with generally
accepted accounting principles.

Dengan berbagai perbedaan definisi yang dijelaskan sebelumnya, inilah karakteristik utama
untuk mendefinisikan aset yakni :

- Manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti


Manfaat tersebut terukur dan dapat dikaitkan dengan kemampuannya untuk
mendatangkan pendapatan atau aliran kas di masa datang. Misalnya kas , manfaat
atau potensi jasanya karena daya tukarnya. Potensi jasa kas dapat ditukarkan dengan
potensi jasa apapun yang diperlukan kesatuan usaha untuk malaksanankan kegiatan
ekonomiknya.

- Dikuasai atau dikendalikan oleh entitas


Penguasaan disini berarti kemampuan untuk mendapatkan, memelihara/menahan,
menukarkan, menggunakan manfaat ekonomik dan mencegah akses pihak lain
terhadap manfaat tersebut. Most mengemukakan bahwa penguasaan atau kendali
terhadap suatu objek dapat diperoleh dengan cara:

o Pembelian (by purchase)


o Pemberian (by gif)
o Penemuan (by discovery)
o Perjanjian (by agreement)
o Produksi/transformasi (by production/transfromation)
o Penjualan (by sale)
o Lain-lain seperti pertukaran (by barter), peminjaman (by loan), penjaminan
(by bailment), pengkonsignaan (by consigment) dan berbagai transaksi
komersial (by commercial transaction) yang diakui hukum atau kebiasaan
bisnis.
- Timbul akibat transaksi masa lalu
Penguasaan harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik. Transaksi atau
kejadian masa lalu merupakan syarat perlu tetapi tidak merupakan syarat cukup
untuk pengakuan aset. Syarat perlu harus ditetapkan agar tidak terjadi pengakuan
aset yang bersifat hipotesis. Transaksi atau kejadian tersebut dapat menimbulkan
(menambah) atau meniadakan (mengurangi) aset. Aset atau nilainya dapat
dipengaruhi oleh kejadian atau keadaan yang sebagian atau seluruhnya di luar
kemampuan kesatuan usaha atau manajemennya. Berbagai transaksi, kejadian, atau
keadaan pada akhirnya akan memicu pengakuan atau penghapusan manfaat
ekonomik suatu objek (aset).

Karakteristik Pendukung

FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung yaitu melibatkan kos (acquired at


cost), berwujud (tangible), tertukarkan (exchangeable), terpisahkan (severable) dan
berkekuatan hukum (legally enforceable).

- Melibatkan kos, terjadinya kos merupakan hal penting untuk mengaplikasi definisi
kos karena sebagai bukti pemerolehan suatu aset dan sebagai pengukur atribut aset
yang cukup objektif.

- Berwujud, bila dapat diamati secara fisis akan lebih kuat dibilang aset.

- Tertukarkan, suatu sumber ekonomik harus dapat ditukarkan dengan sumber


ekonomik lainnya. Manfaat ekonomik diturunkan dari daya tukar.

- Terpisahkan, berkaitan dengan ketertukaran, bahwa untuk dapat ditukarkan suatu


sumber ekonomik harus dapat dipisahkan dengan sumber ekonomik yang lain atau
berdiri sendiri. Posisi keuangan harus ditentukan dengan pengukuran nilai berbagai
aset dan kewajiban secara individual.

- Berkekuatan hukum, menunjukkan kepemilikan yakni menguasai secara hukum


(yuridis dan legal). Dan kita juga tahu bahwa kepemilikan adalah salah satu cara
untuk memperoleh/menguasai manfaat ekonomik.

B. Pengukuran

Merupakan salah satu kriteria pengakuan aset bukan kriteria untuk mendefinisi aset.
Pengukuran yang dimaksud adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada
suatu objek aset pada saat terjadinya yang akan dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran
fisis objek tersebut.
Secara konsep kontinuitas usaha, sumber ekonomik mengalami tiga tahap perlakuan sejalan
dengan kegiatan usaha/aliran fisis yakni pemerolehan, pengolahan dan penyerahan. Secara
akuntansi/aliran informasi, aliran fisis ini harus direpresentasi dalam jumlah rupiah (kos).
Sehingga kos tsb juga mengalami tiga tahap perlakuan pengukuran, penelusuran dan
pembebanan.

