Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

ACARA V: MAGNETIC SEPARATOR

ADITYA ANUGRAH
D621 15 003

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Upaya dalam meningkatkan mutu dan kadar suatu bijih telah banyak dilakukan
dalam industri pertambangan. Pengolahan Bahan Galian (ore dressing) adalah suatu
proses pengolahan bijih (ore) secara mekanik sehingga mineral berharga dapat
dipisahkan dari mineral pengotornya dengan didasarkan pada sifat fisika atau sifat
kimia-fisika permukaan mineral. Proses Pengolahan berlangsung secara mekanis tanpa
merubah sifat-sifat kimia dan fisik dari mineral-mineral tersebut atau hanya sebagian
dari sifat fisik saja yang berubah. Bijih yang sedang diolah akan dapat ditingkatkan
kadarnya, sehingga dari hasil pengolahan tersebut diharapkan diperoleh keuntungan
seperti mengurangi ongkos transport dari tempat pengolahan sampai tempat
peleburan, mengurangi biaya peleburan, dan mengurangi bahan imbuh (flux) selama
peleburan, karena semakin tinggi kadar bijih berarti kadar mineral pengotor semakin
kecil, sehingga flux yang dibutuhkan juga semakin sedikit.
Pemisahan material melalui reduksi ukuran dari ukuran besar menjadi ukuran
partikel dapat dilakukan dengan proses crushing dan grinding. Kedua cara tersebut
digunakan untuk memisahkan ore dari gangue yang mana kedua produk ini akan
berubah menjadi ukuran partikel sehingga tidak mengikat antara satu dengan yang
lain. Selain crushing dan grinding, terdapat cara pemisahan material berharga dari
material tidak berharga yaitu magnetic separation. Magnetic separation merupakan
cara yang digunakan untuk memisahkan material logam halus dari material yang
bukan logam. Hasil dari proses ini diperoleh tiga jenis produk yaitu material
diamagnetik, material paramagnetik, dan material feromagnetik. Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka perlu dilakukan praktikum pengolahan bahan galian dalam hal
ini magnetic separation untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah

Dari permasalahan yang ada, diperoleh rumusan yang menjadi dasar


percobaan praktikum magnetic separation:
1. Bagaimana proses pemisahan secara magnetik?
2. Bagaimana pengaruh kecepatan putar drum terhadap perolehan konsentrat?
3. Bagaimana tingkat kehilangan umpan?

1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan yang ingin dicapai dalam percobaan magnetic separator dalam


pengolahan antara lain sebagai berikut:
5 Mengetahui proses pemisahan secara magnetik.
6 Menganalisis pengaruh kecepatan putar drum terhadap perolehan konsentrat.
7 Mengkaji tingkat kehilangan umpan.

1.4 Manfaat Percobaan

Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan percobaan magnetic separation ini


adalah sebagai berikut yaitu mahasiswa dengan mudah dapat mengetahui proses
pemisahan secara magnetik, dapat menganalisis pengaruh kecepatan putar drum
terhadap perolehan konsentrat, dan mengkaji tingkat kehilangan umpan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pasir Besi

Pasir merupakan bahan alam yang tersedia sangat melimpah di Indonesia.


