pada percobaan tahanan DC, percobaan beban nol, dan percobaan rotor tertahan (
R'2
rotor . Hal ini bisa terjadi pada keadaan normal jika slip dalam nilai yang
s
minimum. Slip yang mendekati nol terjadi ketika tidak ada beban mekanis, dan
Pada kondisi ini slip bernilai satu yang merupakan nilai slip tertinggi untuk
R'2
kondisi motor, jadi nilai bernilai minimum. Untuk menentukan bentuk
s
rangkaian ekivalen, pola fluksi dianggap sinusoidal, demikian juga rugi-rugi yang
3.1.1 Percobaan DC
dengan menghubungkan sumber tegangan DC (VDC) pada dua terminal input dan
dan diberi suplai DC dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini.
a
IDC RDC
+ VDC
-
b
RDC
c
RDC
1 VD
sebagai berikut : R1D C= C
( Ohm )..................(3.1)
2 ID C
delta dan diberi suplai DC, dapat dilihat pada Gambar 3.1b di bawah ini.
sama, maka R A = RB = RC = R .
ID C
RA RP
VD C
IA
Dimana RP = RB + RC
VDC
Jadi RA =
IA
RP
Dimana I A = I D C
R A + RP
2
IA = I D C, maka
3
V DC 3 VDC
R1dc = 2 I = 2 I
3 DC DC
Harga R1 ini dinaikkan dengan faktor pengali 1,1-1,5 untuk operasi arus bolak-
balik, karena pada operasi arus bolak-balik resistansi konduktor meningkat karena
distribusi arus yang tidak merata akibat efek kulit dan medan magnet yang
melintasi alur.
rugi-rugi motor ditentukan dengan pengukuran langsung pada motor, maka untuk
beberapa kali pengukuran dan mengambil besar rata-rata dari semua pengukuran
yang dilakukan.
Motor induksi dalam keadaan beban nol dibuat dalam keadaan berputar
tanpa memikul beban pada rating tegangan dan frekuensinya. Besar tegangan
masukan sebesar I 0 dan dayanya P0 . Nilai ini semua didapat dengan melihat alat
R2'
kecepatan sinkronnya. Dimana besar s 0, sehingga ~ sehingga besar
s
'
impedansi total bernilai tak berhingga yang menyebabkan arus I 2 pada Gambar
3.2 bernilai nol sehingga rangkaian ekivalen motor induksi pada pengukuran
beban nol ditunjukkan pada Gambar 3.3. Namun karena pada umumnya nilai
kecepatan motor pada pengukuran ini nr 0 yang diperoleh tidak sama dengan ns
maka slip tidak sama dengan nol sehingga ada arus I2 yang sangat kecil mengalir
'
pada rangkaian rotor, arus I 2 tidak diabaikan tetapi digunakan untuk menghitung
rugi rugi gesek + angin dan rugi rugi inti pada percobaan beban nol. Pada
pengukuran ini didapat data-data antara lain : arus input (I1= I 0 ), tegangan input
yang digunakan untuk eksitasi adalah frekuensi sumber f, maka rangkaian pada
' R'2
X 2
I1 = I R1 jX1 s
I
Ic Im
V1 Rc Xm
Zm
tegangan normal diberikan ke terminal, dari Gambar 3.2 didapat besar sudut phasa
P
0 = C o1 s 0 ..................................................(3.3)
V0 I 0
dengan
nro adalah kecepatan rotor pada saat beban nol. Daya yang didissipasikan oleh Rc
dinyatakan dengan :
Pc = P0 I 02 R1 ( Watt )..................................(3.5)
E12
Rc = (Ohm )..........................................(3.6)
P0
dan juga Rc jauh lebih besar dari X m , sehingga impedansi yang didapat dari
V1
Z nl = j ( X 1 + X m ) ( Ohm ).....................(3.7)
I nl 3
Sehingga didapat
V1
Xm = X 1 ( ohm ).......................................(3.8)