Pada gambar dapat kita perhatikan bahwa sumber ekonomik tersebut diperlakukan dahulu
sebagai aset, kemudian jika telah mendatangkan pendapatan/berada di luar entitas tersebut
barulah diperlakukan sebagai biaya. Jadi disini ada kos sebagai pengukur, sedangkan aset
dan biaya adalah elemen yang diukur. Kos melekat pada aset dan biaya. Dari sinilah kita
mengenal pengeluaran untuk kapital (capital expenditure) dan pengeluaran untuk
pendapatan (revenue expenditures), yang menunjukkan perlakuan kos secara konseptual
dan teknis. Berikut lebih dijelaskan dengan gambar ini :
Pengeluaran untuk kapital (capital expenditure), kos-kos terlebih dahulu dicatat
(dikapitalisasi) sebagai aset. (ditunjukkan gambar sebelah kanan).

Pengeluaran untuk pendapatan (revenue expenditure), kos-kos langsung dicatat sebagai


biaya. (ditunjukkan gambar sebelah kiri).

Kos belum habis atau tak terhabiskan (unexpired cost) : kos yang belum habis dimanfaatkan
dalam menghasilkan pendapatan.

Kos terhabiskan (expired cost) : manfaat ekonomik telah digunakan dalam mendatangkan
pendapatan.

Kos sebagai Pengukur dan Bahan Olah Akuntansi

Jumlah rupiah/agregat harga atau penghargaan sepakatan yang terlibat dalam tiap transaksi
atau kegiatan pertukaran merupakan bahan olah dasar akuntansi yang paling objektif
terutama dalam mengukur sumber ekonomik yang masuk (pendapatan) dan sumber
ekonomik yang keluar (biaya).

Penghargaan Sepakatan sebagai Bukti

Penghargaan sepakatan didasarkan atas mekanisme pasar yang bebas sehingga menjadi
bukti validitas pengukuran kos. Dimana mekanisme pasar bebas menjamin dan
menghendaki agar :

- Pihak bertransaksi sama-sama berkehendak dan bebas tanpa tekanan atau ancaman
- Pihak bertransaksi sama-sama berkemampuan memperoleh informasi secara bebas
- Barang yang dipertukarkan cukup standar (umum) dan tersedia cukup banyak di
pasar bebas. Dengan kata lain, cukup banyak penjual dan pembeli sehingga tak
seorangpun cukup kuat untuk mempengaruhi harga.

Bila kondisi-kondisi tersebut tidak dipenuhi, penghargaan sepakatan yang terjadi tidak dapat
diterima begitu saja sebagai pengukur kos yang objektif.

Pengukuran kos

Besar kecilnya kos yang harus dicatat pertama kali sebagai pengukur suatu aset pada saat
pemerolehan ditentukan oleh dua hal yakni batas kegiatan (pemerolehan) dan jenis
penghargaan.

Batas Kegiatan

Dalam pemerolehan suatu aset terdapat serangkaian kegiatan, dimana tiap kegiatan
melibatkan pengorbanan sumber ekonomik. Oleh karena itu secara konseptual, dengan kita
mengetahui periode pemerolehan (awal-akhir) maka jumlah rupiah (kos) sepanjang periode
itu dimasukkan sebagai kos total. Namun secara teknis, katanya praktik sehat untuk
menghindari pengaburan kos utama (kos yang merepresentasi penghargaan sepakatan), kos
pada berbagai kegiatan tidak harus dicatat dalam satu akun (kos total), melainkan dicatat
dalam akun pembantu.

Jenis Penghargaan

Berkaitan dengan penentuan kos utama yang harus dicatat. Dalam transaksi pertukaran,
penghargaan sepakatan dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk sumber ekonomik atau
instrumen yang diserahkan oleh pemeroleh aset. Intrumen tersebut dapat berupa misalnya
uang tunai atau barang atau lainnya. Bentuk instrumen mempengaruhi dasar penentuan kos
utama. Pemerolehan aset dapat terjadi dari transaksi atau kejadian yang melibatkan kas (kos
tunai) atau nonkas (kos non tunai).

Kas/Kos tunai : pengukur aset yang paling valid dan objektif bila transaksi terjadi dalam
mekanisme pasar bebas antara pihak independen. Kos ini memudahkan penghargaan yang
telah disetujui dapat dicatat dalam sistem akuntansi karena telah dinyatakan dalam satuan
uang.

Non kas/Kos non tunai : Jumlah setara tunai (cash equivalent) atau kos tunai terkandung
(implied cash cost) : kos barang atau jasa yang diperoleh melalui pertukaran dengan barnag
atau jasa lain/ jumlah rupiah tunai yang secara implisit melekat pada nilai jual barang atau
jasa yang diserahkan dalam pertukaran tersebut.

- Kos dalam barter, barter atau pertukaran aset adalah pemerolehan aset (biasanya
aset berwujud atau nonmoneter) dengan penghargaan berupa aset berwujud atau
nonmoneter lainnya. Pengukuran aset yang diperoleh bergantung pada apakah
aset yang dipertukarkan sejenis atau taksejenis.