Selama ini pasir hanya dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, padahal pasir banyak
mengandung mineral berharga yang mengandung unsur besi, titanium dan unsur
lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk bahan industri. Di dalam pasir juga terkandung
pasir besi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan semen. Untuk
menghasilkan semen berkualitas tinggi, selain batu kapur yang mengandung senyawa
kalsium oksida (CaO) dan tanah liat yang mengandung silika dioksida (SiO2),
dibutuhkan pasir besi yang mengandung unsur Fe (Afdal, 2012).
Pasir Besi adalah endapan pasir yang mengandung partikel bijih besi (magnetit),
yang terdapat di sepanjang pantai. Pasir besi terbentuk karena proses penghancuran
oleh cuaca, air permukaan dan gelombang terhadap batuan asal yang mengandung
mineral besi seperti Magnetit, Ilmenit, Oksida Besi, kemudian terakumulasi serta
tercuci oleh gelombang air laut (Tim PSDG, 2005).
Pasir besi merupakan salah satu endapan besi yang selain telah dimanfaatkan
sebagai bahan campuran dalam industri semen juga mempunyai prospek untuk
dikembangkan sebagai bahan baku besi baja sesuai dengan perkembangan teknologi
pengolahan dan kebutuhan pasar. Sampai saat ini eksplorasi pasir besi sudah banyak
dilakukan baik oleh pihak swasta maupun pemerintah, namun belum ada pedoman
baku eksplorasi pasir besi yang bisa dipakai sebagai acuan teknis, terutama
dalam penyusunan laporan hasil eksplorasi pasir besi (Tim PSDG, 2005).
Mineral-mineral pasir besi mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai
bahan industri. Sebagai contoh, Magnetit dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk
tinta kering (toner) pada mesin fotokopi dan printer laser, sementara Maghemit adalah
bahan utama untuk pita kaset. Mineral magnetik dapat juga digunakan sebagai
pewarna serta campuran (filler) untuk cat serta bahan dasar untuk industri magnet
permanen. Kandungan pasir besi dalam pasir yang terdapat di Pantai Air Tawar
Padang cukup tinggi (41,320%) dengan nilai suseptibilitas yang besar dan bernilai
positif. Selain di pantai, pasir juga banyak terdapat di sungai-sungai. Pasir yang
terdapat di pantai juga berasal dari sungai. Pasir di sungai memiliki kemiripan tampilan

3
fisik dengan pasir pantai. Jadi, kemungkinan pasir sungai juga memiliki pasir besi dan
kandungan mineral yang sama dengan pasir pantai (Afdal, 2012).

2.2. Genesa Pasir Besi

Berdasarkan kejadiannya endapan besi dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis.


Pertama endapan besi primer, terjadi karena proses hidrotermal. Kedua endapan besi
laterit terbentuk akibat proses pelapukan, dan ketiga endapan pasir besi terbentuk
karena proses rombakan dan sedimentasi secara kimia dan fisika. Pembentukan
endapan pasir besi meiliki perbedaan genesa dibandingkan dengan mineralisasi logam
lainnya (Dani, 2004).
Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan
butiran-butiran dari mineral non logam seperti Kuarsa, Kalsit, Feldspar, Ampibol,
Piroksen, Biotit, dan Tourmalin. Mineral tersebut terdiri dari Magnetit, Titaniferous
Magnetit, Ilmenit, Limonit, dan Hematit. Titaniferous magnetit adalah bagian yang
cukup penting karena merupakan mineral ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral
bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik vulkanik (Dani,
2004).
Di dalam pasir juga terkandung pasir besi yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan semen. Untuk menghasilkan semen berkualitas tinggi, selain
batu kapur yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO) dan tanah liat yang
mengandung silika dioksida (SiO2), dibutuhkan pasir besi yang mengandung unsur Fe.
Endapan pasir besi dapat mengandung mineral-mineral magnetik seperti Magnetit
(Fe3O4), Hematit ( - Fe2O3), dan Maghemit (- Fe2O3) (Afdal, 2012).
Di Indonesia, pasir besi dapat ditemukan di Pulau Jawa (Lumajang, Ciamis,
Cilacap, Banten, Yogyakarta, dan Tasikmalaya), Aceh, Sulawesi Utara (Minahasa
Selatan), NTT (Kabupaten Manggarai), Sumatera Barat, dan Bengkulu. Biasanya pasir
besi terdapatdi pesisir pantai. Pasir besi terjadi akibat adanya endapan. Pembentukan
pasir besi merupakan hasil dari proses kimia dan fisika dari batuan yang bersifat
andesitik hingga basalitik (Hilbert, 2012).
Pasir besi terbentuk secara kimia dari adanya pelarutan yang kemudian berlanjut
ke proses fisika, yaitu melalui penghancuran batuan oleh arus air, pencucian secara
berulang- ulang, pemindahan karena ombak atau arus, dan terjadi pengendapan
disepanjang pesisir pantai yang mengandung Fe (besi) yang menurut beberapa
penilitian kandungan tersebut datang dari batuan basalitik dan andesitik vulkanik.