In l 3
R2'
= R ' 2 . Karena R2 + j X2 < <c j Xm maka
' '
maka pada Gambar 3.2, harga R
s
Sehingga rangkaian ekivalen motor induksi dalam keadaan rotor tertahan atau
I1 R1 + R2 jX1+jX2
V1
berikut:
ZB = R
R 1 + R2 + j ( X 1 + X 2 ) = RB + R
' '
j B X( Ohm )...........(3.9)
Pengukuran ini dilakukan pada arus mendekati arus rating motor. Data hasil
pengukuran ini meliputi : arus input (I1 = I BR ), tegangan input (V1 = VBR ) dan
daya input perphasa ( PBR = Pin ). Karena adanya distribusi arus yang tidak merata
'
pada batang rotor akibat efek kulit, harga R2 menjadi tergantung frekuensi. Maka
'
mengurangi frekuensi eksitasi menjadi f BR untuk mendapatkan harga R2 yang
sesuai dengan frekuensi rotor pada saat slip rating. Dari data-data tersebut, harga
PB R
RB R = (Ohm )....................(3.10)
I 12
VB R
ZB R =
I B R (Ohm )....................(3.12)
IEEE standar 112. hubungan X1 dan X2 terhadap Xbr dapat dilihat pada Tabel 2.1
Disain
X1 X 2'
Kelas Motor
f
X ' B R= X B R(Ohm )................(3.14)
fB R
rangkaian linier dan sumber tegangan fasor tetap. Rangkaian rotor direfrensikan
terhadap stator. Misalkan V1 tegangan input motor, dengan melihat dari sisi
terminal a-b, dapat dicari tegangan theveninnya. Perhatikan gambar berikut ini.
Gambar-3.4
Untuk mempermudah perhitungan maka pada gambar -3.4 terminal a-b dibuka.
j Xm
VTh = V1 ( Volt ).......(3.16)
R1 + j ( X 1 + X m )
j Xm ( R1 + j X1 )
Z Th = Re + jX e =
R1 + j ( X 1 + X m ) (Ohm ).........(3.17)
Gambar-3.6
VT h
' '
I 2= R2 ( Ampere )(3.18)
Re + + j( X e + X ' 2 )
s
Pg 1 R'2
3I ' 2
2
Td= = (Nm).............(3.19)
s s s
2 R'2
VT h ( )
3 s
Td= ( Nm ).......(3.20)
R'2 2 2
s
e
( R + ) + ( X e + X '
2 )
s
pada keadaan motor bekerja normal, rotor berputar pada arah putaran medan
magnetik yang dihasilkan oleh arus stator, kecepatannya diantara nol sampai
kecepatan serempak, dan slipnya diantara nol dengan satu. Lihat gambar 3.7
berikut
terminal stator dihubungkan pada suatu sumber tegangan dengan frekuensi tetap
serempak tetap dan mencatu masukan daya reaktif yang diperlukan untuk meneral
Pada saat pengasutan, ketika motor dalam keadaan diam, besar slip adalah
satu, dan daya mekanis bernilai nol, torsi pengasutan didapat dengan
2
3 VT Rh ' 2
Tstart =
[ ]
s ( Re + R ' 2 ) 2 + ( X e + X ' 2 ) 2
(Nm).......(3.21)
Pada motor induksi tiga phasa rotor belitan torsi awal perlu diperbesar
apabila torsi beban lebih besar dari torsi awal,maka untuk menggerakkan beban
maka torsi awal perlu diperbesar.Torsi awal ( torsi start ) start besarnya dapat
diatur ( diubah ) besarnya dengan menggunakan tahanan variabel dari luar (R luar )
yang dihubungkan secara seri ke kumparan rotor melalui sikat ( pada motor
Dari persamaan (3.19), torsi maksimum terjadi ketika daya celah udara
bernilai maksimum. Karena daya celah udara sebanding dengan daya yang
terpakai pada tahanan R2/s, maka torsi induksi maksimum terjadi ketika daya
R'2
terbesar bila impedansi sama dengan besar impedansi diantaranya dan
s
tegangan VTh , atau pada harga s max slip yang mempunyai hubungan
R'2
sT max
= (R 2
e )