Menukarkan Aset Sejenis Menukarkan Aset Tak Sejenis


Penerimaan/penyerahan Transaksi pemeliharaan Transaksi penjualan-pembelian
aset dianggap
Proses pembentukan Belum berhenti atau selesai Telah selesai atau berhenti
pendapatan oleh fungsi
aset
Pengakuan untung Tidak diakui Diakui

Prinsip-prinsip penentuan kos aset yang diterima dalam barter atau pertukaran :

Aset yang diterima dicatat Pengakuan Pengakuan rugi


sebesar untung
Tak Tanpa Nilai wajar atau pasar aset Diakui saat Diakui saat
Sejenis pembayaran yang diserahkan ATAU nilai pertukaran pertukaran
tombok wajar aset yang diterima
(mana yang lebih mudah
atau jelas ditentukan)
Dengan Nilai pasar aset yang Diakui saat Diakui saat
pembayaran diserahkan* + tombok ATAU pertukaran pertukaran
tombok nilai wajar/pasar aset yang
diterima
*
kas yang akan diterima
seandainya dijual
Sejenis Tanpa Nilai buku atau nilai pasar Tidak diakui Diakui saat
pembayaran aset yang diserahkan (mana transaksi
tombok yang lebih rendah)
Dengan Nilai buku aset yang Tidak diakui Diakui saat
pembayaran diserahkan + tombok ATAU transaksi
tombok nilai pasar aset yang
diserahkan + tombok (mana
yang lebih rendah)
Dengan Untung : nilai buku porsi Hanya untung -
penerimaan nilai buku yang dianggap diluar untung
tombok dijual ATAU nilai pasar/wajar tangguhan yang
aset yang diterima untung diakui
tangguhan *
*
selisih antara nilai pasar
atau wajar dan nilai buku
aset yang diserahkan
Harga pasar aset yang - Rugi
diserahkan - tombok keseluruhan
diakui saat
transaksi

- Saham sebagai penghargaan, merupakan salah satu bentuk pemerolehan aset


dengan barter. Pengukur yang tepat untuk menentukan kos dalam adalah jumlah
rupiah uang tunai yang akan diterima oleh perusahaan seandainya perusahaan
menerbitkan saham-saham yang digunakan untuk penghargaan.

- Kos dalam reorganisasi, tujuan reorganisasi adalah menentukan nilai perusahaan


pada saat tersebut. Kos aset mengacu pada taksiran nilai yang wajar seluruh aset
perusahaan, aset perusahaan diperlakukan sebagai suatu kesatuan berbagai aset
yang baru saja dibeli.

- Hadiah atau hibah, merupakan pemerolehan aset tanpa kos (penghargaan). Kos aset
dicatat atas dasar setara tunai atau kos tunai implisit (terkandung) aset yang diterima
pada saat transaksi atau kejadian.

- Temuan, yang dimaksud ialah ditemukannya sumber alam atau dikembangkannya


alat (teknik pemrosesan). Pengukurnya adalah jumlah rupiah uang tunai (kas) yang
pasti diperlukan untuk memperoleh sumber alam atau alat (teknik pemrosesan)
tersebut seandainya keduanya sudah dalam status siap dipasarkan atau
dikomersialkan.

- Kos dalam pembelian kredit, kos yang sebenarnya dalam bukanlah berapa nilai
kontrak yang harus dilunasi dalam beberapa kali angsuran tetapi berapa kos yang
sebenarnya pada saat transaksi.

- Potongan tunai dan keringanan, secara konseptual, kos akan tercatat terlalu tinggi
kalau potongan tunai (cash discount) 2/10,n/30 dan keringanan-keringanan
(allowances) lain tidak dikurangkan terhadap harga kesepakatan. Sedangkan secara
teknis, memang dimungkinkan untuk mendebit harga faktur bruto ke dalam akun
aset, nantinya akan ada penyesuaian untuk mengurangi jumlah yang tercatat
tersebut menjadi jumlah setara tunainya.

Rugi dalam Pemerolehan Aset

Yang dimaksud ialah potensi jasa tertentu menjadi tidak mempunyai lagi kemampuan atau
daya dalam menghasilkan pendapatan pada waktu mendatang, manfaat ekonomik telah
hangus atau menguap. Misalnya kebakaran besar dan bencana lainnya yang digolongkan
keadaan khusus atau tidak normal, maka perlakuan yang tepat adalah pemisahan jumlah
rupiah rugi tersebut sebagai defisit ATAU penghapusan jumlah rupiah rugi dengan
pengurangan modal.

Anda mungkin juga menyukai