4
Kandungan pasir besi pada setiap daerah tentu berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti (Hilbert, 2012):
1. Batuan induk, sebagai sumber untuk terbentuknya endapan pasir besi
2. Faktor fisika dan kimia(suhu, erosi dan transportasi sungai, arus laut bawah
laut dan sungai sebagai media transportasi dan akumulasi material)
3. Faktor topografi (kemiringan), berperanan penting tempat akumulasi pasir
besi
Proses perombakan terjadi akibat dari pelapukan batuan yang umumnya terjadi
karena proses alam akibat panas dan hujan membuat butiran mineral terlepas dari
batuan, dimana untuk endapan pasir besi umumnya terdiri dari mineral-mineral
Magnetit, Ilmenit, Hematit, Titanomagnetit dan mineral lainnya yang secara umum
berasal dari batuan gunungapi. Media transportasi endapan pasir besi pantai antara
lain adalah aliran air sungai dan gelombang arus air laut (Moetamar, 2008).

2.3. Magnetic Separation

Magnetic separation merupakan operasi konsentrasi atau pemisahan satu mineral


atau lebih dengan mineral lainnya yang memanfaatkan perbedaan sifat kemagnetan
dari mineral-mineral yang dipisahnya. Mineral-mineral yang terdapat dalam bijih akan
memberikan respon terhadap medan magnet sesuai dengan sifat kemagnetan yang
dimilikinya (ardra, 2011).
Mineral-mineral yang memiliki sifat kemagnetan tinggi akan merespon atau
terpengaruh oleh medan magnet. Mineral-mineral ini akan tertarik oleh medan magnet
dan dikelompokan sebagai mineral magnetik. Sedangkan mineral-mineral yang tidak
memiliki sifat kemagnetan, tidak akan merespon atau terpengaruh ketika dilewatkan
pada medan magnet. Mineral-mineral ini tidak akan tertarik oleh medan magnet dan
dikelompokkan sebagai mineral nonmagnetik (ardra, 2011).
Mineral-meineral yang masuk dalam kelompok mineral magnetik misalnya
Magnetit, Hematit, Ilmenit, Siderit, dan Monazit. Sedangkan mineral-mineral yang
dikelompokan dalam mineral non-magnetik Misalnya Kuarsa, Mika, Korundum,
Gypsum, Zircon, dan Feldspar. Kemampuan mineral dalam merespon medan magnet
disebut magnetic susceptibility (ardra, 2011).
Mineralmineral paramagnetik memiliki sifat kemagnetan yang rendah. Artinya
mineral-mineral ini hanya memberikan respon terhadap medan magnet yang besar.
Mineral-mineral diamagnetik merupakan kelompok mineral yang tidak memiliki sifat

5
kemgnetan. Kelompok mineral ini tidak memberikan respon terhadap medan magnet.
Mineral magnetite merupakan mineral yang memiliki sifat kemagnetan yang tinggi.
Magnetite akan tertarik oleh medan magnet yang relatif rendah sekalipun. Karena
sifatnya ini, maka mineral magnetite dikelompokan dengan besi sebagai ferromagnetik
(ardra, 2011).