+ ( X e + X 2' ) 2 ................................................(3.23)
= (R 2
e )
+ ( X e + X 2' ) 2 (Nm)..........................................(3.24)
Dari sini didapat besar slip pada saat torsi maksimum s max adalah
R'2
sT max = ...........................................................(3.25)
(R 2
e + ( X e + X 2' ) 2 )
Untuk motor tiga fasa rotor belitan
R ' 2 + Rluar
sT max = .........................................................(3.26)
(R 2
e + ( X e + X 2' ) 2 )
Besar torsi maksimum didapat dengan mensubstitusikan slip pada torsi
3Vth2
Tmaks =
[
2 s Re + Re2 + ( X e + X 2' ) 2 ] (Nm)....................................(3.27)
3Vth2
Tmaks =
[
2 s Re + R + ( X e + X )
2
e
' 2
2 ] (Nm).....................................(3.28)
Persamaan (3.25) dan (3.26) menunjukkan bahwa slip yang terjadi saat
'
torsi maksimum sangat bergantung pada besarnya harga R2 dan Rluar , tetapi pada
persamaan (3.27) dan (3.28) yang mana persamaan ini mengindikasikan bahwa
'
torsi maksimum Tmax tidak ada hubungan dengan R2 . Maksud dari hal ini bahwa
'
jika R2 ditambah besarnya dengan menggunakan tahanan luar yang terhubung
seri dengan kumparan rotor pada motor induksi jenis rotor belitan ( Rluar ) , besar
torsi maksimum yang dihasilkan tidak berpengaruh tetapi berpengaruh hanya pada
'
kumparan stator ( R1 ) , induktansi pada kumparan rotor ( X 2 ) dan X e yang
'
stator ( X 1 ) dan induktansi pada kumparan rotor ( X 2 ).
penambahan tahanan luar pada belitan rotor ditunjukkan oleh gambar berikut.
Untuk kurva torsi beban seperti yang ada pada gambar, dengan kecepatan n1 pada
'
tahanan rotor sebesar r2 , kecepatan yang dihasilkan n2 pada tahanan rotor r2 .
'
Dimana r2 > r2 dan seterusnya.
Dari gambar diatas, kita dapat menyimpulkan untuk motor induksi rotor
belitan bahwa:
1. kecepatan motor dapat diatur dengan variasi tahanan rotor tetapi torsi
diperoleh.
5. faktor daya motor pada saat start dapat diperbaiki dengan tahanan rotor.
Telah diketahui bahwa persamaan untuk mendapatkan nilai dari torsi yaitu
2 R'2
V
T h ( )
3 s
Td= (Nm)(3.29)
R'2 2 2
( Re + ) + (X e + X 2 )
s '
kecepatan nrfl ( kecepatan dengan beban penuh ). Maka akan dihasilkan slip
n s nrfl
s fl =
ns
2 R'2
VT h ( )
3 sfl
s R'2 2 (Nm).(3.30)
( Re + ) + (X e + X 2 )
' 2
sfl
Di bawah ini gambar kurva karva karakteristik torsi- kecepatan motor induksi
Torsi Maksimum
Torsi (% Torsi beban penuh)
300
Torsi start
200
Torsi
beban penuh
100
Torsi Kecepatan
beban nol beban penuh Kecepatan
sinkron
0
20 40 60 80 100
Kecepatan (% Kecepatan sinkron)
Karakteristik penting yang terdapat dalam kurva tersebut adalah kurva Torsi-
memiliki arah yang sama dengan putaran medan magnetik. Mesin menjadi motor
nol dengan keadaan beban penuh. Pada daerah ini tahanan rotor jauh lebih besar
dibanding reaktansi rotor, sehingga arus rotor, medan magnetik rotor, dan torsi
7. Ada titik maksimum torsi yang terjadi ketika kenaikan putaran tidak
lagi menaikkan besar torsi. Titik ini disebut sebagai titik torsi maksimum yang
motor
kipas angin, mesin pendingin, kereta api listrik gantung, dan lain sebagainya.