Gambar 2.1. Skema pemisahan magnetic separation (Ardra, 2011)

Mekanisme proses pemisahan yaitu penerapan beberapa gaya terhadap


campuran yang akan dipisah. Gaya-gaya tersebut bekerja dengan cara memisahkan
bagian-bagian susunan dari campuran dan saling dipindahkan sedemikian rupa,
sehingga diperoleh pemisahan. Gaya ini dinamakan gaya selektif. Misalnya pemisahan
campuran serbuk besi dan belerang dapat dilakukan dengan menggunakan magnet.
Magnet itu melakukan gaya tarik terhadap serbuk besi, sebaliknya tidak menarik
serbuk belerang. Jadi gaya yang bekerja pada proses ini disebut gaya selektif (Harrys,
2002).
Pemisahan secara magnetik yang diaplikasikan untuk bijih tergantung pada
kompetisi dari gaya-gaya yang dimiliki oleh tiap-tiap partikel mineral. Gaya yang
bekerja pada setiap partikel mineral tergantung separator yang dipakai. Pemisahan
bijih yang menggunakan drum separator dengan cara basah, maka partikel akan
mengalami atau memiliki empat gaya. Keempat gaya tersebut adalah gaya magnet
yang dinotasikan dengan Fm, gaya gravitasi dinotasikan dengan Fg, gaya drag
dinotasikan dengan Fd dan gaya sentrifugal yang dinotasikan dengan Fc. Gaya-gaya
ini akan menentukan posisi dan perilaku partikel mineral dalam separator. Gambar 2.2
menunjukkan gaya-gaya yang berada dalam pengaruh medan magnet di permukaan
drum (ardra, 2011).
6
Gambar 2.2. Gaya-gaya yang bekerja pada alat (Ardra, 2011)

Ditinjau dari kekuatan atau intensitas medan magnetnya, magnetic separator


dibagi dalam dua jenis separator yaitu Low Intensity Magnetic Separator atau LIM
separator dan High Intensity Magnetic Separator atau HIM separator. Baik LIM
separator maupun HIM separator dapat digunakan secara basah atau kering.
Pemisahan cara basah umumnya menggunakan LIM separator, dan digunakan untuk
mineral yang memiliki suscepibilty tinggi. LIM separator mampu memisahkan bijih
dalam jumlah yang besar. Sedangkan HIM separator mempunyai kapasitas rendah dan
umumnya digunakan untuk mineral yang memiliki susceptibility rendah (ardra, 2011).
Benda-benda paramagnetik ditarik kuat oleh magnet sedangkan diamagnetic
akan ditolak. Benda-benda paramagnetik yang sangat kuat dikelompokkan
ferromagnetik dan meliputi berbagai logam seperti Besi, Nikel, dan Kobalt serta
berbagai mineral seperti Magnetit, Pirotit, Dan Ilmenit. Berbagai zat dapat dipisahkan
dari material nonmagnetik dengan menggunakan separator magnetik intensitas
rendah. Mineral-mineral seperti hematite, limonit dan garnet adalah mineral dengan
kandungan magnet lemah dan dapat dipisahkan dari mineral nonmagnetik dengan
menggunakan separator intensitas tinggi (Harrys, 2002).

7
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum Pengolahan Bahan
Galian Acara III (Magnetic Separation) adalah sebagai berikut:
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum Pengolahan Bahan Galian yaitu:
1. Timbangan digital, digunakan untuk menimbang berat dari material.

Gambar 3.1 Timbangan digital


2. Magnetic separator, fungsinya untuk memisahkan material yang bersifat
magnetik dengan material yang bersifat non magnetik.

Gambar 3.2 Magnetic Separator


3. Kuas, fungsinya untuk mengumpulkan sampel dan membersihkan magnetic
separator dari sisa-sisa material.

Gambar 3.3 Kuas

8
4. Wadah, fungsinya untuk meletakkan material hasil pemisahan magnetic
separator saat ditimbang.

Gambar 3.4 Wadah


5. Alat pembersih (Air Compressor), fungsinya untuk membersihkan peralatan.

Gambar 3.5 Air Compressor


6. ATK (alat tulis kantor), digunakan untuk mencatat data-data hasil
pengamatan selama kegiatan praktikum.

Gambar 3.6 ATK


7. Kacamata safety, fungsinya untuk melindungi mata dari serpihan material
dan debu saat proses pemisahan.

Gambar 3.7 Kacamata safety

9
8. Masker, fungsinya untuk melindungi hidung dari debu.

Gambar 3.8 Masker


9. Sarung tangan, berfungsi untuk melindungi tangan saat preparasi alat dan
bahan.

Gambar 3.9 Sarung tangan


3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum Pengolahan Bahan Galian
yaitu:
1. Pasir besi, fungsinya sebagai umpan (feed) dalam proses pemisahan dengan
menggunakan magnetic separator.

Gambar 3.10 Pasir besi


2. Kantong sampel, fungsinya untuk menyimpan material hasil pemisahan.

Gambar 3.11 Kantong Sampel

10
3.2 Prosedur Percobaan

Prosedur percobaan dalam kegiatan praktikum Pengolahan Bahan Galian Acara


III (Magnetic Separation) menggunakan magnetic separator yaitu:
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Memisahkan feed berdasarkan lama waktu penggerusannya (5 menit, 10
menit, dan 15 menit).
3. Feed yang akan digunakan ditimbang hingga beratnya 3 kg.
4. Mengatur alat pada kecepatan 100 rpm.
5. Menyalakan alat, lalu memasukkan feed (waktu penggerusan 5 menit) ke
dalam magnetic separator.
6. Mengambil material hasil separasi berdasarkan sifat kemagnetannya lalu
menimbang berat dari masing-masing sampel.
7. Mencatat berat masing-masing sampel, lalu memasukkannya ke dalam
kantong sampel.
8. Menyalakan alat, lalu memasukkan feed (waktu penggerusan 10 menit) ke
dalam magnetic separator.
9. Mengambil material hasil separasi berdasarkan sifat kemagnetannya lalu
menimbang berat dari masing-masing sampel.
10. Mencatat berat masing-masing sampel, lalu memasukkannya ke dalam
kantong sampel.
11. Menyalakan alat, lalu memasukkan feed (waktu penggerusan 15 menit) ke
dalam magnetic separator.
12. Mengambil material hasil separasi berdasarkan sifat kemagnetannya lalu
menimbang berat dari masing-masing sampel.
13. Mencatat berat masing-masing sampel, lalu memasukkannya ke dalam
kantong sampel.
14. Mengulangi langkah 5-13 dengan mengatur alat pada kecepatan 200 rpm.

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan praktikum Pengolahan Bahan Galian kali ini membahsa mengenai


proses pemisahan material dengan menggunakan alat magnetic separator. Pemisahan
material berdasarkan pada kecepatan putar drum di mana pada percobaan kali ini,
praktikan menghasikan beberapa data. Data yang dihasilkan berupa berat konsentrat
dan berat tailing serta berat loss. Konsentrat yang dihasilKan berupa pasir besi.
Berdasarkan perolehan nilai yang didapatkan oleh setiap kelompok, maka dibuatlah
sebuah tabel dimana hasil data yang didapatkan diurutkan berdasarkan kecepatan
putar drum sehingga menghasilkan tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Percobaan.

Kecepatan Produk
Umpan Loss
Putar Drum Konsentrat Tailing

50 331,8 618 50,2

150 222,6 730,3 47,1

250 302,7 608,3 89


1000 gram
400 208 705,8 86,2

400 55,7 937,8 6,5

550 179,3 795,5 25,2

Tabel 4.1 memperlihatkan hasil data yang didapatkan dari percobaan praktikum
yang telah dilakukan di mana terdapat enam jumlah data yang dihasilkan. Alat
magnetic separator digunakan sebanyak enam kali dimana tiap penggunaannya
memiliki kecepatan putar drum yang berbeda sesuai dengan arahan dari asisten
laboratorium. Magnetic separator ini menggunakan media magnet di mana magnet
tersebut membantu dalam pemisahan konsentrat dan tailing yang didapatkan
nantinya. Konsentrat akan jatuh ke wadah di bagian bawah dari alat magnetic
separator. Sedangkan tailing yang didapatkan akan jatuh ke wadah di bagian depan
dari alat magnetic separator.