Untuk itu perlu diketahui kelas-kelas dari motor tersebut untuk mengetahui unjuk
kerja dari motor tersebut. Adapun kelas-kelas tersebut adalah sebagai berikut :
4. Kelas A : Torsi start normal, arus start normal dan slip kecil
beban penuh kecil atau rendah namun efisiensinya tinggi. Torsi maksimum
biasanya sekitar 21% dari torsi beban penuh dan slipnya kurang dari 21%.
5. Kelas B : Torsi start normal, arus start kecil dan slip rendah
Torsi start kelas ini hampir sama dengan kelas A tetapi arus startnya
berkisar 75%Ifl . Slip dan efisiensi pada beban penuh juga baik. Kelas ini
motor ini antara lain : kipas angin, boiler, pompa dan lainnya.
Kelas ini memiliki resistansi rotor sangkar yang ganda yang lebih besar
dibandingkan dengan kelas B. Oleh sebab itu dihasilkan torsi start yang
lebih tinggi pada arus start yang rendah, namun bekerja pada efisisensi dan
Kelas ini biasanya memiliki resistansi rotor sangkar tunggal yang tinggi
sehingga dihasilkan torsi start yang tinggi pada arus start yang rendah
ROTOR BELITAN
4.1 Umum
fasa, maka dapat dihitung dari data yang didapat dari percobaan beban nol, rotor
tertahan ( block rotor ), dan percobaan tahanan DC. Pada percobaan beban nol
dimana tidak ada beban yang terhubung pada poros rotor sehingga putaran rotor
jauh dibawah keadaan nominal, karena dengan tegangan stator yang kecil sudah
menghasilkan arus yang besar pada rotor. Dipercobaan rotor tertahan putaran rotor
pada percobaan ini akan mengukur besarnya tahanan DC pada kumparan motor.
besar dilakukan untuk mendapatkan nilai torsi awal yang berubah nilainya akibat
bertambahnya tahanan rotor. Adakalanya suatu motor induksi tiga fasa dibebani
dengan suatu beban, dimana torsi beban yang dipikul lebih besar dari torsi awal
yang dihasilkan oleh motor induksi, untuk menanggulangi masalah ini maka pada
motor induksi tiga fasa rotor belitan ditambahkan tahanan luar yang diserikan
dengan belitan rotor melalui sikat untuk memperbesar torsi awal dan memperkecil
arus awal. Data yang didapat dari percobaan penggunaan tahanan luar terhadap
dari perhitungan.
- 1410 rpm, 50 Hz
-Kelas B
2. Amperemeter
3. Volt Meter
4. Tahanan Geser
5. Watt Meter 3
Tiga Fasa
Untuk dapat menentukan parameter motor induksi tiga fasa jenis rotor belitan,
1. Rangkaian Percobaan
2. Prosedur Percobaan
1. Hubungkan belitan stator dengan hubungan Y dan yang akan diukur adalah
4. Ketika tegangan menunjukkan pada besaran 13,6 Volt, nilai voltmeter dan
amperemeter dicatat
Ru=Rv=Rw=R1dc
1. Rangnkaian Percobaan
2. Prosedur Percobaan
1. Hubungkan belitan rotor dengan hubungan Y dan yang akan diukur adalah
amperemeter dicatat
Rk=Rl=Rm=R2dc
1. Rangkaian Percobaan
Dari data pengukuran motor dalam keadaan rotor tertahan atau hubung
2. Semua switch dalam keadaan terbuka, pengatur tegangan dalam kondisi nol.
6. Switch S2 ditutup dan PTDC2 dinaikkan sehingga mesin arus searah memblok
94 6,1 550
1. Rangkaian percobaan
370 Volt.
3. Ketika tegangan 370 Volt, nilai amperemeter masing masing phasa dan
wattmeter dicatat
4. Percobaan selesai
yang Besar
1. Rangkaian Percobaan
9. pada saat tegangan dinaikkan maka catat arus dan torsi awalnya.