12
Hasil percobaan yang didapatkan oleh setiap kelompok secara berurut ialah
kelompok 1 menggunakan kecepatan putar drum sebesar 250 rpm dan menghasilkan
berat konsentrat sebesar 302,7 gram, berat tailing sebesar 608,3 gram serta material
hilang (loss) sebesar 89 gram. kelompok 2 menggunakan kecepatan putar drum
sebesar 50 rpm dan menghasilkan berat konsentrat sebesar 331,8 gram, berat tailing
sebesar 618 gram serta material hilang (loss) sebesar 50,2 gram. kelompok 3
menggunakan kecepatan putar drum sebesar 400 rpm dan menghasilkan berat
konsentrat sebesar 208 gram, berat tailing sebesar 705,8 gram serta material hilang
(loss) sebesar 86,2 gram. kelompok 4 menggunakan kecepatan putar drum sebesar
550 rpm dan menghasilkan berat konsentrat sebesar 179,3 gram, berat tailing sebesar
795,5 gram serta material hilang (loss) sebesar 25,2 gram. kelompok 5 menggunakan
kecepatan putar drum sebesar 150 rpm dan menghasilkan berat konsentrat sebesar
222,6 gram, berat tailing sebesar 70,3 gram serta material hilang (loss) sebesar 47,1
gram. kelompok 6 menggunakan kecepatan putar drum sebesar 400 rpm dan
menghasilkan berat konsentrat sebesar 55,7 gram, berat tailing sebesar 937,8 gram
serta material hilang (loss) sebesar 6,5 gram.
Data yang didapatkan dari hasi; percobaan kali ini diolah lebih lanjut lagi untuk
mengetahui berapa persen berat dari produk yang dihasilkan baik itu konsentrat
maupun tailing dan juga persen berat dari hilangnya material (loss). Nilai persen berat
dari konsentrat ialah sebagai berikut:
4. Persen Berat Konsentrat
Persen berat dari konsentrat yang didapatkan dapat diperolah dengan
persamaan sebagai berikut:
Konsentrat
% Konsentrat = x 100%

Konsentrat
a. % Konsentrat =
x 100%
331,8 gram
% Konsentrat = x 100%
1000 gram
% Konsentrat = 33,18 %
Konsentrat
b. % Konsentrat =
x 100%
222,6 gram
% Konsentrat = 1000 gram
x 100%

% Konsentrat = 22.26 %
Konsentrat
c. % Konsentrat =
x 100%
302,7 gram
% Konsentrat = 1000 gram
x 100%

13
% Konsentrat = 30,27 %
Konsentrat
d. % Konsentrat =
x 100%
208 gram
% Konsentrat = 1000 gram
x 100%

% Konsentrat = 20.8 %
Konsentrat
e. % Konsentrat =
x 100%
55,7 gram
% Konsentrat = 1000 gram
x 100%

% Konsentrat = 5,57 %
Konsentrat
f. % Konsentrat = x 100%

179,3 gram
% Konsentrat = x 100%
1000 gram

% Konsentrat = 17.93 %
5. Persen Berat Tailing
Persen berat dari konsentrat yang didapatkan dapat diperolah dengan
persamaan sebagai berikut:

% = x 100%


a. % =
x 100%
618 gram
% = x 100%
1000 gram
% = 61.8 %

b. % =
x 100%
730,3 gram
% = x 100%
1000 gram
% = 73.03 %

c. % =
x 100%
608,3 gram
% = x 100%
1000 gram
% = 60.83 %

d. % = x 100%

705,8 gram
% = x 100%
1000 gram
% = 70.58 %

e. % =
x 100%

14
937,8 gram
% = x 100%
1000 gram
% = 93.78 %

f. % =
x 100%
795,5 gram
% = x 100%
1000 gram
% = 79.55 %

Persentase Konsentrat dan Tailing


100

80
Persen (%)

60

40

20

0
50 150 250 400 400 550

Konsentrat Tailing

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Persen Konsentrat dan Tailing.

6. Persen Berat Material Hilang (Loss)


Persen berat dari konsentrat yang didapatkan dapat diperolah dengan
persamaan sebagai berikut:
Berat yang hilang
% = x 100%

Berat yang hilang
a. % =
x 100%
50,2 gram
% = x 100%
1000 gram
% = 5.02 %
Berat yang hilang
b. % =
x 100%
47,1 gram
% = x 100%
1000 gram
% = 4.71 %
Berat yang hilang
c. % =
x 100%
89 gram
% = x 100%
1000 gram

15
% = 8.9 %
Berat yang hilang
d. % =
x 100%
86,2 gram
% = x 100%
1000 gram
% = 8.62 %
Berat yang hilang
e. % =
x 100%
6,5 gram
% = x 100%
1000 gram
% = 0.65 %
Berat yang hilang
f. % =
x 100%
25,2 gram
% = x 100%
1000 gram
% = 2.52 %

Persentase Material Loss


10

8
Persen (%)

0
50 150 250 400 400 550

Loss

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Persen Loss.

Berat sampel awal yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu sebanyak
1.000 gram. Proses pemisahan ini yaitu dengan adanya magnet yang menarik material
pasir besi yang selanjutnya akan jatuh ke bagian bawah alat magnetic separator.
Pemisahan ini dilakukan untuk memisahkan mineral berharga dari mineral pengotornya
di mana mineral berharga dari percobaan kali ini yaitu pasir besi. Antara mineral
pengotor dan mineral berharga terdapat perbedaan sifat kemagnetan yang cukup
signifikan. Dalam keadaan seperti ini, untuk memisahkan mineral pasir besi dengan
mineral pengotornya yang sekaligus meningkatkan kandungan pasir besi dapat
dilakukan pemisahana menggunakan sifat kemagnetannya.

16
Percobaan yang dilakukan menghasilkan beberapa pengolahan data.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, didapatkan hasil persen berat konsentrasi
berturut-turut yaitu 33,18 % pada kecepatan 50 rpm; 22,26 % pada kecepatan 150
rpm; 30,27 % pada kecepatan 250 rpm; 20,8 % pada kecepatan 400 rpm; 5,57 %
pada kecepatan 400 rpm dan 17,93 % pada kecepatan 550 rpm. Persen berat tailing
berturut-turut ialah 61,8 % pada kecepatan 50 rpm; 73,03 % pada kecepatan 150
rpm; 60,83 % pada kecepatan 250 rpm; 70,58 % pada kecepatan 400 rpm; 93,78 %
pada kecepatan 400 rpm dan 79,55 % pada kecepatan 550 rpm. Persen berat material
hilang (loss) berturut-turut ialah 5,02 % pada kecepatan 50 rpm; 4,71 % pada
kecepatan 150 rpm; 8,9 % pada kecepatan 250 rpm; 8,62 % pada kecepatan 400
rpm, 0,65 % pada kecepatan 400 rpm dan 2,52 % pada kecepatan 550 rpm.
Proses pemisahan ini dilakukan dengan waktu masing-masing setiap kelompok
yaitu 10 menit. Pada proses pemisahan dari konsentrat, tailing, dan loss berdasarkan
kecepatan putar drum. Kecepatan putar drum yang digunakan yaitu berturut-turut 50
rpm, 150 rpm, 250 rpm, 400 rpm, 400 rpm, dan 550 rpm. Hasil konsentrat yang
dihasilkan dari pemisahan ini juga berbeda-beda berdasarkan kecepatan putar drum
yang digunakan. Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa kecepatan putar
drum mempengaruhi hasil berat konsentrat yang didapatkan. Dari data dapat dilihat
semakin besar kecepatan putar drum yang digunakan maka hasil konsentrat yang
didapatkan juga semakin sedikit hasilnya, begitupun sebaliknya. Sedangkan semakin
cepat besar kecepatan putar drum yang digunakan maka hasil dari tailing juga akan
semakin besar.
Hasil yang ditunjukkan pada grafik yang menyatakan hubungan persen berat dari
konsentrat dan juga persen berat tailing tampak bahwa grafik terlihat naik turun. Hal
ini terjadi diakibatkan kemungkinan kesalahan pada saat mengoperasikan alat
sehingga hasil yang didapatkan juga kurang maksimal. Begitupula dengan grafik pada
persen berat hilangnya material (loss). Hal ini juga dapat terjadi karena kurang
bersihnya alat pada saat dibersihkan oleh kelompok sebelumnya yang dapat
mengakibatkan ikutnya material untuk proses yang dilakukan oleh kelompok
selanjutnya, sehingga mengakibatkan jumlah total hasil pemisahan lebih banyak
dibandingkan jumlah total sampel sebelum pemisahan.