10. setelah itu turunkan tegangan , nikkan tahanan luar menjadi 1 Ohm.
11. naikkan kembali tegangan PTAC1, catat torsi dan arus awal yang dihasilkan.
12. lakukan kembali prosedur itu untuk harga tahanan luar 2,3,4,5,dan 6
V 1 = 370 Volt
1. Rangkaian Percobaan
2. Prosedur Percobaan
12. naikkan tahanan luar menjadi 1 Ohm. Dan ulangi prosedur 8 11.
13. lakukan posedur 8 s/d 11 untuk tahanan luar sebesar 2,3,4,5, dan 6 Ohm.
3. Data percobaan
torsi awal yang didapat dari hasil percobaan dengan hasil perhitungan.
= 1,5814
= 1.1 1.581
= 1,7395
Tahanan Stator
R1 = R1ac = 1,7395
= 0,3703
= 0,4073
Tahanan Rotor
= 56,37870
Reaktansi stator
X1 = 0.5 Xbr
= 3,7042
Reaktansi rotor
X2 = 0.5 Xbr
= 3,7042
Reaktansi Magnetik
Xm =Znl- X1
= 61,9155 3,7042
= 58,2133
p = Jumlah Pole
A. Tegangan Thevenin
B. Tahanan Ekivalen
Zth = 1,5363+j3,5257
Re=1,5363
C. Reaktansi Ekivalen
Zth=1,5363+ j3,5257
Reaktansi Ekivalen(Xe)
Xe=3,5257
Kecepatan Sinkron
Kecepatan Sinkron
F. Torsi Maksimum
Torsi Maksimum(Nm)
= 43,1114 Nm
Perhitungan pengaruh tahanan luar (Rluar) dari (06 )ohm,terhadap torsi awal
yang dihasilkan
a.Rluar = 0
= 5,5941 Nm
b.Rluar = 1 e`Rluar= 4
c.Rluar = 2 f. Rluar = 5
d.Rluar = 3 g. Rluar = 6
Dari perhitungan maka didapat kurva torsi awal yang dihasilkan terhadap tahanan
45
40
35
30
Torsi Awal (Nm)
25
20
15
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7
14
12
10
Torsi Awal (Nm)
0
0 2 4 6 8
Tahanan Luar (Ohm)
(Rluar)
Dengan penambahan tahanan luar dari (06) ohm,maka arus startya adalah
= 26,8163 A
Maka dengan cara yang sama didapat:
b. Rluar = 1 e.Rluar = 4
c. Rluar = 2 f. Rluar = 5
d. Rluar = 3 g. Rluar = 6
Dari nilai perhitungan di atas didapat grafik antara arus start dengan penambahan
30
25
Arus Start ( Ampere)
20
15
10
0
0 2 4 6 8
Tahanan Luar(Ohm)
Akibat adanya penambahan tahanan luar, maka torsi maksimum terjadi pada
a. Rluar =0
S = 0.0551
b. Rluar = 1
S = 0,1903
c. Rluar = 2
S = 0,3256
d. Rluar = 3
S = 0,4609
e. Rluar = 4
S = 0,5962
f. Rluar= 5
S = 0,7315
g. Rluar = 6
S = 0,8668
45
40
35
30
Torsi (Nm)
25
20
15
10
0
0 500 1000 1500 2000
nrot (rpm)
tahanan luar dan data percobaan pengaruh tahanan luar terhadap torsi - kecepatan,
45
40
35
30
Torsi(rpm)
25
20
15
10
0
0 500 1000 1500 2000
-5
nrot (rpm)
KESIMPULAN
V.1. Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dari perhitungan untuk penambahan tahanan luar terhadap torsi awal yang
2. Dengan penambahan tahanan luar ke rotor motor, maka arus start yang
didapat.
4. Pada percobaan pengaruh tahanan luar terhadap torsi awal yang dihasilkan,
maka torsi awal yang dihasilkan juga akan bertambah, sampai pada suatu
bahwa besar torsi maksimum yang terjadi selalu tetap nilainya untuk setiap