17
BAB V

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum Pengolahan Bahan Galian, yaitu sebagai berikut:


1. Prinsip dasar pemisahan secara mekanik adalah dengan melewatkan suatu
material campuran baik itu padatan logam maupun padatan non-logam pada
suatu bagian dari magnetic separator yang diberi medan magnetik, maka
padatan logam akan menempel atau tertarik pada medan magnetik.
2. Mekanisme pemisahan dengan menggunakan magnetic separator, yaitu
horizontal, vertikal, drum magnetic, dan roll induksi. Horizontal, pada sistem ini
letak kutub magnet dibuat mendatar, sedang umpan dijatuhkan melalui garis-
garis gaya medan magnet yang posisinya horizontal. Vertikal, pemisahan secara
vertikal maka kutub magnet juga diposisikan vertikal, dimana kutub positif
terletak di atas sedangkan kutub negatif terletak dibawah. Diantara kedua
kutub tersebut diletakkan dua belt conveyor yang saling bersilangan. Drum
Magnetic, dilakukan pada mineral yang memiliki sifat kemagnetan tinggi. Roll
Induksi, roll yang berputar terletak di antara kutub positif dan negatif sehingga
roll tersebut dipengaruhi oleh medan magnet.
3. Kehilangan umpan pada saat percobaan magnetic separation atau yang lebih
dikenal dengan istilah loss material dapat sering terjadi. Hal ini dapat terjadi
karena kurang bersihnya alat pada saat dibersihkan sehingga material
tertempel di alat. Pengurangan berat juga dapat terjadi dikarenakan abu dari
material berterbangan ketika akan dituang ke timbangan.

2.2 Saran

Pada kegiatan praktikum ini, praktikan ingin memberikan beberapa saran agar
kegiatan praktikum berikutnya menjadi semakin baik dan teratur. Saran untuk Asisten.
Saran untuk asisten kegiatan praktikum Mata Kuliah Pengolahan Bahan Galian ialah
asisten terus mendampingi praktikan selama proses praktikum berlangsung agar
praktikan tidak kebingungan menggunakan alat serta tetap menjaga komunikasi yang
baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Afdal, dan Lusi N., 2012. Karakterisasi Sifat Magnet Dan Kandungan Mineral Pasir Besi
Sungai Batang Kuranji Padang Sumatera Barat. Vol. 4, No. 1.
Ardra, 2011. Pemisahan Secara Magnetik, Magnetic Separation. https://ardra.biz/sain-
teknologi/mineral/pengolahan-mineral/pemisahan-magnetik-magneticseparation/.
Diakses tanggal 3 November 2016.
Malada, Hilbert P. Dkk., 2012. Teknologi Pengolahan Material-Pasir Besi. Surabaya:
ITS.
Moetamar. 2008. Eksplorasi Umum Pasir Besi Di Daerah Kabupaten Jeneponto, Provinsi
Sulawesi Selatan. Bandung: Pusat Sumber Daya Geologi.
Satria, M. S., 2004. Proses Pembentukan Endapan Pasir Besi Di Kulon Progo. PTR-BNK-
004-28.
Siregar, Harrys, 2002. Metode Pemisahan Secara Magnetik. Medan: USU.
Tim PSDG, 2005. Pedoman Teknis Eksplorasi Pasir Besi. Bandung: Pusat Sumber Daya
Geologi.

19

Anda mungkin juga menyukai